Anda di halaman 1dari 19

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

(AKDR)
A.    PENGERTIAN AKDR
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan
ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit
tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan
mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Spiral
tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan
terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu
untuk memastikan kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat
haid atau segera 40 hari setelah melahirkan (Subrata, 2003).
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak
kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat
efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang
menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar
air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu
memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk - beluk alat kontrasepsi
ini (Manuaba , 2010).

B.     JENIS AKDR


IUD yang banyak dipakai di indonesia dewasa ini dari jenis Un
Medicate yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicate Cu T, Cu-7,
Multiload dan Nova-T. (Handayani, 2010)

1
1. AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi
pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastic
(polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device): Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7,
Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device): Misalnya : Ota-Ring, Atigon dan
Graten Berg Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat
tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)
yang cukup baik.
2) Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal
32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
3) Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya
dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar,
small (kecil), dan mini.

2
4) Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran
25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan
yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi
perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastic ( Erfandi, 2008).
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65
mcg progesteron per hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung
4) Daya kerja : 18 bulan
5) Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg
per hari.
2) Sedang ditelit di Firlandia.
3) Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita
per tahun.
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena
25% mengalami amenore atau pendarahan haid yang sangat
sedikit.

3
C.     CARA KERJA
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
1) Menghambat kemampuan sperma masuk ketuba fallopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu.
4) IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
5) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
(Sarwono, 2007)

D.    INDIKASI
Yang dapat menggunakan: Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah :
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Resiko
rendah dari IMS
7) Tidak menghendaki metode hormonal
8) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
9) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
10) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi
11) Sedang memakai antibiotika atau antikejang
12) Gemuk ataupun kurus
13) Perokok

4
E.     KONTRAINDIKASI
Ada beberapa ibu yang dianggap tidak cocok memakai kontrasepsi jenis
IUD ini. Ibu-ibu yang tidak cocok itu adalah mereka yang menderita atau
mengalami beberapa keadaan berikut ini :
1) Kehamilan.
2) Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb).
3) Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya.
4) Tumor jinak atau ganas dalam rahim.
5) Kelainan bawaan rahim.
6) Penyakit gula (diabetes militus).
7) Penyakit kurang darah.
8) Belum pernah melahirkan.
9) Adanya perkiraan hamil.
10) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak
normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker
rahim
11) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2006).

F.      KEUNTUNGAN
Keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut :
1) sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
2) IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan,
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

5
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi). j.Dapat digunakan sampai menopause (1
tahun lebih setelah haid terakhir)
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
11) Membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin. AB, 2006).

G.    KERUGIAN
Kerugian dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut.
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antara menstruasi,
4) Saat haid lebih sakit ( Handayani, 2010 )

H.    WAKTU PEMASANGAN


1) Kapan saja dalam siklus haid selama yakin tidak hamil
2) pemasangan setelah persalinan : boleh dipasang dalam waktu 48 jam
setelah eprsalinan, dan dapat pula dipasang setelah 4  minggu pasca
persalinan, dengan dipastikan tidak hamil antara 48 jam sampai 4
minggu pasca persalinan, tunda pemasangan, gunakan metode
kontrasepsi yang lain
3) Setelah keguguran atau aborsi : jika mengalami keguguran dalam 7
hari terakhir, boleh dipasang jika tidak ada infeksi. Jika keguguran
lebih dari 7 hari terakhir, boleh dipasang jika dipastikan tidak hamil
jika terjadi infeksi, boleh dipasang 3 bulan setelah sembuh. Pakai
metode kontrasepsi yang lain.
4) Jika ganti dari  metode yang lain : jika telah memakai metode lain
dengan benar atau tidak bersenggama sejak haid terakhir, AKDR boleh
dipasang. (Tidak hanya selama haid, termasuk melakukan MAL
dengan benar)

6
I. CARA PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR)

a. Petunjuk
1) Baca dan pelajari lembaran kerja yang tersedia
2) Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai
3) Ikuti petunjuk instruksi
4) Tanyakan kepada instruktur bila terdapat hal hal yang kurang
dimengerti atau dipahami
5) Laporkan hasil kerja setelah melakukan latihan

b. Keamanan Dan Keselamatan Kerja


1) Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan, serta letakkan
peralatan sesuai dengna fungsinya.
2) Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan hati-hati
3) Pakailah peralatan sesuai dengan fungsinya
4) Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu
5) Perhatikan tindakan pencegahan infeksi
6) Pastikan teknik pemasangan IUD
7) Letakkan peralatan pada tempat yang mudah terjangkau
8) Berhati-hari saat melakukan tindakan

c. Peralatan

1) Bivalue speculum (spekulum cocor bebek)


2) Tampon tang
3) Tena kulum
4) Gunting benang
5) Mangkuk untuk larutan antiseptic
6) Sarung tangan dan Scort
7) Duk steril

7
8) Kapas sublimat/cebok
9) Cairan Antiseptik (Bethadine)
10) Cairan klorin 0,5%
11) Korentang
12) Kassa

d. Bahan
1) Phantoom panggul dan uterus
2) IUD copper T 380 A

e. Perlengkapan
1) Meja gyynekologi
2) Lampu sorot/lampu senter
3) Kursi duduk
4) Tempat klorin 0,5 %
5) Tempat air DTT
6) Tempat sampah basah dan kering

8
f. Prosedur Pelaksanaan
1.      Persiapan :
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan, serta susunlah secara
ergonomis.
2) Siapkan lingkungan untuk menjaga privacy pasien.
3) Persiapan pasien :
a. Informed consent
b. Pastikan klien telah mengerti prosedur dan tujuan.
c. Anjurkan pasien untuk berkemih

9
Langkah-langkah tindakan :

No Langkah-langkah Gambar

1 Jelakan proses pemasangan AKDR


Cu T 380 A dan apa yang akan klien
rasakan pada saat proses pemasangan
dan setelah pemasangan dan
mempersilahkan pasien untuk
bertanya.

Key point :
Lakukan dengan ramah dan
komunikasi dua arah
Pastikan klien mengerti apa yang
sudah dijelaskan

2 Masukkan lengan IUD Cu T 380 A


di dalam kemasan sterilnya

Key point :

Jangan dilakukan lebih dari 5


menit sebelum AKDR masuk ke
dalam uterus
Tidak menggunakan sarung
tangan

3 Pakai sarung tangan baru dan steril

Key point :
Jaga kesterilan sarung tangan dan
jangan sampai terkontaminasi

4 Pasang spekulum

10
Key Point :
Pastikan spekulum dalam keadaan
tertutup, dan masukkan secara
miring.

5 Usap serviks dengan larutan


antiseptik 2 sampai 3 kali.

Key Point :
Satu kassa digunakan untuk satu
kali usapan.

6 Jepit servik dengan tenakulum

Key point :
Pastikan tenakulum pada posisi
vertikal (jam 10 atau jam 11).

7 Masukkan sonde uterus dan ukur


kedalaman kavum uteri serta
tentukan posisi uterus.

Key Point :
Dengan teknik ”tidak menyentuh”
atau ”no touch techniqaue”.

8 Keluarkan sondeuterus dan ukur


kedalaman kavum uteri pada tabung
inserter dengan menggeser leher biru
pada tabung inserter.

11
Key point:
Sonde uterus tidak menyentuh
kemasan Cu T 380 A

9 Masukkan tabung inserter kedalam


uterus sampai leher biru menyentuh
serviks atau sampai terasa ada
tahanan.

Key point:
Tanpa menyentuh permukaan yang
tidak steril

10 Pegang serta tahan tenakulum dan


pendorong dengan satu tangan.
Lepaskan lengan IUD Cu T 380 A
dengan menggunakan teknik
withdrawal.

Key point :
Jangan mendorong IUD dengan
pendorong.

11 Keluarkan pendorong kemudian


tabung inserter didorong kembali ke
serviks sampai leher biru menyentuh
serviks atau terasa ada tahanan

Key point :
Pastikan IUD telah terpasang
sampai fundus, jangan memaksa
pemasangan jika ada tahanan

12 Keluarkan sebagian dari tabung

12
inserter dan gunting benang AKDR
kurang lebih 3-4 cm

Key point :
Lakukan dengan hati-hati agar
gunting tidak mengenai bagian
tubuh klien.

13 Keluarkan seluruh tabung inserter


dan buang ke tempat sampah
terkontaminasi.

Key point :
Gunakan prinsip pencegahan
infeksi

14 Keluarkan tenakulum dengan hati-


hati, dan memeriksa serviks, bila ada
perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kassa
selama 30 – 60 detik.

Key point:
Lakukan dengan hati-hati agar
tenakulum tidak mengenai bagian
tubuh klien.

15
Mengeluarkan spekulum dengan

13
hati-hati.

Key point:
Pastikan mulut spekulum dalam
keadaan tertutup, dan miring.

16 Rendam alat-alat dalam larutan


klorin 0,5 %, celupkan kedua tangan
yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin dan lepaskan
dalam keadaan terbalik lalu rendam
dalam larutan klorin 0,5 %.

Key point:
Cuci sarung tangan dengan bersih
dan lepaskan dalam keadaan
terbalik

17 Cuci tangan dan keringkan

Key point:
Mencuci tangan sesuai dengan
standar Pencegahan Infeksi
( 7 langkah )

18 Ajarkan pada pasien untuk


memeriksa benang IUD

Key point :
Lakukan secara hati-hati dan
perhatikan kebersihan tangan

14
19 Buat catatan medic

g. Evaluasi

1) Persiapan alat dan bahan telah sesuai deengan prakek klinik


2) Prinsip pencegahan infeksi dan keselamatan kerja telah dilakukan
dengan baik
3) Langkah klinik telah dilakukan sesuai daftar tilik
4) Pencatatan Dan Pelaporan

h. Petunjuk Bagi Klien Pasca Pemasangan AKDR


a. Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pasca pemasangan
b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, Periksa benang
AKDR secara rutin terutama setelah haid
c. Setelah bulan pertama pemasangan,hanya perlu memeriksa benang
bila:
1) Kram/kejang di perut bagian bawah
2) Perdarahan (spotting) diantara haid/setelah senggama
3) Nyeri/tdk nyaman selama/setelah senggama
d. Copper T-380A perlu dilepas saat jangka waktu pemasangan habis,
tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
e. Kembali ke klinik apabila:
1) Terlambat haid (Siklus terganggu)
2) Perdarahan yang banyak
3) AKDR terlepas /Tidak dapat meraba benang AKDR.

15
4) Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
5) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
(infeksi)

i. Efek Samping Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan


Penangannya

Efek Samping Penanganan

Amenorhea a. Periksa sedang hamil atau tidak, apabila tidak


jangan lepas IUD, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenorhea apabila dikehendaki,
b. Apabila hamil jelaskan dan sarankan untuk
melepas IUD, (jika talinya terlihat & kehamilan
kurang dari 13minggu).
c. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan
lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepaskan.
d. Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepaskan
IUD jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus diamati dan
diperhatikan.

Kejang a. Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang


panggul dan penyebab lain dari kejang.
b. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Bila tidak ditemukan penyebabnya beri analgetik
sedikit meringankan.
c. Apabila klien mengalami kejang yang berat
lepaskan IUD dan bantu klien memilih alat

16
kontrasepsi lain.

Perdarahan a. Pastikan&tegaskan adanya infeksi pelvik&khmln


vagina yang ektopik.
hebat dan tidak b. Bila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
teratur berkelanjutan serta perdarahan hebat lakukan
konseling dan pemantauan.
c. Beri ibuprofen (800mg, 3x1) untuk mengurangi
perdarahan dan berikan tablet besi 1x1 selama 3
bulan.
d. IUD memungkinkan dilepas apabila klien
menghendaki.
e. Apabila klien telah memakai IUD selam lebih dari
3 bulan dan diketahui menderita anemia, anjurkan
untuk melepas IUD dan bantu memilih metode
lain.

Benang yang a. Pastikan hamil/tidak. Tanyakan apakah IUD


hilang terlepas.
b. Bila tidak hamil dan IUD tidak terlepas berikan
kondom.
c. Periksa talinya di dalam saluran endoservik dan
cavum uterii (apabila memungkinkan adanya
peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid
berikutnya,
d. Apabila tidak ditemukan rujuk ke dokter.

Adanya a. Pastikan pemeriksaan untuk Infeksi Menular


pengeluran Seksual.
cairan dari b. Lepaskan IUD apabila ditemukan bahwa pasien
vagina atau menderita gonorhoe atau infeksi klamidial,
dicurigai kemudian lakukan pengobatan yang memadai.

17
adanya PRP c. Bila terjadi Penyakit Radang Panggul, maka obati
dan lepas IUD setelah 48 jam.
d. Apabila IUD dikeluarkan, beri metode lain
sampai masalahnya teratasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka


Rihana.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Saifudin Abdul Bari. (2006). Buku acuan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, P. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. (2003) dan Alat Bantu
Pengambilan Keputusan Dalam Ber-KB 2005

19

Anda mungkin juga menyukai