Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)

yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Noer,1996). Penyakit ini menjadi

ancaman bagi individu,keluarga, dan masyarakat karena dampak yang

ditimbulkannya. Pasien diperkirakan mengawali proses berduka saat

mendapatkan informasi pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS. Hal ini

menyebabkan stress fisik, psikologis, dan sosial. Keterlibatan emosi

memebangkitkan penolakan(denial), kemarahan (anger), penawaran

(hargaining), dan depresi (depression) namun pada akhirnya pasien harus

menerima kenyataan(acceptance). Selain itu pasien merasa tidak nyaman

beranggapan bahwa mengidap HIV adalah memalukan dan sebagai akibatnya

mereka khawatir dipermalukan, dihindari, didiskreditkan dan ditolak. (Ratna

Sitorus, Yati Afiyanti, Welly Vitriawan, 2007 )

Di Indonesia kasus HIV/AIDS ditemukan tahun 1987 pada seorang

wisatawan Belanda yang sakit parah dan kemudian meninggal di Bali.

Menurut data statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia dilaporkan sampai

dengan September 2014, jumlah kasus baru HIV/AIDS dan kematian

berdasarkan tahun pelaporan. Tahun 2010 yang mengidap HIV sebesar 21,591

jiwa sedangkan yang AIDS sebesar 6,907 jiwa, yang meninggal sebesar 1,296

jiwa. Tahun 2011 yang mengidap HIV sebesar 21,031 jiwa sedangkan yang

1
2

AIDS sebesar 7,312 jiwa, yang meninggal sebesar 1,139 jiwa. Tahun 2012

yang mengidap HIV sebesar 21,511 jiwa sedangkan yang AIDS sebesar 8,747

jiwa, yang meninggal sebesar 1,489 jiwa. Tahun 2013 yang mengidap HIV

sebesar 29,037 jiwa sedangakan yang AIDS sebesar 6,266 jiwa, yang

meninggal sebesar 726 jiwa. Tahun 2014 yang mengidap HIV sebesar 22,869

jiwa sedangkan yang AIDS sebesar 1,876, yang meninggal sebesar 211 jiwa.

Di provinsi Nusa Tenggara Timur jumlah penderita HIV sebesar 1,751 dan

jumlah penderita AIDS sebesar 496. Di Kabupaten Belu jumlah yang

mengidap HIV/AIDS berjumlah 562 jiwa dan di Puskesmas Haliwen

berjumlah 33 Orang ( Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014 ) .

Pada penderita HIV/AIDS adanya perlakuan yang berbeda, seperti

dijauhi, dikucilkan, adanya diskriminasi (Hutapea, 2004). Saat ini depresi

merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama karena orang yang mengalami

depresi produktivitasnya akan menurun dan berakibat buruk bagi diri sendiri

dan orang lain (Hawari,2011) . Depresi paling sering ditemukan pada Orang

Dengan HIV/AIDS (ODHA), terutama setelah adanya vonis bahwa dirinya

mengidap HIV/AIDS. Salah satu penyebab dari depresi adalah kurangnya

kurangnya rasa harga diri atau harga diri rendah. Sebagian besar kasus ODHA

menghadapi problema rendah diri atau mempunyai gambaran diri yang

negatif. Pada ODHA yang mengalami depresi bisa di atasi dengan

meningkatkan harga diri yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang bersifat

positif (Stuart & Sundeen,1995).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
3

sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan

diri ,merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri

(Keliath,1998). Harga diri sendiri seseorang diperoleh oleh diri sendiri dan

orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih

sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal

yang buruk (Yosep,2010). Salah satu cara untuk membantu pengelolaan

masalah yang membuat perasaan tertekan atau stres agar tidak membawa

pengaruh negatif terhadap kesehatan adalah adanya dukungan sosial . Kenali

faktor yang menyebabkan HDR dan konsultasikan pemecahan masalah yang

dihadapi , berikan dukungan untuk dapat mengenali kelebihan yang dimiliki

dan mengkoreksi kekurangan pada diri dan mencari solusi secara bersama-

sama , ciptakan lingkungan yang dapat menciptakan kepercayaan diri pada

penderita , berikan apresiasi terhadap apa yang telah diperoleh atau

keberhasilan yang didapat , konsultasikan selalu jika terdapat hambatan dalam

perawatan dan penanganan , bimbing dan damping untuk melakukan aktivitas

dengan orang lain/kelompok yang diharapkan dapat menimbulkan rasa

percaya diri dan kemampuan dalam bersosialisasi (NANDA, 2015) .

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan studi

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Y.B Dan Ny. M.K

Yang Mengalami HIV/AIDS dengan Harga Diri Rendah di Desa Kabuna

Kecamatan Kakuluk Mesak Atambua.”


4

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada Tn. Y.B Dan Ny. M.K Yang Mengalami HIV/AIDS dengan Harga Diri

Rendah di Desa Kabuna Kecamatan Kakuluk Mesak Atambua

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Y.B Dan Ny. M.K

Yang Mengalami HIV/AIDS dengan Harga Diri Rendah di Desa Kabuna

Kecamatan Kakuluk Mesak Atambua ?

1.4 Tujuan Penulisan

1) Tujuan Umum

Untuk mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan Asuhan

Keperawatan Jiwa pada Klien yang mengalami HIV/AIDS dengan harga

diri rendah di wilayah kerja Puskesmas HALIWEN .

2) Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada klien yang

mengalami HIV/AIDS dengan Gangguan Psikososial (Harga Diri

Rendah) .

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada klien yang

mengalami HIV/AIDS dengan Gangguan Psikososial (Harga Diri

Rendah )
5

c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien

yang mengalami HIV/AIDS dengan gangguan psikososial (Harga Diri

Rendah) .

d. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada

klien yang mengalami HIV/AIDS dengan gangguan psikososial (Harga

Diri Rendah) .

e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien

yang mengalami HIV/AIDS dengan Gangguan Psikososial (Harga Diri

Rendah) .

f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan pada

klien yang mengalami HIV/AIDS dengan Gangguan Psikososial (Harga

Diri Rendah) .

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah diharapkan dalam bidang keperawatan

terutama kesehatan klien .

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa pada

klien yang mengalami HIV/AIDS dengan harga diri rendah dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan mulai dari


6

pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas

Sebagai bahan masukkan dan sebagai bahan evaluasi dalam

melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien yang

mengalami HIV/AIDS dengan harga diri rendah.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan jiwa pada

klien yang mengalami HIV/AIDS dengan harga diri rendah yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan pendokumentasian keperawatan.

4. Bagi Keluarga

Sebagai gambaran agar dapat mempertahankan kesehatan keluarga

melalui berperilaku hidup bersih dan sehat dan keluarga tetap

mengoptimalkan dalam penggunan sarana pelayanan kesehatan

yang ada di masyarakat.

5. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman nyata dan sebagai bahan evaluasi dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

HIV/AIDS dengan Harga Diri Rendah.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar HIV/AIDS

2.1.1 Pengertian

AIDS adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retrovirdae. AIDS

merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Sudoyo Aru,dkk 2009).

2.1.2 Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang

disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut

Limphadenophaty Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell eukimia

Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lymphatropic Virus

(Retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA)

menjadi asam deoksirirebonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel

pejamu. Penularan virus ditularkan melalui hubungan seksual (anal, oral,

vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah

terinfeksi HIV , jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai

bergantian, mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV,

ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat

melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI) (Nic-Noc,2015).


8

2.1.3 Patofisiologi

HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120 sehingga

akan terjadi fusi membrane HIV dengan sel induk. Inti HIV

kemudian akan masuk ke dalam sitoplasma sel induk. Dalam sel

induk HIV akan membentuk DNA HIV dari HIV melalui enzim

integrasi kemudian akan membantu DNA HIV untuk berintegrasi

dengan DNA sel induk. DNA virus yang dianggap oleh tubuh

sebagai DNA sel induk, akan membentuk RNA denagn fasilitas sel

induk, sedangkan MRNA dalam sitoplasma akan diubah oleh

enzim protease menjadi partikel HIV partikel itu selanjutnya

mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai

virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun

(imunosupersi) ini akan menyababkan pengurangan dan tergganggunya

jumlah dan fungsi sel limfosit T (Firdaus J, 2013:114-115) .

2.1.4 Manifestasi Klinis

2.1.4.1 Gejala Klinis

Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti

diare kronis, kandidiasi mulut yang luas, pneumoystis carini,

pneumonia interstisialis lifositik, ensefalopati kronik .


9

2.1.4.2 Tanda Mayor (Menurut WHO)

Tanda mayor antara lain kehilangan berat badan lebih dari 10

%, diare kronik lebih dari 1 bulan, demam lebih dari 1 bulan .

2.1.4.3 Tanda Minor

Adalah batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis Pruitis

(gatal), herpes zoster berulang, kandidiasis orofaring, herpes

simpleks yang meluas dan berat, limfadenopati yang meluas .

2.1.4.4 Tanda Lainnya

Adalah sarkoma kaposi yang meluas dan meningitis

kriptokokal .

2.1.5 Penatalaksanaan

Pertama, pemberian penyuluhan di sekolah dan di masyarakat

harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang

berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat

meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.

Kedua , tidak melakukan hubungan seks atau hanya

berhubungan seks dengan satu orang yang di ketahui tidak mengidap

infeksi.

Ketiga, memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu

obat terlarang akan mengurangi penularan HIV.

Keempat, menyediakan fasilitas konseling HIV dimana

identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan secara aninimus


10

serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan pemeriksaan

darah.

Kelima, setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan

disarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari

standar perawatan kehamilan.

2.2 Konsep Dasar Harga Diri Rendah

2.2.1 Pengertian

Harga diri rendah menurut Patricia D.Barry dalam Mental

Health and Mental Illness (2003) perasaan seseorang bahwa dirinya

tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang

dirinya (Iyus yosep,2007).

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri

sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak

berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa

(Depkes RI,2000).

Harga Diri Rendah adalah perasaan tidak berharga , tidak

berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang

negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri . Adanya

perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak

mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep & Sutini,

2014) .

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Harga Diri

Rendah adalah perasaan tidak berharga , tidak berarti, dan rendah


11

diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri .

2.2.2 Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam

konsep diri seseorang. Dalam tinjauan life span history klien,

penyebab terjadnya harga diri rendah adalah pada masa kecil

sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat

individu mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai,

tidak diberi kesempatan dan tidak diterima . Menjelang dewasa

awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan . Harga

Diri Rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan

menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep,2009) .

Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan

harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor

presipitasi sebagai berikut:

2.2.2.1 Faktor Predisposisi

Pertama, faktor yang mempengaruhi harga diri

meliputi penolakan orangtua, harapan orangtua yang tidak

realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,

dan ideal diri yang tidak realistis .


12

Kedua ,faktor yang mempengaruhi performa peran

adalah steorotipe peran gender, tuntutan peran kerja, dan

harapan peran budaya .

Ketiga, faktor yang mempengaruhi identitas pribadi

meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari

kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial .

2.2.2.2 Faktor Presipitasi

Menurut Yosep (2009), faktor prepitasi terjadinya

harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian

tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan,

atau produktivitas yang menurun . Secara umum, gangguan

konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara

situasional atau kronik . Secara situasional karena trauma

yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,

kecelakaan, perkosaan, atau di penjara, termasuk dirawat

di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah

disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat

bantu yang membuat klien tidak nyaman . Harga diri

rendah kronik, biaanya dirasakan klien sebelum sakit atau

sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan

meningkat saat dirawat .

Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan

dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap

perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good


13

me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga

perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak

oleh lingkungan apabila koping yang digunakan tidak

efektif akan menimbulkan harga diri rendah . Menurut

Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu,

pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial

seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial,

tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan

penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah (Yosep

dan Sutini, 2014 ).

2.2.3 Manifestasi Klinis

2.2.3.1 Menurut Damaiyanti (2008) tanda dan gejala harga diri

rendah kronik

Adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak

mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan

produktivitas, dan penolakan terhadap kemampuan diri. Selain

data di atas dapat juga mengamati penampilan seseorang

dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang

memperhatikan perawatan diri ,berpakaian tidak rapi, selera

makan kurang , tidak berani menatap lawan bicara, lebih

banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada

lemah.
14

2.2.3.2 Menurut Yosep (2010) tanda dan gejala harga diri rendah

adalah

Mengejek dan mngkritik diri, merasa bersalah dan

khawatir, menghukum, atau menolak diri sendiri,

mengalami gejala fisik, misal tekanan darah tinggi,

gangguan penggunaan zat , menunda keputusan , sulit

bergaul , menghindari kesenangan yang dapat memberi

rasa puas, menarik cemas, panik, cemburu, halusinasi diri

dari realitas, dan cemburu.

2.2.3.3 Menurut Keliath tanda dan gejala harga diri rendah adalah

Tanda dan gejala yang dapat muncul pada klien harga diri

rendah adalah perasaan malu terhadap diri sendiri, individu

mempunyai perasaan kurang percaya diri, rasa bersalah

terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam

meraih sesuatu, merendahkan martabat diri sendiri,

menganggap dirinya berada dibawah orang lain, gangguan

berhubungan sosial seperti menarik diri, lebih suka

menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain, rasa

percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan

kemampuan yang dimiliki, sukar mengambil keputusan,

cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu,

menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang

rendah disertai harapan yang suram sehingga


15

memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan , mudah

tersinggung atau marah berlebihan, perasaan negatif

mengenai tubuhnya sendiri, kurang memperhatikan

perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan

menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih

banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada lemah,

penyalahgunaan zat ( NANDA, 2015).

2.2.4 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep-diri Harga diri rendah Kerancuan identitas

Depersonalisasi positif

Sumber : ( Damaiyanti, Mukhripah, Iskandar. 2014)

2.2.5 Penatalaksanaan

Terapi yang dapat diberikan adalah :

2.2.5.1 Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita

bergaul lagi dengan orang lain, perawat, dokter maksudnya

supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia

menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang

baik . Dianjurkan untuk mengadakan permainan latihan

bersama.
16

2.2.5.2 Therapi Aktivitas Kelompok

Dibagi empat, yaitu therapi aktivitas kelompok

stimulasi kognitif/persepsi, therapi aktivitas kelompok

stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi

realita dan, therapi aktivitas kelompok sosialisasi .

Dari empat jenis therapi aktivitas kelompok di atas

yang paling relevan dilakukan pada individu dngan

gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapi

aktivitas kelompk stimulasi persepsi adalah therapi yang

menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait

dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan

dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa

kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah

(Nanda II,2015) .

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang

berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko,

sosial, dan spritual yang komprehensif yang ditujukan bagi individu,

keluarga, masyarakat yang sehat maupun sakit serta mencakup seluruh

proses kehidupan . Layanan keperawatan pada klien dilakukan dengan

menggunakan proses keperawatan (Asmadi,2008 ) .


17

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

ilmiah yang digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan

keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian,

identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan,

implementasi tindakan keperawatan serta evaluasi (Asmadi,2008).

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari

proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan

data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien . Data yang

dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan

spritual (Keliath,dkk, 2005: 3) .

Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi

seperti psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme

koping klien .

Pengkajian meliputi beberapa faktor yaitu :

2.3.1.1 Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya

harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak

realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,

ideal diri yang tidak realistis.


18

2.3.1.2 Faktor Presipitasi

2.3.1.2.1 Menurut Sunaryo (2004)

Terjadi apabila peran yang diinginkan individu,

sedang diduduki individu

lain, peran yang tidak jelas terjadi apabila

individu dibrikan peran yang kabur, sesuai

perilaku yang diharapkan, peran yang tidak

sesuai terjadi apabila individu dalam proses

peralihan mengubah nilai dan sikap, peran

berlebihan terjadi jika seseorang individu

memiliki banyak peran dalam kehidupannya .

2.3.1.2.2 Menurut Stuart (2006)

Sumber internal atau eksternal seperti

trauma seperti penganiayaan seksual dan

psikologis atau menyaksikan peristiwa yang

mengancam kehidupan , ketegangan peran

berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dan individu mengalaminya sebagai

frustasi .

Ada tiga jenis transisi peran yaitu

transisi peran perkembangan, transisi peran

situasi, transisi peran sehat-sakit .

Menurut Stuart (2006) perilaku yang

berhubungan dengan harga diri rendah kronik


19

adalah mengkritik diri sendiri dan orang lain,

penurunan produktivitas, destruktif yang

diarahkan pada orang lain, gangguan dalam

berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan,

perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah

tersinggung atau marah yang berlebihan,

perasaan negatif tentang dirinya sendiri,

ketegangan peran yang dirasakan, pandangan

hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan

hidup yang bertentangan, penolakan terhadap

kemampuan personal, destruktif terhadap diri

sendiri, pengurungan diri, menarik diri secara

sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari

realitas dan khawatir .

2.3.1.3 Sumber Koping

Menurut Stuart (2006) semua orang tanpa

memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai beberapa

bidang kelebihan personal yang meliputi aktivitas

olahraga dan aktivitas di luar rumah, hobi dan kerajinan

tangan seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri,

pendididikan atau pelatihan

Pekerjaan, vokasi, atau posisi, bakat tertentu,

kecerdasan, imajinasi dan kreativitas, hubungan

interpersonal .
20

2.3.1.4 Mekanisme Koping

Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk

pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang

serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk

melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri

yang menyakitkan . Pertahanan tersebut mencakup

pertahanan jangka pendek dan jangka panjang, pertahanan

jangka pendek mencakup berikut ini :

Pertama, aktivitas yang memberikan pelarian

sementara dari krisis identitas diri misalnya, konser musik,

bekerja keras, menonton televisi secara obsesif .

Kedua, aktivitas yang memberikan identitas

pengganti sementara ( misalnya, ikut serta dalam klub

sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng ).

Ketiga, aktivitas yang sementara menguatkan

atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu

(misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,

kontes untuk mendapatkan popularitas).

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :

Pertama, penutupan identitas adopsi identitas

prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa

memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri

individu
21

Kedua, identitas negatif asumsi identitas yang

tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima

masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan

fantasi, disosiasi, proyeksi, pengalihan, berbalik marah

terhadap diri sendiri dan amuk (Damaiyanti dan

Iskandar,2012) .

2.3.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang

respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau

masyarakat terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan

(Carpenito,1996) .

Diagnosa yang diangkat adalah : Harga diri rendah kronik .


22

2.3.2 Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Effect

Harga Diri Rendah Kronik

Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif

Causa

Sumber : : (Damaiyanti Dan Iskandar, 2012: 45)

2.4 Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan Harga diri Rendah Kronik

No PASIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek Mendiskusikan
positif yang dimiliki klien. masalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat klien di
2 rumah.
Membantu klien menilai kemampuan
Menjelaskan
klien yang masih dapat digunakan.
pengertian, tanda dan
gejala harga diri rendah
yang dialami klien
beserta proses
3 Membantu klien memeilih atau terjadinya
menetapkan kegiatan yang akan dilatih Menjelaskan cara-cara
4 sesuai dengan kemampuan klien. merawat klien dengan
Melatih klien sesuai dengan kemampuan harga diri rendah
yang dipilih Mendemonstrasikan
23

cara merawat klien


5 dengan harga diri
Memberikan pujian yang wajar terhadap rendah
keberhasilan klien. Memberi kesempatan
pada keluarga untuk
6 mempraktikkan cara
Menganjurkan klien memasukkan dalam merawat klien dengn
jadwal kegiatan harian. harga diri rendah
1 SP2P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien. Melatih keluarga
mempraktikkan cara
2 merawat langsung
Melatih klien melakukan kegiatan lain kepada klien harga diri
3
yang sesuai dengan kemampuan klien. rendah
Menganjurkan klien memasukkan dalam SP3K
jadwal kegiatan harian Membuat perencanaan
pulang bersama
keluarga dan membuat
jadwal aktivitas
dirumah termasuk
minum obat (discharge
planning)
Menjelaskan follow up
klien setelah pulang.

SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiiki

pasien, mebantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,

membantu asien memilih /menetapkan kemampuan yang akan dilatih,

melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan

kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi

”Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”

Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan

yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
24

masih dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih

satu kegiatan untuk kita latih.”

“Dimana kita duduk? Bagaimana kalu diruang tamu? Berapa lama?

Bagaimana kalau 20 menit?”

Kerja

”T, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apalagi? Saya buat

daftarnya ya! Apa pula kegiatan rmah tangga yang biasa T lakukan?

Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan

seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T

miliki!”

“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini yang masih dapat dikerjakan di

rumah sakit? (Misalnya ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus

sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini!”

“sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah

sakit ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,

bagaiman kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita

lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”

“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur mari pindahkan dulu bantal

dan selimutnay. Bagus! Sekarang kita angkat sepreinya dan kasurnya kita

balik. Nah, sekarang kita pasang lagi sepreinya kita mulai dari arah atas,

ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan lalu sebelah pinggir

masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan disebelah

atas/kepala. Marih kita lipat selimut! Bagus!”


25

“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan

bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”

“Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda dikertas dftar kegiatan,

tulis M (Mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B ( Bantuan) kalau

melakukan dengan dibantu, dan tulis T (Tidak) kalau T tidak melakukn

(perawat memberi kertas berisi daftar kegiatan harian).”

Terminasi

”Bagaiman perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan lathan merapikan

tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat

dilakukan dirumah sakit ini. Saah satunya, merapikan tempat tidur, yang

sudah T praktikkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat juga

dilakukan juga dirumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan

pada jadwal ahrian. T mau berapa jam sehari merapikan tempat tidur,

bagus, dus kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam empat

sore.”

“ Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat

kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan

tempat tidur? Ya bagu,cuci piring... kalau begitu kita akan latihan mencuci

piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai

jumpa ya!”

SP2 pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan yang

dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien.


26

Orientasi

“selamat pagi,bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah!

Bagaimana T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Baguas

kalau sudah dilakukan (jika pasien belum mampu melakukannya, ulang

dab bantu kembali) sekrang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih

ingat apa kegiatan itu T?”

“ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci pring di dapur.”

“waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja

“T, sebelum mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,

yaitu sabut/spons untuk membersihkan piring,sabun khusus untuk

mencuci piring, dan air untuk membilas, T dapat menggunakan air

mengalir dari keran ini. Oh ya, jangan lupa sediakan tempat sampah

untuk membuang sisa makanan.”

“sekarang aya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya

perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa

kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian t

bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/spons yang sudah

diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni,bilas dengan air

bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah

itu, T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah

tersedia di dapur. Nah selesai...!”


27

“sekarang coba T yang melakukan...”

“bagus sekali, T dapat mempraktikkan cuci piring dengan baik! Sekarang

dilap tangannya.

Terminasi

“bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”

“bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan

sehari-hari.”

“T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga

kali setelah makan.”

“besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan

tempat tidu dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar

kita akan latian mengepel.”

“mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!”

SP1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadap keluarga dalam

merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan

gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga

diri rendah,mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri

rendah , dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan

cara merawat.

Orientasi

“selamat pagi! Bagaimana keadaan bapak/ibu pagi ini?”


28

“bagaimana kalau pagi ini kita bercakap cakap tentang cara merawat T?

Berapa lama ? bagaimana kalau kita tiga puluh menit? Baik, mari duduk

diruangan wawancara!”

Kerja

“apa bapak/ibu ketahui tentang masalah?”

“ya memang,benar sekali pak/Bu,T itu memang terlihat tidak percaya diri

dan sering menyalahgunakan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya

adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu

memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya

pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Jika keadaanya

terus menerus seperti itu,T dapat mengalami masalah yang yang lebih

berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang laindan memilih

mengurung diri.”

“sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?

Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti!”

“setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi maalah serius, kita

perlu memberikan perawatan yang baik untuk T.”

“Bapak/Ibu,apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga

mengatakn hal yang sama.”(jika sama dengan kemampuan yang dikatakan

T.) T telah berlatih dua kegiatan,yaitu

Merapikan tempat tidur dan cuci piring. T juga telah dibuatkan jadwal

untuk kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-

alatnya, ya Pak/Bu. Jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya

meningkat. Ajak pula memberi tanda contreng pada jadwal kegiatannya.


29

Selain itu, jika T sudah tidak lagi dirawat dirumah sakit, Bapak/Ibutetap

memantau perkembangan t. Jika masalah harga dirinya kembali muncul

dan tidak tertangani lagi, Bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas.”

“Nah,bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberikan pujian

kepada T. Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu

berikan pujian seperti,” Bagus sekali T,kamu sudah semakin terampil

mencuci piring!”

“Coba Bapak/Ibu praktikkan sekarang. Bagus!”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah percakapankita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelakan kembali masalah yang dihadapi T dan

bagaimana cara merawatnya?”

“Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali

Bapak/Ibu mengunjungi T lakukan seperti itu. Nanti dirumah juga

demikian.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan

cara memberi pujian langsung kepada T?”

“Pukul berapa Bapak/Ibu datang? Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!”

SP2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien

harga diri rendah langsung pada pasien.


30

Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita

pelajari dua hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mempraktikkan langsung pada T.”

“Bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T!”

Kerja

“Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya datang

bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang

tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.” (kemudian Anda

berbicara kepada keluarga sebagai berikut.)

“Nah Pak/Bu,sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktikkan apa yang sudah

kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap

perkembangan anak Bapak/Ibu.” (perawat mengobservasi keluarga

mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah dilakukan pada

pertemuan sebelumya.)

“Bagaiman perasaan T setelah berbincang-bincang dengan orang tua T?”

“Baiklah, sekarang perawat dengan orang tua T ke ruang perawat

dulu!”(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan

terminasi dengan keluarga.)

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara perawatan tadi

pada T.”
31

“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman

Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan

tempatnya sama seperti sekarang ya?”

SP3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu! Karena hari ini T sudah boleh pulang, kita akan

membicarakan jadwal T selama dirumah.”

“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kanto!”

Kerja

“Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,

apakah semua dapat dilaksanakan di rumah? Pak/Bu, jadwal yang telah

dibuat selama T dirawat di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik

jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya.”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang

ditampilkan oleh T selama di rumah. Contohnya kalau T terus_menerus

menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri,

menolak minum obat, atau memperlihatkan perilaku membahayakan

orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di puskesmas

terdekat dari rumah Bapak/Ibu.”

“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan t

selama di rumah.”

Terminasi

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas?”


32

“Ini jadwal kegiatan harian T untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan

untuk perawat K di Puskesmas. Jangan lupa kontrol ke puskesmas

sebelum obat habis atau ada gejala yang terlihat. Silakan selesaikan

administrasinya!”

2.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh

berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa

menggunakan rencana tertulis dalam melaksanaan tindakan keperawatan.

Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis,

yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat

membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga

tidak memenuhi aspek legal.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat

perlu memvalidasi dengan singkat; apakah rencana tindakan masih sesuai

dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai

diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan

teknikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan.

Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Setelah

tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada

saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak

dengan klien yang isinya menjelaskan a yang akan dikerjakan dan peran
33

serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua tindakan yang

telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2006: 17) .

2.6 Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada

respon klien terhadap tindakan keperwatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan

setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang

dilakukan dengan membandingkan antar respon klien dan tujuan khusus

serta umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,

sebagai pola pikir.

Pertama, (S) Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan : ‘’ bagaimana

perasaan ibu setelah latihan napas dalam?

Kedua, (O) Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku

klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang

telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

Ketiga, (A) Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau

ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula

membandingkan hasil dengan tujuan.


34

Keempat, (P) Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil

analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien , dan tindak

lanjut oleh perawat.

Rencana tindak lanjut dapat berupa rencana diteruskan jika masalah

tidak berubah, rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan,

tetapi hasil belum memuaskan, rencana dibatalkan jika ditemukan masalah

baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada; diagnosis lama juga

dibatalkan, rencana atau diagnosis sesuai jika tujuan sudah tercapai dan

yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang

baru.

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat

melihat adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan dan

memelihara perubahan tersebut. Pada evaluasi sangat diperlukan

reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan

keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self- reinforcement (Keliat,

2006: 17) .
35

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Desain Penulisan.

Desain yang di gunakan pada penelitian adalah studi kasus eksplorasi

yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan

berbagai sumber informasi. Studi kasus yang di pelajari berupa peristiwaa

aktivitas atau individu. Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.Y.B dan N.y M.K Yang Mengalami

HIV/AIDS Dengan Harga Diri Rendah Di Desa Kabuna Kecematan Kakuluk

Mesak Atambua.

3.2 Batasan Istilah.

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Y.B dan Ny.M.K Yang Mengalami

HIV/AIDS Dengan Harga Diri Rendah Di Desa Kabuna Kecematan Kakuluk

Mesak Atambua . Konsep : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,

Pelaksanaan, Evaluasi dan Dokumentasi.

3.3 Partisipan

Karakteristik partisipan / unit analisi / kasus yang akan diteliti dalam

penelitian adalah klien dan atau keluarganya. Subyek yang digunakan adalah 2

klien (2 kasus) dengan harga diri rendah dan HIV/AIDS . Pada penelitian ini

partisipan yang digunakan adalah klien yang mengalami HIV/AIDS dengan

Harga Diri Rendah.

35
36

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.

Studi kasus pada klien di komunitas, sasarannya adalah klien dan

keluarga. Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama kurang

lebih 2-3 minggu dengan jumlah kunjungan minimal 4 kali seminggu

selama perawatan.

3.5 Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data yang digunakan:

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama, Riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga dll). Sumber data

dari klien, keluarga, perawat lainnya).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik, TTV (dalam pendekatan IPPA :

Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ) pada sistem tubuh klien.

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan

data yang relevan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas dan atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti

menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilaksanakan dengan: 1)

Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan dan 2) sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu:

pasien, perawat dan Keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.
37

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian di lapangan sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data di

lakukan dengan cara mengemukakan fakta selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisa yang digunakan dengan cara jawaban–jawaban dari

penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisa

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dengan studi dokumentasi

yang menghasilkan data untuk selanjutnya di interprestasikanoleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut.

1. Pengumpulan Data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumentasi), hasil ditulis dalam bentuk catatan, lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data

subyektif dan obyektif. Dianalisis berdasarkan pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.


38

3. Penyajian data

Penyaji data penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden klien dijamin

dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibalas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

prilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilanjutkan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

dsiagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etik Penelitian.

Etik penelitian dicantumkan etika yang mendasari penyusunan

studi kasus, terdiri dari :

1. Informed concent (persetujuan menjadi klien) : Diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuannya adalah agar subyek mengerti maksud

dan tujuan penelitian

2. Anonymity (tanpa nama) : Masalah etika keperawatan masalah yang

memberikan jaminan dan penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan di sajikan


39

3. Confidentiality (kerahasiaan) : Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.


40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Klien 1 Tn.Y.B tinggal di Nekafehan RT/RW 02/03 Desa

Kabuna Kecematan Kakuluk Mesak Atambua . Klien tinggal bersama

Ibu Mertua,Istri, dan seorang anak piara . Rumah klien semipermanent

lantai semen, dinding bebak dan beratapkan seng. Klien tinggal

berdekatan dengan tetangga dan keluarganya.

Klien 2 Ny. M.K tinggal di Nekafehan RT/RW 02/03 Desa

Kabuna Kecematan Kakuluk Mesak Atambua . Klien tinggal bersama

suami dan mama . Rumah klien semipermanent dengan lantai semen,

dinding bebak dan beratapkan seng . Klien tinggal berdekatan dengan

tetangga .

4.1.2 Pengkajian

I. IDENTITAS KLIEN 1

Inisial : Tn. Y.B Tanggal Pengkajian :25-02-2016

Umur :40 tahun

Informan :Klien

IDENTITAS KLIEN 2

Inisial : N.y M.K Tanggal Pengkajian :25-02-2016

Umur : 40 tahun

Informan : Klien
41

II. Faktor Predisposisi

1. Klien 1 dan Klien 2 tidak pernah mengalami gangguan jiwa

dimasa lalu .

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Klien1 dan Klien 2 tidak pernah mendapatkan pengobatan

sebelumnya .

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien 1

Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan ketika kedua orang tuanya meninggal . Klien

merasa sedih dan sangat terpukul .

Klien 2

Klien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan ketika ayahnya meninggal . Klien merasa sangat

susah karena yang menjadi tulang punggung selama ini adalah

ayahnya .

Masalah Keperawatan : Respon pasca trauma

III. Fisik

Klien 1 : Tn. Y.B

Tanda vital TD :120/90 MmHg N : 85x/menit S :36,7 Oc, RR:

18x/menit

TB:160 cm BB:56 kg . Klien mengatakan adanya perubahan pada

berat badannya yang semakin menurun dan Klien mengatakan


42

bahwa dia merasa malu pada diri sendiri, dan lingkungan sekitar,

dan kurangnya rasa percaya diri karena sakit yang ia derita .

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

Klien 2 : Ny.M.K

Tanda vital : TD :110/90MmHg N :75x/menit S :36 Oc RR:

20x/menit,

TB:150 cm BB:40 kg . Klien mengatakan sering sakit pada bagian

punggung ,tidak adanya nafsu makan,dan klien merasa terganggu

dengan dengan penyakit yang di alaminya .

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah


43

IV. Psikososial

Genogram :

Genogram Keluarga 1

40 tahun

Genogram Keluarga 1

40 tahun

Keterangan :

: Laki – laki : Tinggal Serumah

:Perempuan : Meninggal

Usia : Pasien
44

Klien 1 : Klien mengatakan ia anak ke 3 dari 3 bersaudara dan

memiliki 2 bersaudara dan klien merupakan anak ke 3 dan

orang tuanya sudah meninggal.

Klien 2 : Klien mengatakan ia memiliki 4 bersaudara dan klien

merupakan anak ke 3. Ayahnya sudah meninggal hanya ibu

mereka yang masih hidup dan bersama dengan mereka

sekarang.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

1. Konsep Diri

a. Gambaran Diri :Klien 1 : Klien mengatakan anggota badan

yang ia sukai adalah tangan karena dengan tangannya ia

bisa melakukan pekerjaan sehari-hari .

Klien 2 : Klien mengatakan suka dengan seluruh anggota

tubuhnya.

b. Identitas

Klien 1 : Klien mengatakan dia adalah seorang laki-laki

berusia 40 tahun, sudah berkeluarga dan belum mempunyai

anak .

Klien 2 : Klien mengatakan suka menjadi seorang

perempuan

c. Peran

Klien 1 : Klien mengatakan ia berperan sebagai kepala

rumah tangga .
45

Klien 2 : klien mengatakan ia berperan sebagai ibu rumah

tangga .

d. Ideal Diri 

Klien 1 : Klien megatakan bahwa dirinya saat belum

mengalami sakit yang di derita, klien suka bergaul bersama

tetangga dan suka ikut dalam kegiatan kelompok .

Klien 2 : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari sakit

yang ia derita .

e. Harga Diri

Klien 1 : Klien mengatakan bahwa dia merasa malu pada

diri sendiri dan lingkungan sekitar, dan kurangnya rasa

percaya diri karena sakit yang ia derita .

Klien 2 : Klien mengatakan merasa dirinya tidak berharga

dimata orang lain, klien merasa putus asa dan tidak adanya

rasa percaya diri .

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

2. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti

Klien 1 : Klien mengatakan orang yang berarti untuk saat ini

hanyalah istri dan keluarganya .

Klien 2 : Klien mengatakan keluarganya sangat berarti

untuk dirinya
46

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyrakat:

Klien 1 : Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan

dimasyarakat

Klien 2 : Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan

seperti kelompok doa .

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Klien 1 : Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangga

sekitar

Klien 2 : Klien mengatakan rasa percaya diri kurang dan

malu bertemu orang lain .

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

3. Spiritual

a. Nilai dari keyakinan :

Klien 1 : Klien mengatakan ia menganut agama katolik dan

ia hanya percaya kepada Tuhan saja

Klien 2 : Klien mengatakan ia beragama katolik dan ia

sering ke gereja

b. Kegiatan dalam ibadah :

Klien 1 : Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan

ibadah dikelompok .

Klien 2 : Klien mengatakan ia mengikuti kegiatan ibadah

kelompok (legio maria) .

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


47

4. Status Mental

1. Penampilan

Klien 1 dan Klien 2 saat dikaji memakai baju bersih dan klien

tampak rapi.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan

Klien 1 : Klien berbicara terbuka tapi tidak adanya kontak mata

klien selalu menunduk .

Klien 2: Klien berbicara sangat baik, dan menjawab pertanyaan

sesuai dengan apa yang ditanyakan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik

Klien 1 dan Klien 2 mau melakukan aktivitas apa saja.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Alam Perasaan

Klien 1 : Klien tampak sedih

Klien 2 : Klien mengatakan ia sering merasa cemas dan stress

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan dan

Kecemasan

5. Afek

Klien 1 : Afek klien sesuai dengan stimulus saat diberi pujian

Klien 2 : ekpresi klien mengikuti stimulus yang diberikan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


48

6. Interaksi selama wawancara

Klien 1 : Klien saat dikaji berbicara dengan terbuka tapi tidak

adanya kontak mata.

Klien 2 : Klien saat dikaji adanya kontak mata yang baik .

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Persepsi

Klien 1 dan Klien 2 tidak mengalami gangguan halusinasi

pendengaran,penglihatan,pengecapan,pembauan dan perabaan.

Masalah Keperawatan :Tidak ada maslah keperawatan

8. Proses Pikir

Klien 1 : Klien dapat menjelaskan dengan baik apa yang

ditanyakandan kata-kata yang diucapkan mudah dipahami

Klien 2 : Tidak ada gangguan proses pikir karena klien

dapat menjelaskan tentang riwayat pertama kali ia

mengalami sakit

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir

Pada gangguan isi pikir klien 1 dan klien 2 tidak pernah bicara

yang aneh.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran

Saat ditanya sekarang jam berapa ?

dan sekarang klien berada dimana ?

Klien 1 dan klen 2 bisa menjawab pertanyaan dengan benar.


49

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori

Klien 1 : Saat ditanya klien umur berapa ? Klien bisa

menjawab dengan benar. Dan Klien mampu menceritakan

apa yang terjadi dimasa lalu, saat belum sakit dan sesudah

sakit.

Klien 2 : Klien mampu menceritakan kembali yang telah

terjadi dimasa lalu.

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrsi dan berhitung

Klien 1 dan Klien 2 pada saat berkomunikasi memperhatikan

dan saat klien diminta untuk menghitung 4 + 1 = berapa?

Jawabannya 5.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaiaan

Klien 1 : Saat klien diminta untuk memilih antara makan

dahulu atau tidur, klien memilih untuk makan yang

didahulukan.

Klien 2 : Klien mampu memilih kegiatan apa yang akan ia

lakukan untuk mengurangi rasa percaya diri

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri

Klien 1 : Klien mengatakan saat pertamakali mendengar

penyakit yang di alami saat ini , ia sempat tidak menerima .


50

Tetapi setelah semuanya direnungkan ia mengatakan bahwa

penyakit yang dia derita adalah cobaan dari Tuhan dan pada

akhirnya ia menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya

dengan pasrah .

Klien 2 : Klien mengatakan ia tidak pernah menyalahkan orang

lain, klien sadar ia terjangkit penyakit seperti ini karena

kesalahan diri sendiri.

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

5. KEBUTUHAN PULANG ( Klien 1 dan Klien 2 tidak dirawat dirumah sakit.

Klien1 dan klien 2 dirawat dirumah sendiri.)

a. Kemampuan klien memenuhi atau menyediakan kebutuhan :

Klien 1 dan klien 2 mampu memenuhi kebutuhan hariannya

sendiri.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Kegiatan hidup sehari-hari

- Perawatan diri : Klien 1 dan klien 2 mampu memenuhi

kebutuhan sehari-hari seperti makan dan kebersihan diri

seperti mandi, BAB, BAK, dan ganti pakaian.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

- Nutrisi : Klien 1 dan 2 dapat menghabiskankan porsi makan

yang disediakan,frekuensi 3x sehari.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


51

c. Kemampuan

Klien 1 dan 2 mampu memenuhi kebutuhan sendiri, membuat

keputusan, penngunaan obat dan melakukan pemeriksaan

kesehatan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d . Klien memiliki sistem pendukung

Saat dirumah klien1 dan 2 mendapat dukungan dari keluarga .

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. MEKANISME KOPING

Klien 1 dan 2 : Untuk meningkatkan rasa percaya diri klien

menerapkan kegiatan aktivitas sehari hari dirumah dan masukkan

dalam jadwal kegiatan. Sedangkan menghilangkan rasa cemas dan

stress klien sering berbicara dengan orang lain dan menggunakan

teknik relaksasi napas dalam .

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. MASALAH PISIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Klien 1 : Klien mengatakan tidak ada masalah sebaliknya mereka

sangat memberikan dukungan agar ia bisa mengikuti pengobatan. Dan

klien juga mengatakan tidak ada masalah karena didalam lingkungan

yang dia tinggal sangat mendukung dia dan mereka berhubungan

sosial dengan baik . Klien mengatakan ia hanya tamat SD dan klien


52

mengatakan dalam pekerjaan tidak ada maalah yang ia hadapi. Kondisi

ekonomi sangat kurang karena penghasilan yang pas-pasan.

Klien 2 : klien mengatakan ia mendapat dukungan keluarganya.

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungannya. Klien

hanya tamat SD dan pekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga

dan kondisi ekonomi sangat cukup untuk kebutuhan sehari hari .Klien

selalu konsultasi penyakitnya ke RS Umum Atambua atau Puskesmas

Haliwen .

8. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Klien 1

- Harga diri rendah

- Isolasi sosial

- Gangguan alam perasaan dan kecemasan

- Respon pasca trauma

2. Klien 2

- Harga diri rendah

- Isolasi sosial

- Gangguan alam oerasaan dan kecemasan

- Respon pasca trauma

1) Klien 1 : Harga Diri Rendah

2) Klien 2 : Harga Diri Rendah


53

4.1.3. Diagnosa Keperawatan

1) Klien 1 : Harga Diri Rendah

2) Klien 2 : Harga Diri Rendah

4.1.4. ANALISA DATA SINTESA

NAMA : Tn.Y.B dan Ny.M.K


TGL DATA MASALAH TT
25/02/2016 DS: Harga diri rendah
Klien 1  Klien mengatakan adanya perubahan pada BB
yang semakin menurun
 Merasa malu pada diri sendiri dan lingkungan
sekitar
 Kurang rasa percaya diri
DO:
 Tidak adanya kontak mata
 Ekspresi wajah sedih
 Klien tampak malu
25/02/2016 DS: Harga diri rendah
Klien 2  Klien mengatakan merasa dirinya tidak berharga
dimata orang lain
 Merasa putus asa
 Klien mengatakan malu bertemu orang lain
 Rasa percaya diri kurang
 Merasa tergangguu pada penyakit yang
dialaminya

DO:
 Tidak ada nafsu makan
 Eskpresi wajah tidak berseri
 Klien tampak panik
 Klien tampak berkeringat
54

4.1.5. Intervensi Keperawatan

No PASIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif Mendiskusikan masalah
yang dimiliki klien. yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien di
rumah.

2 Membantu klien menilai kemampuan klien yang Menjelaskan pengertian,


masih dapat digunakan. tanda dan gejala harga diri
rendah yang dialami klien
beserta proses terjadinya

3 Membantu klien memeilih atau menetapkan Menjelaskan cara-cara


kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan merawat klien dengan harga
kemampuan klien. diri rendah

4 Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang Mendemonstrasikan cara


dipilih merawat klien dengan harga
diri rendah

5 Memberikan pujian yang wajar terhadap Memberi kesempatan pada


keberhasilan klien. keluarga untuk
mempraktikkan cara
merawat klien dengn harga
diri rendah

6 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal Melatih keluarga


kegiatan harian. mempraktikkan cara
merawat langsung kepada
klien harga diri rendah

SP2P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Membuat perencanaan
pulang bersama keluarga
2 Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dan membuat jadwal
dengan kemampuan klien. aktivitas dirumah termasuk
minum obat (discharge
3 Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal planning)
kegiatan harian
Menjelaskan follow up
klien setelah pulang.
55

SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiiki

pasien, mebantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,

membantu asien memilih /menetapkan kemampuan yang akan dilatih,

melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan

kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi

”Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”

Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan

yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang

masih dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih

satu kegiatan untuk kita latih.”

“Dimana kita duduk? Bagaimana kalu diruang tamu? Berapa lama?

Bagaimana kalau 20 menit?”

Kerja

”T, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apalagi? Saya buat

daftarnya ya! Apa pula kegiatan rmah tangga yang biasa T lakukan?

Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan

seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T

miliki!”

“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini yang masih dapat dikerjakan di

rumah sakit? (Misalnya ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus

sekali ada tiga kegiatsan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini!”
56

“sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah

sakit ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,

bagaiman kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita

lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”

“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur mari pindahkan dulu bantal

dan selimutnay. Bagus! Sekarang kita angkat sepreinya dan kasurnya kita

balik. Nah, sekarang kita pasang lagi sepreinya kita mulai dari arah atas,

ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan lalu sebelah pinggir

masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan disebelah

atas/kepala. Marih kita lipat selimut! Bagus!”

“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan

bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”

“Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda dikertas dftar kegiatan,

tulis M (Mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B ( Bantuan) kalau

melakukan dengan dibantu, dan tulis T (Tidak) kalau T tidak melakukn

(perawat memberi kertas berisi daftar kegiatan harian).”

Terminasi

”Bagaiman perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan lathan merapikan

tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat

dilakukan dirumah sakit ini. Saah satunya, merapikan tempat tidur, yang

sudah T praktikkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat juga

dilakukan juga dirumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan

pada jadwal ahrian. T mau berapa jam sehari merapikan tempat tidur,
57

bagus, dus kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam empat

sore.”

“ Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat

kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan

tempat tidur? Ya bagu,cuci piring... kalau begitu kita akan latihan mencuci

piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai

jumpa ya!”

SP2 pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan yang

dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien.

Orientasi

“selamat pagi,bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah!

Bagaimana T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Baguas

kalau sudah dilakukan (jika pasien belum mampu melakukannya, ulang

dab bantu kembali) sekrang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih

ingat apa kegiatan itu T?”

“ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci pring di dapur.”

“waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja

“T, sebelum mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,

yaitu sabut/spons untuk membersihkan piring,sabun khusus untuk

mencuci piring, dan air untuk membilas, T dapat menggunakan air


58

mengalir dari keran ini. Oh ya, jangan lupa sediakan tempat sampah

untuk membuang sisa makanan.”

“sekarang aya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya

perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa

kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian t

bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/spons yang sudah

diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni,bilas dengan air

bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah

itu, T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah

tersedia di dapur. Nah selesai...!”

“sekarang coba T yang melakukan...”

“bagus sekali, T dapat mempraktikkan cuci piring dengan baik! Sekarang

dilap tangannya.

Terminasi

“bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”

“bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan

sehari-hari.”

“T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga

kali setelah makan.”

“besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan

tempat tidu dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar

kita akan latian mengepel.”

“mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!”


59

SP1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadap keluarga dalam

merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan

gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga

diri rendah,mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri

rendah , dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan

cara merawat.

Orientasi

“selamat pagi! Bagaimana keadaan bapak/ibu pagi ini?”

“bagaimana kalau pagi ini kita bercakap cakap tentang cara merawat T?

Berapa lama ? bagaimana kalau kita tiga puluh menit? Baik, mari duduk

diruangan wawancara!”

Kerja

“apa bapak/ibu ketahui tentang masalah?”

“ya memang,benar sekali pak/Bu,T itu memang terlihat tidak percaya diri

dan sering menyalahgunakan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya

adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu

memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya

pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Jika keadaanya

terus menerus seperti itu,T dapat mengalami masalah yang yang lebih

berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang laindan memilih

mengurung diri.”
60

“sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?

Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti!”

“setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi maalah serius, kita

perlu memberikan perawatan yang baik untuk T.”

“Bapak/Ibu,apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga

mengatakn hal yang sama.”(jika sama dengan kemampuan yang dikatakan

T.) T telah berlatih dua kegiatan,yaitu

Merapikan tempat tidur dan cuci piring. T juga telah dibuatkan jadwal

untuk kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-

alatnya, ya Pak/Bu. Jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya

meningkat. Ajak pula memberi tanda contreng pada jadwal kegiatannya.

Selain itu, jika T sudah tidak lagi dirawat dirumah sakit, Bapak/Ibutetap

memantau perkembangan t. Jika masalah harga dirinya kembali muncul

dan tidak tertangani lagi, Bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas.”

“Nah,bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberikan pujian

kepada T. Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu

berikan pujian seperti,” Bagus sekali T,kamu sudah semakin terampil

mencuci piring!”

“Coba Bapak/Ibu praktikkan sekarang. Bagus!”

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah percakapankita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelakan kembali masalah yang dihadapi T dan

bagaimana cara merawatnya?”


61

“Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali

Bapak/Ibu mengunjungi T lakukan seperti itu. Nanti dirumah juga

demikian.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan

cara memberi pujian langsung kepada T?”

“Pukul berapa Bapak/Ibu datang? Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!”

SP2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien

harga diri rendah langsung pada pasien.

Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita

pelajari dua hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mempraktikkan langsung pada T.”

“Bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T!”

Kerja

“Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya datang

bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang

tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.” (kemudian Anda

berbicara kepada keluarga sebagai berikut.)

“Nah Pak/Bu,sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktikkan apa yang sudah

kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap

perkembangan anak Bapak/Ibu.” (perawat mengobservasi keluarga


62

mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah dilakukan pada

pertemuan sebelumya.)

“Bagaiman perasaan T setelah berbincang-bincang dengan orang tua T?”

“Baiklah, sekarang perawat dengan orang tua T ke ruang perawat

dulu!”(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan

terminasi dengan keluarga.)

Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara perawatan tadi

pada T.”

“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman

Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan

tempatnya sama seperti sekarang ya?”

SP3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu! Karena hari ini T sudah boleh pulang, kita akan

membicarakan jadwal T selama dirumah.”

“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kanto!”

Kerja

“Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,

apakah semua dapat dilaksanakan di rumah? Pak/Bu, jadwal yang telah

dibuat selama T dirawat di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik

jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya.”


63

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang

ditampilkan oleh T selama di rumah. Contohnya kalau T terus_menerus

menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri,

menolak minum obat, atau memperlihatkan perilaku membahayakan

orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di puskesmas

terdekat dari rumah Bapak/Ibu.”

“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan t

selama di rumah.”

Terminasi

“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas?”

“Ini jadwal kegiatan harian T untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan

untuk perawat K di Puskesmas. Jangan lupa kontrol ke puskesmas

sebelum obat habis atau ada gejala yang terlihat. Silakan selesaikan

administrasinya!”

4.1.6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL DX.KEP IMPLEMENTASI EVALUASI TT


KLIEN 1 Harga diri Selamat pagi! Bagaimana keadaan S : selamat pagi juga ibu, saya
25/02/2010 rendah bapak YB hari ini? Bagaimana kabar baik bu. Ia ibu, saya
kalau kita bercakap-cakap tentang biasa dirumah menbantu
kemampuan dan kegiatan yang istri seperti timba air,
pernah bapak YB lakukan? Setelah sapu, cari kayu bakar dan
itu kita akan nilai kegiatan mana tofa rumput. Kita duduk
yang masih dapat bapak YB diruang tamu saja ibu.baik
lakukan di rumah. Setelah kita nilai, ibu, kita mulai sapu dari
kita akan pilih satu kegiatan untuk ruang tamu. 20 menit saja
kita latih.” ya ibu kita latihannya.
“Dimana kita duduk? Bagaimana Baik bapak kita masukkan
kalu diruang tamu? Berapa lama? ke jadwal kegiatannya
Bagaimana kalau 20 menit?” bapak ya
” apa saja kemampuan yang bapak O : klien tampak segar, klien
YB miliki? Bagus, apalagi? Saya tampak menikmati latihan
buat daftarnya ya! Apa saja A : masalah teratasi
kegiatan rumah tangga yang biasa P : pertahankan SP1 dan
64

bapak lakukan? Bagaimana dengan lanjut SP2


menimba air, Mencari kayu, dan
menyapu rumah dan halaman
rumah Wah, bagus sekali
kemampuan yang dimiliki bapak.
“sekarang, coba bapak pilih satu
kegiatan yang sering bapak
lakukan, bagaiman kalau sekarang
kita latihan menyapu rumah bapak.
. Bagus! Sekarang kita menyapu
dari ruang tamu bapak, bagus sekali
bapak.
Setelah kita berlatih menyapu tadi
apa yang bapak rasakan?
Baik bapak sampai disini dulu ya
bapak, besok saya akan datang lagi
intuk melatih cara yang baru lagi
agar bapak tidak merasa tidak
berguna. Selamat pagi bapak
26/02/2016 Selamat pagi, bagaimana perasaan S : selamat pagi juga ibu,
bapak YB hari ini. Bagaimana keadaan saya pagi ini
bapak YB sudah mencoba untuk sangat baik. Ia ibu, saya
menyapu halaman tadi pagi? Bagus sudah mencoba cara yang
kalau bapak sudah melakukannya. kemarin diajarkan. Setelah
Sekarang kita akan melatih saya lakukan saya merasa
kemampuan kedua bapak masih membantu untuk
ingat apa kegiatan itu bapak? Ya menggerakkan otot saya
benar sekarang kita akan latihan yang kaku.baik ibu 30
menimba air,bapak biasa timba air menit diruang tamu saya
dimana? Oh, disumur bapak. Baik ibu. Ia ibu, setelah saya
bapak sebelum kita timba air kita sakit ini saya merasa tidak
harus persiapkan ember atau jerigen bisa buat apa-apa lagi.
ya bapak. Bagus sekali bapak, Tetapi setelah saya
sekarang silakan bapak tarik airnya mendengarkan apa yang
dari sumur dan isikan dalam ember diajarkan oleh ibu,saya
atau jerigen kemudian simpan mulai menyadarinya kalau
dalam rumah. saya masih mampu untuk
Setelah kita latihan menimba air melakukan kegiatan
tadi apa yang bapak rasakan? walaupun sudah menderita
Baik bapak cukup disini dulu penyakit seperti sekarang.
latihannya. Beberapa hari lagi saya Baik ibu saya akan
akan datang untuk melihat keadaan menimba air. Bagus sekali
bapak. bapak, ia bapak timba lagi
airnya. Ibu setelah kita
latihan timba air ini saya
merasa cape tetapi sangat
membantu saya untuk
tidak terlalu memikirkan
penyakit saya.
O : klien tampak sangat cerah,
ekspresi wajah senang
A : masalah teratasi
P : perthankan SP1-SP2

Klien 2 Selamat pagi! Bagaimana keadaan S ; selamat pagi juga ibu, saya
27/02/2016 ibu MK hari ini? Bagaimana kalau kabar baik bu. Ia ibu, saya
kita bercakap-cakap tentang biasa dirumah hanya biasa
65

kemampuan dan kegiatan yang melakukan pekerjaan ibu


pernah ibu MK lakukan? Setelah itu rumah tangga saja.baik
kita akan nilai kegiatan mana yang ibu, kita mulai merapikan
masih dapat ibu MK lakukan di tempat tidur ya ibu, tetapi
rumah. Setelah kita nilai, kita akan sebelumnya kita harus
pilih satu kegiatan untuk kita latih.” memindahkan dulu bantal-
“Dimana kita duduk? Bagaimana bantalnya ibu, Baik ibu
kalu diruang tamu? Berapa lama? semuanya sudah
Bagaimana kalau 20 menit?” dipindahkan sekaramg kita
” apa saja kemampuan yang ibu mulai merapikan tempat
MK miliki? Bagus, apalagi? Saya tidurnya ibu, silakan ibu
buat daftarnya ya! Apa saja lakukan. Bagus sekali ibu,
kegiatan rumah tangga yang biasa ya ibutarik kainnya ya ibu
ibu lakukan? Bagaimana dengan harus rapi ya ibu. Bagus
merapikan tempat tidur , mencuci sekali ibu bagus sekali ibu
piring an memasak.bagus sekali hati-hati.Baik ibu kita
kemampuan yang dimiliki ibu. masukkan ke jadwal
“sekarang, coba ibu pilih satu kegiatannya ibu ya
kegiatan yang sering ibu lakukan,
bagaiman kalau sekarang kita O : klien tampak segar, klien
latihan merapikan tempat tidur ibu. tampak menikmati latihan
. Bagus! Sekarang kita lebih dulu A : masalah teratasi
memindahkan bantal, kemudian P : pertahankan SP1 dan
kita perbaiki spreinya ya ibu,ya ibu lanjut SP2
silakan ibu lakukan
Stelah kita berlatih merapikan
tempat tidur apa yang ibu rasakan?
Baik ibu sampai disini dulu ya
bapak, besok saya akan datang lagi
intuk melatih cara yang baru lagi
agar ibu tidak merasa tidak
berguna. Selamat pagi ibu
28/02/2016 Selamat pagi, bagaimana perasaan S : selamat pagi juga ibu, saya
ibu MK hari ini. Bagaimana ibu kabar baik bu. Ia ibu, saya
MK sudah mencoba untuk biasa dirumah hanya biasa
merapikan tempat tidur tadi pagi? melakukan pekerjaan ibu
Bagus kalau ibu sudah rumah tangga saja.baik
melakukannya. Sekarang kita akan ibu, kita mulai mencuci
melatih kemampuan kedua ibu piring ya ibu, tetapi
masih ingat apa kegiatan itu ibu? sebelumnya kita harus
Ya benar sekarang kita akan latihan mempersiapkan deterjent
mencuci piring,baik ibu sekarang atau spond untuk mencuci
kita mulai mencuci piring? piring. Baik ibu semuanya
Oh,bagus sekali ibu sudah sudah siap sekarang kita
mempersiapkan alat-alatnya. Ya ibu mulai mencuci piring,
silakan ibu mulai mencuci silakan ibu lakukan. Bagus
piringnya.bagus sekali ibu.Setelah sekali ibu, ya ibu cuci
kita latihan mencuci piring apa piringnya pelan-pelan ya
yang ibu rasakan? ibu . bagus sekali ibu hati-
Baik bapak cukup disini dulu hati.Baik ibu kita
latihannya. Beberapa hari lagi saya masukkan ke jadwal
akan datang untuk melihat keadaan kegiatannya ibu ya
ibu. O : klien tampak segar, klien
tampak menikmati latihan
A : masalah teratasi
P : pertahankan SP1 - SP2
66

4.2. PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian keperawatan jiwa sejak tanggal 25-28 Februari

2016 dilakukan proses keperawatan jiwa tentang HIV/AIDS dengan Harga

Diri Rendah. Dalam pembahasan ini akan dbahas analisa teori tentang

HIV/AIDS dan Harga Diri Rendah dan proses keperawatan tentang Tn.Y.B

dan Ny.M.K.

Menurut Sudoyo Aru,dkk (2009) AIDS adalah sekumpulan gejala atau

penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat ifeksi

oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk family

retrovirdae. Dan Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif terhadap diri

sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri,tidak berharga,tidak

berguna,tidak berdaya,pesimis,tidak ada harapan dan putus asa (Depkes

RI,2000). Perawatan pada klien Tn.YB dan Ny.MK dilakukan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

IV.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi : faktor predisposisi, faktor presipitasi penilaian terhadap

presipitas, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan

koping yang dimiliki klien, namun dalam kasus nyata pengkajian

meliputi : identitas klien, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik,


67

psikososial, status mental, kebutuhan pulang, masalah psikososial dan

lingkungan (Keliat,2005)

4.2.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang

diambil dari pengkajian. Pada tinjauan teortiis diagnosa keperawatan

yang di temukan pada klien harga diri rendah adalah gangguan alam

perasaan, kecemasan,harga diri rendah, dan isolasi sosial, namun

dalam kasus nyata prioritas diagnosa yang ditegakkan adalah harga

diri rendah karena berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.Y.B dan

Ny.M.K. tanda dan gejala yang muncul adalah klien merasa malu

pada diri sendiri, lingkungan sekitar,kurangnya rasa percaya diri,

merasa putus asa, dan merasa dirinya tidak berharga dimata orang

lain. Tanda-tanda yang ditemukan juga pada tinjauan teoritis diagnosa

keperawtan ini merupakan penilaian klinis yang benar-benar nyata

atau aktual yang sesuai respon yang muncul pada klien (Keliat,2005)

4.2.3. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan

yang dapat mencapai setiap tujuan. Dan perawat dapat memberikan

alasan ilmiah terbaru dari tindakan yang diberikan (Keliat, 2015).

Perencenaan terdiri dari tujuan berfokus pada permasalahan (P) yang

dirumuskan dan bersifat tunggal (Keliat, 2015) dan rencana

tindakankeperawtan, mencakup tindakan mandiri perawat, kerja sama

dengan klien, dan kilaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya

(Keliat, 2015).
68

Perecanaan keperawatan pada tinjauan teori terdapat 2 SP untuk

klien dan 3 SP untuk keluarga. 2 SP klien meliputi : SP 1P

Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat

digunakan, membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang

akan dilatih sesuai kemampuan klien, melatih klien sesuai

kemampuan yang dipilih, memberikan pujian yang wajar terhadap

keberhasilan klien, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian. SP 2P : mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,

melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan klien, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian dan 3 SP untuk keluarga meliputi : SP 1K :

mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

di rumah, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah

yang dialami klien beserta proses terjadinya, menjelaskan cara-cara

merawat klien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara

merawat klien ddngan harga diri rendah, memberi kesempatan pada

keluarga untuk mempraktikan cara merawat klien dengn harga diri

rendah, SP 2K : melatih keluarga mempraktikkan cara merawat

langsung kepada klien harga diri rendah, SP 3K : membuat

perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat jadwal aktivitas

dirumah termasuk minuman obat. Namun pada kasus nyata selama 6

hari pertemuan pelaksanaan hanya untuk SP pada klien yakni SP 1P

dan SP 2P. Sedangkan SP untuk keluarga tidak diimplementasikan


69

sama sekali oleh karena tidak ada anggota klien yang mampu

mempraktikkan ke klien.

4.2.1. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan tindakan

keperawatan yang dibuat. Pada tinjauan teoritis perencanaan

keperawatan terbagi atas 2 SP untuk klien dan 3 SP untuk keluarga .

SP untuk klien klien yang akan dilaksanakan diantaranya yaitu :

mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat

digunakan, membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang

akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien, melatih klien sesuai

dengan kemampuan yang dipilih, memberikan pujian yang wajar

terhadap keberhasilan klien, menganjurkan klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,dan

melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan klien. Namun pada kasus nyata selama 6 hari pertemuan

pelaksanaan hanya untuk SP pada klien yakni : mendiskusikan aspek

positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang

masih dapat digunakan, membantu klien memilih atau menetapkan

kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal kegiatan harian.

Sedangkan SP untuk keluarga tidak diimplementasikan oleh karena

tidak ada anggota keluarga klien yang mampu mempraktikkan atau

merawat klien. Dalam pelaksanaan SP1P membutuhkan waktu yang


70

sangat singkat karena klien kooperatif dalam perawatan dan

pelaksanaan tindakan yang disesuaikan dengan perencanaan yang ada.

4.2.5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan. Secara teori evaluasi harus dilakukan dengan

menggunakan pendekatan SOAP. Tidak ada perbedaan yang berarti

karena disesuaikan dengan 2 SP untuk klien yang telah ditetapkan

pada perencanaan. Secara teoritis evaluasi dilakukan setiap hari

selama klien dirawat dirumah karena evaluasi adalah proses yang

terus-menerus untuk mempercepat progresifitas / kelanjutan dari

tindakan keperawatan yang telah dibuat (Keliat, 2005).

4.2.6. Dokumentasi

Dokumentai telah dilaksanakan dari pengkajian sampai evaluasi

pada catatan keperawatan, sebagai bukti tanggung jawab dan

tanggung gugat dikemudian hari.


71

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan proses keperawatan jiwa terhitung mulai dari 25

– 30 februari 2016 yang dilaksanakan melalui metode proses keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi maka penulis dapat simpulkan bahwa asuhan

keperawatan yang telah diberikan pada Tn.Y.B dan Ny.M.K dengan

masalah utama Harga diri rendah didasarkan pada masalah keperawatan

yang nampak pada klien telah membantu penulis dalam mengembangkan

pola pikir ilmiah dengan menggunakan proses keperawatan.

5.1.1 Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan keluhan utama

yang muncul adalah harga diri rendah hal ini karena klien

mengatakan merasa malu pada diri sendiri, lingkungan sekitar,

kurang rasa percaya diri, malu bertemu orang lain, rasa percaya diri

kurang. Pada faktor predisposisi pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan adalah pada klien 1 kedua orang tuanya meninggal

dan pada klien 2 ayahnya meninggal. Pada hubungan sosial klien 1

jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat sedangkan pada klien 2

sering mengikuti kegiatan kelompok. Interaksi selama wawancara

klien sangat kooperatif sehingga perawat (mahasiswa) tidak

mengalami kendala saat melakukan pengkajian.


72

5.1.2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pohon masalah didiagnosa keperawatan yang

dirumuskan pada Tn.Y.B dan Ny.M.K yakni kecemasan, respon

pasca trauma, harga diri rendah, Isolasi sosial, gangguan alam

perasaan. Prioritas dari diagnosa atau masalah utama adalah harga

diri rendah.

5.1.3. Perencanaan

Perencanaan terdiri dari tujuan dan berfokus pada

permasalahan (P) yang dirumuskan dan bersifat tunggal. Rencana

tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk

mencapai setiap tujuan perawat, disertai alasan ilmiah dari tindakan

yang diberikan. Oleh karena itu untuk mencapai setiap tujuan

perawatan, perawat harus memiliki kemampuan berpikir secara

kritis pada saat melakukan komunikasi terapeutik.

5.1.4. Implementasi

Pelaksanan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang

terdapat pada setiap SP. SP untuk pasien dilakukan 6 kali

pertemuan dan SP untuk keluarga tidak dilakukan sama sekali.

5.1.5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap hari selama klien dirawat

dirumah dan evaluasi dilakukan menggunakan pendekatan SOAP.

Dalam tahap ini penulis menilai kembali seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan serta tindakan keperawatan yang


73

telah dilakukan. Berdasarkan kasus nyata pada Tn.Y.B dan

Ny.M.K ditemukan masalah utama yakni harga diri rendah dan

diagnosa keperawatan dapat teratasi dan intervensi pada klien

dipertahankan.

5.1.6. Dokumentasi

Dokumentasi telah dilaksanakan dari pengkajian sampai

dengan evaluasi pada catatan keperawatan, sebagai bukti tanggung

jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan kepada:

1. Bagi Rumah sakit / Puskesmas

Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada

klien HIV/AIDS dengan Harga diri rendah dan menambah

fasilitas pelayanan kesehatan yang optimal.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menyediakan buku-buku tentang

keperawatan jiwa yang terbaru di perpustakaan kampus

Akademi Keperawatan Kabupaten Belu.

3. Penulis

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa secara

komprehensif pada klien HIV/AIDS dengan Harga Diri

Rendah.
74

4. Klien

Dapat memberikan masukkan yang berharga bagi klien

dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit

HIV/AIDS dengan Harga Diri Rendah sehingga dapat

termotivasi melakukan pemeriksaan dan kontrol secara

rutin.
75

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Carpenito,L.J. 1996. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinik Edisi

6. Jakarta : EGC

Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :

PT. Refika Aditama.

Ditjen PP dan PL Kemenkes RI. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama

Iyus, yosep. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung : PT.Refika

Aditama.

Iyus, yosep & Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance

Mental Health Nursing. Bandung : PT. Refika Aditama.

Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. EGC:

Jakarta.

Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional

Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna., Panjaitan, Ria Utami & D., Novy Helena C. 2005. Proses

Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.

Kunoli, Firdaus J. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular Untuk

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing


76

Diagnosis Association) NIC – NOC Panduan Penyusunan Asuhan

Keperawatan Profesional Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction Jogja.

Noer, S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1.(Edisi Ketiga). Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan

Keperawatan Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen,

Persyarafan, Gastrointestinal, Muskuloskeletal, Reproduksi dan

Respirasi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ratna, Yati Afiyanti & Wely Vitriawan. 2007. Journal Studi Fenomenologi

Dalam Perspektif Keperawatan

Sudoyo Aru, dkk. 2009. Penyakit Tropis. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai