Anda di halaman 1dari 3

P2HIV, 13 April 2023

Hentikan Diskriminasi dan Stigma Penderita HIV AIDS

Hentikan Diskriminasi dan Stigma Penderita HIV AIDS

Sangat memprihatinkan ketika ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) diasingkan dari


keluarga, teman, atau bahkan warga di lingkungan tempat tinggalnya. Ia seakan
menjadi momok yang menakutkan, seakan membawa sebuah penyakit kutukan.
Musibah bagi ODHA dibutuhkan dukungan moril dari keluarga, sahabat dan
orang-orang yang terdekatnya dalam menghadapi masa-masa sulit saat terkena
musibah tersebut. ODHA membutuhkan lingkungan yang penuh empati dan
kepedulian terhadap penderitaan yang dialaminya. Manusia di lingkungannya
harus mampu memotivasinya untuk bangkit dari segala keterpurukan, bukan
untuk dihakimi dengan vonis dan stigma buruk baginya. Hukuman sosial itu bagi
penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita
penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

Hukuman sosial berupa diskriminasi dan stigma oleh masyarakat di berbagai


belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara
lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran
atas orang yang diduga terinfeksi HIV dengan diwajibkannya uji coba HIV tanpa
mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya dan
penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV. Kekerasan atau
ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes
HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh
perawatan. Sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat
dikendalikan menjadi “hukuman mati” dan menjadikan meluasnya penyebaran
HIV.

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency


Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau : sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya
(SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)


yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung


antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut

Menurut data terakhir di Indonesia angka penderita kasus AIDS lebih banyak
laki-laki daripada perempuan. Sangat memperihatinkan ketika mengetahui
bahwa telah terjadi peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS pada perempuan
yang tidak berperilaku seksual beresiko tinggi seperti ibu rumah tangga biasa
namun tertular dari pasangan tetapnya (suami) yang berperilaku seksual
beresiko tinggi. Dampak yang lebih mengerikan bila terjadi peningktan infeksi
pada ibu produktif akan menghasilkan bayi-bayi yang dilahirkannya beresiko
terinfeksi HIV.

Tidak ada pengecualian dalam toleransi terhadap stigma yang diberikan kepada
penderita HIV/AIDS. Stop stigma dan diskriminasi oleh masyarakat terutama
yang dilakukan oleh petugas kesehatan di manapun. Sebagian orang yang
mendalami dunia kesehatan dan pengobatan medis juga masih ada yang
menstigma negatif orang-orang yang terinfeksi HIV. Kerentanan perempuan
terhadap HIV lebih banyak disebabkan ketimpangan gender yang berakibat
pada ketidakmampuan perempuan untuk mengontrol perilaku seksual atau
menyuntik narkoba dari suami atau pasangan tetapnya. Laki-laki itu penentu,
mau pakai kondom atau tidak. Posisi tawar perempuan sangat rendah untuk ini.
Kondisi ini didominasi oleh masalah ketimpangan gender dan ketidk mampuan
anak dalam melindungi ancaman tertular infeksi menakutkan itu. Lindungi
Perempuan dan Anak dari ancaman HIV dan AIDS. Stop AIDS melalui Kesetaraan
Gender untuk Menghapus Segala Bentuk Stigma dan Diskriminas.

3 Stigma AIDS :

 Stigma simbolis AIDS – yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan


sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap
berhubungan dengan penyakit tersebut.
 Stigma kesopanan AIDS – yaitu hukuman sosial atas orang yang
berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
 Stigma instrumental AIDS – yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas
hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.

Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang
berhubungan dngan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan
penggunaan narkoba melalui suntikan.

Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan


homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka
seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual.Demikian pula
terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan seksual
antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum
terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai