Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
Kelompok SGD 1
SURABAYA, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami munajadkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Keperwatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang berjudul “Hasil
Analisis Jurnal “Efektivitas Dukungan Psikologis dalam Perawatan Paliatif
Berbasis Homecare pada Penderita HIV/ AIDS.”
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin didapatkan adalah untuk mengetahui efektivitas
dukungan psikologis dalam perawatan paliatif berbasis homecare pada
penderita HIV/ AIDS.
BAB 2
ANALISIS JURNAL
1. Home and Community Based Cared Program Assesment for People Living with
HIV/AIDS in Arba Minch, Southern Ethiopia (Taddese Alemu Zerfu, 2012)
Laporan Jenis kegiatan perawatan dan dukungan yang diberikan kepada ODHA
Penelitian meliputi penyediaan psikososial, perawatan medis dan caring, pemberian
dukungan sosial-ekonomi. Dukungan sosial-ekonomi yang diterima berupa
hasil pangan ataupun pendidikan dan pakaian. Komponen lain dari dukungan
sosial-ekonomi pada ODHA yaitu adalah dengan mengikuti sebuah
kegiatan/pelatihan yang menghasilkan pendapatan. Pelayanan perawatan yang
diberikan meliputi : dukungan kebutuhan nutrisi, pemenuhan tidur dan
pengobatan ARV. Untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA juga dilakukan
dukungan mengenai hak asasi ODHA untuk mengatasi stigma dan
diskriminasi. Kegiatan perawatan juga didapatkan dari layanan konseling,
dukungan moral dari masyarakat yang digunakan sebagai dukungan
psikososial bagi ODHA. Selain itu juga diberikan dukungan spiritual dengan
didatangkan tokoh agama.
Setidaknya 1 dari 200 orang dari lima negara di Afrika yang membutuhkan
perawatan paliatif pada tahap terminal penyait HIV/AIDS. Studi saat ini di
kota Arba peserta yang mendapatkan layanan perawatan dan dukungan adalah
perempuan dengan usia berkisar anatara 26-30 tahun. Temuan ini
menggarisbawahi bahwa hampir semua perawatan dan dukungan kegiatan
yang tersedia tidak memadai dan tidak terorganisisr dengan baik. Hal ini
dibuktikan dengan proporsi ODHA yang menerima perawatan dan dukungan
serta berbagai komponen lainnya. ODHA memiliki kebutuhan yang beragam
dan kompleks dalam hal akses dan penyediaan layanan keperawatan dan
dukungan. Menurut Project Perawatan Paliatif WHO di Afrika, paket
perawatan paliatif dasar harus mecakup analgesik dan obat-obatan untuk
mengurangi gejala, kebutuhan nutrisi dan dukungan dari keluarga. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan di Jimma, Ethiopia menunjukkan bahwa rumah
adalah tempat yang ideal untuk perawatan medis, sosial, psikososial dan
support.
Sistematik Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuantitatif cross-
Review sectional yang dikombinasikan dengan metode kualitatif. Data dikumpulkan
menggunakan wawancara kuesioner pra-diuji dan wawancara secara
mendalam. Penelitian ini menggunakan kedua metodologi yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Sampel diambil dari ODHA yang saat ini tinggal di Arba kota
Minch dan pedesaan disekitarnya yang memiliki kemampuan kognitif
membaca dan menulis untuk dapat memahami apa yang dibutuhkan dalam
melakukan perawatan di rumah dan paliatif. Peserta wawancara kualitatif
dipilih secara purposive dengan mewancarai 6 dari organisasi pemerintah dan
4 dari organisasi non-pemerintah. Untuk bagian kuantitatif penelitian sampel
ODHA menggunakan probability proportional dengan klaster bertingkat
multistage.
Varibael dependen mendapatkan perawatan dan dukungan ditunjukkan oleh
dukungan sosial-ekonomi, perawatan medis dan caring, support, perawatan
psikososial. Varibae bebas adalah sosiodemografi, jenis perawatan, durasi
perawatan, hambatan untuk perawatan dan support.
Ringkasan Perawatan dan dukungan kegiatan yang disediakan sangat minim dan sebagian
besar respondem tidak mendapatkan layanan perawatan paliatif yang mereka
butuhkan. Masalah psikososial, hukum dan layanan yang secara tepat
diabaikan atau tidak diberikan perhatian karena hampir semua sebagai bagian
dari standar perawatan. Prestasi sederhana yang diamati dalam penyedia
pelayanan medis dan keperawatan termasuk perawatan paliatif, dukungan
nutrisi, keluarga berencana, terapi pencegahan dan lain-lain. Pemerintah yang
menyediakan layanan perawatan harus mendukung ke tingkat yang paling
sesuai dengan kebutuhan ODHA.
Infeksi HIV dan AIDS masih menimbulkan stigma dan diskriminasi. Jadi
adalah penting bagi keluarga untuk menjaga kerahasiaan Odha. Keluarga tidak
berhak memberi tahu orang lain, termasuk petugas perawatan kesehatan,
tentang status HIV si Odha, kecuali dia memberi persetujuan yang jelas.
Keluarga harus sangat berhati-hati dengan pengunjung agar mereka tidak dapat
mengetahui secara tidak sengaja, misalnya dengan melihat buku mengenai
AIDS atau obat khusus untuk infeksi Keluarga akan menjadi tempat untuk
bernaung, untuk mendapatkan perawatan, untuk mendapat kasih sayang bagi
penderita dan anak-anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang
direnggut oleh keganasan AIDS. Dukungan keluarga terutama perawatan Odha
dirumah biasanya akan menghabiskan biaya lebih murah, lebih
menyenangkan, lebih akrab, dan membuat Odha sendiri bisa lebih mengatur
hidupnya. Sebenarnya penyakit yang berhubungan dengan Odha biasanya akan
cepat membaik, dengan kenyamanan di rumah, dengan dukungan dari teman
terutama keluarga. Tak dapat dipungkiri bagaimana besar dan kecilnya
dukungan keluarga itu bisa menjadi patokan bagi keberfungsian sosial atau
keberdayaan dari Odha tersebut. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya
jika Lembaga dan Oganisasi Masyarakat (LSM) merupakan salah bagian yang
mempunyai peran aktif dalam melaksanakan kebijakan rencana strategis
pemerintah dalam rangka penanggulangan HIV/AIDS. Rumah Singgah Caritas
PSE merupakan LSM yang bergerak di isu penanggulangan HIV/AIDS,
didalamnya terdapat pekerja-pekerja sosial yang mendampingi Odha untuk
bisa berdaya dan berfungsi. Apalagi jumlah dampingan dari pekerja sosial
Rumah Singgah Caritas PSE lumayan banyak dan sudah ada yang menjadi
pendidik sebaya. Kondisi dukungan keluarga yang bervariasi dan latar
belakang kehidupan Odha yang berbeda-beda tentunya akan mempengaruhi
keberfungsian dari Odha sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
diasumsikan bahwa dukungan keluarga dapat mempengaruhi keberfungsian
sosial hidup Odha.
Sistematik Penelitian ini adalah penelitian eksplanasi yang bertujuan untuk melihat
Review
hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah
dirumuskannya sebelumnya. Variabel dala penelitian ini terdiri dari variabel
bebas (x) yaitu dukungan keluarga dan variabel terikat (y) keberfungsian sosial
orang dengan HIV/AIDS. Populasi adalah orang dengan HIV/AIDS
merupakan dampingan atau klien dari Rumah Singgah Caritas PSE yang
berjumlah 50 orang, dan terdata mulai dari tahun 2011 sampai Mei 2013. Jadi
semua populasi akan dijadikan data, karena semakin jumlah sampel mendekati
jumlah populasi maka hasil penelitian akan representatif untuk mewakili
penelitian atau menghasilkan penelitian yang semakin membaik. Untuk
memperoleh data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan menggunakan studi kepustakaan dan dari penelitian
lapangan yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara, dan pembagian
kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dengan pendekatan kualitatif,
yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan
tahapan editing, koding, membuat kategori klasifikasi data dan menghitung
besar frekuensi data pada masing-masing kategori dan menggunakan korelasi
rank spearman.
Reaksi yang diperlihatkan keluarga saat pertama kali mengetahui salah satu
anggota keluarganya yang terinfeksi HIV/AIDS adalah kaget, sedih, marah
dan bingung serta takut, reaksi ini muncul didasarkan pada kurangnya
informasi dan pengetahuan akan penyakit, sehingga berdampak pada
perlakuan yang diberikan kepada ODHA. Bentuk-bentuk dukungan yang
diberikan oleh keluarga, berpengaruh secara signifikan terhadap
keberlanngsungan hidup ODHA. Dukungan-dukungan yang diberikan oleh
keluarga berupa dukungan emosional, dukungan materi, dukungan
penghargaan, dukunngan informasi, dan dukungan jaringan sosial. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan tempat utama
ODHA maupun anggota keluarga yang lainnya dalam melewati masa-masa
kritis, dan keluarga juga memberikan dorongan bagi individu untuk dapat
melihat hidup lebih berarti dan berguna bagi dirinya maupun orang lain.
Laporan Dalam banyak kasus, meningkatnya beban psikologis pada anggota keluarga
Penelitian
mendorong keluarga untuk tetap lebih dekat daripada sebelumnya dan pada
saat yang sama memberikan dimensi luas dukungan kepada ODHA. Dukungan
keluarga dimulai dengan proses pengungkapan dan membantu ODHA untuk
mengatasi HIV / AIDS. Keluarga juga menyediakan bantuan keuangan,
dukungan dalam rutinitas sehari-hari, bantuan medis, dan dukungan
psikologis.
Sebagian besar anggota keluarga tahu status HIV peserta pada saat wawancara
dilakukan. Semua dari 30 peserta melaporkan manfaat dukungan keluarga dari
anggota keluarga dekat mereka (orang tua dan saudara kandung). Dalam
beberapa kasus, keluarga perlu waktu untuk memproses informasi tentang
status HIV anggota keluarga dan menyesuaikan diri dengan perubahan, tetapi
pada akhirnya mereka selalu mendukung. Hal ini berlaku di antara peserta dari
berbagai rute infeksi, jenis kelamin, dan usia. Banyak keluarga yang berasal
dari peserta penelitian memberikan berbagai dukungan kepada anggota
keluarga yang HIV-positif. Dalam analisis kami, kami mengategorikan
beberapa dimensi dukungan keluarga: Dukungan selama proses
pengungkapan, bantuan keuangan, kegiatan sehari-hari, perawatan medis, dan
dukungan psikologis. Karena kepercayaan pada dukungan keluarga yang kuat
dalam mengatasi, banyak penyedia layanan pertama kali memberi tahu
anggota keluarga ODHA tentang status HIV mereka (Li et al., 2005).
Kemudian dalam beberapa kasus, alih-alih penyedia layanan, adalah tanggung
jawab anggota keluarga untuk memberi tahu ODHA.
Sistematik Penelitian tersebut mengenai data kualitatif dari tiga lokasi berbeda di provinsi
Review
Yunnan, Cina. Berbatasan dengan Myanmar, Laos, dan Vietnam, Yunnan
memiliki jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tertinggi di Cina (40% dari
semua kasus HIV yang dilaporkan) (Kantor Komite Kerja Dewan Negara dan
Kelompok Tema PBB tentang HIV / AIDS di Cina, 2004; Kedutaan Besar AS
, 2000). Prosedur rekrutmen dibangun berdasarkan pengalaman yang diperoleh
dari proyek sebelumnya dan yang sedang berlangsung di daerah tersebut.
Materi informasi tentang penelitian ini tersedia di klinik / rumah sakit setempat
yang merawat pasien HIV. Penyedia layanan yang merawat pasien HIV-positif
juga diberitahu tentang penelitian ini. Dewan Penasihat Masyarakat dibentuk
untuk memberikan konsultasi tentang kesesuaian budaya, penerapan desain
studi untuk populasi, dan administrasi. Dewan tersebut terdiri dari pejabat dari
Biro Kesehatan provinsi, penyedia kesehatan dari Departemen Penyakit
Menular rumah sakit provinsi, administrator dari Pusat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (CDC), ODHA, dan anggota keluarga mereka.
Sebelum wawancara dilakukan, revisi dilakukan sesuai dengan saran yang
diberikan oleh Dewan.
Semua wawancara ditranskripsi oleh satu anggota staf penelitian dan kualitas
transkripsi diperiksa silang oleh anggota staf lain. Seorang anggota staf proyek
lokal, fasih dalam dialek lokal, menyalin wawancara ketika dialek lokal
digunakan. Transkrip kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk
analisis data.
Ringkasan Bagi kebanyakan orang, HIV / AIDS masih berhubungan dengan seks bebas
dan penyalahgunaan narkoba, yang keduanya dianggap mewakili status moral
rendah. Dalam budaya Cina, secara sosial dapat diterima untuk
memperlakukan orang-orang dengan status moral rendah dengan tidak hormat
dan terkadang bahkan diskriminatif. Konsisten dengan temuan penelitian
sebelumnya dari negara lain (Bor et al., 1993; Songwathana dan Manderson,
2001), sebagian besar keluarga Tionghoa yang hidup dengan HIV mengalami
rasa malu baik di dalam maupun di luar keluarga mereka. Selama masa-masa
sulit, menjadi sangat penting bagi keluarga untuk tetap dekat dan untuk saling
membantu dan mendukung. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian kami,
keluarga-keluarga di China memang memberikan berbagai macam dukungan
kepada anggota keluarga yang HIV-positif. Dukungan keluarga dimulai
dengan proses pengungkapan, dan dapat mencakup bantuan keuangan, bantuan
untuk kegiatan sehari-hari, bantuan medis, dan dukungan psikologis.
5. Shaping the Patient-Centered Medical Home to the Needs of HIV Safety Net
Patients: the Impactof Stigma and the Need for Trust. (Steward, W. T., 2018)
Laporan Rumah medis yang berpusat pada pasien (PCMH) adalah model yang
Penelitian
menjanjikan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas perawatan HIV. Kami
mengevaluasi implementasi Proyek demonstrasi terkait PCMH dalam
pengaturan perawatan HIV melayani populasi jaring pengaman. Kami
melakukan 113 wawancara kualitatif dengan informan kunci dan pasien untuk
memahami mana komponen PCMH yang dipersepsikan sebagai pertemuan
terbaik layanan medis dan dukungan kebutuhan pasien. Hasil kami
menunjukkan nilai dan batasan PCMH, seperti yang dipahami saat ini, untuk
pengaturan perawatan HIV. Klinik berfokus pada memodifikasi alur kerja dan
meningkatkan koordinasi perawatan. Pasien menyambut seperti itu perubahan
karena mereka memperkuat kepercayaan yang ada di penyedia layanan. Klinik
tidak terlalu memperhatikan promosi aktivasi pasien, seperti membangun
manajemen diri keterampilan, karena perubahan tersebut dipandang sebagai
duplikasi atau merusak praktik yang ada untuk memenuhi sosial pasien
kebutuhan dukungan. Penelitian harus mengeksplorasi bagaimana komponen
PCMH dapat dimodifikasi menjadi lebih lengkap memenuhi kebutuhan
populasi pasien ini.
Temuan kami memiliki implikasi penting bagi PCMH implementasi dalam
pengaturan HIV care dan, mungkin lebih secara luas, dalam pengaturan lain
yang melayani populasi jaring pengaman. Ada penekanan yang jauh lebih kuat
pada proyek percontohan studi kami pada komponen PCMH yang mendorong
perbaikan dengan mengubah klinis alur kerja dan meningkatkan koordinasi
perawatan. Klinik kurang menekankan pada komponen untuk meningkatkan
akses untuk layanan atau meningkatkan manajemen diri pasien, seolah-olah
karena dua alasan berbeda. Upaya meningkatkan akses untuk layanan mungkin
telah menggandakan yang sudah ada, proses informal yang digunakan klinik
untuk mendorong akses dan komunikasi. Sebaliknya, PCMH berbasis pada
peningkatan manajemen diri pasien. Sebagai gantinya, pasien berulang kali
membahas pentingnya klinik sebagai tempat untuk yang bisa mereka putar
kapan pun mereka mengalami kesulitan atau masalah kesehatan yang perlu
ditangani. Pola ini paling baik dipahami dengan mempertimbangkan efek
stigma dalam kehidupan pasien. Mencerminkan nasional HIVepidemic (Pusat
Pengendalian Penyakit dan Prevention, 2015), pasien di proyek demonstrasi
termasuk pria yang berhubungan seks dengan pria; orang – orang homoseks;
orang yang menyuntikkan narkoba; dan mereka yang menghadapi diagnosa
kesehatan mental, kemiskinan, dan / atau tunawisma. Selain prasangka apa pun
yang mereka miliki sudah dihadapi, HIV menambahkan subjek atribut lain
untuk cemoohan sosial.
Bagi beberapa pasien, penyedia telah dipercayai bahawa staf klinis tidak hanya
menawarkan nasihat perawatan kesehatan tetapi juga persahabatan dan
kepedulian. Mereka telah memupuk kepercayaan dengan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien, sejauh menggunakan saluran telepon pribadi atau
email akun untuk menjaga aksesibilitas. Nilai itu pasien ditempatkan pada
ketersediaan dan perhatian pribadi dari penyedia selaras dengan temuan dari
kualitatif studi yang dilakukan dengan penghasilan rendah, ras dan pasien
etnik minoritas yang tidak konsisten terlibat atau baru saja melepaskan diri
dari perawatan HIV (Jaiswal et al., 2018). Dalam penelitian kami, upaya
koordinasi perawatan dipandang sebagai lambang perhatian yang diberikan
penyedia kepada pasien dan perhatian mereka untuk kesejahteraan pasien.
Sebaliknya, komponen PCMH meningkat akses atau promosikan aktivasi
pasien diberikan kurang relevan karena diduplikasi atau dijalankan
bertentangan dengan praktik informal yang berpusat pada pasien. Penyedia dan
staf di lokasi demonstrasi sudah mengakui bahwa pasien membutuhkan cara
mengakses klinik ketika menghadapi kebutuhan atau masalah yang mendesak
dan telah mengambil langkah (memberikan nomor telepon, menangani
kunjungan klinik pasien yang tidak terduga) untuk memastikan kebutuhan
mereka terpenuhi. Secara kolektif, hasilnya menunjukkan kedua potensi
tersebut nilai dan keterbatasan model PCMH di Indonesia mengenai
pengaturan perawatan HIV. Model ini memiliki penerapan yang jelas untuk
pengobatan HIV mengingat fokus pada kerja tim dan koordinasi layanan.
Perawatan HIV semakin membutuhkan masukan dari beragam spesialisasi
perawatan kesehatan, khususnya untuk pasien lanjut usia dengan komorbiditas
multiple (Edelman et al., 2013; Greene et al., 2013). Selain itu, seperti halnya
bagian lain dari kesehatan A.S. sistem perawatan, fasilitas perawatan HIV
telah dihadapi kemungkinan kekurangan tenaga kerja (Weiser et al., 2016).
Praktik perubahan untuk mempromosikan kolaborasi dan berbagi tanggung
jawab dapat meningkatkan peran staf klinik dan memungkinkan pengiriman
yang lebih efisien. Demikian pula, upaya koordinasi perawatan dapat
membantu memperluas tenaga kerja HIV dengan memfasilitasi dialog antara
penyedia yang bukan spesialis HIV dan mereka yang memiliki spesialisasi
seperti itu. Ini bisa diaktifkan PLWH harus dilihat oleh lebih banyak penyedia
tanpa harus mengorbankan kualitas. Tantangan untuk implementasi PCMH
dalam HIV pengaturan perawatan, dan bisa dibilang dalam pengaturan
melayani lainnya populasi pasien dengan riwayat stigma, datang dalam
implementasi komponen tertentu. Itu keberhasilan rencana perawatan yang
dikembangkan bersama atau program untuk meningkatkan manajemen diri
penyakit didasarkan pada peningkatan pasien (dan substansial) pengaktifan.
Akibatnya, perubahan-perubahan ini mendukung klinis pengaturan di mana
pasien ingin mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk perawatan
mereka dan / atau untuk mengurangi beban menghadiri janji. Untuk pasien
yang rentan populasi yang terdampak secara tidak proporsional oleh HIV dan
terlihat di pengaturan jaring pengaman, beberapa komponen ini tidak harus
dianggap sebagai pasien terpusat karena mereka tidak akan responsif terhadap
kebutuhan dukungan sosial yang mendorong pasien seperti itu pola
pemanfaatan perawatan. Untuk individu dengan sedikit dukungan di rumah
dan sejarah penganiayaan, itu nilai kontak penyedia berakar pada kualitas,
kuantitas, dan sifat interaksi. Pasien ini sedang mencari bukti bahwa penyedia
layanan mereka benar-benar peduli tentang mereka dan ada untuk mendukung
mereka.
Evaluasi lintas situs terdiri dari kualitatif dan penilaian kuantitatif dengan
demonstrasi anggota tim proyek, serta penyedia, klinis staf, dan pasien di
klinik yang berpartisipasi. Itu tujuan yang lebih besar dari pekerjaan kami
adalah untuk menandai komponen PCMH diimplementasikan untuk setiap
proyek; memahami pertimbangan yang memotivasi perubahan; dan menilai
dampak perubahan pada pemberian layanan klinis, kepuasan, dan terkait HIV
hasil kesehatan. Dalam artikel ini kami fokus secara khusus pada data
wawancara kualitatif. Hal itu untuk mengerti faktor-faktor yang membentuk
komponen PCMH diimplementasikan oleh setiap proyek, serta penyedia dan
reaksi pasien terhadap perubahan.
Persyaratan untuk berpartisipasi, seorang individu harus berusia 18 tahun ke
atas; fasih berbahasa Inggris; dan anggota studi proyek percontohan tim atau
penyedia, anggota staf klinis, atau pasien di klinik yang berpartisipasi.
Penyelidik langsung mendekati demonstrasi anggota tim proyek untuk
wawancara. Penyedia klinik dan anggota staf (mis., petugas klinik, asisten
medis, pekerja sosial, dan spesialis teknologi informasi) yang pekerjaannya
dipengaruhi oleh yang diterapkan komponen PCMH didekati oleh peneliti atau
diberitahu sebelum studi dan memiliki waktu yang dialokasikan dalam jadwal
mereka untuk wawancara. Kesulitan sampel pasien diambil di sebagian besar
situs dengan memasok penyedia dan staf klinis dengan deskripsi studi singkat
dan meminta mereka merujuk calon peserta simpatisan. Di satu situs, penyedia
dan staf tidak dapat membuat rujukan ke tim studi karena jumlah pasien yang
banyak. Sebaliknya, pasien direkrut dengan memiliki anggota tim evaluasi
lintas-situs langsung mendekati mereka di ruang tunggu klinik. Prosedur ini
mungkin karena ruangan itu digunakan khusus untuk Janji perawatan HIV.
Tim evaluasi lintas lokasi anggota menggunakan daftar periksa untuk
mengonfirmasi bahwa setiap calon peserta memenuhi kriteria kelayakan.
Dampak sosial home care bagi pasien dan keluarga menurut Sinaga
(2018), antara lain:
Kemenkes RI. 2018. Hari AIDS Sedunia,Momen STOP Penularan HIV: Saya
Berani, Saya Sehat.http://www.depkes.go.id/article/view/18120300001/hari-
aids-sedunia-momen- stop-penularan-hiv-saya-berani-saya-sehat-.html
diakses pada tanggal 15 April 2019.
Young, T., & Busgeeth, K. (2010). Home-based care for reducing morbidity
andmortality in people infected with HIV/AIDS(Review). The Cochrane
Library, (1).
Steward, W. T., Koester, K. A., & Fuller, S. M. (2018). Shaping the Patient-
Centered Medical Home to the Needs of HIV Safety Net Patients: The Impact
of Stigma and the Need for Trust. Journal of the Association of Nurses in
AIDS Care, 29(6), 807-821.
Zerfu, T. A., Yaya, Y., Dagne, S., Deribe, K., Ruiseñor-Escudero, H., &
Biadgilign, S. (2012). Home and community based care program assessment
for people living with HIV/AIDS in Arba Minch, Southern Ethiopia. BMC
palliative care, 11(1), 8.
Li, L., Wu, S., Wu, Z., Sun, S., Cui, H., & Jia, M. (2006). Understanding family
support for people living with HIV/AIDS in Yunnan, China. AIDS and
Behavior, 10(5), 509-517.
Steward, W. T., Koester, K. A., & Fuller, S. M. (2018). Shaping the Patient-
Centered Medical Home to the Needs of HIV Safety Net Patients: The
Impact of Stigma and the Need for Trust. Journal of the Association of
Nurses in AIDS Care, 29(6), 807-821