Dosen Pembimbing :
Dr. Ninuk Dian K, S.Kep., Ns., MANP
Disusun Oleh:
SGD 6
Kelas A2 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Anatomi Fisiologi........................................................................................................3
2.2 Definisi........................................................................................................................5
2.3 Etiologi........................................................................................................................5
2.4 Klasifikasi....................................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................................6
2.6 WOC............................................................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan Umum...............................................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................8
2.9 Komplikasi...................................................................................................................8
2.10 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat........................................................................8
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
hanya masalah di rumah sakit, tetapi mencakup penanggulangan
menyeluruh yang dimulai di tempat kejadian, dalam perjalanan ke rumah
sakit dan dirumah sakit. Trauma thorax yang memerlukan tindakan darurat
adalah obstruksi jalan nafas, hemotoraks besar, tamponade jantung,
pneumotoraks desak, flail chest, pneumotoraks terbuka, dan kebocoran
udara trakeobronkial. Semua kelainan ini menyebabkan gawat dada atau
toraks akut analog dengan gawat perut, dalam arti diagnosis harus
ditegakkan secepat mungkin dan penanganan dilakukan segera
untuk mempertahankan pernafasan, ventilasi paru dan pendarahan.
Dalam hal ini peran profesi tenaga kesehatan khususnya perawat sangat
dibutuhkan untuk menekan angka kematian pada trauma thorax. Selain itu
perawat juga sangat penting untuk mengkaji setiap respon klinis yang
ditimbulkan oleh penderita trauma thorax khususnya pada pneumothorax,
hemathorax dan flail chest untuk menentukan asuhan keperawatan gawat
darurat yang tepat untuk penderita.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep penyakit dan asuhan keperawatan gawat darurat pada
penyakit thorax.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep penyakit pneumothorax.
2. Menjelaskan konsep penyakit hemathorax.
3. Menjelaskan konsep penyakit flail chest.
4. Menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada penyakit
pneumothorax.
5. Menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada penyakit
hemathorax.
6. Menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat pada penyakit flail
chest.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi
Secara anatomis hepar adalah kelenjar terbesar didalam tubuh,
yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di
bawah diafragma. Hepar menempati hampir seluruh regio hypochondrica
dextra, sebagian besar epigastrium dan seringkali meluas sampai ke regio
hypochondrica sinistra sejauh linea mammilaria.
2.1.1 Rongga Toraks
Rongga toraks dibatasi oleh diafragma dengan rongga abdomen.
Rongga toraks dapat dibagi ke dalam dua bagian utama, yaitu paru-paru
(kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam dua
bagian : superior dan inferior, sedangkan yang inferior dibagi lagi menjadi
3 bagian, yaitu : anterior, medial, dan posterior.
Rongga toraks bagian atas atau Apertura Thoracis Superior
merupakan pintu masuk rongga toraks yang disusun oleh permukaan
ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan
kanan (lateral), serta manubrium sterni (anterior). Bagian bawah rongga
toraks atau aperture thoracis inferior adalah area yang dibatasi oleh sisi
ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas bawah iga dan anterior oleh
processus xiphoideus. Diafragma sebagai pembatas rongga toraks dan
rongga abdomen, memiliki bentuk seperti kubah dengan puncak menjorok
ke superior, sehingga sebagian rongga abdomen sebenarnya terletak di
dalam area toraks. Pada garis tengah dibagian anterior terletak sternum
yang terdiri dari 3 bagian, manubrium, korpus, dan processus xiphoideus.
Titik paling atas sternum dikenal sebagai sterna notch atau incisura
jugularis, yang tampak berupa lekukan antara kedua kaput klavikula.
Incisura ini setinggi batas bawah dari vertebra torakal ke-2. Angulus
ludovici adalah tonjolan yang terjadi oleh karena pertemuan bagian korpus
dan manubrium sterni. Setinggi organ ini terdapat organ-organ penting
seperti arkus aorta dan karina. Bagian terakhir sternum adalah processus
xiphoideus yang dapat diraba sebagai ujung bawah yang lunak dari
sternum, kira-kira setinggi vertebra torakal 9. Klavikula dapat dengan
mudah diraba atau dilihat karena hanya ditutupi oleh subkutis dan kulit.
Scapula dapat diraba dari permukaan dengan margo vertebralis, angulus
inferior, dan spina. Untuk vertebra, sebagai patokan hanya dapat diraba
processus spinosus vertebra, pada bagian atas yang terbesar dan paling
menonjol adalah vertebra torakalis pertama. Garis-garis yang penting
adlah linea midsternalis, linea parasternalis dan midklavikularis.
3
Gambar 2.1 Anatomi Rongga Thorax
2.1.2 Dinding Toraks
Rangka toraks dibatasi pada bagian luar oleh iga-iga (tulang costa).
Terdapat 12 pasang iga : 7 iga pertama melekat pada vertebra yang
bersesuaian, sedangkan iga ke 8,9,10 menempel pada costa 7. Diantara
batas inferior dan permukaaan internal terdapat costal groove, tempat
berjalannya arteri-vena-nervus intercostals. Iga pertama merupakan iga
yang penting oleh karena tempat melintasnya plexus brachialis, arteri dan
vena subklavia. Sela iga ada 11 (sela iga ke 12 tidak ada) dan terisi oleh m.
intercostalis externus dan internus.
2.1.3 Isi Rongga Thoraks
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi
oleh pleura visceralis dan pleura parietalis, dimana pleura merupakan
membrane aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik,
didaerah ini terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menutup
kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya
sensitive, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama-
sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan
diafragma. Sedangkan Rongga mediastinum dan isinya terletak di tengah
dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior, dan
superior.
4
2.2 Definisi
Pneumothorax adalah udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat
terjadi secara spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun
proses patologis, atau dimasukkan dengan sengaja (Dorland 1998:872).
Pneumothorax atau kolaps paru–paru adalah penimbunan udara atau gas di
dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara
selaput yang melapisi paru – paru dan rongga dada.
Hematothoraks merupakan suatu keadaan di mana darah terakumulasi
pada rongga pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada
yang menjadi predisposisi terpenting perembesan darah berkumpul di
kantong pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura. (Muttaqin, 2012).
Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal
darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau
pembuluh darah besar. Meskipun beberapa penulis menyatakan bahwa
nilai hematokrit minimal 50% diperlukan untuk membedakan hemothorax
dari perdarahan efusi pleura, kebanyakan penulis tidak setuju pada setiap
perbedaan spesifik (Mancini, 2015).
Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang
berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah
kostokondral. Angka kejadian dari flail chest sekitar 5%, dan kecelakaan
lalu lintas menjadi penyebab yang paling sering. Diagnosis flail chest
didapatkan berdasarkan 27 pemeriksaan fisik, foto Toraks, dan CT scan
Toraks (Wanek & Mayberry, 2004; Milisavljevic, et al., 2012; Lugo, et al.,
2015).
2.3 Etiologi
Pneumothorax Hemathorax Flail Chest
5
tinggi, fraktur iga Fraktur kosta terutama akibat
gerakan yang menimbulkan
Iatrogenik: Iatrogenik: putaran rongga dada secara
Biopsi aspirasi jarum transthorakal berlebihan atau oleh karena
Komplikasi dari
nodul pulmoner, biopsi pleura atau adanya gerakan yang
pembedahan
transbronkial, trorakosentesis, berlebihan dan stress fraktur,
kardiopulmonal,
pemasangan vena kateter sentral seperti pada gerakan olahraga
pemasangan kateter
pada vena subklavia atau jugular yaitu, lempar martil, soft ball,
jugular atau subklavia,
interna, blok saraf interkostal. tennis, golf.
dan biopsi paru.
2.4 Klasifikasi
Pneumothorax Hemathorax
6
2.7 Penatalaksanaan Umum
Pneumothorax Hemathorax Flail Chest
2.9 Komplikasi
1. Kehilangan darah
2. Kegagalan pernapasan
3. Syok
4. Kematian
5. Fibrosis atau parut dari membran pleura
8
2.10 Asuhan Keperawatan
Seorang laki-laki, Tn A, 24 tahun, 55 kg mengalami kecelakaan motor akibat
bertabrakan dengan motor kecepatan tinggi, terlempar 4 meter. Pasien dibawa ke RS
setempat. Pasien mengeluh sesak, dengan RR 30 x/menit, terdengar suara ronki,
pernafasan cuping hidung disertai penggunaan otot bantu pernapasan, penafasan
paradoksal di dada kanan depan interkosta 3-4. Saturasi perifer 90% menggunakan
masker reservoir O2 10 lpm. Dari foto toraks tampak hemopneumotoraks di dada
sebelah kanan. Tn. A mengeluh nyeri dada sebelah kanan, tampak gelisah dan sulit
tidur. Untuk hemodinamik, perfusi dingin pucat, sianosis, nadi 118 x/menit, tekanan
darah 86/46 mmHg. Kesadaran pasien berawal dari GCS E3V5M6 disertai dengan
pupil anisokor kanan 5 mm, kiri 3 mm. Penilaian pasien ini adalah flail chest dengan
fraktur kosta anterior kanan 3 dan 4 disertai kontusio pulmonum kanan, hemodinamik
tidak stabil internal bleeding
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
A. Airway : jalan nafas tidak paten, suara nafas ronki, terdapat retraksi
otot, tampak sesak.
B. Breathing : frekuensi nafas cepat, pernapasan cuping hidung,
penggunaan otot bantu pernapasan
C. Circulation : frekuensi denyut jantung cepat, sianosis, akral
dingin
D. Disability : AVPU sadar
E. Exposure : pernafasan paradoksal
2. Pengkajian Sekunder
Anamnesis
a. Identitas klien
Nama : Tn A
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 24 tahun
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah : O
No. register : 123xxx
Tanggal MRS : 31 Agustus 2019
Diagnosa medis :
9
b. Keluhan utama
Sesak, nyeri dada sebelah kanan
c. Riwayat penyakit sekarang
Tn A, laki-laki 24 tahun berat 55 kg mengalami kecelakaan
motor akibat bertabrakan dengan motor kecepatan tinggi dan
terlempar 4 meter. Kemudian Tn A dibawa ke RS. Awal datang
pasien mengeluh sesak. Tn A juga mengeluh nyeri dada kanan,
gelisah dan sulit tidur. hasil pengkajian terlihat RR 30x/menit,
terdengar suara ronki, pernafasan cuping hidung, bantuan otot
bantu pernapasan, penafasan paradoksal di dada kanan depan
interkosta 3-4. Saturasi perifer 90%. Dari hasil foto toraks tampak
hemopneumotoraks. Hemodinamik Tn A perfusi dingin pucat,
sianosis, nadi 118 x/menit, tekanan darah 86/46 mmHg suhu 36,4°C.
Kesadaran pasien berawal dari GCS E3V5M6 disertai dengan pupil
anisokor kanan 5 mm, kiri 3 mm. Tn A menggunakan masker
reservoir O2 10 lpm
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak dikaji
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sesak, terdengar suara ronki, pernafasan cuping hidung
disertai penggunaan otot bantu pernapasan, penafasan paradoksal di dada kanan
depan interkosta 3-4
Kesadaran : GCS E3V5M6
TTV :
TD : 86/46 mmHg
Nadi : 118x/menit
RR : 30x/menit
SpO2 : 90%
Suhu : 36,4°C
C. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jaan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret berlebih,
gumpaan darah yang menghalangi pernafasan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang dada
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, takipnea,
pernafasan cuping hidung.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : trauma toraks
10
D. Intervensi
Diagnosa: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret berlebih, gumpaan darah yang
menghalangi pernafasan
Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten
Domain 0001 kategori fisiologi, subkategori: respiratori
11
hidung. Pneumothorax Pola napas (L.01004) napas tambahan.
- Hasil foto toraks - Posisikan semi-
↓ - Dispnea menurun
terdapat fowler atau
- Tidak ada penggunaan
hemopneumotorak Akumulasi udara dalam fowler.
otot bantu napas
- DS: - kavum pleura
- Tidak ada pernapasan
↓ cuping hidung
- Frekuensi napas
Penurunan ekspansi paru
membaik, pernafasan
↓ normal 18-20x/menit
Diagnosa: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : trauma toraks
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan
Domain 0077 kategori psikologis, subkategori: nyeri dan kenyamanan
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumothorax adalah udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat
terjadi secara spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses
patologis, atau dimasukkan dengan sengaja. Pneumothorax terjadi karena adanya
kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura.
Pada pneumothorax terutup ditandai oleh nyeri tajam saat ekspirasi, peningkatan
frekuensi napas, produksi keringat berlebihan, penurunan tekanan darah. Pada
pneumothorax spontan ditandai oleh napas pendek dan timbul secara tiba-tiba
tanpa ada trauma dari luar paru. Pada pneumothorax tension ditandai oleh sesak
napas berat, penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi yang sakit.
Pada pneumothorax terbuka ditandai oleh sesak napas berat, terlihat adanya luka
terbuka dan suara mengisap ditempat luka saat ekspirasi. Penatalaksanaan umum
diantaranya adalah tindakan dekompresi, apabila terdapat proses lain di paru,
pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya (misal pada TB paru diberi
OAT), dan istirahat total. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakan dengan
melakukan pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan radiologi.
13
dan rongga abdomen. Trauma tajam dapat disebabkan oleh tikaman dan
tembakan. Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan hemotoraks adalah nyeri
dada, pasien menunjukkan distres pernapasan berat, napas pendek, takikardi,
hipotensi, pucat, dingin, dan takipneu. Pasien juga dapat mengalami anemia
sampai syok. Penatalaksanaan umum diantaranya adalah pemberian oksigenasi,
resusitasi cairan, tramadol, asam tranexamat, ranitidine dan diet TKTP. Diagnosis
penyakit ini dapat ditegakan dengan melakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya pemeriksaan darah lengkap, sinar X dada, AGD, CT scan, dan analisis
cairan pleura.
3.2 Saran
14
sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan agar tidak terjadi penyakit
tersebut serta dapat melakukan gaya hidup yang sehat secara mandiri.
C. Saran untuk Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan harus mengetahui penyebab, pencegahan dan
penanganan penyakit pneumothorax, hemathorax, dan flail chest sehingga
tenaga kesehatan tepat dalam membuat asuhan pada pasien dengan
penyakit pneumothorax, hemathorax, dan flail chest. Selain itu tenaga
kesehatan harus mampu memberikan edukasi kepada masyarakat
mengenai penyakit pneumothorax, hemathorax, dan flail chest.
DAFTAR PUSTAKA
Boersma WG, Stigt JA, Smit HJM. Treatment of haemothorax. (2010). Respir
Med [Internet], 104(11):1583–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.rmed.2010.08.006 .
Hobbs BD, Foreman MG, Bowler R, Jacobson F, Make BJ, Castaldi PJ, et al.
(2014). Pneumothorax risk factors in smokers with and without chronic
obstructive pulmonary disease. Ann Am Thorac Soc, 11(9): 1387–94.
Kim HY, Song KS, Goo JM, Lee JS, Lee KS, Lim TH. (2018). Thoracic Sequelae
and Complication of Tuberculosis. RadioGraphics 2001; 21:839–860.
11. Daley BJ. Pneumothorax.
15
Syaifuddin, Haji. (2011). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi
untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC.
16