Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FEBRUARI, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Keluarga yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Menanti
Kelahiran Anak Pertama (Child Bearing)”.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi
tersebut, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
keluarga dibutuhkan untuk melewati perkembngan siklus keluarga. Kesiapan dari
pasangan suami istri pada tahap childbearing yang kurang menyebabkan hubungan
seksual dan sosial terganggu, suami merasa terabaikan, peningkatan perselisihan.
Kesulitan seksual periode pasca postpartum bisa terjadi akibat kelelahan dan merasa
kehilangan ketertarikan seksual (Mubarak, 2011)
Keluarga dengan permasalahan yang terjadi ketika tahap perkembangan
Childbearing mempengaruhi peran dan tugas anggota keluarga. Berdasarkan
permasalahan diatas, kelompok kami menyusun makalah mengenai “Asuhan
Keperawatan keluarga yang menanti kelahiran anak pertama (childbearing)”
Diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai
asuhan keperawatan keluarga yang menanti kelahiran anak pertama.
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep keluarga childbearing
b. Menjelaskan tugas perkembangan keluarga sesuai tahapan
c. Menjelaskan masalah yang lazim terjadi pada keluarga childbearing
d. Menjelaskan asuhan keperawatan terhadap keluarga childbearing
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988).
3
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah
(baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur
dan kamar mandi yang sama.
4
sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan
tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami
oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran
peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling
relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
5
2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari
berikut ini.
6
e. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak;
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan;
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup).
7
Menurut Rodgers dalam Friedman (1998), keluarga childbearing adalah
keluarga yang menantikan kelahiran dimulai sampai kelahiran anak pertama
dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
8
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dengan
pasangan
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran orang tua dan kakek nenek dalam pengasuhan
Menurut Spradley tugas perkembangan keluarga childbearing adalah:
persiapan untuk bayi, penataan role masing-masing dan tanggung jawab
persiapan biaya, adaptasi dengan pola hubungan seksual, pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua. Terhadap perhatian pelayanan
kesehatan dimulai dari persiapan menjadi orang tua, antara lain adalah:
a) Persiapan untuk melahirkan
b) Transisi menjadi orang tua
c) Perawatan bayi
d) Perawatan bayi yang sehat
e) Mengenali secara dini dan menangani masalah-masalah kesehatan fisik anak
dengan tepat
f) Imunisasi
g) Pertumbuhan dan perkembangan yang normal
h) Tindakan untuk keamanan
i) Keluarga berencana
j) Interaksi keluarga
k) Praktik kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi dan olahraga)
2.3.2 Tugas Perkembangan dengan Keluarga Childbearing
Tahap ini dimulai dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan.
Ada beberapa hal tugas perkembangan keluarga pada fase childbearing yaitu:
9
Selama menyambut kelahiran anak pertama, calon orang tua akan
mempersiapkan segala kebutuhan sang anak begitu juga menyiapkan ruang
untuk sang bayi dalam beraktifitas.
4. Mempersiapkan biaya atau dana Child Bearing
Keluarga dengan menantikan kelahiran anak pertama tentu harus
mempersiapkan biaya yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhan.
5. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
Keluarga harus memberikan contoh kepada anak karena lingkungan
yang pertama dikenal oleh sang anak adalah keluarga.
6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
Orang tua tentu mempersiapkan dan bertanggung jawab atas segala
kebutuhan sang anak termasuk biaya hidup dan sekolah.
7. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
Anak akan meniru kebiasaan yang dilakukan oleh keluarganya,
sehingga mengajarkan kepada anak tentang kebiasaan keagamaan secara
rutin di keluarga akan memberikan dampak positif pada anak.
8. Beradaptasi pada pola hubungan seksual
Orang tua harus sadar bahwa sekarang mereka sudah memiliki anak
sehingga akan berpengaruh pada pola hubungan seksual sebelum dan setelah
memiliki anak.
9. Mensosialisasikan anak dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing pasangan.
Mengenalkan anak kepada lingkungan keluarga besar sangat penting
agar anak mulai mengenal orang lain selain ayah dan ibu.
Sedangkan menurut Carter dan Mc. Goldrik, 1988, Duval dan Miller, 1988
tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
10
2.4 Tugas Kesehatan keluarga
Menurut Freeman (1981) terdapat lima tugas kesehatan keluarga, diantaranya:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007).
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya
perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006).
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan
sekitar keluarga (Setiadi, 2006).
3. Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi (Setiadi, 2006).
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga
yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara
kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan
anggota keluarga (Friedman, 1998).
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada
keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif
terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga
mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).
11
2.5 Masalah yang Lazim Terjadi pada Keluarga Childbearing
Tahap ini dimulai dengan kehamilan dan kelahiran anak pertama danberlanjut
sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi menjadi orang tua adalah salah satu kunci
dalam siklus kehidupan keluarga, dan sistem permanen dalam keluarga mulai
terbentuk. Masa menjadi orang tua ini bagi sebagian orang merupakan masa transisi
kehidupan yang penuh stress, periode ketidakseimbangan, memerlukan banyak
perubahan yang dapat menyebabkan krisis keluarga, perasaan tidak memadai
jadi orang tua, dan menyebabkan gangguan hubungan pernikahan. Stressor yang
paling sering adalah kehilangan kebebasan personal akibat tanggung jawab menjadi
orang tua, kurangnya waktu dan hubungan persahabatan dalam pernikahan sering
teridentifikasi. Penyesuaian menjadi orang tua menjadi hal penting karena kehadiran
bayi sebagai anggota baru membutuhkan perubahan yang tiba – tiba sampai menuntut
peran yang tidak henti – hentinya. Perasaan tidak memadai, kurangnya bantuan dari
keluarga dan teman, saran yang bertentangan dan professional pelayanan kesehatan.
Ibu biasanya sangat kelelahan baik secara fisik maupun psikologis dan terbebani
dengan tugas rumah tangga dan mungkin oleh tanggung jawab pekerjaan. Pola
komunikasi pernikahan yang baru, berkembang dengan hadirnya seorang anak, pola
hubungan antar pasangan dan sebagai orang tua menunjukkanpola transaksional yang
berubah drastisFriedman, (2002) mengobservasi bahwa orang tua bayi sedikit
berbicarasatu sama lain, sedikit memiliki kesenangan, kurang menstimulasi
percakapan dan kualitas pernikahan menurun sehingga pada tahap ini kebahagiaan
pernikahan lebih rendah. Penyesuaian dengan keluarga besar dan teman - teman juga
terjadi, akses terhadap jaringan kerja dan sistem dukungan sosial untuk menerima
kepuasan dan memiliki perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga muda
jugaperlu mengetahui kapan mereka membutuhkan bantuan dan dari mana mereka
mendapatkannya serta kapan mereka harus bergantung pada sumber - sumber dan
kekuatan dari dalam diri mereka sendiri. Hubungan pernikahan yang kuat dan
aktif turut berperan dalam kestabilan dan moralitas keluarga. Hubungan suami istri
yang memuaskan akan memberikan kekuatan dan energi pada pasangan untuk
diberikan kepada bayinya.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak (2006), masalah-masalah utama keluarga dalam
tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi
yang baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini,
12
imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga dan
bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup). Masalah-masalah
kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah inaksesibilitas dan
ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu yang bekerja, hubungan
akan orangtua, masalah-masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan
kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.
Masalah yang sering terjadi berupa kesulitan dalam perawatan anak, suami
merasa diabaikan, terdapat peningkatan perelisihan, interupsi dalam jadwal yang terus
menerus, kehidupan sosial & seksual terngganggu. Sedangkan faktor yang
menyulitkan yaitu banyaknya wanita yang bekerja, naiknya angka perceraian &
masalah perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi & aborsi yg sudah lazim,
meningkatnya biaya perawatan anak. (Bradt, 1988)
13
keinginan untuk berhenti dari aktivitas sehari -hari yang penuh
tuntutan dan rutinitas. Trimester ke II mulai mengalihkan perhatian
ke dalam kandungannya. Trimester III perlambatan aktivitas dan waktu
terasa cepat berlalu sehingga aktivitas dibatasi. Istri mulai mengubah konsep
dirinya menjadi siap menjadi orang tua.
b) Transisi menjadi orang tua
Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif
dan hangat, sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua tercapai.
Ibu dan Ayah kadang-kadang secara tiba-tiba berselisih dengan semua peran
yang mengasyikan yang telah dipercayakan.
c) Perawatan bayi yang sehat
Ibu yang pertama kali mempunyai anak akan banyak meminta
bantuan di dalam proses perawatan bayinya. Banyaknya nasehat dari
orang tua, tetangga, teman dan lingkungan terkadang membuat ibu
baru merasa kebingungan. Kelelahan secara fisik dan emosional dapat
membuat ibu baru mengalami post partum blues dan perasaan tidak berdaya.
d) Mengenali secara dini dan menangani masalah kesehatan fisik anak dengan
tepat
Keluarga baru belum mempunyai pengalaman mengenai proses
pengasuhan dan perawatan anak terutama mengenai tanda dan gejala suatu
kondisi sakit. Mereka banyak membutuhkan bantuan untuk melakukan
tindakan mendapatkan pelayanan kesehatan. Kebanyakan belajar dan
mendapatkan pengetahuan dari orang tua atau teman yang telah lebih dulu
mempunyai anak.
e) Imunisasi
Keluarga baru banyak yang sudah memahami pentingnya
mengimunisasikan bayinya. Tetapi pada sebagian budaya yang menolak
untuk melakukan tindakan ini dikarenakan kepercayaan imunisasi akan
menimbulkan sakit. Penyuluhan dan bantuan layanan kesehatan juga
dibutuhkan oleh keluarga.
f) Pertumbuhan dan perkembangan yang normal
Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi perhatian yang
penting. Pada masa ini anak sedang berada pada proses interaksi dan adaptasi
dengan lingkungan baru. Keluarga perlu diberitahukan untuk melakukan
14
pengawasan terhadap tumbuh kembang anak dengan secara teratur
membawa anak ke pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas atau
petugas kesehatan terdekat. Sehingga dapat teridentifikasi kondisi gangguan
dari tumbuh kembang anak.
15
BAB III
KASUS
Keluarga Bapak I (30 th) menikah dengan Ibu D (25th) sejak 1 tahun yang
lalu. Bapak I bekerja sebagai Wiraswasta dengan penghasilan setara UMR /bulan, istri
(Ibu D) juga bekerja sebagai karyawan perusahaan. Ibu D saat ini sedang mengandung
anak pertama yang tengah di nanti kelahirannya. Mereka Tinggal dirumah kontrakan
ukuran 15 x 20 M yang terdiri dari 3 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang keluarga
dan 1 ruang tamu. Ibu D bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore sedangkan suami
bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore . Ibu D jarang di rumah karena terlalu sibuk
bekerja, bahkan untuk melakukan pekerjaan rumah ibu D sering di bantu mertua dan
suaminya . Ibu D jarang memasak untuk sarapan pagi , ibu D lebih memilih membeli
dan katering makanan untuk sarapan pagi bapak I , waktu berkumpul ibu D dan bapak I
hanya sebentar yaitu setelah isyak sampai saat mau tidur . Kondisi kehamilan ibu D
baik-baik saja , ibu D sering ditemani suami untuk kontrol kehamilan rutin ke dokter
kandungannya . pada tungkai kaki ibu D terdapat edema , hal tersebut dikarenakan ibu
D jarang melakukan olahraga, selain itu ibu D mengalami hipertensi dengan tekanan
darah 140/95 mmHg serta dengan keadaan konjungtivanya yang anemis, Hal tersebut
terjadi karena ibu D memiliki sedikit waktu untuk istirahat di usia kehamilannya yang
ke 7 bulan . Ibu D juga merasakan cemas dengan keadaannya dan cemas menanti waktu
persalinan.
16
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA CHILD BEARING
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. I
2. Usia : 30 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : Surabaya
6. Komposisi Anggota Keluarga :
7. Genogram :
Keterangan:
Laki-laki Klien
Meninggal
8. Tipe keluarga :
Keluarga Bapak I merupakan keluarga inti memiliki satu orang istri ( ibu D)
dan sedang menanti kelahiran anak pertama.
17
9. Suku Bangsa
Bapak I berasal dari suku jawa dan Ibu D dari jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa jawa.
10. Agama
Keyakinan agama yang dianut oleh keluarga bapak I adalah agama Islam.
Keluarga Bapak I taat menjalakan ibadah dengan menjalankan sholat 5 waktu.
Sedangkan ibu D sering mengikuti pengajian.
11. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga lebih dari tiga juta rupiah perbulan. Bapak I dan ibu D
sama-sama memiliki pekerjaan. Bapak I bekerja sebagai kepala gudang.
Sedangkan Ibu D bekerja sebagai karyawan perusahaan. Rata-rata perbulan untuk
kebutuhan biaya hidup, keluarga membelanjakan untuk konsumsi dan keperluan
rumah tangga, membayar listrik, mempersiapkan perlengkapan kelahiran anak
pertama dan biaya control kehamilan.
12. Aktifitas dan Rekreasi
Aktivitas keluarga sehari-hari untuk Bapak I dimulai pagi hari berangkat kerja
sekitar jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Sedangkan ibu D dimulai pagi hari
berangkat kerja sekitar jam 7 pagi dan pulang jam 6 sore. Istri tidak sempat
memasak sarapan untuk suami di pagi hari.Tugas istri sering dibantu oleh mertua
suami. Aktifitas rekreasi keluarga jarang, aktivitas yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang adalah menonton tv, mengobrol, kadang jalan-jalan ke rumah mertua.
18
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga bapak I dan ibu D tidak pernah mengalami keguguran. Ibu D
memiliki riwayat kolesterol tetapi tidak pernah dirawat di rumah sakit.
5. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Bapak I adalah rumah kontrakan dengan luas kira-kira 15 x20
meter persegi yang terdiri dari 3 kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang
keluarga, satu dapur dan 1 kamar mandi serta kebun.
Denah rumah :
19
C. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dengan keluarga cukup baik meskipun waktu berkumpul dan
bersama dengan keluarga sangat terbatas karena biasanya Bapak I pergi bekerja
jam 8 pagi dan pulang kerumah jam 5 sore, begitupun dengan Ibu D. Sehingga
waktu berkumpul dengan keluarga yaitu dari setelah isyak sampai sebelum tidur.
Komunikasi sehari hari dikeluarga menggunakan bahasa Jawa, bila ada masalah
cenderung berdiskusi.
2. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga menurut Ibu D, biasanya dibicarakan
secara bersama-sama, dan pengambilan keputusan diambil oleh Bapak I seperti
membeli perlengkapan rumah tangga, terkait hal-hal penting seperti pengobatan
dilakukan oleh Bapak I
3. Struktur peran keluarga
Peran formal:
Bapak I dalam keluarga sebagai kepala keluarga dan sebagai suami serta calon
bapak. Ibu D berperan sebagai istri dan calon ibu. Peran informal seperti sebagai
pendukung dalam keluarga membantu persiapan kelahiran anak pertama, atau saat
Ibu D sedang cemas menanti persalinan biasanya ibu D ditenangkan oleh Bapak I
4. Nilai dan Norma Budaya
Nilai-nilai yang dianut dalam keluarga adalah nilai agama Islam, dan budaya
Ibu D sudah modern, contohnya Ibu D tidak percaya bahwa kalau sedang hamil
bepergian bawa gunting. Ibu D juga tidak percaya sama dukun ketika nanti ibu D
melakukan persalinan. Biasanya Ibu Dmemeriksakankehamilannya rutin ke dokter
kandungan.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Dalam keluarga Bapak I membantu mempersiapkan kelahiran anak
pertamanya, selalu menemani kontrol kandungan dan sangat peduli terhadap
kehamilan ibu D serta membantu tugas istri seperti cuci baju, membersihkan
rumah, dan memasak. Sedangkan ibu D terlalu sibuk bekerja sehingga kesulitan
mengerjakan tugas rumah tangganya
20
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Bapak I bersosialisasi dengan tetangga baik, saling tegur saling sapa
dan juga saling tolong menolong. Begitupun sosial Ibu D yang rutin mengikuti
pengajian komplek.
3. Fungsi perawatan keluarga
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting hal ini dibuktikan ketika sakit
keluarga langsung pergi ke dr.W. untuk memeriksakan kesehatannya. Begitupun
dengan kontrol kehamilannya yang dilakukan rutin. Ibu D merencanakan
persalinan anaknya di RS K.
a. Praktek diit
Pola makan keluarga untuk Ibu D biasanya membeli dan memesan
catering. Ibu D memiliki kebiasaan belanja makanan siap saji. Pola makan
keluarganya kurang lebih 3 kali sehari. Keluarganya tidak memiliki alergi atau
pantangan terhadap makanan tertentu. Setiap hari pola makan keluarga
berganti ganti namun setiap hari pasti ada sayurnya. pola makan keluarga ibu
D menganut 4 sehat 5 sempurna.
b. Pola Istirahat tidur
Pola istirahat keluarga biasanya antara jam 21.00-05.00 pagi dan kadang
ibu Dtidur setelah pulang kerja karena terlalu lelah.
c. Pola Aktifitas
Aktivitas keluarga sehari-hari untuk Bapak I dimulai pagi hari berangkat
kerja sekitar jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Sedangkan ibu D dimulai pagi
hari berangkat kerja sekitar jam 7 pagi dan pulang jam 6 sore. Istri tidak
sempat memasak sarapan untuk suami di pagi hari. Tugas istri sering dibantu
oleh mertua.Ibu D jarang olahraga sehingga mengakibatkan edema pada
kakinya.
d. Praktek penggunaan obat dan kebiasaan merokok
Bapak I tidak merokok. Jika anggota keluarga sakit ringan, batuk, pilek
cukup membeli obat warung. Jika tidak sembuh pergi ke dokter.
e. Tindakan Preventif
Tindakan untuk kesehatan antara lain memeriksakan kandungannya 2
kali dalam 1 bulan.
21
f. Terapi Komplementer
Bapak I dan Ibu D sering bergantian memijat satu sama lainketika
badannya pegel.
G. Pemeriksaan fisik
UMUM
22
PEMERIKSAAN FISIK Ibu D Bapak I
65x/menit 95x/menit
PEMERIKSAAN KEPALA
Dada (Pernafasan) Vesikuler, tidak ada retraksi Vesikuler, tidak ada retraksi
Ektremitas Atas dan bawah Normal kekuatan otot 5 Normal kekuatan otot 5
23
4.2 Analisis Data
24
4.4 Penapisan Masalah
1. Penampilan peran tidak efektif
No KRITERIA PERHITUNGAN SKOR
1 Sifat Masalah :
Krisis 1/3 x 1 1/3
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah : 1/2 x 2 1
Sebagian
3 Potensi masalah dapat
dicegah : 1/3 x 1 1/3
Rendah
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat, harus segera 2/2 x 1 1
ditangani
Total 2 2/3
1 Sifat Masalah :
Ancaman kesehatan 2/3 x 1 2/3
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah : 2/2 x 2 2
Dengan mudah
3 Potensi masalah dapat
dicegah : 2/3 x 1 2/3
Cukup
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat, harus segara 2/2 x 1 1
ditangani
Total 3 4/3
3. Ansietas
NO KRITERIA PENILAIAN SKOR
1 Sifat Masalah :
Ancaman kesehatan
2/3 x 1 2/3
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah :
/2 x 2 1
Hanya sebagian
25
3 Potensi masalah dapat
dicegah :
2/3 x 1 2/3
Cukup
4 Menonjolnya masalah :
Ada masalah, tetapi tidak
1/2 x 1 ½
perlu segera ditangani
Total 2 5/6
26
4.6 Intervensi Keperawatan
Dukung pasien
mengenai gambaran
perubahan peran
27
Domain 1 Ny. D dapat Keluarga dapat Keluarga
menjaga mengenal mempunyai
Promosi kesehatannya masalah pengetahuan
Kesehatan
kesehatan yang mengenai masalah
dialami kesehatan yang
dialami
Kelas 2 Domain IV
Domain III
Manajemen Pengetahuan
Kesehatan tentang Kesehatan Perilaku
dan Perilaku
S-Pendidikan Pasien
S-Pengetahuan
Kode 00099 tentang Kesehatan Peningkatan
Kesadaran
Ketidakefektifan Pengetahuan: Kesehatan
Pemiliharaan 1805 Perilaku
Kesehatan pada Berikan pendidikan
Kesehatan
Ny. D kesehatan satu per
Praktik gizi yang satu atau konseling
180501 sehat pengetahuan jika memungkinkan
sangat banyak (5)
Manfaat olahraga
teratur Sediakan materi
informasi kesehatan
180502 pengetahuan
sangat banyak (5) yang tertulis yang
mudah dipahami
Strategi
180503 mengelola stress
pengetahuan Pertimbangkan hal
sangat banyak (5) yang telah pasien
Layanan ketahui tentang
180518 peningkatan kondisi
kesehatan kesehatannya atau
pengetahuan risikonya dan
sangat banyak (5) menghubungkan
informasi baru
dengan apa yang
sudah [pasien]
1823 Pengetahuan: ketahui
Promosi
Kesehatan
28
182308 kesehatan dengan meminta
pengetahuan pasien mengulangi
sangat banyak (5) kembali
menggunakan kata-
Strategi kata sendiri atau
182309 mengelola stress memperagakan
pengetahuan keterampilan
sangat banyak (5)
Risiko penyakit
182327 yang diturunkan
pengetahuan
sangat banyak (5)
29
tenang dan
meyakinkan
Nyatakan dengan
jelas harapan klien
Instruksikan klien
untuk menggunakan
Teknik relaksasi
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
30
menjelaskan peran Tn. I sebagai peran keluarga dan
bapak untuk tetap membantu perawatan bayi
perawatan bayi. yang nanti setelah
pasca melahirkan
A : masalah sudah
10.45 teratasi
Mendukung pasien mengenai P : Menghentikan
gambaran perubahan peran yang intervensi
akan terjadi ketika bayi Ny. D lahir.
31
dan proses kelahirannya nanti. mengenai
perawatan diri saat
Kode 00146 mau melahirkan
dan saat kontraksi.
Ansietas 12.00 -Ny.D mengatakan
kecemasannya
pada Ny. D Memberikan edukasi perawatan berkurang karena
menggunakan
yang harus dilakukan Ny. D untuk
teknik relaksasi
mempercepat proses pembukaan dan mengetahu
prosedur proses
kelahirannya yaitu seperti senam
melahirkan
kehamilan, olahraga ringan, jalan
O : -Ny D tidak tampak
kaki, ball birth, stimulasi putting kebingungan
susu dan mandi air hangat serta tentang informasi
yang diberikan
menjelaskan cara menghitung terkait perawatan
kontraksi. saat mau
melahirkan dan
terkait perhitungan
kontraksi
12.15 -Ny.D dapat
mendemonstrasika
Memberikan edukasi kepada Ny. D n teknik relaksasi
dengan benar dan
mengenai teknik relaksasi untuk sesuai yang
mengurangi kecemasan yang kelompok ajarkan
dirasakn Ny.D. Serta memberikan -Ny.D sudah tidak
tampak cemas
pengetahuan dan penjelasan
mengenai prosedur proses kelahiran A : masalah sudah
teratasi
sehingga Ny. D dapat mengetahui
P : Menghentikan
proses kelahiran dan hal tersebut
intervensi
dapat mengurangi kecemasan dari
Ny. D
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keluarga childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan
ke II mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan. Keluarga dengan bayi baru lahir perlu memahami tugas
perkembangan yang harus dilakukan sehingga tidak terjadi berbagai
permasalahan pada keluarga tersebut seperti suami merasa diabaikan,
peningkatan perselisihan dan argument, interupsi dalam jadwal kontinu dan
kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun. Perawat perlu berperan
dalam perkembangan keluarga tahap ini dengan memberikan perawatan dan
konsultasi seperti bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan
bayi, mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan mengatasinya,
imunisasi yang dibutuhkan anak, tumbuh kembang anak yang baik, interaksi
keluarga, keluarga berencana, pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu
yang bekerja.
5.2 Saran
1. Bagi perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis
dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu memahami tentang
masalah yang sedang dialami atau terjadi pada keluarga dengan bayi baru
lahir.
2. Keluarga hendaknya menerapkan apa yang telah disampaikan perawat
melalui pendidikan kesehatan guna mengatasi masalah kesehatan yang ada di
keluarga secara mandiri, ikut serta mempertahankan dan mempergunakan
fasilitas kesehatan yang ada dan mencegah terjadinya penyakit.
3. Keluarga sedini mungkin memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke
puskesmas yang terdekat serta keluarga sebaiknya melakukan modifikasi
lingkungan yang sehat di sekitar lingkungan keluarga seperti menjaga
kebersihan lingkungan rumah sekitar, dan mampu menjaga pola hidup sehat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Friedman. (2002). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek. Edisi Kelima,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Kholifah, S.N., Wahyu, W. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Kemenkes RI.
Utami, Sri. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap Perkembangan Childbearing
dengan Kurang Pengetahuan Tentang Pemilihan Alat kontrasepsi di Desa Sidayu
Kecamatan Gombong. Gombong
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., & Wagner, C. (2018). Nursing
Interventions classification (NIC)-E-Book. Elsevier Health Sciences.
North American Nursing Diagnosis Association. (2015). NANDA Nursing Diagnoses. North
American Nursing Diagnosis Association.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes. Elsevier Health Sciences
34