Disusun oleh :
SALLY VIOLETA TAMARA
P71202220011
A. Konsep Dasar
1. Keluarga Berecana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga (Hartanto, 2015).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2013).
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera (Yuhedi, 2014).
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini dan Martini,
2012).
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 menurut Anggraini
dan Martini (2012), meliputi :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi
sekitar 1,14 persen per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3) Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin
punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya,
tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional,
efektif, dan efisien.
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional.
Dampak program KB menurut Anggraini dan Martini (2012),
antara lain :
1) Penurunan angka kematian ibu dan anak.
2) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
3) Peningkatan kesejahteraan keluarga.
4) Peningkatan derajat kesehatan.
5) Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas sumber daya
manusia (SDM).
6) Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2006).
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan
KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Macam-macam
kontrasepsi menurut Hartanto (2015), antara lain:
a. Kontrasepsi Metode Sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode
kalendir, metode suhu badan basal, metode lendir
serviks.
b) Coitus interuptus atau senggama terputus.
2) Dengan Alat
a) Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier
intra- vaginal (diagfragma, kap serviks, spons, kondom
wanita).
b) Kimiawi, yang berupa spermisid (Vaginal cream,
vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria,
vaginal tablet dan vaginal soluble film).
b. Kontrasepsi Metode Modern
1) Kontrasepsi Hormonal
a) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil.
b) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo provera
setiap 3 bulan, norigest setiap 10 minggu dan cyclofem
setiap bulan.
c) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) yang meliputi implant dan norplant.
2) IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim, yang meliputi : Copper T, Medusa, Seven Copper T.
c. Metode Kontrasepsi Mantap
1) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi.
2) Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
b. Jenis-jenis IUD
Ada beberapa jenis IUD yang beredar atau dipakai di
Indonesia. Secara umum, IUD terdiri atas 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1) Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja antikarat
(the chiness ring).
2) Mengandung tembaga seperti Cu T380A, CU T200C,
Multiload (Cu ML250 dan 375), Nova T Cu T380A
berbentuk kerangka plastik, kecil, fleksibel, menyerupai
huruf T diselubungi oleh kawat tembaga halus, sangat efektif,
reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai dengan 10
tahun).
3) Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon
progesterone) dan levonol (levonorgestrel) (Hidayati, 2009).
e. Keuntungan IUD
Menurut Manuaba (2010), keuntungan dari pemakaian IUD
yaitu:
1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat
dunia, termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga
dalam pemakaian.
2) Pemasangan tidak memerlukan tindakan medis yang sulit.
3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak terlalu berat.
5) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
f. Indikasi pemakaian IUD
Menurut Yuhedi (2014), indikasi pemakaian IUD antara lain :
1) Wanita usia reproduksi.
2) Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang
belum mempunyai anak.
3) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan
efektivitas tinggi.
4) Wanita pasca keguguran dan pasca melahirkan.
5) Wanita dengan risiko tentang IMS (Infeksi Menular Seksual)
6) Wanita yang tidak suka mengingat kapan waktu minum pil
KB.
7) Wanita yang gemuk maupun kurus.
8) Wanita hipertensi.
9) Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan penyakit
hati dan empedu.
g. Kontraindikasi IUD
1) Wanita yang hamil dan dicurigai hamil.
2) Wanita yang mengalami perdarahan per
vagina yang belum jelas penyebabnya.
3) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia
(vaginitis, servisitis) dan wanita dengan kanker organ genital.
4) Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau
tumor jinak uterus yang dapat mempengaruhi kavum uteri
(Yuhedi, 2014).
h. Efek samping IUD
Efek samping pemakaian IUD menurut Manuaba (2010), antara
lain:
1) Masih terjadinya kehamilan dengan IUD in situ.
2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia).
3) Dapat terjadi infeksi dimana tingkat terakhir infeksi
menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan
kehamilan ektopik.
4) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
Menurut Suratun (2013) efek samping pemasangan IUD, yaitu :
1) Perdarahan
Keluarnya darah dari liang vagina, diluar haid dalam jumlah
kecil berupa bercak-bercak atau dalam jumlah berlebihan.
2) Keputihan/ Leukorea
Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi
cairan rahim yang berlebihan. Tidak berbahaya apabila cairan
tersebut tidak berbau, tidak terasa gatal dan tidak terasa
panas.
3) Eksplusi
Terasa adanya IUD dalam liang senggama yang
menyebabkan rasa tidak enak bagi wanita. Terjadi ekspulasi
sebagian atau seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid.
4) Nyeri
Nyeri pada waktu pemasangan IUD, saat haid dan saat
senggama.
5) Infeksi
Adanya rasa nyeri di daerah perut bagian bawah, bila disertai
demam, keputihan yang berbau busuk dan rasa nyeri pada
waktu bersenggama atau periksa dalam.
6) Translokasi
Pindahnya IUD dari tempat seharusnya
i. Pathway KB IUD
IUD