DI SUSUN OLEH :
RIYANTI IRAWAN
1810105029
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
bimbingan dan karunianya saya dapat menyelesaikan Makalah keperawatan Gawat
Darurat.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi
pembaca dan mayarakat umum,semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………..4-5
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………5
1.3.TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………..……….6
2.1 DEFINISI TRAUMA THORAKS………………………………………………..6
2.2 PATOFISIOLOGI TRAUMA THORAKS……………………………………..6-7
2.3 FARMAKOLOGI TAUMA THORAKS……………………………………...….7
2.4 TERAPI DIET TRAUMA THORAKS…………………………………………7-8
BAB II ……………………………………………………………………………..…9
ASKEP TEORITIS KGD TRAUMA THORAKS…………………………….….9-14
ASKEP KASUS KGD TRAUMA THORAKS………………………………….15-28
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………29
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………29
4.2 SARAN…………………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………3
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkankeadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per
tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita
trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari
dan kematian yang disebabkan oleh traumatoraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian
besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman
kematian (Sudoyo, 2010).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan
adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan
trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat Pneumotoraks 38%,
Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail chest69% (Nugroho, 2015).
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan lalu
lintas atau luka tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus
rongga paru-paru. Akibatnya, selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara
juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, pau-paru pada sisi yang
luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak
merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Sudoyo, 2010)
Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks,
sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari
trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%).
Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang 5disertai dengan trauma
thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai trauma thoraks (12,8%)
pengolahan trauma thoraks, apapun jenis dan penyebabnya tetap harus menganut
kaidah klasik dari pengolahan trauma pada umumnya yakni pengolahan jalan nafas,
pemberian pentilasi dan control hemodianamik (Patriani, 2012).
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaigaman patofisiologi pada Trauma
thoraks.
2. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja farmakologi pada pasien Trauma
thoraks.
3. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja terapi diet yang dapat dilakukan
pada pasien Trauma thoraks.
4. Mahasiswa Mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan gawat
darurat pada pasien trauma thoraks
BAB II
TINJUAN TEORI
1. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat(Nugroho, 2015).
Trauma dada adalahabnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul
merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh
benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu(Sudoyo, 2010)
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma
yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma
tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.
2. Patofisiologi
Trauama thoraks yang terjadi oleh karena trauma tajam ataupun trauma tumpul,
menyebabkan perdarahan jaringan interstitium,perdarahan intraalveolus,kolaps arteri
dan kapiler-kapiler kecil,hingga tahanan perifer pembuluh darah paru
meningkat,menyebabkan reabsorpsi darah oleh pleura tidak optimal. Hal tersebut
mengakibatkan terjadi akumulasi darah di kantong pleura,yang dapat menyebabkan
gangguan ventilasi dintaranya pengemangan paru yang tidak optimal,gangguan
difusi,distribusi dan transportasi oksigen.Dari hal diatas dapat menimbulkan
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif.
Gangguan ventilasi mengharuskan klien terpasang Bullow Drainase
(WSD).Terpasangnya WSD dapat menyebabkan Nyeri, resiko infeksi dan
kerusakan integritas kulit.Resiko infeksi juga dapat terjadi akibat masuknya infeksi
sekunder akibat trauma.
Trauma pada thoraks dapat menyebabkan cedera pada jaringan
lunak,cedera/hilangnya kontinuitas stuktur tulang,menyebabkan nyeri,adanya luka
pasca trauma,pergerakan fragmen tulang.Hal tersebut menyebabkan masalah
keperawatan nyeri,kerusakan integritas jaringan dan resiko infeksi.
Trauma pada toraks dapat menyebabkan edema tracheal/faringeal,peningkatan
produksi secret dan penurunan kemampuan batuk efektif yang menimbulkan
masalah keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif
Trauma thoraks dapat menimbulkan reaksi sistemik,intake nutrisi tidak
adekuat,malaise,kelemahan dan keletihan fisik,kecemasan serta ketidaktahuan akan
prognosis,yang dapat menimbulkan masalah keperawatan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh,gangguan mobilitas fisik ,cemas serta kurang
pengetahuan.
3. Farmakologi
Terapi :
Antibiotika
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan
bakteri berkembang biak di dalam tubuh.
Analgetika
Analgetik dan antipiretik adalah golongan obat berfungsi sebagai antidemam
sekaligus antinyeri.
Expectorant
4. Terapi Diet
Diet yang diberikan adalah diet energi tinggi protein Tinggi (ETPT).Diet ini
mengandung Energi dan protein diatas kebutuhan normal.Biasanya, Diet ETPT
diberikan seperti makanan biasa akan tetapi disertai dengan bahan makanan sumber
protein tinggi, misalnya susu, telur, dan daging.Diet ETPT bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh. Selain itu, diet ETPT dapat digunakan untuk menambah
berat badan agar kembali mencapai berat badan normal. Pasien yang mendapat Diet
ETPT adalah pasien dengan indikasi KEP (Kurang Energi Protein), luka bakar berat,
hipertiroid, hamil, post-partum, sebelum dan setelah operasi tertentu, trauma, pasien
yang sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi, ataupun keadaan lainnya dimana
kebutuhan energi dan protein meningkat.
Syarat Diet ETPT diantaranya energi tinggi (40-45 kkal/kg berat badan), protein
tinggi (2.0 – 2.5 g/kg berat badan), lemak cukup (10-25% dari kebutuhan energi
total), karbohidrat cukup, serta vitamin dan mineral cukup (sesuai kebutuhan).
Terdapat dua macam Diet ETPT, yaitu Diet ETPT I dan II. Perbedaannya adalah
kandungan energi dan proteinnya. Diet ETPT I mengandung energi 2600 kkal dan
protein 100 gram (2 g/kg berat badan), sedangkan Diet ETPT II mengandung energi
3000 kkal dan protein 125 gram (2.5 g/kg berat badan).
Diet ETPT memang mengandung kalori yang tinggi, akan tetapi bukan berarti kalori
yang dikonsumsi sembarangan dan hanya mengedepankan jumlahnya. Terdapat bahan
makanan yang tidak dianjurkan dalam Diet ETPT ini makanan yang diolah dengan
banyak minyak atau kelapa/santan kental serta minuman rendah energi. Penggunaan
bumbu yang tajam seperti cabe dan merica juga tidak dianjurkan dalam diet ini.
BAB III
ASUHAN TEORITIS KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
TRAUMA THORAKS
1.Pengkajian
a) Pengkajian Primer
1.Data Subjektif
• Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur rusuk dan sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan tertusuk di bagian dada
b) Pengkajian primer
Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan muntah
darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien tension
pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas kusmaul, napas
pendek, napas dangkal.
Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis, takikardi
Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
Eksposure (E)
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab
trauma pada dinding dada
•Aritmia jantung
•Pemeriksaan Lab
Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi
-Daerah dada :
4.PK Perdarahan
9.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, luka pada dada
3.Intervensi Keperawatan
nodeviation pengeluaran
from normal sputum.
range) e)membantu
mengeluarkan pengeluaran
sputum secara sekret.
efektif (skala 5
= f)mengoptimalka
n
nodeviation
from normal keseimbangan
cairan dan
range
3.Pemberian
oksigen
sesuai indikasi
diperlukan untuk
mempertahankan
masukan O2
saat klien
mengalami
perubahan
status respirasi
-RR= 16-20
x/menit
4.IMPLEMENTASI
5.EVALUASI
Evaluasi dinyatakan berhasil apabila kriteria hasil dari masing – masing diagnose
telah tercapai.
•Tidak tampak retraksi dinding dada (skala 5 = no deviation from normal range)
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus
dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu
kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami
penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan
pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
hidung.
I. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
jaringan
baik.
2. Pengkajian Sekunder
1) Anamnesis
a) Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
Pendidikan : SMA
Golongan darah : B
No. register :
Nama : Ny. D
Agama : Islam
d) Riwayat kesehatan
Kesadaran : Sokor
TTV :
Pernapasan : 35x/menit
Suhu : 38,7oC
a). Kepala
b). Mata
c). Hidung
d). Telinga
e). Mulut
lendir
f). Leher
g). Toraks
d). Telinga
e). Mulut
lendir
f). Leher
g). Toraks
Perkusi : Snoring
h). Abdomen
i). Genetalia
j). Ekstremitas
1. Data psikologi
keperawatan
2. Data social
3. Data spiritual
kesembuhan klien.
III.ANALISA DATA
- Frekuensi napas
35x/menit ventilasi
sebelum mengalami
penurunan Hemathorak
kesadaran
pernapasan
- Frekuensi napas
30x/menit
proses ventilasi
85%
sopor
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
P : 35x/m
S : 38,7oc
jaringan
IV.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang
kemampuan paru
V.INTERVENSI KEPERAWATAN
N DX KEPERAWATAN NOC NIC
O
1. Ketidakefektifan Status - Pastikan kebutuhan
jalan napas
Status memaksimalkan
penurunan/tidak
suara tambahan
Status memaksimalkan
adekuat suction
- Auskultasi suara
distress mengoptimalkan
pernafasan keseimbangan
efektif dan
seperti dengkur
- Auskultasi suara
penurunan/tidak
suara tambahan
- Auskultasi suara
untuk mengetahui
hasilnya.
ADLs tepat
Berpartisipasi mengidentifikasi
Tanda-tanda krek
Level luang
kelemahan - Bantu
Manpu pasien/keluarga
berpindah : untuk
alat beraktivitas.
Status
kardiopulmonari
adekuat
Sirkulasi status
baik
tehnik ketidaknyamanan
untuk komunikasi
Melaporkan pasien
berkurang mempengaruhi
dengan respon nyeri
menggunakan - Evaluasi
- Evaluasi bersama
(skala, tentang
intensitas, ketidakefektifan
Menyatakan Analgesic
administration
rasa nyaman
- Tentukan lokasi,
setelah nyeri
karakteristik,
berkurang
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute
optimal
pengobatan nyeri
secara teratur.
VII.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TG NO IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
L DX
1 - Mempastikan kebutuhan S : - Keluarga
untuk memaksimalkan
ventilasikeluarkan secret
status oksigen
ventilasi mengatakan
- Melakukan fisioterapi gerakan dinding
tambahan - RR : 30x/m
keseimbangan
status O2.
- Monitoring rata-
rata,kedalaman, irama
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
supraclavicular dan
intercostals
seperti dengkur
- Mengauskultasi suara
penurunan/tidak adanya
tambahan
- Mengauskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya.
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
status O2.
- Monitoring rata-
rata,kedalaman, irama
penggunaan otot
supraclavicular dan
intercostals
seperti dengkur
- Mengauskultasi suara
penurunan/tidak adanya
tambahan
- Mengauskultasi suara
- Membantu untuk
mendapatkan alat
- Membantu untuk
diwaktu luang
- Membantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
- Mengevaluasi sebagian
lampau
- Mengevaluasi bersama
lain tentang
ketidakefektifan kontrol
- Menentukan lokasi,
pemberian obat
dan frekuensi
diperlukan atau
dari satu
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi
dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda
kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di
diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita
trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar
oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura
paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
4.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para
makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat
keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html. Diakses
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit