Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL IUD ( INTRA UTERINE DEVICE )

1.

Definisi IUD
Intra Uterine Device (IUD) atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
merupakan alkon (alat kontrasepsi) yang dimasukkan kedalam rahim seorang wanita.
Alat kecil ini berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali
halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke
dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan
biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah
sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim
menjadi sulit ditempuh oleh sperma.

2.

Macam-macam IUD

Copper-T 380 A

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti
fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).

Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada
IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).

Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk

menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Imbarwati, 2009).

Lippes loop

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm
(benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini
adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastic yang dikelilingi oleh silinder pelepas
hormon Levonolgestrel (hormon progesterone) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu
menyusui karena tidak menghambat asi.
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun
lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum
digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu
IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine
System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan
sedangkan
IUS
melepaskan
hormon
progestin
(Kusmarjadi,
2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama
10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).

3.

Mekanisme kerja IUD

IUD akan mencegah pelepasan sel telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Selain itu,
mengurangi mobilitas sperma agar tidak dapat membuahi sel telur serta mencegah sel telur
yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim.

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

IUD bekerja mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma
sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi

4.

Keuntungan IUD

Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)

Dapat efektif segera setelah pemasangan

Metode jangka panjang (IUD Copper T 380 A bekerja hingga 10 tahun, dan IUD
Mirena 1 tahun)

Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena
rasa aman terhadap resiko kehamilan.

Tidak mempengaruhi kualitas dan volume asi. Aman untuk ibu menyusui karena tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas asi.

Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)

Dapat digunakan sampai menopause

Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

Membantu mencegah kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik)

Setelah IUD dikeluarkan biasa langsung subur.

5.

Kerugian IUD

Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular

Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit

Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)

Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan

Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR,
PRP dapat memicu infertilitas

Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 2 hari

Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat
melepas (Muhammad, 2008).

Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan)

Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu (Imbarwati,
2009).

Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa
jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri
sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD
tembaga (Kusmarjadi, 2010).

Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan
seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah
penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut
rahim yang bisa membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.\

Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu


pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).

Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.

Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati, 2009).

Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa
posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan
adalah
:
a.
1
bulan
pasca
pemasangan
b.
3
bulan
kemudian
c.
setiap
6
bulan
berikutnya
d.
bila
terlambat
haid
1
minggu
e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).

Setelah pemasangan beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan
pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bias berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan.
Tetapi setelah 3 bulan, keluhan akan hilang dengan sendirinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan
keluhan masih berlanjut dianjurkan untuk memeriksanya kedokter.
Pada saat pemasangan sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga biasa menimbulkan
rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika :
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan : mual,
pusing dan muntah-muntah.
2. Terjadi perdarahan yang lebih banyak dari haid biasa.

3. Terdapat tanda-tanda infeksi missal ; keputihan, suhu badan meningkat, menggigil


atau ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misal diperut, pada saat melakukan senggama.
Segeralah kedokter jika terjadi gejala-gejala diatas !

6.

Efek samping

Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan


pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih lama, bahkan lebih
menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3
bulan (Zahra, 2008).
Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang
ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan
(senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan
IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim
(Kusumaningrum,
2009).
Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang
mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan
akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah
sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang
spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan.

7.

Indikasi IUD

Wanita yang diperkenankan menggunakan kontrasepsi IUD adalah :

Usia reproduktif

Keadaan nulipara (yang belum mempunyai anak)

Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

Menyusui

Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal.

Tidak menyukai mengingat-ingat untuk minum pil setiap hari.

Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

8. Kontraindikasi IUD

Kemungkinan hamil

Baru saja melahirkan (2-28 hari pasca melahirkan), pemasangan IUD hanya boleh
dilakukan sebelum 48 jam dan setelah 4 minggu pasca persalinan

Memiliki resiko IMS(termasuk HIV). Yang beresiko terinfeksi IMS/HIV yaitu :

1. Yang mempunyai pasangan lebih dari 1, dan saat melakukan senggama tidak
menggunakan kondom
2. Yang memiliki pasangan dengan HIV/IMS dan tidak mamakai kondom saat
bersenggama
3. Memakai jarum suntik bersama pada IMS

Pernah menderita radang rongga panggul.

Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal.

Riwayat kehamilan ektopik.

9.

Waktu Pemasangan

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

2-4 hari setelah melahirkan

40 hari setelah melahirkan

Setelah terjadinya keguguran

Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid

Menggantikan metode KB lainnya.

10. Prosedur kerja pemasangan IUD

Petugas harus siap ditempat.

Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

Alat-alat yang tersedia :

Bed

Timbangan berat badan

Tensimeter dan stetoskop

Set IUD steril

Bengkok

Lampu

Kartu KB, buku administrasi dan registrasi KB

Meja dengan duk steril

Speculum

Sonde rahim

Lidi kapas dan kapas first aid secukupnya

Busi/ dilator hegar

Kogel tang

Pinset dan gunting

Langkah-langkah :

Memberi
penjelasan
kepada
calon
peserta
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

Melaksanakan anamnese umum.

Melaksanakan
pemeriksaan
mengukur tensimeter.

Mempersilakan
kemih.

Siapkan alat-alat yang diperlukan.

calon

umum

peserta

mengenai

meliputi

untuk

timbang

mengosongkan

keuntungan,

badan,

kandung

Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed dengan posisi Lithotomi.

Petugas cuci tangan, pakai sarung tangan kanan dan kiri

Bersihkan vagina dengan kapas first aid

Melaksanakan
posisi uterus.

Pasang speculum

Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.

Masukkan
sonde
dan bentuk rahim.

Inserter
yang
telah
berisi
AKDR
dimasukkan
perlahan-lahan
ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.

Gunting AKDR sehingga panjang benang 5 cm

Speculum
dilepas
mulut rahim.

Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring 5 menit

Alat-alat dibersihkan

Petugas cuci tangan

Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami


setelah pemasangan AKDR dan kapan harus control.

pemeriksaan

dalam

dan

dalam

rahim

benang

untuk

untuk

AKDR

menentukan

menentukan

di

dorong

ukuran,

ke

keadaan

posisi

samping

Catatan :

Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan)
konsultasi dengan dokter.

Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan
terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.

Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga
uterus. Ukuran normal 6 7 cm.

Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati,
2009).

11. Prosedur Pencabutan IUD


Tujuan
umum
:
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai
dengan
kebutuhan.
Tujuan
khusus
:
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.

Petugas harus siap tempat

Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta

Ruang pemeriksaan tertutup, bersih dan cukup ventilasi

Alat
a.
Meja
dengan
alas
duk
b.
Sarung
tangan
kanan
dan
c.
Lidi
kapas,
kapas
first
aid
d.
Cocor
bebek
/
e.
Tampon
f.
Tutup
duk
g.
h.
i.
Timbangan
berat
j.
Tensimeter
k. Stetoskop

Langkah-langkah :

:
steril.
kiri
secukupnya.
speculum
tang.
steril
Bengkok
Lampu
badan
dan

Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan
cara menanggulangi efek samping

Melaksanakan anamnese umum.

Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.

Siapkan alat-alat yang diperlukan.

Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed dengan posisi Lithomi.

Bersihkan vagina dengan Lysol

Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.

Pasang speculum.

Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang

Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.

Pasien dirapikan kembali

Memberi
penjelasan
kepada
peserta
gejala-gejala
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol.

yang

mungkin

KONTRASEPSI SUNTIK
19 November 2008 oleh Ramadhan
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di
Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya
yang praktis, harganya relatif murah dan aman.
Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil.
Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai
pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk
penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.

JENIS KB SUNTIK
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a.

Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem

b.

Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.

CARA KERJA
a.

Menghalangi ovulasi (masa subur)

b.

Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental

c.

Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim

d.

Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma

e.

Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

Suntikan KB adalah suatu cairan berisi zat untuk mencegah kehamilan


selama jangka waktu tertentu (antara 1 3 bulan). Cairan tersebut merupakan
hormon sistesis progesteron. Pada saat ini terdapat dua macam suntikan KB,
yaitu golongan progestin seperti Depo-provera, Depo-geston, Depo Progestin,
dan Noristat, dan golongan kedua yaitu campuran progestin dan estrogen
propionat, misalnya Cyclo Provera. Hormon ini akan membuat lendir rahim
menjadi kental, sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke rahim. Zat ini juga
mencegah keluarnya sel telur (ovulasi) dan membuat uterus (dinding rahim)
tidak siap menerima hasil pembuahan
Hanafi Hartanto (1996) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi suntik
dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah
mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan LH menurun dan tidak
terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hipofise terhadap gonadotropin-releasing
hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di
hipotalamus dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK),
yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hipofise. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipoestrogenik.
Pada pemakaian KB Suntik Depoprovera, endometrium menjadi dangkal dan
atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi
oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi
sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya terdapat sedikit
sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan
kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan berakhir.
Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit
sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga
membuat endometium kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan transport ovum
di dalam tuba fallopii.
Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus
serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut
juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa
pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan mungkin hamil. Selain itu pada

penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan


berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit
hormon estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap bulan.

KEUNTUNGAN
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan
angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB tidak
mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB
mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi
perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian
dalam rahim.
Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan
pada pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik
perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen
tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi
penggumpalan darah. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga
medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu
mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan
berikutnya. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja
peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung
sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas
35 tahun, kecuali Cyclofem.

KERUGIAN DAN EFEK SAMPING


a.

Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang


banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.

b.

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

c.

Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

d.

Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

e.

Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

f.

Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang

g.

Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada


vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan
jerawat.

Efek yang terakhir dan efek peningkatan berat badan terjadi karena
pengaruh hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi
tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi

kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini
juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali
efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan
bertambah dan menurunnya gairah seksual.
Salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air,
sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai
mempunyai kandungan air yang sedikit / kering. Kondisi ini juga terjadi pada
vagina sebagai akibat sampingan dari hormon progesteron. Vagina menjadi
kering, sehingga merasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual,
dan jika kondisi ini berlangsung lama akan menimbulkan penurunan gairah atau
disfungsi seksual pada wanita.

INDIKASI
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki
pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak
sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien
yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat
melakukan sanggama, atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen,
dan klien yang sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau
sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.

INDIKASI
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi
pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika
ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung,
varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau
organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan
perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak
jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan
yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini

CARA PEMBERIAN
a.

Waktu Pemberian

Setelah melahirkan : hari ke 3 5 pasca salin dan setelah ASI


berproduksi

Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari


setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)

Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid

b.

Lokasi Penyuntikan

Daerah bokong/pantat

Daerah otot lengan atas

Anda mungkin juga menyukai