Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KB IUD

A. Konsep Penyakit
1. Kontrasepsi
a. Pengertian
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas dalam mewujudkan hak - hak reproduksi
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah,
jarak, dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan, dan membina
ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak dimana
dalam satukeluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja.
Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan
atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara
atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan keluarga, masyarakat, maupun negara. Dengan demikian KB
disini mempunyai arti yang sama dengan pengaturan keturunan.
Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya dengan
istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning
atau planned parenthood, seperti yang digunakan oleh International
Planned Parenthood Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB
internasional yang berkedudukan di London. KB juga berarti suatu
tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran
yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah
anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai dengan situasi masyarakat
dan negara. Dengan demikian KB berbeda dengan birth control yang
artinya pembatasan atau penghapusan kelahiran. Istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi (pemandulan).
Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan metode -
metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama diantara
mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk
menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan dan ekonomi dan untuk
memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak - anaknya
dan masyarakat. Ini meliputi hal - hal sebagai berikut
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan dan
penjagaankesehatan ibu dan anak.
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga
melainkan jugauntuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan
pemeliharaan anak.
b. Intra Uterine (IUD)
a. Pengertian
Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim
merupakanalat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa kerangka
dari plastik yang fleksibel yang diselubungi kawat halus yang terbuat
dari tembaga (Cu), sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun : CuT.380A). IUD dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi, kecuali oleh perempuan yang terpapar
pada Infeksi Menular Seksual (IMS).

1. Jenis

Tersedia dua jenis IUD yaitu hormonal (mengeluarkan hormon


progesterone) dan non-hormonal. IUD jenis CuT.380A berbentuk
huruf T,diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu),
dan tersedia di Indonesia. IUD jenis lain yang beredar di
Indonesia adalah NOVA T (Schering).

2. Cara kerja

IUD bekerja dengan cara menghambat kemampuan


sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai kavum uteri. IUD bekerja terutama
mencegah sperma dan ovum bertemu, dan mencegah terjadinya
implantasi telur dalam uterus.
3. Efektivitas
IUD merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif.
Dari 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
terdapat 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan. Efektivitas
IUD bergantung pada ukuran, bentuk, dan kandungan bahan
dalam IUD. Selain itu, umur, paritas, dan frekuensi senggama
akseptor juga mempengaruhi efektivitasnya
4. Keuntungan
Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan
sekali pemasanganuntuk jangka waktu yang lama dengan biaya
yang relatif murah. Selain itu, keuntungan dari pemaikaian IUD
di antaranya tidak menimbulkan efek sistemik, efektivitas cukup
tinggi, reversible, dan cocok untuk penggunaan secara massal.
Keuntungan yang lain dari IUD antara lain dapat diterima
masyarakat dengan baik, pemasangan tidak memerlukan medis
teknis yang sulit, kontrol medis ringan, penyulit tidak terlalu
berat, pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
Pemakaian IUD juga memiliki keuntungan yaitu tidak
mempengaruhi hubungan seksual, tidak mahal jika ditinjau dari
rasio biaya dan waktu penggunaan kontrasepsi, metode yang
nyaman, tidak perlu disediakan setiap bulan dan pemeriksaan
berulang. IUD dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir), dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadiinfeksi),
tidak ada interaksi dengan obat-obat.
5. Kerugian
Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain :
Terdapat perdarahan (spotting atau perdarahan bercak, dan
menometroragia), tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio
uteri danmengganggu hubungan seksual.
Pemakaian IUD juga dapat mengalami komplikasi
seperti: merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau di
antaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi
dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
IUD tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, tidak baik
digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan, penyakit radang panggul (PRP) terjadi
sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD karena PRP
dapat memicu infertilitas, dan tidak mencegah terjadinya
kehamilan ektopik terganggu karena fungsi IUD untuk
mencegah kehamilan normal.
6. Indikasi
IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka
panjang; dan tidak ingin punyaanak lagi atau ingin
menjarangkan anak. Beberapa indikasi penggunaan IUD antara
lain: Usia reproduktif, keadaan nulipara, menyusui yang
menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan
dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan
tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak
menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk
mengingat-ingat minum pil setiap hari, tidak menghendaki
kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
7. Kontra indikasi
Adapun kontra indikasi pengguna IUD diantaranya :
Hamil atau diduga hamil, infeksi leher rahim atau rongga panggul,
termasuk penderita penyakit kelamin, pernah menderita radang
rongga panggul, penderita perdarahan pervaginam yang abnormal,
riwayat kehamilan ektopik, penderita kanker alat kelamin.
Kontraindikasi yang lain yaitu :
 Alergi terhadap tembaga (hanya untuk alat yang mengandung
tembaga)
 Ukuran ronga rahim kurang dari 5 cm.
8. Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi di antaranya:
mengalami perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan), perdarahan dan kram selama
minggu-minggu pertama setelah pemasangan, dapat juga terjadi
spotting antar waktu menstruasi. Kadang-kadang ditemukan
keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat
berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya.
b. Pathway KB IUD, yaitu:
c. Komplikasi IUD
Komplikasi pemasangan intrauterine device (IUD) atau alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat berupa dysmenorrhea,
ekspulsi IUD, dan perdarahan. Namun, beberapa literatur menyatakan
bahwa efek-efek samping ini mungkin berkurang seiring berjalannya
waktu.
Contoh permasalahan yang dapat terjadi akibat IUD adalah:
a) Ekspulsi atau lepasnya IUD dari tempat insersinya (merupakan
komplikasi yangpaling sering terjadi, terutama pada pasien
nulipara atau post partum)
b) Nyeri atau kram perut (dysmenorrhea)
c) Perdarahan, seperti perdarahan per vaginam di luar siklus haid dan
menorrhagia
d) Perforasi uteri atau serviks
e) Infeksi atau peradangan pelvis
f) Fragmentasi atau terbenamnya IUD di dalam rahim
g) Gangguan tubo-ovari
h) Kehamilan ektopik
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Budiono, 2015).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
pengumpulan data dasar yaitu mengkaji identitas atau biodata klien.
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun informasi
tentang status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal maupun
yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif optimal maupun
yang bermasalah. Teknikpengumpulan data yang dapat dilakukan ada 3, yaitu:
1. Anamnesis.
2. Observasi.
3. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau
teknik PE(Physical Examination) yang terdiri atas :
1) Inspeksi.
2) Palpasi.
3) Perkusi.
4) Auskultasi.
Pengumpulan data pengkajian meliputi :
1. Data subjektif
a. Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab (suami, ayah, keluarga).
a) Nama pasien dikaji untuk membedakan pasien satu dengan yang
lainagar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko, apabila
dibawah 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang dan jika
lebih dari 35 tahun akseptor KB mendekati menopause.
c) Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan yang
berhubungan dengan KB.
e) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien.
g) Alamat pasien dikaji untuk mempermudah hubungan jika
diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui
tempat tinggal pasien.
b. Keluhan utama
Mengetahui keluhan utama/alasan datang ke institusi pelayanan
kesehatan dan kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau
kunjungan ulang.
c. Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang seperti batuk,
pilek ataupun demam. Riwayat penyakit sistemik yang sedang atau
pernah diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, ASMA,
epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS). Riwayat penyakit
sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi dan riwayat penyakit
sekarang.
d. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat
perkawinan dan lama perkawinan.
e. Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan pervaginam
dan flour albus.
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui
jumlah paritas dan abortus.
g. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemasangan dan berhentinya, keluhan/alasan berhenti.
h. Pola kebiasaan sehari - hari
Untuk mengetahui perbedaan pola kebiasaan ibu sebelum dilakukan
pemasangan alat kontrasepsi.
i. Data psikososial
Untuk mengetahui keadaan kejiwaan ibu yang mempengaruhi terhadap
proses pemasangan kontrasepsi dan untuk mengetahui hubungan ibu
dengan suami, keluarga ataupun dengan orang lain.
j. Data spiritual
Utnuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap agama yang dianutnya dan
mengenali hal - hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang
diberikan.
2. Data Objektif
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan
dengan kriteria baik yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas
secara mandiri tanpa bantuan atau lemah apabila ibu tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri (Matondang, 2013).
b) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis
yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis adalah keadaan
kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh. Delirium adalah gelisah, disorientasi,
memberontak, berteriak - teriak. Somnolen kesadaran menurun
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang. Stupor yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi respon terhadap nyeri. Coma yaitu tidak bisa
dibangunkan tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
c) Tanda - tanda vital meliputi :
1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi,
tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
2) Denyut jantung
Menilai kecepatan, irama suara jantung jelas dan teratur.
Denyut jantung normal pada orang dewasa adalah 60 - 80
x/menit.
3) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.
Respirasi normal 40 - 60 x/menit.
4) Temperatur
Temperatur normal rektal axilla yaitu 37°C dan kulit 36,5°C.
d) Pemeriksaan Antropometri
1) Berat badan : Untuk memantau berat badan naik atau
turun.
2) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan.
e) Pemeriksaan generalis
1) Kepala dan leher
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna
sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi,
karies, karang, tonsil), leher (pembesaran kelenjar tyroid,
pembuluh limfe).
2) Muka
Pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
warna kulitnya, ekspresi wajahnya, dan pembengkakan
daerah wajah dan kelopak mata. Dilanjutkan inspeksi
konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan atau
anemia.
3) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan inspeksi bola mata,
kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.
4) Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga/membran timpani, dan pendengaran.

5) Hidung

Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui


keadaan bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung mulai
dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus - sinus. Pada
pemeriksaan hidung juga dilihat apakah ada polip dan
kebersihannya.
6) Mulut dan faring
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi
pasien duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati bibir,
gudi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar
mulut, dan palatum kemudian faring.
7) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor
dan pembesaran kelenjar getah bening.
8) Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting susu, retraksi, adanya benjolan/massa yang
mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar
limfe.
9) Abdomen
Meliputi adanya bentuk, adanya bekas luka, benjolan/masa
tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan.
f) Pemeriksaan vulva vagina
1) Pemeriksaan vulva
Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya pengeluaran
pervaginam.
2) Inspekulo
Untuk mengetahui keadaan servik (cairan/darah, luka,
peradangan atau tanda - tanda keganasan, keadaan dinding
vagina).
3) Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium.
II. Diagnosa Keperawatan
Tujuan penggunaan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
Memberikan bahasa yang umum Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang
jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangimenghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada
pada tanggung jawabnya.
Berdasarkan patofisiologis penyakit dan manifestasi klinik yang
munculmaka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien akseptor
KB :
a. Ansietas berhubungan dengan proses pemasangan IUD.
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenaipemasangan KB IUD.
III. Perencanaan Keperawatan/Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangidan mengatasi masalah - masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
seorang tenaga kesehatan mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah
dengan efektif dan efisien. Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus
diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah.
b. Menentukan tujuan.
c. Menentukan kriteria hasil.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan.
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat 1. Mengetahui
dengan proses tindakan tingkat ansietas perubahan
pemasangan IUD. keperawatan berubah (Mis: kecemasan
selama 1 x 3 0 mnit kondisi, waktu, 2. Mengetahui
diharapkan tingkat stres) tanda - tanda
ansietas menurun. 2. Monitor tanda – ansietas
Dengan kriteria tanda ansietas 3. Untuk
hasil : 3. Ciptakan suasana membangun
 Verbalisasi terapeutik untuk kepercayaan agar
kebingungan menimbulkan pasien lebih
menurun kepercayaan nyaman
 Perilaku 4. Dengarkan 4. Agar pasien
gelisah dengan penuh merasa
menurun perhatian diperhatikan
o Perilaku 5. Gunakan 5. Agar pasien lebih
tegang pendengaran terbuka
menurun yang tenang dan
meyakinkan
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
berhubungan dengan tindakan kesiapan dan sejauh mana ibu
kurangnya informasi keperawatan kemampuan siap menerima
mengenai pemasangan selama 1 x 30 menerima informasi
KB IUD. menit diharapkan informasi 2. Untuk mengukur
tingkat 2. Identifikasi sejauh mana
pengetahuan pengetahuan pengetahuan ibu
meningkat. tentang alat tentang alat
Dengan kriteria kontrasepsi kontrasepsi
hasil : 3. Berikan 3. Untuk
 Pertanyaan pendidikan memberikan
tentang keshatan edukasi terhadap
masalah yang mengenai KB ibu
dihadapi IUD 4. Menciptakan
menurun 4. Berikan komunikasi dua
 Perilaku kesempatan arah
untuk bertanya 5. Membuat pasien
membaik
5. Jelaskan metode mengetahui
alat kontrasepsi tentang alat
kontrasepsi

IV. Evaluasi keperawatan


Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan.
Evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien berhasil mengatasi masalah pasien tersebut ataukah asuhan
tersebut terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai masalah pasien tersebut
benar-benar teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


PT. BinaPustaka Sarwono Prawiharjo

BKKBN. 2015. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN

Hartanto, Hanafi. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup.


Bandung :Alfabeta

Nanda International. 2018 - 2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klarifikasi.


Jakarta: EGC

Wahhab. 2021. Kenali Tujuan dan Manfaat Program Keluarga Ber


encana. dppkbpmd.bantulkab.go.id

Yuhendi dan Kurniawati. 2018. Buku Ajar Kependudukan Dan Pelayanan KB.
Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewanpengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewanpengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai