Anda di halaman 1dari 27

 Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi

seseorang karena pengaruh lingkungannya (kamus


bahasa Indonesia, 2009)
 Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di
berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS
terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan2
pengasingan, penolakan, diskriminasi dan penghindaran
atas orang yang diduga terinfeksi HIV, diwajibkannya uji
coba HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu
atau perlindungan kerahasiaannya dan penerapan
karantina terhadap orang – orang yang terinfeksi HIV.
1. Stigma Aktual atau Stigma yang dialami
terjadi jika ada orang atau masyarakat
yang melakukan tindakan nyata, baik verbal
maupun non verbal yang menyebabkan
orang lain dibedakan dan disingkirkan.

2. Stigma potensial
atau yg dirasakan terjadi jika tindakan
stigma belum terjadi tetapi ada tanda atau
perasaan tidak nyaman. Sehingga orang
cenderung tidak mengakses layanan
kesehatan.
3. Stigma internal atau stigmatisasi diri adalah
seseorang yang menghakimi dirinya sendiri sebagai
“tidak berhak” atau “tidak disukai masyarakat”.

Bentuk lain dari stigma yang berkembang melalui


internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif
tentang diri mereka sendiri. Hal ini dikenal dengan
stigma diri sendiri atau self stigmatization.

Pengaruh pemahaman dan kepercayaan seseorang


terjadinya stigma pada dirinya sendiri akibat
proses gabungan atara proses psikologis dan
budaya yang berkembang
 Pendapat bahwa HIV-AIDS adl penyakit
mematikan
 Pendapat bahwa HIV-AIDS adl penyakit
karena perbuatan melanggar susila, kotor,
tidak bertanggungjawab
 Pendapat bahwa orang dg HIV-AIDS pasti
dengan sengaja menularkan penyakitnya
 Kurangnya pengetahuan yg benar ttg cara
penularan HIV.
 Penelitian Waluyo (2006)
Ketidaktahuan pasien, keluarga dan orang2 di
sekitar pasien HIV-AIDS, membuat tes HIV yang
hars secara dini dilakukan oleh pasien maupun
orang – orang di sekitar pasien yang berisiko,
tidak dapat dilakukan oleh pasien maupun
orang-orang di sekitar pasien yang beresiko,
tidak dapat dilakukan dengan segera.
Deteksi dini pada orang beresiko HIV-AIDS tidak
dapat dilakukan dan dapat berdampak pada
tidak optimalnya terapi ARV yang diberikan
pada pasien HIV-AIDS.
1. Ketakutan akan stigma dan diskriminasi
Faktor2 yang menimbulkan stigma dan
diskriminasi di masyarakat adl karena penyakit
HIV/AIDS dapat mengancam jiwa, informasi yg
kurang tepat mengenai penyakit dan adanya
kepercayaan “hukuman” atas perbuatan yg
melanggar moral atau tidak bertanggungjawab
sehingga penderita itu “pantas” untuk
menerima perlakuan2 yg tidak selayaknya
didapatkan. Adanya ketakutan, stigmatisasi
dan diskriminasi menimbulkan dampak
penolakan dari masyarakat bahkan dari akses
pendidikan dan kesehatan.
Tindakan penolakan itu bisa berupa ucapan
sampai penyiksaan psikologis dan fisik yg
traumatis. Trauma yg bertumpuk karena tahu
apa yg akan terjadi pada tubuhnya dan trauma
adanya stigma dan diskriminasi sepanjang
hidupnya.
Ketakutan tidak diterima masyarakat adan
ditolak bisa menghambat kemauan para resiko
tinggi penderita HIV dan orang yg dicurigai
menderita HIV untuk melakukan pemeriksaan.
Mereka tidak ingin tahu dan tidak mau tahu.
2. Stigma HIV/AIDS masih berkutat pada
masalah seks

Awalnya perkembangan HIV/AIDS dikalangan yg


suka ganti2 pasangan, homoseksual dan PSK
cukup tinggi, tetapi itu terjadi pada tahun
sekitar 1970 hingga 1980. Sehingga yg trjadi di
masyarakat memberikan stigma bahwa yg
terkena HIV/AIDS biasanya juga dari kalangan
homoseksual dan PSK. Penularan mll
hun.Seksual yg digembar gemborkan sbg
penyebab utama penyakit sehingga kampanye
penggunaan kondom dan safe sex pun
digalakkan dimana mana.
 Usaha yg dilakukan : Peer konseling,
Penyuluhan Kespro , Penyuluhan KRR,
penyuluhan kpd organisasi yg menampung
homoseksual, skreening kpd PSK, serta fokus
– fokus lain yg masih saja berkutat pada seks.
 Usaha2 ini sudah cukup berhasil menekan
penularan HIV/AIDS lewat transmisi seksual.
3. Paradigma baru pola HIV-AIDS yang
didominasi oleh pengguna narkotika iv dan
masalah yg terkait.

Tergeser dg pengguna narkotika iv terinfeksi


HIV. Pada th 2002, pengguna narkotika IV
terinfeksi HIV mencapai 50-78%.
Yang menjadi mslh yg baru adl para pengguna
narkotika iv adl kalangan yg “eksklusif” tidak
mudah dijamah oleh orang – oran diluar
kalangan mereka. Masalah pertama adl
pengguna narkotika iv ini tidak memiliki “
wadah” atau pengkoordinasi sebagaimana
organisasi homoseksual atau PSK.
 Sehingga kesulitan terjadi untuk mendata
dan memberikan konseling kepada orang –
orang yang beresiko tinggi dari kalangan ini,
dampaknya progresivitas pertumbuhan
HIV/AIDS di seluruh dunia menjadi sangat
tidak terkontrol.
 Concealability
 Course
 Strains
 Aesthetic Qualities
 Cause
 Peril
 Diskriminasi

 Blatant Discrimination
 Subtle Discrimination
 Covert Discrimination
1. Stigma Instrumental AIDS
Refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal
– hal yang berhubungan engan penyakit mematikan
dan menular

2. Stigma Simbolis
Penggunaan HIV/AIDS untuk
mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial
atau gaya hidup tertentu yang dianggap
berhubungan dengan penyakit tsb.

3. Stigma Kesopanan
Hukuman sosial atas orang yang
berhubungan dg isu HIV/AIDS atau orang yang
positif.
 Tipe pertama : stigma thd kecacatan pada
tubuh, dikenal krn ada kecacatan fisik pd
tubuh.
 Stigma kedua : stigma thd buruknya perilaku
seseorang.
 Stigma ketiga : tribal stigma, berdasarkan ke
dalam kelompok mana seseorang memiliki
afiliasi.
Ketiga stigma dimuka memiliki perbedaan dg
stigma HIV/AIDS, krn stigma ini terkait pd
suatu penyakit yg tidak dapat disembuhkan
dan berujung pada kematian. Stigma timbul
krn adanya rasa takut tertular dan seiring
pemahaman yg berkembang ttg penyakit ini,
stigma bergeser pd perilaku high risk yg dapat
menyebabkan seseorang terjangkiti virus tsb
dan juga dipandang tidak bermoral, shgga para
ODHA dirasa patut untuk menderita penyakit
mematikan ini.
 Kesamaan antara stigma tadi yakni stigma
merupakan penilaian, pernyataan atau tanda
negatif yg diatribusikan kpd seseorang.
 Proses stigmatisasi memiliki efek negatif thd
orang yg terstigmatisasi dan objek stigma yg
spesifik, shgga individu akan terisolasi dari
masyarakat.
 Di sisi lain stigma terkait AIDS juga dapat
terasosiasi dg tipe stigma yg lain berhubungan
erat dg transmisi HIV, yakni stigma berdasarkan
pelanggaran norma sosial, penggunaan narkoba
suntik, kelompok etnis minoritas ataupun
orientasi seksualitas.
 Upaya pencegahan terhambat oleh masih
adanya stigmatisasi di kalangan masyarakat,
salah satunya Indonesia. Hal ini
mengakibatkan laju pertumbuhan kasus
HIV/AIDS terus meningkat dlm beberapa
tahun terakhir, bahkan dianggap merupakan
salah satu negara dg laju pertumbuhan angka
penyakit yg tercepat di Asia Tenggara.
 Program kampanye penggunaan kondom yg
ditujukan bagi orang yg tidak mampu
melakukan perilaku abstinentia atau menghin
dari hub seks atau be faithfull srg dianggap
sbg anjuran perilaku seks bebas.
 Respon pemerintah dlm penanggulangan
HIV/AIDS tidak hanya merupakan
kepentingan Indonesia tapi jg dunia.
 Dibentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPAD)
 Efek Stigma :
1. Isolasi
2. Hilangnya pendapatan
3. Penyangkalan atau pembatasan aksespd
layanan kesehatan
4. Kekerasan fisik dan emosional
1. Melibatkan Pemimpin Lokal
2. Mengajak Masyarakat untuk berbicara
secara lebih terbuka ttg HIV/AIDS
3. Mengatur dan mendukung kegiatan2 yg
kooperatif.
4. Mempromosikan dan mendukung kepedulian
masyarakat terhadap penderita yang tidak
mendapat dukungan keluarga.
 Usiadari 28 ODHA yang diwawancarai dlm
studi ini berkisar dari 15-52 dg rata2 usia 25
tahun. Lima belas dari 28 responden adalah
perempuan dan 13 orang laki2. Kebanyakan
para responden memiliki tingkat
penghasilan/pendapatan yg rendah atau
menengah, namun ada beberapa dari mrk yg
memiliki pekerjaan tetap dg gaji tetap.
Tingkat pendidikan mereka semuanya
rendah.
 Semua responden positif HIV dan sudah
menjalani tes guna mengkonfirmasi status
mereka. Dari semuanya Cuma 3 orang saja
yang saat ini menjalani terapi ARV yg
disediakan oleh 5 lokasi layanan kesehatan yg
berbeda. Tiga orang yg saat ini tidak
menjalani pengobatan tradisional yaitu ramu
– ramuan yg diambil dari hutan stempat.
 Penelitian
ini mengungkap adanya
ketakutan2 yg luar biasa ttg stigma dari para
responden dan berbagai upaya ekstrim yg
dilakukan para responden untuk mencoba
dan melindungi diri mereka dari stigma.
Banyak responden menyebutkan cerita2 yang
sudah diketahui ttg orang2 yg dihukum
hingga hampir mati atau dihina oleh
masyarakat yang mrk pakai sbg alasan untuk
melindungi diri mereka.
 Nilai2 budaya mempengaruhi respons thd
stigma hingga ke tingkatan tertentu.
Diantara masyarakat pegunungan, penarikan
diri secara sosial merupakan suatu respon
budaya yg disetujui thd suatu penyakit serius
yg dianggap menular.
 Seseorang kadang mengucilkan diri dan
isolasi merupakan sesuatu yg sah dan biasa
sebagai respon thd dx HIV. ODHA tak
mengupayakan terapu ARV.

Anda mungkin juga menyukai