Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi analitik adalah jenis penelitian yang berkaitan dengan upaya
epidemiologi untuk menganalisis faktor-faktor penyebab yang dimaksud
(why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang
ditimbulkan. Seperti kasus saat ini sudah banyak kritik bahwa gender kurang
mendapatkan perhatian. Berbagai lembaga melakukan pengurus utamaan
gender dalam berbagai level proyek dan program, berdasarkan gender analisis
versi tiap lembaga. Disamping itu, ada ratusan alat gender analisis dan gender
planning. Mana yang terbaik?
Tentu pula, sudah banyak training berjudul “gender training” level dasar
yang diberikan dari berbagai dan untuk penggiat kemanusiaan terutama
LSM/NGOs/CSOs. Namun tidak banyak training bagaimana melakukan
pengurus utamaan gender dalam proyek dan program. Langkah pertama
pengurus utamaan gender adalah gender analisis (WHO, 2002:2). Bukan hal
yang mudah bila sebuah lembaga atau staf pekerja kemanusiaan untuk
rekonstruksi tidak memiliki alat analisis gender planning yang baik. Oleh
karena itu, ringkasan alat gender ini ditulis secara sederhana dalam bahasa
Indonesia dan ditunjukkan lebih pada perencanaan proyek dan program pada
level komunitas (mikro) maupun makro.
Kerangka analisis perencanaan gender atau disingkat kerangka analisis
gender merupakan upaya untuk menerjemahkan ide-ide dari analisis gender
yang “akademis” serta “konseptual” ke dalam kerja-kerja dan panduan untuk
para praktisi LSM, pekerja-pekerja pembangunan dan relief. Kerangka-
kerangka ini digunakan untuk memperkenalkan secara singkat konsep gender
bagi mereka yang ‘awam’ dengan issu perempuan/gender dalam
pembangunan, dengan menekankan bahwa gender adalah isu pembangunan
dan bahwa pembangunan tidak bebas nilai sehingga potensial menindas

1
gender tertentu. Tidak dimaksudkan untuk terjebak dalam berpikir secara
“mengisi matrix” semata dan terkotak-kotak, tetapi memberikan dasar-dasar
analisis gender.
Di samping itu, kegunaan lain adalah bisa dijadikan dasar kebijakan gender
(gender policy) pada institusi-institusi seperti masyarakat sipil, LSM, CBOs,
NGOs, BRA, pemerintahan dan sebagainya. Umumnya, kerangka analisis
gender yang berbeda digunakan untuk saling melengkapi demi menjawabi
kebutuhan kebijakan lembaga dan pembangunan kembali masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Permasalahan Kespro Dan Perempuan Di Komunitas?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep analisis gender?

3. Teknik –teknik apa saja yang terdapat dalam analisis gender?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan kespro dan perempuan di komunitas.
2. Untuk mengetahui konsep analisis gender.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik yang terdapat dalam analisis gender.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Kespro Dan Perempuan Di Komunitas


Definisi kesehatan reproduksi menurut WHO yaitu suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi dan prosesnya. Dalam pengertian kesehatan reproduksi
secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis
(kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat).
Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat
baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara
berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara tidak
langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita. Indikator-indikator
permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
1. Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan
jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai
suatu kontruksi social mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena
peran gender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat
kesehatan wanita juga berbeda-beda. Peran gender yang menganggap
status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator
lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja
yang berat mengakibatkan wanita juga kekurangan waktu, informasi,
untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.

2. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:


a. Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
b. Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan
yang tidak layak.
c. Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.

3
3. Pendidikan yang rendah. Kemiskinan mempengaruhi kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak
sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai.
Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih
diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama
dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang
berpengaruh tetapi juga gender berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan.Orang yang
berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar
terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya.Minimal
dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat
mencari merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil
keputusan dalam keluarga dan masyarakat.

4. Kawin muda. Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda


pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun).
Hal ini banyak kebudayaan Yang menganggap kalau belum menikah
di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor
kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada
suaminya.Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi
pada saat persalinan. Disamping itu resiko tingkat kematian dua kali
lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak
lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akanbergantung kepada
suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.

5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk. Menurut WHO di negara


berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh
tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat
kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan

4
terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami
menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk
mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat
besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu
wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria,
kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan
perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat
rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular
seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda
dengan pria.Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita
yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak,
dan sebagainya.Seperti diketahui air adalah media yang cukup
berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.

6. Beban Kerja yang berat. Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada
pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-
rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai
sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis stress,
dan sebagainya.Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu
kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton
bahkan membahayakan.Di India banyak kasus keguguran atau
kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita terus-
terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupun wanita
dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih
berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh
terhadap janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus
dialami bila wanita bekerja di industri-industri misalnya panas yang
berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan, bahan kimia,
atau radiasi.

5
B. Definisi dan Konsep Analisis Gender
Analisis gender dapat diartikan sebagai alat analisis, yaitu konsep yang
digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi
sosial laki-laki dan perempuan, seperti diskriminasi, subordinasi,
marginalisasi, violence, double burden.
Analisis gender dapat diartikan sebagai proses menganalisis data dan
informassi untuk mengidentifikasi, mengungkap kedudukan, fungsi, peran,
dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, faktor-faktor yang
mempengaruhi serta dampak pembudayaan dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat.
Analisis gender dianggap sebagai analisis kritisi baru yang memfokuskan
perhatiannya pada relasi sossial antara laki-laki dan perempuan, terutama
pada ketidakadilan struktur dan sistem yang disebabkan oleh gender. Oleh
karena itu alat analisis gender dapat dipahami sebagai konsep yang digunakan
untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi sosial laki-
laki dan perempuan.
Tugas utama analisa gender adalah memberikan makna, konsep, asumsi,
dan idiologi pada praktek hubungan baru antara kaum laki-laki dan
perempuan, serta implikasinya terhadap kehidupan sosial yang lebih luas
(mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan kultural), yang tidak dilihat
oleh teori ataupun oleh analisis sosial lainnya.
Kegunaan analisis gender adalah memberi dasar dalam melakukan
transformasi sosial untuk mewujudkan tata kehidupan baru yang lebih baik,
melalui relasi sosial baru yang lebih adil.
Kegunaan analisis gender praksis ini adalah untuk menyususn dan
menetapkan kebijakan atas kebijakan atau program yang responsive gender
sesuai situati dan kondisi riil.

6
C. Teknik-Teknik Analisis Gender
Teknik analisis gender adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang
dimulai dari usaha untuk mengetahui latar belakang dan sebab-sebab
terjadinya kesenjangan sampai pada upaya pemecahan masalah dan
penyampaian cara/langkah tindak untuk menghilangkan atau mengurangi
adanya kesenjangan dan dalam rangka mencapai persamaan kedudukan dan
peranan laki-laki dan perempuan.
Penggunaan teknik analisis gender ini harus disesuaikan dengan
permasalahan dan tujuan penelitian. Peranan majemuk dalam kebutuhan
gender, relevan dengan pendekatan moser. Pemberdayaan perempuan,
relevan dengan pendekatan longwe. Profil gender, relevan dengan pendekatan
Harvard, dll.
Berikut adalah teknik-teknik analisis gender:
1. Teknik Harvard (Peran Gender)
a. Adalah kerangka analisis gender yang dikembangkan oleh Harvard
Institusi for International Development, AS yang bekerjasama dengan
USAID dan dipublikasikan tahun 1985 pada saat dimana sangat
popular “pendekatan efisien” di era perempuan dalam pembangunan
(Women in Development).
b. Tujuan dari kerangka analisis gender ini adalah untuk menunjukkan
bahwa ada persoalan ekonomi dalam alokasi sumberdaya baik bagi
perempuan maupun laki-laki. Alat ini bertujuan untuk menolong para
perencana program mendesain program atau proyek labih efisien dan
meningkatkan produktivitas secara keseluruhan yaitu dengan
melakukan pemetaan peran dan sumber-sumber daya yang dimiliki
perempuan dan laki-laki dalam komunitas dan dengan memberikan
perhatian khusus pada perbedaan utamanya masing-masing.
c. Dua data set utama yang dipelukan:
1) Siapa melakukan apa, kapan, dimana, dan berapa banyak alokasi
waktu yang diperlukan? Hal ini dikenakan sebagai control
(seperti pembuatan kebijakan) atas sumber daya tertentu? Hal ini

7
kerap dikenal dengan “profil akses dan kontrol” siapa yang
memiliki akses dan control atas “benefit” seperti produksi
pangan, uang dan sebagainya.
2) Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja
berbasis gender, serta akses dan kontrol yang ada pada “profil
aktifitas” dan “profil”akses dan kontrol.
e. Tujuan dari alat ini adalah:
1) Membedah alokasi sumberdaya ekonomis terhadap laki-laki dan
perempuan.
2) Membantu perencana proyek untuk lebih efisien dan meningkatan
produktifitas secara keseluruhan.

2. Teknik Moser
Dikembangkan oleh Caroline Moser pada tahun 1980 an dari
Development Planning Unit, University of London. Latar Belakang
lahirnya teknik ini salah satunya adalah pembangunan yang tidak adil
dari perspektif gender, kelas dan kelompok etnis, perempuan dari
kelompok pekerja miskin (umumnya berasal dari kelompok etnis
tertentu) memikul 3 peran (manajemen produksi, reproduksi dan
masyarakat). Teknik ini menyodorkan konsep kebutuhan praktis dan
strategis. Bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol untuk
sumberdaya material (tangible) melalui organisasi masayarakat.
Menitikberatkan pemberdayaan perempuan sebagai suatau proses
pengorganisasian perempuan dan yang secara ketat membutuhkan
konsep yang lebih tegas antara gender, kuasa dan negara, rumah tangga
dan masyarakat sebagai ruang lingkup institusional.
Peran lipat tiga (tripel roles) perempuan pada :
a. Kerja reproduksi, kerja reproduktif, dan kerja komunitas. Ini
berguna untuk pemetaan pembagian kerja gender dan lokasi kerja.
b. Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat
praktis dan strategis bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan

8
strategiberelasi dengan kebutuhan transformasi status dan posisi
perempuan (seperti subordinasi).
c. Pendekatan analisis kebijakan dari fokus kesejahteraan (welfare),
kesamaan (equity), anti kemiskinan, efisiensi ddan pemberdayaan
atau dari WID ke GAD.

1) Kekuatan/keutamaan Kerangka Moser:


a. Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki
b. Penekanan pada seluruh aspek kerja dimana membuat peranan ganda
perempuan terlihat
c. Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-proyek
intervensi
d. Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar praktis
dengan kebutuhan strategis.
2) Keterbatasan/kelemahan Kerangka Moser:
a. Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
b. Tidak menekankan aspek lain dari kesenjangan seperti akses dan
sumber daya
c. Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasi kebutuhhan
praktisnya. Menemukan ukuran-ukuran kebutuhan strategis sulit.
Perubahan strategis adalah sebuah proses yang kompleks dan
kontradiktif. Dalam praktiknya, sesuatu yang praktis dan strategis
berkaitan erat.
d. Pendekatan kebijakan yang berbeda-beda bercampur dengan
prakteknya.
e. Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi
ketimbang perencanaan.

9
3. Teknik Longwe
Sara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu
perempuan. Menurut definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai
persamaan dengan laki-laki dalam setiap peran sosial dan ekonomi, dan
mencakup setiap tingkat persamaan (kesejahteraan, akses, penyadaran,
partisipasi, kontrol). Misalnya, suatu isu menjadi isu perempuan ketika
isu itu dilihat pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, dan bukan
hanya melihat hal-hal yang berkaitan dengan peran gender tradisional
perempuan dan peran gender yang distereotipekan jenis kelamin
subordinat. Selain itu tingkat pemberdayaan perempuan menurut
kerangka ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat dimana
sasaran proyek benar-benar memperdulikan pembangunan perempuan
berkenaan dengan apakah isu perempuan (sebagaimana didefinisikan
diatas berkenaan dengan persamaan perempuan dengan laki-laki)
diabaikan atau diakui. Dari sudut pandang ini mungkin sekali untuk
mengidentifikasi tiga tingkat pengakuan isu perempuan yang berbeda
dalam rancangan proyek.
Didesain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan gender dan
pembangunan di Zambia. Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan
peran pemberdayaan pada proses pembangunan. Memikirkan bagaimana
pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta
seberapa jauh suatu interfensi akan mendukung pemberdayaan.
Pemberdayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan
perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat
secara sama dalam proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas
faktor-faktor produksi diatas landasan yang sama dengan laki-laki.

10
4. Teknik Swot
Analisis swot adalah analisis kondisi internal maupun eksternal
suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi
penilaian terhadap faktor kekuatan (Strengh) dan kelemahan (Weakness).
Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan
tantangan (Treaths). Aspek internal dan eksternal tersebut
dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka
menyusun program aksi, langkah-langkah/ tindakan untuk mencapai
sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan
dan peluang serta memaksimalkan kelemahan dan ancaman sehingga
dapat mengurangi resiko dan dapat meningkatkan efektivitas dan efisien
pelaksanaan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerangka analisis perencanaan gender atau disingkat kerangka analisis
gender merupakan upaya untuk menerjemahkan ide-ide dari analisis gender
yang “akademis” serta “konseptual” ke dalam kerja-kerja dan panduan untuk
para praktisi LSM, pekerja-pekerja pembangunan dan relief.
Kerangka analisis gender yang berbeda digunakan untuk saling
melengkapi demi menjawabi kebutuhan kebijakan lembaga dan pembangunan
kembali masyarakat.

B. Saran
Banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, diharapkan pembaca
bisa melengkapi degan kritik dan saran yang membangun, sehingga dalam
penyusuanan makalah ini dapat tersusun dengan lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Maryani Lidia dan Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Tim Penulis Pusat Studi Wanita. 2003. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah

Puspitawati Herien. 2009. Makalah Seminar: Analisa Gender Dalam Penelitian


Bidang Ilmu Keluarga. Bogor

13

Anda mungkin juga menyukai