Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
pengetahuan dan teknologi yang ada di seluruh penjuru dunia ternyata juga
menular atau degeneratif dan timbulnya berbagai penyakit baru. Ini termasuk
dampak negatif dari gaya hidup masyarakat jaman sekarang. Mengabaikan status
kesehatan dan masuk dalam kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol, narkoba
(AIDS) merupakan salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor perilaku atau
gaya hidup.
Diantara berbagai virus yang telah dikenal saat ini, yang dianggap paling
(Sarafino, 1998). Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat melawan
virus tersebut. Para ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS dan
obat itu disebut sebagai Antiretroviral (ARV). Namun, ternyata obat ini tidak
tahap awal (Taylor, 1995). Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh
menyebabkan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) amat rentan dan mudah
penurunan persepsi diri terutama pada harga diri rendah karena kurangnya
sebagian besar klien di BPRS Dadi Makassar yang mengalami gangguan konsep
diri adalah harga diri rendah sebesar 60%. Respon sosial dan emosional yang
dialami pada ODHA menarik diri. Sikap lingkungan dalam penelitian ini setelah
ada yang mendiamkan dengan tidak menegur dan menyapa, curiga dan
diskriminatif. Adanya stigma yaitu reaksi sosial terhadap ODHA yang jelek
muncul karena penyakit ini berkaitan dengan perilaku homoseksual dan pemakai
hanya hal tersebut penyebab penularan HIV/AIDS, namun juga dapat ditularkan
oleh ibu pada bayinya, darah yang tercemar HIV/AIDS dan pemakaian alat
seluruh dunia. AIDS juga menyebabkan usia harapan hidup turun lebih dari 10
tahun 2008, terdapat 33,4 juta penderita HIV di dunia dengan prevalensi pada
anak-anak <15 tahun sebanyak 2,1 juta orang. Di Afrika 22,4 juta orang menderita
menderita HIV/AIDS, di Amerika Utara, Eropa Tengah dan Eropa Barat terdapat
2,3 juta penderita dan di Asia terdapat 4,7 juta orang terinfeksi HIV.
Di Indonesia, AIDS pertama kali dijumpai pada bulan April tahun 1987.
Data situasi perkembangan HIV & AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh
Juni 2011 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 26.483
peningkatan setiap tahunnya. Kasus HIV tahun 2010 sebanyak 21.591 kasus,
tahun 2011 sebanyak 21.031 kasus, tahun 2012 sebanyak 21.511 kasus, dengan
kumulatif sampai dengan Maret 2013 sebanyak 103.759 kasus. Provinsi Jawa
Timur merupakan provinsi dengan kasus HIV terbanyak ke dua setelah DKI
Jakarta dengan jumlah 13.599 kasus. Prevalensi tertinggi HIV dilaporkan pada
kelompok usia 25-49 tahun yaitu sebesar 74,2% (Kemenkes RI, 2013).
proses perawatan seperti yang diungkapkan oleh Stuart dan Sundeen self estem
perilaku dengan ideal diri yang dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri.
Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, diasihi dan mendapat
penghargaan dari orang lain. Harga diri rendah apabila kehilangan kasih sayang
atau cinta kasih dan penghargaan diri dari orang lain, serta adanya hubungan
jika diterima dan diakui orang lain. Hal ini akan menumbuhkan perasaan harga
dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga,
merupakan tenaga kesehatan yang paling sering kontak dengan pasien. Disamping
umpan balik atas perilakunya, memberikan rasa percaya dan keyakinan, serta
karya tulis ilmiah dengan judul Upaya Meningkatkan Persepsi Diri (Harga Diri
pasien AIDS.
3. Mengevaluasi upaya meningkatkan persepsi diri (harga diri rendah) pada
pasien AIDS.
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti tentang teori
dan aplikasi terhadap upaya meningkatkan persepsi diri (harga diri rendah)
penelitian lebih lanjut tentang teori dan aplikasi meningkatkan persepsi diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas tentang konsep harga diri dan harga diri
rendah, konsep HIV/AIDS dan konsep asuhan keperawatan pada klien AIDS
fisiologis.
3. Kebutuhan Sosial
Hubungan seperti persahabatan, keluarga membantu memenuhi kebutuhan ini
dan komunitas.
4. Kebutuhan Self Esteem
Ini termasuk kebutuhan untuk hal-hal yang merefleksikan harga diri, nilai
dengan pertumbuhan pribadi, kurang peduli dengan pendapat orang lain, dan
tujuan akan menghasilkan harga diri rendah atau tinggi. Jika individu selalu
sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi apabila individu sering gagal maka
diri yang tingggi dibandingkan dengan individu yang memiliki skor yang
rendah
5. Lingkungan keluarga
Mereka yang berasal dari keluarga yang bahagia, akan memiliki harga diri
yang tinggi karena mengalami oerasaan nyaman yang berasal dari penerimaan,
cinta, kasih sayang, dan tanggapan positif orang tua. Sedangkan mereka yang
berasala dari keluarga yang harmonis akan cenderung memiliki harga diri yang
rendah.
6. Lingkungan sosial
Kesuksesan dalam harga diri tinggi dapat timbul dari pengalaman dlam
negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga,
tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (NANDA
NIC-NOC, 2015).
2.2.4 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Adanya penolakan dari orang tua sehingga anak merasa tidak berguna dan
dicintai
b. Kurangnya oengakuan dan pujian dari orang tua, keluarga mapun orang
merasa malu
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
percaya diri
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu
3. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan
banyak menunduk
2.2.6 Penatalaksnaan
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain. Maksudnya agar tidak mengasingkan diri lagi karena bila
disembuhkan.
2. Terapi aktivitas kelompok
Aktivitas kelompok merupakan terpai yang efektif dapat menimbulkan
tes HIV. Orang yang telah melakukan perilaku berisiko yang tidak berani
apabila ternyata mereka telah terinfeksi virus HIV, berarti perilaku berisiko yang
telah mereka lakukan selama ini maupun yang akan datang tanpa mereka sadari
telah menularkan virus HIV ke banyak orang (Kemenkes RI, 2012). Stigma dan
Indonesia, 2010)
melakukan tes. ODHA dapat juga menerima perlakuan yang tidak semestinya,
penolakan dari sekitarnya, hal ini disebabkan karena anggapan bahwa tingkah
laku mereka dapat membahayakan orang lain. Emosi yang berkaitan dengan
msalah yang setiap hari secara terus-menerus harus dihadapi pasien, keluarga,
lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi. Seseorang yang terinfeksi
oleh virus HIV atau dalam kondisi AIDS disebut dengan istilah Orang Dengan
HIV AIDS (ODHA) (Depkes RI, 2006). Infeksi HIV memiliki perjalanan
penyakit yang kronik dan progresif dengan sedikit atau bisa tanpa gejala.
tubuh yang prosesnya sekitar 5 sampai 10 tahun setelah seseorang terinfeksi oleh
kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang oleh penyakit lain yang dpat
berakibat fatal.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV. Dewasa ini dikenal
juga dua tipe HIV yaitu HIV -1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan
HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat . Infeksi HIV-1
lebih mudah dutularkan dan masa mulai infeksi (masuknya virus ke dalam tubuh
infeksi HIV akut primer dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat
2. Kategori klinis B
Terdiri atas koindisi dengan gejala dan memenuhi paling sedikit satu hari
lebih dari satu bulan, herpes zoster, radang panggul, neuropati perifer
3. Kategori klinis c
Pada tahap ini individu yang terinfeksi HIV menunjukkan perkembangan
invasif, herpes simplex dan ulkus lebih dari dari satu bulan, sarkoma
berikut :
1. Gejala Mayor
a. Penurunan berat badan lebih dari 10%
b. Demam memanjang atau lebih dari satu bulan
c. Diare kronis
d. Tuberkulosis
2. Gejala Minor
a. Kandidiasis orofaringeal
b. Batuk menetap lebih dari satu bulan
c. Berkeringat malam hari
d. Kelemahan tubuh
e. Hilang nafsu makan
f. Infeksi kulit generalisata
g. Sarkoma kaposi
h. Herpes Zoster
2.3.5 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik (sel imun) adalah sel yang
pengikatan degan protein perifer CD4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun,
banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari
sekitar 1000 sel/ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300/ml darah,
tes, misalnya:
a. ELISA , sensitivitasnya tinggi biasanya memberikan hasil
berikut :
1. Meningkatkan satus gizi
Bertujuan untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan,
akibat infeksi
6. Respirasi
Infeksi karena virus influenza, pneumococcus, strongiloides yang
45 tahun).
c. Jenis kelamin kasus HIV/AIDS lebih banyak pada laik-laki.
d. Suku bangsa ras kulit hitam mempunyai angka kematian yang
dini.
2. Riwayat perawatan
a. Alasan MRS /keluhan utama yang biasa dirasakan oleh
penyakitnya.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada bagian ini dijelaskan secara rinci menegenai keadaan
keluhan lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji bagaimana status kesehatan keluarga, apakah ada
sebagainya
c) Mencegah infeksi ke janin / bayi baru lahir
d) Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan
atau tanpa disertai darah dan lendir, disertai atau tanpa disertai
kelemahan.
e. Pola tidur dan Istirahat
Akan terjaid perubahan pola tidur dan istirahata, kualitas dan
penyakit
3) Status pekerjaan : klien dengan AIDS akan mengalami
ataupun kejang
2) Keseimbangan dan gaya berjalan kurang mantap karena
kelemahan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Status imun
2) Tes fungsi sel CD4
3) Hitung sel darah putih normal hingga menurun
4) Rasio CD4:CD8 menurun
b. Pemeriksaan lain
1) Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya
virus.
2) Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada
serokonversi.
4) Cara tidak langsung yaitu : dengan pemeriksaan ELISA
perkembangan penyakit.
Batasan karakteristik:
a. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu mengahadapi
perkembangan penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari,
terjadi
3. Penyesuaia psikososial : respon psikososial adaptif individu
ansietas panik.
4. Kaji alasan alasan untuk mengkriti atau menyalahkan diri
sendiri.
5. Bantu pasien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan
adalah :
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan
sendiri.
5. Membantu pasien mengekspresikan dan menggambarkan
pertumbuhannya.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
yang positif.
5. Mengungkapkan penerimaan diri dengan komunikasi terbuka.
6. Menggunkan strategi koping efektif.
Perumusan evaluasi formatif meliputi 4 komponen yang dikenal
planning), yakni:
S: Ungkapan perasaan klien dan keluhan terhadap adanya
Bab ini akan menguraikan metode studi kasus yang digunakan untuk
rancangan studi kasus, sumber data, lokasi dan waktu, etika, metode pengumpulan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit yang menjadi masalah
tersebut secara mendalam dianalisa bai dari segi yang berhubungan dengan
berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus tersebut
diri rendah) pada pasien AIDS di Ruang Wijaya Kusuma B RSUD Dr. Soedono
Madiun.
3.2 Sumber Data
Menurut Sujarweni (2014), sumber data dalam penelitian dapat diperoleh
dari data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data yang langsung
diperoleh dari responden. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh dari pihak lain atau dapat berwujud data dokumentasi atau data
laporan yang telah tersedia (Siswanto dkk, 2013). Dalam studi kasus ini, sumber
data primer diperoleh dari responden yaitu klien dengan AIDS, dengan masalah
harga diri rendah dengan kriteria pasien yang memiliki evaluasi diri bahwa ia
RSUD Dr. Soedono Madiun. Waktu persiapan studi kasus ini dimulai dari
penetapan judul pada bulan Maret 2017, pelaksanaan studi kasus yang akan
dimulai pada April 2017 sampi Juni 2017, dan pelaporan dimulai dari pelaporan
hasil studi kasus, melakukan revisi, sampai dengan sidang studi kasus.
3.5 Etika Penulisan
Menurut Hidayat (2003), etika dalam studi kasus keperawatan merupakan
langsung dengan manusia. Maka segi etika studi kasus harus diperhatikan karena
manusia mempunyai haka asasi dalam kegiatan studi kasus. Setiap studi kasus
yang mengunakan subjek manusia harus mengikuti aturan etik dalam hal ini
adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada studi kasus antara
kerahasiaan (confidentiality):
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian
subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu pada lembar
2007).
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
berdasakan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam studi kasus ini penulis
medik klien).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu :
1. Wawancara (anamnesa)
Wawancara merupakan suatu proses peneliti berkomunikasi langsung dengan
responden sebagai obyek penelitian )Wasis, 2008). Dalam studi kasus ini
digunakan untuk menggali data subyektif dari pasien, kepada erawat ruangan,
doketer, keluarga dan orang lain yang berhubungan langsung dengan pasien
tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah harga diri rendah pada pasien
AIDS.
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku dan keadaan klien
(Nursalam, 2009). Observasi pada studi kasus ini yaitu dengan mengamati
perubahan keadaan fisik (Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, dll),
tengah menggunakan jari yang lain untuk menentukan posisi, ukuran, dan
informan. Dalam studi kasus ini studi dokumen digunakan untuk melengkapi
dari ijin sampai dengan data selesai di ambil. Prosedur pengumpulan data pada studi
1. Mengurus izin studi kasus dan meminta surat pengantar kepada Direktur Akademi
yaitu di ruang Wijaya Kusuma B RSUD Dr. Soedono Madiun, peneliti bekerja
informed consent.
5. Setelah mendapatkan informed consent dilanjutkan dengan anamnese. Anamnesa
Selanjutnya dilakukan validasi kepada responden dan bila ada yang kurang di
tambah kan selama proses validasi ini, begitu juga dengan pernyataan yang perlu
berhubungan dengan responden yang digunakan untuk menambah data agar lebih
lengkap dan akurat, dalam hal ini penulis melihat status pasien.
7. Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan asuhan Keperawatan yang di ambil mulai
dari data hasil anamnesa, observasi, dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan
AIDS. Kemudian data yang sudah terkumpul dianalisa untuk mendapat masalah
dan diagnosa keperawatan. Setelah itu menetapkan tujuan, kriteria hasil, dan
diperlukan evaluasi untuk mengetahui respon klien sesuai dengan tujuan dan
Analisis data pada studi kasus merupakan masalah yang paling kritis,
serius, dan memerlukan kerja keras serta kesepahaman bersama. hal ini terjadi
karena belum adanya pola, metode, formula yang jelas serta variasi data yang
sistematis kesenjangan data antara teori yang telah di bangun dengan Fanta yang
membandingkan antara teori dan fakta dalam Suatu tabel yang kemudian
1. Kepercayaan ( Credibility)
studi kasus ini, data benar - benar di ambil dari pasien AIDS dengan masalah
2. Keteralihan (Transferability)
Sejauh mana hasil penerapan studi kasus pada Suatu subjek studi kasus dapat
diterapkan dalam subjek studi kasus yang lain) Sugiyono, 2007). Artinya
sebagai perbandingan oleh penulis yang lain atau studi kasus yang sesuai.
3. Kebergantungan (Dependability)
diinginkan dalam metode penelitian ini yang digunakan adalah metode studi
secara langsung kepada pasien untuk. Mendapatkan data yang valid dan
4. Kepastian (confirmability)
pendapat dan penemuan seseorang ( Susilo dkk, 2015). Kondisi ini dapat
kritik an dan masukan. Prinsip ini juga dapat diperoleh melalui Upaya validasi
data klien pada saat melakukan asuhan Keperawatan. Dalam studi kasus ini,
pada pasien AIDS di Ruang Wijaya Kusuma B RSUD Dr. Soedono Madiun,
diri ( harga diri rendah) dan evaluasi hasil Upaya meningkatkan persepsi diri
( harga diri rendah pada pasien AIDS di Ruang Wijaya Kusuma B RSUD Dr.
Soedono Madiun.
Sub BAB ini meliputi deskripsi status pasien, deskripsi kasus sebelum tindakan
Pasien berinisial Sdr. A berusia 36 tahun, sudah menderita AIDS sejak dua tahun
yang lalu . Sebelum pasien terkena AIDS, IA pernah bekerja di rumah makan di
Bandung. Lalu pasien memutuskan untuk pulang dan bekerja di Salah satu hotel
Anna. Setelah keluar dari pekerjaannya, pasien tidak lagi bekerja di tempat lain.
sekitar. Pasien memilih untuk tidak keluar rumah, tidak mengikuti setiap
kegiatan yang ada di lingkungan sekitar karena tidak ingin ada yang mengetahui
penyakitnya dan juga malu karena sudah dewasa namun belum berkeluarga.
Kemudian pasien jatuh sakit. Karena keadaannya yang tak kunjung membaik,
mengetahui bahwa Ia terkena AIDS (2014). Pada tahun 2015, pasien pernah di
rawat di rumah sakit yang sama yakin di RSUD Dr. Soedono dengan keluhan
batuk lebih dari 3 minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, pasien
mengkonsumsi obat secara rutin selama 6 bulan. Pasien juga mengkonsumsi obat
dari klinik VCT yaitu obat ARV dengan jenis TDF (Tenovoir) 300mg 1x1,
Hiviral (LAmivudin) 150mg 2x1, Etc ( Efavirenz) 600 mg 1x1 secara rutin sejak
tahun 2014. Selama mengkonsumsi obat, pasien selalu merasa mual tetapi tidak
sampai terjadi muntah. Pada awal tahun 2016, pasien tidak mengkonsumsi obat
lagu karena merasa sudah sehat fan tidak perlu minum obat lagi, beberapa hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami tidak enak badan, badan terasa
Pada tanggal 21 juni 2016 pasien merasa badannya lemas dan nafsu makan
menurun. Selain I itu pasien juga mengalami mual tapi tidak sampai muntah.
Karena gejala yang dirasakan tidak kunjung read akhirnya pada tanggal 21 juni
RSUD Sogaten tetapi melihat kondisi nya yang sangat lemah, pasien langsung
dirujuk lagi key Poli Dalam RSUD Dr. Soedono Madiun. Pasien ke Poli Dalam
RSUD Dr soedono pada tanggal 22 juni 2016. Dari Poli Dalam, pasien di
anjurkan untuk rawat inap karena keadaannya. Kemudian pasien dibawa ke IRD.
Di IRD RSUD Dr. Soedono, didapatkan TTV: TD 100/70 mmHg, nadi 80x/
menit, suhu 37C, respirasi 19x/ menit da pasien mendapat terapi infus NaCl 500
Pada tanggal 25 juni 2016 pukul 11.15 WIB didapatkan tekanan darah 100/70
Pada berinisial Sdr. A dari hasil pengkajian tanggal juni 2016 pukul 11.15 WIB
dengan masalah harga diri diperoleh data sebagai berikut : keadaan umum cukup,
kesalahan composmetis, GCS : 4-5-6, TTV : TD 100/70 mmHg, nadi 88x/ menit,
19 Sel / mm3. Pada sistem integumen : turgor turun, suhu 37.6C, warna kulit sao
malang, tidak ada edema, tidak ada varises, gatal, tidak ada memar, penyebaran
sejak sebelum masuk rumah sakit sampai sekarang. Pasien hanya mau
penyakit yang sulit di sembuh kan dan juga di ujian yang sudah mencapai 36
tahun belum berkeluarga. Terserh karena merasa penyakit nya semakin hari
semakin memburuk, pasien sekarang tidak bisa bekerja seperti sebelum sakit dan
hanya memiliki 1 Teman. Pasien juga mengatakan bahwa hanya suka berdiam
diri di rumah, tidak ingin keluar rumah karena malu dengan adanya beberapa hal
mencari Ibu saat Ibu sedang di luar ruangan, bersihan acuh dan sering
Tindakan keperawatan mulai tanggal 25-30 juni 2016 yang dilakukan pada Sdr. A
pendekatan terapeutik dan selalu bersikap ramah kepada pasien serta menghadapi
pasien seperti pada umumnya tanpa membedakan status pasien AIDS secara
mentolo. Bhkn dilakukan untuk membentuk kepercayaan antara pasien dan
peneliti agar mempermudah tindakan - tindakan selanjut nya,. I ada hari pertama
dan kedua pasien menanggapi dengan acuh dan sering memalingkan muka,
namun pada hari selanjut nya pasien menanggapi dengan lebih baik dan tidak
acuh.
menghadapi situasinya saat ini dengan penyakit yang diderita terlebih dengan
stigma yang ada di masyarakat. Pasien menjawab untuk mengatasi situasi adalah
dengan berdiam diri di rumah. Implementasi dilakukan pada hari pertama dan
kedua
penjelasan tentang HIV /AIDS agar pasien lebih memahami tentang penyakitnya,
dan gejala HIV/AIDS, dan pencegahan dari penyakit itu sendiri. Ini dimaksudkan
keadaan tersebut dengan baik. Pada saat setelah dijelaskan, pasien selalu
dilakukan mulai hari pertama sampai hari ke lima dengan respon yang berbeda
dari pasien
4. mengkaji alasan-alasan untuk mengkritik atau menyalahkan diri sendiri.
sekarang. Implementasi dilakukan pada hari pertama sampai hari ke tiga. Pasien
ada dalam pikirannya. Implementasi dilakukan hari pertama sampai hari kelima.
keadaan sekarang.
7. menggali keterampilan perilaku yang positif melalui modal peran dan diskusi
dengan diskusi memberi contoh kepada pasien agar dapat melakukan koping yang
adaptif dan sering tentang HIV AIDS. Pasien selalu mendengarkan dan selalu
9. melakukan kolaborasi dengan perawat ahli dan tim kesehatan lainnya serta
ibu mendampingi saat dilakukan tindakan. Ibu selalu menemani pasien saat
pertumbuhannya.
perserpsinya dengan mulai berinteraksi pada rumah sakit, melakukan usaha dan
Pada hari pertama, pasien mengatakan badan masih terasa lemasdan ia tidak ingin
dan keluhan yang dirasakan saait itu, karena privasinya pasien tampak gelisah,
mudah tersinggung, selalu mencari ibu saat tidak ada di ruangan, dan selalu
Pada hari kedua pasien tidak mau membahas penyakitnya terutama penyebab ia
terkena penyakit ersebut. Dan mengatakan ingin istirahat saja. Pasien sering
Pada hari ketiga, pasien mau mengungkapkan perasaannya dan merasa tidak
saat disinggung tentang penyebab terkena AIDS.Pasien tidak gelisah dan tidak
mencari ibu seperti sebelumnya. Pasien bersikap baik dan dan mau untuk meminta
Pada hari ke empat, pasien mengatakan penyebabnya terkena AIDS adalah karena
pergaulan bebas. Pasien merasa tidak berguna karena sakit. Dan belum dapat
membahagiakan orang tuanya. Namun saat ditanya apa yang ingin dilakukannya
setelah keluar dari rumah sakit, pasien sudah memikirkan dan merencanakan
Pada hari kelima, pasien mengungkapkan banyak makan dari sebelumnya, tidak
penyebba AIDS yang dideritanya, mengutarakan kenapa klien menarik diri dari
orang lain dan memiliki pandangan positif terhadap masa depannya. Pasein
Tabel 4.1
1 Pola konsep diri dan persepsi diri. Setelah dilakukan Penerimaan tanpa
perawatan selama lima syarat dengan
Pasien mengatakan mengetahui hari, pasien mau memberikan motivasi
penyakit yang diderita adalah AIDS mengungkapkan sangat besar
sejak 2 tahun yang lalu tepatnya pada perasaan dan persepsi pengaruhnya dalam
2014 saat ia sakit dan di periksakan dirinya terhadap kehidupan seseorang
di RS Santa Clara Madiun. Pasien masalah yang dihadapi. dengan AIDS baik
hanya berdiam diri di rumah dan Pasien juga mau berupa motivasi
tidak pernah berinteraksi dengan mengatakan ekstrinsik maupun
lingkungan sekitar sejak ia keluar penyebabnya instrinsik. Dukungan
dari pekerjaanya dan penyakitnya terkenaAIDS adalah sosial mempengaruhi
memburuk. Pasien tidak mau karena pergaulan bebas kesehatan dan
mengatakan penyebab ia terkena dan mengapa ia hanya melindungi seseorang
AIDS dan juga tidak ingin berdiam diri dirumah terhadap efek negative
mengatakan mengapa ia menghadapi adalah karena ia malu stress berat.
masalah dengan hanya diam diri di jika harus keluar rumah
rumah dan pasien tampak gelisah dengan keadaannya Harga diri pasien AIDS
saaat dilakukan implementasi, selalu yang sudah tidak seperti mempunyai peranan
ada di ruangan , bersikap acuh, dulu sebelum sakit, penting dalam proses
sering memalingkan muka saat di serta pasien juga malu keperawatan. Aspek
ajak bicara pada awal pertemuan. karena di usia yang utama harga diri adalah
mencapai 36 tahun dicintai, disayangi,
belum berkeluarga dikasihi, dan mendapat
penghargaan dari orang
Pasien tidak gelisah lain,Individu akan
karena sudah terbiasa merasa berhasil
dengan tindakan yang hidupnya bermakna
dilakukan, tidak apabila diterima dan
mencari ibunya lagi, diakui orang lain. Hal
tidak bersikap acuh, ini akan menumbuhkan
lebih menghargai dan perasaan harga diri
memperhatikan saat yang tinggi
diajak bicara
2 Pola peran hubungan atau Pasien mau berinteraksi Bagi individu yang
interaksi sosial. dengan orang lain, positif terinfeksi AIDS
namun hanya mereka menjalani
Pasien mengatakan ia lebih senang yang menghampirinya kehidupannya akan
menutup diri dari lingkungan, tidak di tempat tidur. terasa sulit karena dari
pernah mengikuti kegiatan yang ada segi fisisk individu
disekitar, tidak ingin berinteraksi tersebut akan
dengan orang lain ataupun mencari mengalami perubahan
teman yang berkaitan dengan
perkembangan
penyakitnya, tekanan
emosional dan stress
psikologis yang
dialami karena
dikucilkan oleh
keluarga dan teman
yang takut tertular.
Serta adanya stigma
sosial dan diskriminasi
di masyarakat akan
berdampak pada
respon sosial serta
harga diri pasien
.
4.2 Pembahasan
persepsi diri (harga diri rendah), penulis membahas permasalahan yang terjadi
tampak gelisah, bersik2ap acuh, sering memalingkan muka, pasien lebih sering
diam, dan sedikit bicara. Pasien memiliki emosional labil, dibuktikan dengan
perubahan sikap saat dilakukan tindakan terhadapnya. Orang yang selalu ada
disamping pasien hanayalah ibunya, tidak ada teman atau keluarga lainnya.
Pasien juga tidak pernah terlihat berinteraksi dengan pasien lain dan lebih
memilih diam dan menyendiri di tempat tidurnya , meski ada pasien lain di
samping tempat tidurnya. Saat ditanya jawabannya juga sama yaitu karena malu
dengan penyakitnya dan belum menikah. Pasien merasa lebih baik diam dan
Menurut Sunaryo (2013), harga diri rendah timbul jika individu merasa
kehilangan kasih sayang , cinra kasih dan penghargaan dari orang lain dan tidak
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cita-cita ideal yang ada di
Penderita AIDS sangat mudah merasa bersalah dan menerima penolakan dari
bantuan masyarakat , akibat rasa takut akan tertular. Dalam kenyataanya , dengan
pasien mungkin dari kelompok pendukung atau pasien AIDS lainya. Beberapa
paknik.
b. Depresi : merasa sedih, tak berdaya, rendah diri, merasa bersalah , tak
berharga, putus asa, keinginan bunuh diri, menarik diri, memberi expresi
pasien dengan cepat sampai tibul kematian. Respon stres yang normal
terlihat saat diagnosa diberitahukan kepada pasien, dengan ciri ciri klien
merasa tidak yakin merasa kaku , dan penyakalan serta diikuti kemarah
dan kekacauan takut dengan gejala kecemasan yang tinggi dan depresi .
dominan ditandai dengan adanya kesedihan , putus asa dan merasa tidak
berdaya. Rasa bersalah, harga diri yang rendah , merasa tidak berharga dan
sikap dan cara pasien menghadapi kondisinya saat ini, yaitu memilih untuk
takut den malu jika ada yang mengetahui tenang penyakitnya serta ia
Madiun.
keperawatan
pasien AIDS dengan hara diri rendah dilakukan dengan tindakan keperawatan
seperti :
Membina hubungan saling percaya dengan pasien untuk mempermudah dalam
melakukan tindakan, mendorong pasien untuk mengidentifikai seperti apa
kekuatan
dirinya dalam menghadapi situasi sekarang, mendukung pasien untuk menerima
yang positif agar dapat dilakukan setelah keluar dari rumah sakit, memonior
dengan HIV/AIDS baik berupa motivasi ekstrinsik (dukungan orang tua teman
dan sebagainya) Maupun motivasi instrinsik(dari individu sendiri). Motivasi
tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah harga diri rendah yaitu :
yang negatif , melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan umpan balik
dilakukan pada kasus Sdr. A dengan diagnosa medis B20 (AIDS) dengan masalah
harga diri rendah . oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
Madiun.
Dalam kasus nyata , hasil upaya meningkatkan harga diri pada pasien
AIDS dengan harga diri rendah didapatkan pasien tidak gelisah, tidak lagi
bersikap
acuh dengan memalingkan muka, tidak mencari ibu saat iu diluar ruangan dan saat
akan dilakukan tindakan, pasien mau untuk mengungkapkan perasaan dan terbuka
mengenai penyakitnya, memilik pemikiran dan pandangan positif terhadap masa
depan
terutama saat keluar dari rumah sakit, pasien terbiasa dengan dampak dari
penyakitnya seperti sesak yang semakin ari semakin sering terjadi , emosi yang
lebih stabil dari sebelumnya. Namun untuk berinteraksi dengan orang lain , pasien
diharapkan dari upaya peningkatan harga diri dari pasien AIDS dengan harga diri
rendah adalah pasien menunjukan tidak terdapat gelisah , tidak acuh, lebih
diri pasien AIDS dengan masalah harga diri rendah sesuai dengan teori yang
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Ksimpulan
Setelah penulis melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien
lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal baik, tidak yakin
dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik, merasa
tidak berdaya , memiliki emosi yang labil , mudah merasa cemas , stres
adalah harga diri pasien membaik di tandai dengan perubahan sikap pasien
yang semula acuh menjadi memperhatikan dengan baik dan tidak lagi
memalingkan muka saat dilakukan tindakan. Pasien mau untuk
pemikiran dan pandangan positif terhadap masa depan terutama saat keluar
dari rumah sakit, pasien terbiasa dengan dampak dari penyakit seperti
sesak yang semakin hari semaki sering terjadi , emosi yang lebih stabi dari
sebelumnya.
5.2 Saran
harga diri pada pasien AIDS serta terampil dalam menerapkan dalam kasus
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Azis. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Brunner & suddarth.(2002). Buku Ajar Keperatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
(online).
(http://ww.rri.co.id/post/berita/77937/daerah/perempuan_mendominasi_penderita_
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-noc Edisi Revisi Jilid 1 & 2. Jogjakarta :
Mediaction Publising.
Rihaliza. (2010). Hubungan Konseling VCT dan Dukungan Sosial dari Kelompok
Ilmu .
Madiun(online). (http://www.madiunpos.com/2015/hivaids-hari-aids-diperingati-
CV Alfabet
Gava Media.
(http://library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan)207301008/bab2.pdf, diakes 15
februari 2016.
1. Pengkajian
a. Identitas umum
1. Nama : Sdr A
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis kelamin : laki laki
4. Alamat : Manguharjo madiun
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Karyawan swasta
7. Agama :Islam
8. Suku/bangsa :Jawa / Indonesia
9. Sumber informasi : Ibu (Ny.s)
10. Diterima dari : IRD
11. Cara datang : Pasien rujukan dari RSUD kota madiun
12. No. Registrasi : 6624109
13. Tanggal MRS :22 juni 2016 pukul 10.45
14. Tanggal pengkajian :25 juni 2016 pukul 11.15
15. Diagnosa medis :B20 + Anemia
B. Riwayat Perawatan
terasa lemas , nafsu makannya menurun, dan kadang dada terasa sesak.
Pasien dan ibu menganggap itu hanya penyakit biasa, jadi cara
Karena gejala yang dirasakan tidak kujung reda akhirnya pada tanggal 21
dalam RSUD soedono madiun pada tanggal 22 juni 2016. Dari poli
madiun. Tak lama setelah itu klien keluar dari pekerjaannya dan hanya
klien jatuh sakit . karena keadaan klien yang tak kujung membaik , oleh
ibu dibawa ke RS Santa Clara (panti bahagia). Di rumah sakit ini klien dan
ibu mengetahui bahwa terkena HIV (2014). Pada tahun 2015klien pernah
dirawat dirumah sakit yang sama yakni RSUD Dr soedono dengan keluhan
batuk lebih dari 3 minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, klien
mengkonsumsi obat dari klinik VCT yaitu abat ARV dengan jenis TDF
(tenofir) 300mg 1x1 secara rutin sejak tahun 2014. Selama mengkonsumsi
obat , klien sering merasa mul tetapi tidak sampai terjadi muntah . pada
awal tahun 2016 klien tidak mengkonsumsi obat lagi karena merasa sudah
Tembakau : tidak
Alkohol : tidak
Obat lain : tidak
badanya yang lemas dan sesak yang dirasakan tidak kunjung reda.
tinggi protein), juka berbentuk nasi satu porsi hanya habis setengah tapi
LILA 17 cm
3. Pola Eleminasi
a. Defekasi 2-3 kali/hari, tanggal defekasi terakhir 25 juni 2016 jam 06.00
WIB
b. masalah defekasi : diare
c. Berkemih: 3-4 kali/hari, alat bantu yang digunakan adalah pispot dan
diapres
d. masalah berkemih : tidak ada
e. kemampuan mencapai toilet :klien tidak mampu
A. Pola tidur malam jam 20.00 WIB 05.00 WIB , tidur siang sangat ingin
c. pendengaran : normal
d. penglihatan : normal
e. nyeri : tidak
ini menderita penyakit yang sulit disembuhkan dan di usia yang sudah
sering kambuh.Pasien sering bertanya apakah itu baik-baik saja dan apa
penyebabnya.
a. Pencetus stress terakhir badan semakin kurus karena penyakit dan belum
berkeluarga,tingkat stress:sedang
b. Cara menangani stress :berdiam diri di rumah dan tidak pernah keluar.
c. Pandangan terhadap masa depan :tidak ada jawaban saat pengkajian
d. Status emosi :labil,menarik diri ,mudah tersinggung
e. Tingkat ansietas/takut:Sedang (berdasarkan HARS dengan ciri lahan
memiliki satu teman yang sering diajak main dan bisa untuk
berkomunikasi lagi.
f. Pola Seksualitas/Reproduksi
a. Perilaku seksual:tidak terkaji
b. Kontrasepsi :tidak menggunakan alat kontrasepsi
c. Masalah Reproduksi:Tidak ada
a. Agama:Islam
b. Pantangan keagamaan b/d kesehatan :tidak ada pantangan namun klien
D.Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan Umum:
2.Sistem Integumen :
3.Sistem Pernapasan
napas
4.Sistem Cardiovaskular
murmur
c. Palpasi jantung:ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
d. Nadi :frekuensi 88x/menit
e. Tekanan vena juguler : normal
5.Sistem Pencernaan :
usus 10 x/menit
6.Sistem Neurosensori
a. Pendengaran:normal
b. Penglihatan :normal,reaksi pupil isokor,konjungtiva tidak anemis,sklera
tidak ikterik
c. Penghidu :normal,tidak terdapat polip
d. Kepala :tidak terdapat nyeri,tidak ada vertigo
e. Kesadaran :Composmentis,GCS 456
f. Kesemutan/rasa tidak ada,terdapat tremor di tangan kanan
g. Kejang:tidak ada
7.Sistem Muskuloskeletal:
a. Tonus otot :genggaman tangan sama kuat kanan dan kiri,kekuatan otot
5 5
8.Sistem Genitourinary:
E.Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Di RSUD Dr.Soedono Madiun Tanggal 23 Juni 2016
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik
Di RSUD Dr.Soedono Madiun Tanggal 24 Juni 2016
Tabel 4.3
Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Di RSUD Dr.Soedono Madiun Tanggal 29 Juni 2016
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax
F.Program Terapi
untuk mengobati atau mencegah kadar zat besi rendah dalam darah.
8) Lodia 3x2 mg (oral).Lodia merupakan obat untuk mengobati diare akut.
9) Kandistatin :6x4 gtt (oral).Obat anti jamur untuk infeksi oleh jamur pada
1.Analisa Data
2.Diagnosa Keperawatan
penyakit.
3.Intervensi Keperawatan
merasa malu lagi dan pasien mampu membaur di lingkungan sekitar dan tidak
Kriteria Hasil:
saat ini dan seterusnya (tidak menyalahkan diri karena apa yang
ansietas panik.
4. Kaji alasan-alasan untuk mengkritik atau menyalahkan diri sendiri.
5. Bantu pasien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan serta
persepsi dirinya.
6. Bantu pasien mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya.
7. Bantu menemukan keterampilan perilaku yang positif melalui model
minum obat.
10. Menggunakan proses interaktif yang berfokus pada kebutuhan,masalah
mendukung koping.
4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
13.30
13.32
13.33
13.40
27-06-2016 1 08.15 -Melakukan BHSP setiap bertemu pasien dengan memberi salam dan tersenyum pada
pasien serta selalu bersikap ramah
R/Klien merasa percaya dan tidak canggung saat dilakukan implementasi
-Memberikan terapi injeksi ceftazidime 1gr (IV),omeperazole 40mg (IV),asam traneksamat
500mg (IV),Vit K 10mg (IV)
08.35 R/Pasien kooperatif dalam pemberian obat
-Membantu pasien mengidentifikasi kekuatan diri dengan bertanya apakah ada cara lain
untuk menghadapi penyakitnya selain berdiam diri dirumah
R/pasien menjawab tidak ada cara lain ,hanya ingin seperti itu
08.55 -Mengkaji alasan mengapa pasien selalu menyendiri dirumah seakan menyalahkan diri
dengan keadaannyaa
R/Pasien menunduk dan tidak mau menjawab seperti sebelumnya
-Tetap memberikan semangat dan mengevaluasi penjelasan kemarin dengan pertanyaan
tentang penykitnya
R/Pasien tidak menyebutkan nama atau virus dari penyakitnya ,hanya menjawab penyakit
09.00 itu menyerang kekebalan tubuhnya sehingga jadi seperti itu
-Membantu pasien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan serta persepsi dirinya
dengan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya
R/Pasien tetap tidak menjawab
-Menganjurkan kepada pasien untuk tetap menyikat gigi dan membersihkan mulut agar
09.05 tidak ada kotoran yang menempel dan mempengaruhi nafsu makan
R/Pasien menjawab iya dengan acuh
-Selalu memonitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatif
R/Pasien tidak mengungkapkan komunikasi verbal yang negatif
-Mengingatkan keluarga untuk selalu mengawasi pasien dalam minuum obat
R/ibu selalu membantu pasien minum obat
09.15
09.55
10.20
11.15
28-06-2016 1 08.15 -Melakukan BHSP setiap bertemu pasien dengan memberi salam dan tersenyum pada
pasien serta selalu bersikap ramah
R/Klien merasa percaya dan tidak canggung saat dilakukan implementasi
-Memberikan terapi injeksi ceftazidime 1gr (IV),omeperazole 40mg (IV),asam traneksamat
500mg (IV),Vit K 10mg (IV)
08.30 R/Pasien kooperatif dalam pemberian obat
-Menanyakan apakah pasien makan dengan baik serta memberikan pengertian kepada
pasien dan ibu untuk memperhatikan kecukupan asupan nutrisi agar tidak memperburuk
kondisi pasien dengan memakan yang disediakan dari rumah sakit
09.00 R/Pasien hanya menghabiskan setengah dari makanannya tadi pagi karena tidak selera dan
merasa bahwa makanannya tidak enak ,pasien ingin makan buah yang kandungan airnya
banyak
-Menjelaskan kepada pasien tentang harga diri rendah dan pengaruhnya dalam kehidupn
sehari-hari seperti tidak dapat mengembangkan potensi diri ,tidak memiliki teman sebagai
sistem pendukung selain ibu
R/Pasien memperhatikan dengan seksama
-Mengkaji kembali alasan mengapa pasien selalu menyendiri di rumah seakan
menyalahkan diri dengan keadaannya namun tidak memaksa pasien untuk menjawab
R/Pasien menjawab merasa malu karen terkena HIV/AIDS sehingga tubuhnya semakin
kurus ,jadi jangan sampai ada tetangga yang tahu tentang penyakitnya dan di usia 36 belum
13.00 berkeluarga
-Mendukung pasien menerima tantangan baru dan mengurangi tingkat ansietas panik
dengan memberikan semangat dan memberikan motivasi merubah persepsinya untuk tetap
membaur dengan lingkungan dengan tidak mengurung diri dirumah dan mengikuti setiap
kegiatan yang ada di lingkungan sekitar untuk tetap menjaga silaturahim dengan sesama
R/Pasien kooperatif dalam mendengarkan dan menjawab akan mencoba saat keluar dari
13.15 rumah sakit
-Meminta pasien mengekspresikan dan menggambarkan perasaan serta persepsi dirinya
dengan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dan bertanya pada pasien apa
pandangan apa yang dimilikinya untuk masa depan atau setelah keluar dari rumah sakit
R/Pasien masih merasa saat ini tidak berguna karena berada di rumah sakit,tapi nanti saat
keluar dari rumah sakit pasien memiliki keinginan untuk membuka kedai dan mengelolanya
bersama ibu
-Membantu pasien mengidentifikasi kelebihan dan kekurangann dengan menyebutkan apa
yang bisa dilakukannya dan belum tentu bisa dilakukan orang lain
13.25 R/Karena suka memasak maka dari itu pasien ingin meembuka kedai,karena dengan
kelebihannya itu ia yakin bisa untukk tercapai
-Menanyakan apakah pasien masih rutin beribadah kepada Allah,misalnya sholat 5 waktu
R/Pasien menjawab tidak sholat karena dengan keadaannya yang lemas dan sering sesak
seperti sekarang ini pasienn meyakini akan sulit untuk beribadah
-Menyarankan untuk tetap menjalankan perintah-Nya minimal sholat wajib
R/Pasien hanya menjawab iya dengan memalingkan muka seakan menolak saran secara
tidak langsung.
13.35
13.40
13.42
13.47
Pengalaman yang dimilikiserta mengikuti kegiatan yang diadakan dalam komnitas. Jadi
tidak hanya berdiam diri dirumah, namun memiliki kegiatan positif untuk mengisi
waktu sehari-hari
R/ Pasein kooperatif dan mengatakan mau mengikuti komunitas tersebut jika tidak ada
tetangganya yang akan tahu tentang penyakitnya
30-06-2016 1 08.25 Melakukan BHSP setiap bertemu pasien dengan memberi salam dan tersenyum
pada pasien, menanyakan kabar pasien setiap bertemu
R/ Pasien menjawab dengan baik
08.45 Memberikan terapi injeksi ceftazidime 1 gr (iv), omeprazole 40 mg /9iv), asam
traneksamat 500 mg (iv0, vit k 10 (iv)
R/ Pasien kooperatif saat pemberian obat
Memasangkan oksigen kepada pasien dengan nasal kanul 3 lpm karena pasien
09.00
mengeluh sesak
R/ Pasien merasa lebih baik dengan dipasangnya oksigen
Membantu pasien minum susu saat ibu berada diluar ruangan
10.00 R/ Pasien menghabiskan segelas susu yang disediakan
Meminta pasien untuk tetap semangat demi kesembuhan dan memberikan motivasi
bahwa tidak semua penderita AIDS hanya bisa berdiam diri dirumah. Nbanyak
13.00 penderita yang tetap bekerja dengan berusaha seperti penata rias, petani, pengusaha
pakaian, tukang kayu, pengrajin dari barang bekas, bahkan juga ada juga yang
bekerja membantu perawat di klinik khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit.
Namun dari semua itu mereka memiliki persepsi yang baik dan tidak menyalahkan
diri karena penyakit tersebut. Mereka memiliki pandangan positif untuk kehidupan
sehari-hari di masa mendatang. Jadi sebenarnya tidak ada yang tidak
mungkinasalkan mau berusaha pasti bisa, tergantung bagaimana cara pandang
setiap individu sendiri.
R/ Pasien bertanya apakah benar seperti itu, dan jika benar maka ia meyakini bisa
mewujudkan keinginannya sendiri
Mengingatkan kembali kepada pasien untuk selalu mengutamakan terpenuhinya
nutrisi, membuang emikiran negatif dan selalu memliki pandangan positif karena
pemikiran negatif dapat memicu stress dan memperburuk kondisi
R/ Pasien mendengarkan dan tersenyum
13.15
Meminta ibu untuk selalu mendampingi serta mengawasi pasien dalam minum obat
agar tidak sampai terulang pasien memutuskan untuk tidak minum obat lagi karena
merasa sudah sehat
R/ Ibu selalu mendampingi pasien dan membantu minum obat sudah saat ada
waktunya
13.25
5. Evaluasi Keperawatan
27-06-2016 14.00 1 S: Pasien mengatakan tidak mau membahas tentang penyebab penyakitnya dan ingin
beristirahat
O:
Pasien masih belum mau mengungkapkan penyebab ia terkena AIDS
Tidak mau mengatakan bagaimana perasaan serta pandangan terhadap diri
Pasien gelisah
Sering memalingkan muka
Keadaan umum cukuop
Tanda-tanda vital:
o TD= 110/ 70 mmHg
o N= 85 kali/ menit
o RR= 20 kali/ menit
o Suhu=37,9 0 C
A: Masalah belum teratasi
P: Pertahankan intervensi 1, 3, 5, 7, 9, 10
28-06-2016 14.10 1 S: Pasien mengatakan merasa lebih baik dari sebelumnya
O:
Pasien mau mengungkapkan perasaannya
Pasien tidak mencari ibunya lagisaat didalam ruangan sendiri
Pasien tidak gelisah saat dilakukan implementasi
Emosional saat disinggung mengenai penyebabnya terkena AIDS
Keadaan umum cukup
Tanda-tanda vital:
o TD= 100/70 mmHg
o N= 80 kali/ menit
o RR= 19 kali/ menit
o Suhu= 37 0 C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,2,5,7,9,10
29-06-2016 14.30 1 S: Pasien mengatakan merasa tidak berguna karena sakit, namun ingin membuka kedai
bersama ibunya setelah keluar dari rumah sakit
Pasien mengatakan salah satu dampak dari harga diri rendah adalah tidak
mempunyai teman
O:
Pasien tidak gelisah
Tidak lagi memalingkan muka
Tidak bersikap acuh lagi
Mau mengatakan penyebab AIDSnya adalah karena pergaulan bebas namun
masih emosional jika disinggung tentang hal tersebut
Dapat mengungkapkan perasaan dan pandangan masa depan
Terbiasa dengan implementasi yang dilakukan
Pasien menghabiskan makanannya
Keadaan umum cukup
Tanda-tanda vital
o TD= 100/70 mmHg
o N= 88 kali/ menit
o RR= 19 kali/ menit
o Suhu= 37,7 0 C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,3,5,7,9.10
30-06-2016 14.20 1 S: Pasien mengungkapkan pandangannya terhadap masa depan dan mengatakan mau
untuk mencoba mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat setelah keluar dari rumah
sakit dan keadaannya membaik, pasien mengeluh sesak
O:
Pasien tidak gelisah
Tidak lagi memalingkan muka
Tidak bersikap acuh lagi
Dapat mengungkapkan perasaan dan pandangan masa depan dengan bekerja dan
mengikuti organisasi derta mencari teman baru
Terbiasa dengan imolementasi yang dilakukan
Pasien sesak dan menggunakan nasal kanul dengan oksigen 3 lpm
Tanda-tanda viatal:
o TD= 100/70 mmHg
o N= 89 kali/ menitTD= 100/70 mmHg
o N= 89 kali/ menit
o RR= 21 kali/ menit
o Suhu= 37,7 0 C
A: Masalah teratasi (pasien memiliki pandangan positif di masa depan dan mau untuk
membuka diri kepada orang lain dan berjanji untuk mengikuti setiap kegiatan di
masyarakat dan mencari teman baru)
P: Hentikan intervensi
Lampiran 5
Waktu : 30 Menit
Pemateri : Rois N
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita ketahui bahwa semakin banyak kasus HIV/ AIDS untuk itu
perlu penjelasan lebih lanjut terhadap pasien AIDS dengan harapan pasien mampu
penyakit HIV/AIDS.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluahan selama 30 menit diharapkan pasien mapu
pencegahannya.
D. SUB POKOK BAHASAN
Pengertian HIV/ AIDS.
Penyebab HIV/ AIDS.
Gejala HIV/ AIDS.
Cara penularan HIV/ AIDS.
Pencegahan HIV/ AIDS.
E. METODE
Jenis model pembelajaran: pertemuan (tatap muka)
Landasan teori: ceramah, diskusi
Langkah pokok: menciptakan suasana pertemuan yang baik
F. MEDIA
Tidak menggunakan media
G. PROSES KEGIATAN
Tahap
Kegiatan Pemateri/ Penyuluh Kegiatan Pasien
Kegiatan
pendahuluan 1. Memberi salam, memperkenalkan diri, dan Memperhatikan
membuka penyuluhan
2. Menjelaskan materi secara umum
3. Menjelaskan tentang TIU dan TIK
Memperhatikan
Memperhatikan
H. EVALUASI
Evaluai yang diberikan berupa pertanyaan terbuka, antara lain:
1. Apa pengertian HIV/ AIDS?
2. Apa saja penyebab HIV/ AIDS?
3. Apa saja gejala-gejala HIV/ AIDS?
4. Bagaimana penularan HIV/ AIDS? Bisa terjadi?
5. Bagaimana pencegahan HIV/ AIDS?
MATERI HIV/ AIDS
A. Pengertian HIV dan AIDS
Acquire Immune Deficiency Sindrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
disebabkan oleh virus yang disebabkan oleh virus yang disebut Human
dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut
sistem kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin
banyak yang rusak. Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua
bentuk infeksi. Pada tahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman
Dalam waktu antara 2-4 minggu setelah infeksi virus HIV, kebanyakan penderita
akan mengalami gejala mirip sakit flu, bisa juga digambarkan sebagai sakit flu, bisa
juga digambarkan sebagai sakit flu terburuk yang pernah diderita. Gejala awal ini
disebut juga sindrom retroviral akut atau infeksi HIV primer, dan gejala ini
merupakan ITU reson alami tubuh terhadap infeksi virus HIV. Selain Seperti
antar lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
tranfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui serta bentuk kontak lainnya dengan cairan
tubuh.
E. Pencegahan HIV/ AIDS
Melakukan abstinensi seks/ melakukan hubungan kelamin dengan pasangan
Waktu : 30 Menit
Pemateri : Rois N
A. LATAR BELAKANG
Pada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) cenderung mengalami penurunan
persepsi diri terutama pada harga diri karena rendahnya dukungan yang disebabkan
oleh masih adanya stigma di masyarakat terkait dengan penularan HIV/ AIDS.
membutuhkan dukungan tidak ada yang membantunya sehingga muncul harga diri
C. POKOK BAHASAN
Pentingnya mengetahui konsep Persepsi Diri dan Harga Diri.
D. SUB POKOK BAHASAN
Pengertian Persepsi Diri dan Harga Diri.
Jenis Harga Diri.
Karakteristik Harga Diri.
Faktor yang mempengaruhi
E. METODE
Jenis model pembelajaran: pertemuan (tatap muka)
Landasan teori: ceramah, diskusi
Langkah pokok: menciptakan suasana pertemuan yang baik
F. MEDIA
G. PROSES KEGIATAN
H. EVALUASI
Evaluasi yang diberikan berupa pertanyaan terbuka, antara lain:
individu menganalisa kesesuaian perilaku dengan ideal diri yang dapat diperoleh
melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai,
disayangi, dikasihi, dan mendapatkan pengahargaan dari orang lain, serta adanya
hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu
penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
dimana hal ini akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian
individu ini diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat tinggi dan rendah
diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa
tabah, dan semakin tahan menghadapi tekanan kehidupan serta tidak mudah
tapi dalam hal-hal yang ditemui dalam kehidupan secara emosional, kreatif,