Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup kontemporer yang

berorientasi pada upaya untuk menciptkan kesejahteraan.(Bobak, 2004).


Menurut WHO Keluarga berencana (KB) adalah keluarga yang direncanakan

dan tujuanya untuk membantu individu atau pasangan membantu objek-objek tertentu

kemudian menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.


Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi berupa alat atau

obat-obatan.
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang

bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit

tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga

bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon

progesterone. (Marjati, 2011).


B. Jenis IUD
1. Copper-T
Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini

mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.


2. Copper-7
Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan

ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama

dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

3. Multi load
Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri

dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung

bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan

250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi

load yaitu standar, small, dan mini.


4. Lippes loop
Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf

S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.

Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian

atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam),

tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal

(benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang

menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
C. Mekanisme kerja IUD
Cara kerja dari IUD antara lain yaitu (Bari, 2006) :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.


4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
D. Keuntungan dan kelemahan IUD
Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi, 2006.
a. Keuntungan
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu

diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
b. Kelemahan
1. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya

pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama

dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.


2. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang

apabila pemasangan benar).


3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti

pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.


6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan

IUD.
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan

IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari


8. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau

bidan) yang terlatih.


9. ungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD

dipasang segera setelah melahirkan).


10. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
E. Indikasi pemasangan IUD
Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
Pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap penyakit

jantung, hipertensi, hati).


7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

Kontra indikasi pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan

dan KB,kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :


1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.
F. Waktu pemasangan IUD
Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan

dan KB,waktu pemasangan IUD yaitu :


1. Sedang Haid
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak melebar

dan kemumgkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang dan

perdarahan idak begitu banyak


2. Pasca Persalinan
- Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit.
- Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
- Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3 bulan

pasca persalinan atau keguguran.


3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah sakit.
4. Masalah Interval
Yaitu antara dua haid bila dipasang setelah masa ovulasi, harus dipastikan wanita

tidak hamil atau mereka telah memakai cara-cara lain mencegah (kondom, sistem

kalender, dan sebagainya).


5. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari

kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.


G. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Akseptor KB IUD
Menurut BKKBN tahun 2008 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan

Kontrasepsi hal 23-24:


Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi dan setiap

selesai haid.
Caranya :
1. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi jongkok
2. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama sampai

menjangkau rahim.
3. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan jangan ditarik.
4. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan boleh

melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.


5. Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau lama, rasa

sakit atau kram.


Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
1. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
2. Nyeri abdomen, disparenmia.
3. Vaginal discargo abnormal.
4. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang, ujung

IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.


5. Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu

dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.


Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil embali setelah IUD dilepas dan gunakan

kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah hubungan ektopik.


IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya

dan bagian perut tidak boleh dipijat.


Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan oleh

benang yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol.


Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun

daya kerjanya belum habis.

H. Pengkajian
a. Wawancara
1. Identitas Klien : Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa,

Status pernikahan, Golongan darah, Tanggal pengkajian, Tanggal masuk RS,

Alamat.
2. Identitas Penanggung jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama,

Pendidikan, Pekerjaan, Hubungan dengan klien, Alamat.


b. Keluhan Uatama : Pemasangan alat KB
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan

dahulu
e. Riwayat Penggunaan kontrasepsi sebelumnya : Jenis, Kapan, dan Masalah
f. Persepsi dan dukungan pasangan terhadap klien
g. Riwayat Obstetri
h. Riwayat Pernikahan
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kerapihan-kebersihan
2. Kesadaran : CM- Koma
3. Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu
4. Kepala : Bentuk, Lesi/Tidak, Rambut merata/tidak, Warna
5. Muka : Bentuk (bulat/oval), Konjungtiva, Reflek pupil, Sklera, dan Fungsi

penglihatan
6. Telinga : Bentuk, Pinna (sejajar dengan kantus mata), pinna fleksibel +/+,

serumen ada/Tidak
7. Hidung : Lubang hidung simetris kanan kiri, bentuk, pernafasan cuping

hidung, secret.
8. Mulut : Mukosa bibir, kebersihan mulut, warna, bentuk, secret, dan fungsi

menelan
9. Leher : Kaku kuduk, JVP, KGB, Tiroid teraba membesar/tidak
10. Dada : Pergerakan dada, retraksi intercosta, Frekuensi pernafasan, suara nafas

dan jantung.
11. Mammae : Bentuk, Warna, Putting menonjol/tidak
12. Abdomen : Bentuk, Hepatomegali, Splenomegali, nyeri tekan, bekas luka

operasi, bising usus


13. Genetalia : warna, kebersihan, bau/ tidak, ada luka/tidak, ada rasa

gatal/nyeri/tidak, Disuria atau tidak


14. Ektermitas : Pergerakan ekstermitas, ROM
j. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap : Hb, Ht, Leukosit, dan Trombosit
2. Pemeriksaan Glukosa darah
3. Pemeriksaan USG untuk mengetahui keadaan endometrium
4. Pemeriksaan kadar hormone progesterone, dan esterogen

I. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri sehubungan dengan insersi alat kontrasepsi (IUD)

ke dalam Rahim.
2. Cemas sehubungan dengan pemasangan alat kontrasepsi (IUD).
3. Perubahan pola haid b.d proses adaptasi hormonal.

J. Intervensi keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri sehubungan dengan insersi alat kontrasepsi (IUD)

ke dalam Rahim.
NOC :

- Tingkat nyeri

- Nyeri terkontrol
- Tingkat kenyamanan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien dapat :

1) Mengontrol nyeri, dengan indikator :

Mengenal faktor-faktor penyebab

Tindakan pertolongan non farmakologi

Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan.

Nyeri terkontrol

2) Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator:

Melaporkan nyeri

Frekuensi nyeri

Lamanya episode nyeri

Ekspresi nyeri; wajah

Perubahan respirasi rate

Perubahan tekanan darah

NIC : Manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian PQRST.

2. Lakukan penangan nyeri secara nonfarmakologis : teknik relaksasi nafas

dalam atau guided imagery


3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu, pencahayaan

dan kebisingan).

4. Kolaborasi dalam pemberian analgesic.

2. Cemas sehubungan dengan pemasangan alat kontrasepsi (IUD).

NOC :

Klien tampak tenang dan memahami efek samping penggunaan alat kontrasepsi

NIC : anxiety reduction (penurunan kecemasan).


1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Jelaskan selama prosedur dan apa yang dirasakan selama prosdur
3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
4. Libatkan keluarga untuk menemani pasien
5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
3. Perubahan pola haid b.d proses adaptasi hormonal.
NOC :
- Haid dengan siklus teratur.
- Tidak ada perdarahan di luar siklus haid.
NIC :
1. Kaji lama dan banyaknya perdarahan.
2. Jelaskan pada klien efek samping alat kontrasepsi AKDR dan hormonal pada

hari-hari pertama pemakaian alat kontrasepsi.


3. Observasi TTV.
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui ada/tidaknya benang dalam

estrium uteri.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, J. 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

BKKBN. 2008. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN

Manuaba, Ida Bagus. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Marjati. 2011. Makalah Manajemen Asuhan Kebidanan. Malang.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBPSP

Anda mungkin juga menyukai