Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang


1. Definisi
Metode Kontrasepdi Jangka Panjang (MKJP) adalah alat
kontrasepsi yang digunakan untuk menunda kehamilan serta
menghentikan kesuburan, meliputi IUD (Intra Uterine Devices), implant
(alat kontrasepsi bawah kulit), dan kontrasepsi mantap.
2. Macam – Macam Alat Kontrasepsi Jangka Panjang
a. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
1) Pengertian
Alat kontrasepsi implant atauyang juga disebut dengan alat
kontrasepsi bawah kulit (KB susuk) yaitu alat kontrasepsi
kombinasi yang berupa batang silastik atau batang putih lentur
yang nantinya dipasang dibawah kulit lengan ibu yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan. Keefektifitasannya yaitu sangat
efektif karena kegagalannya hanya 0,2 – 1 kehamilan per 100
perempuan.
2) Jenis
Alat kontrasepsi implang terdiri dari 4 jenis, yaitu :
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan
36 mg Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira –
kira 40 mm, dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68 mg 3 –
keto – Desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonogestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.
d) Indoplant
Sama dengan jadena.
3) Cara kerja
Cara kerja dari metode kontrasepsi implant yaitu :
a) Lendir serviks menjadi kental.

1
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi.
c) Mengurangi transportasi sperma.
d) Menekan ovulasi.
4) Keuntungan kontrasepsi
Keuntungan kontraepsi dari metode kontrasepsi implant yaitu
:
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang.
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e) Bebas dari pengaruh estrogen.
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
g) Tidak mengganggu ASI.
h) Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan saja.
i) Dapat dicabut setiap saat sesuai keinginan.
5) Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa perdarahan bercak (spotting), hiperamenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Beberapa keluhan yang mungkin muncul :
a) Nyeri kepala.
b) Peningkatan atau penurunan berat badan.
c) Nyeri payudara.
d) Perasaan mual.
e) Pusing.
f) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
g) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
h) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menulas
seksual atau IMS termasuk HIV/AID.
i) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi
ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk pencabutan.

2
j) Keefektifitasannya menurun bila menggunakan obat – obatan
tuberkulosis atau obat epilepsy.
k) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit yaitu 1,3 per 100. 000
perempuan per tahun.
6) Jadwal kunjungan
Kontrol pada hari ke 5- 7 untuk mengetahui apakah luka
sudah kering atau belum, selanjutnya klien tidak perlu melakukan
kunjungan ulang jika tidak ada keluhan.
b. Alat Kontrasepi Dalam Rahim
1) Pengertian
IUD (Intra Uterine Devices) atau AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang
lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus
diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD
merupakan metode kontrasepsi jangka panjang.
2) Jenis – jenis IUD
Jenis IUD yang digunakan di Indonesia yaitu :

a) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene
dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas
(anti pembuahan) yang cukup baik.
b) Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunya ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 200 mm2. Funginya
sama dengan lilitan tembaga halus IUD Copper-T.
c) Multi load
IUD ini terbuat dari plastik polyethelene dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap fleksibel. Panjang dari
ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375

3
mm2 untuk menambah efektifitas. Ada 3 jenis ukuran multi
load yaitu standar, small, dan mini.
d) Lipes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral
atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya. Lipes loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B berukuran 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), tipe
D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lipes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari
bahan plastik.

3) Cara kerja
Cara kerja AKDR yaitu :
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai ke kavum
uteri.
c) Akdr bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus.

4
4) Waktu penggunaan
a) Setiap waktu dalam sikulus haid, yang dapat dipastikan klien
tidak sedang hamil.
b) Hari pertama sampai ke – 7 siklus haid.
c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah
4 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila
menggunakan Metode Amenore Laktasi (MAL). Perlu diingat,
angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48
jam pascapersalinan.
d) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak ada gejala infeksi.
e) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak
dilindungi.
5) Indikasi
a) Usia reproduksi.
b) Keadaan nulipara.
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d) Menyusui yang menginginkan menggunka kontrasepsi.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g) Resiko rendah dari IMS.
h) Tidak menghendaki metode hormonal.
i) Tidak menyukai untuk mengingat – ingat untuk minum pil
setiap hari.
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama.
6) Kontraindikasi
a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b) Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya.
c) Sedang menderita infeksi alat genitalia (vaginitis, serviksitis).
d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
penyakit radang panggul atau abortus septik.
e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak lahir
yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f) Penyakit trofoblas yang ganas.
g) Diketahui menderita TBC pelvik.

5
h) Kanker alat genitalia.
i) Ukuran rongga rahim < 5 cm.

7) Keuntungan
a) AKDR bekerja langsung setelah pemasangan.
b) Dapat dilepas setiap saat sesuai kehendak klien.
c) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat
dunia, termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam
pemakaian.
d) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.
e) Kontrol medis yang ringan.
f) Penyulit tidak terlalu berat.
g) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.
8) Kekurangan
a) AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya
selama beberapa bulan pertama.
b) Kemungkinan terjadinya perdarahan (spotting) beberapa hari
setelah pemasangan.
c) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan)
d) Perdarahan menstruasi akan lebih lama atau lebih banyak.
e) Saat haid lebih sakit
f) AKDR tidak melindungi diri dari terhadap IMS termasuk
HIV/AIDS.
g) Perempuan harus memeriksakan posisi benang AKDR dari
waktu ke waktu. Untuk melakukan ini dengan cara posisi
jongkok, lalu masukkan jari tengah ke dalam vagina.
9) Intruksi bagi klien
a) Kembali memeriksakan diri 4 – 6 minggu setelah pemasangan
AKDR.
b) Selama enam bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah
benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
c) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa
keadaan benang setelah haid apabila mengalami :
(1) Kram atau kejang di perut bagian bawah.

6
(2) Perdarahan (spotting) diantara haid atau senggama
(3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami
tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
d) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan,
atau suatu saat apabila pasien menginginkan.
10) Waktu kunjungan
Jadwal pertemuan yaitu 4 – 6 minggu pasca pemasangan
IUD guna memeriksa dan membahas masalah yang mungkin
dimiliki klien atau lebih awal jika ada masalah sebelum jadwal
waktu pertemuan. Kemudian IUD diperiksa setiap 6 bulan.
(Saifudin, Abdul Bari : 2010).

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran
yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolng
dirinya sendiri secara mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan.
2. Indikator PHBS di Dalam Rumah Tangga
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Yang dimaksud tenaga kesehatan disini seperti dokter, dokter
spesialis, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan
masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non
medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain
tidakaman dan pennganannya put tidak steril, penanganan oleh dukun
bayi inipun dikhawatirkan beresiko besar dapat menyebabkan
kemayian ibu dan bayi.
b. Memberi bayi ASI eksklusif
Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif
yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
c. Menimbang balita setiap bulan
Peninbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk
memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini

7
dilaksnakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan
hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya dibuku
KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilh akan diketahui perkembangan
dari Balita tersebut.
d. Menggunakan air bersih
Gunakan air bersih dalamkehidupan sehari-hari seperti
memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit.
e. Mencuci tangan memakai sabun
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat
menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel
ditangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan
setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang
menggunakan tangan, sepertimemegang uang dan hewan, setelah
buang air besar, sebelum memgang makanan maupun. sebelum
menyusui bayi.
f. Gunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atautempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari
sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga
dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan
aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan
dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun
dan alat pembersih.
g. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali
Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan
rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan
nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga,
tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan
secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan

8
Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Menutup,
Mengubur).
h. Makan buah dan sayur setiap hari
Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak
mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh.
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain
yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari – hari yakni berjalan kaki,
berkebun dan lain – lainnya.
j. Tidak merokok di dalam rumah
Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan
lebih daro 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranta adalah nikotin,
tar, dan korban monoksida (CO) (Depkes R1, 2012).

9
ASUHAN KEBIDANAN
PADA KELUARGA Tn. D DENGAN FOKUS ASUHAN PADA Ny. N USIA 33
TAHUN DENGAN KURANGNYA PENGETAHUAN TENTANG KB
DUSUN BANTARWUNI RT 01 RW 02 DESA BANTARWUNI
KECAMATAN KEMBARAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 9 November 2017 Jam : 16.00 WIB
A. Data Umum
1. Nama KK : Tn. D
2. Umur : 40 th
3. Jemis Kelamin: L
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
7. Alamat : Dusun Bantarwuni RT 01 RW 02 Desa Bantarwuni,
Kecamatan Kembaran.
8. Komposisi Keluarga
Hub. Status
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Dg KK kesehatan
1 Ny. N P 33 thn Istri SMP IRT Sehat
2 An. B P 10 thn Anak TK - Sehat
3 An. A P 2 thn Anak - - Sehat

Genogram

56

53 47 40 40 35 33 31

10 2

10
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: tinggal satu rumah

9. Tipe keluarga
Termasuk keluarga inti (Nuclear Familly ) yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak.
10. Tipe Bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari bangsa indonesia suku jawa.
11. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan taat menjalankan
ibadah sehari-hari.

12. Status Sosial Ekonomi keluarga


Keluarga mengatakan penghasilan perbulan Rp. 1.000,000 – Rp.
2.000.000 dan istri mengatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
13. Aktivitas Rekreasi keluarga
Keluarga hanya memanfaatkan waktu luang atau rekreasi dengan
menonton TV dan bersantai dirumah.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga pada saat ini
Keluarga Tn. D mempunyai 2 anak, anak yang pertama berusia 10
tahun, anak yang kedua berusia 2 tahun, maka tahap perkembangan
keluarga Tn. F adalah keluarga child bearing atau keluarga dengan
mengasuh anak.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga merasa semua yang dilakukan saat ini sudah terpenuhi.

11
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga mengatkan tidak mempunyai riwayat penyakit atau tidak
sedang menderita penyakit menular seperti penyakit Asma dan TBC ,
penyakit menurut seperti penyakit Diabetes Melitus (DM) dan penyakit
Jantung.
4. Riwayat keluarga lainnya:
- Dari pihak keluarga asal KK : tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti penyakit Asma dan
TBC dan penyakit menurun seperti
penyakit DM dan jantung .
- Dari pihak keluarga asal istri : tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti penyakit Asma dan
TBC dan penyakit menurun seperti
penyakit DM dan jantung .
C. Pengakajian Lingkungan
1. karakteristik rumah:
- Luas tanah sekitar 12 x 10 meter persegi.
- Tipe rumah permanen
- Jumlah ruang 11 ruangan
- Jumlah jendela rumah 6, jendela jarang dibuka
- Pencahayaan kurang baik
- Tidak ada ruangan yang tidak dimanfaatkan.
- Ruangan secara umum tampak rapi tetapi kurang bersih.
- Sumber air menggunakan sumur gali ntuk kepentingan rumah
tangga dan kegiatan sehari-hari.
- Denah Rumah

5 4 3 2

6 81

7
8
910`101011 10

12
Keterangan:
: Pintu
: Jendela
Ruang tamu : 1
Kamar : 2, 3, 4, 5
Ruang tengah : 6
Ruang solat :7
Dapur :8
Kamar mandi : 9
Garasi : 10

1. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas


Keluarga tinggal didesa dengan jarak rumah yang berdekatan,
lingkungan bersih, tetangga merupakan penduduk setempat, mayoritas
warga bekerja sebagai buruh, hubungan dengan tetangga baik ,
mempunyai kebiasaan berbincang-bincang pada sore hari, tidak
mempunyai budaya yang mempengaruhi kesehatan.

2. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga mengatakan tidak mempunyai kebiasaan berpindah tempat
dan hidup menetap.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga berkumpul biasanya menonton TV, mengobrol, makan, dan
hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar baik.
4. Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga yang tinggal di rumah termasuk KK berjumlah 4 orang
keluarga memiliki prioritas untuk menunjang kesehatan. Alat
transportasi yang dimiliki yaitu menggunakan sepeda motor dan mobil.

D. Stuktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola kommunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia,
waktu komunikasi setiap saat, bentuk komunikasi secara langsung, jika
ada masalah dilakukan musyawarah untuk mengatasinya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Kepala keluarga merupakan pengambil keputusan utama.

13
3. Struktur Peran
Tn.D sebagai kepala keluarga menjadi sumber penghasilan utama dalam
keluarga dan menjadi pengambil keputusan utama dalam keluarga.
Ny.N sebagai isteri dan ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga
sehari-hari seperti memasak, menyapu,mencuci dan lain-lain.
An. B sebagai anak pertama dari Tn.D dan Ny.N
An. A sebagai anak kedua dari Tn.D dan Ny.N
4. Nilai dan Norma Keluarga yang berhubungan dengan kesehatan:
Keluarga menyadari pentingnya kesehatan dan saat salah satu dari
keluarga yang sakit memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga memandang diri mereka sebagai keluarga yang cukup bahagia
dengan kehidupan rumah tangganya, dan tidak ada kekerasan dalam
rumah tangga.
2. Fungsi Sosial
Interaksi dalam keluarga berjalan baik dan belum terjadi konflik
keluarga maupun tetangga yang berarti keluarga selalu berusaha
membina hubungan baik denngan tetangga, terlibat setiap kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan.
3. Fungsi perawatan kesehatan:
a. Keluarga mampu memelihara lingkungan rumah yang sehat
b. Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
c. Keluarga kurang mengetahui tentang kb
4. Fungsi Reproduksi
Ny N sudah mempunyai 2 anak , anak pertama berusia 10 tahun, anak
kedua berusia 2 tahun dan. Ny D tidak menggunakan KB.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
dan papan.

F. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek

14
Ibu takut menggunakan KB jangka panjang seperti implant dan IUD.
2. Respon keluarga terhadap stressor
Keluarga mendukung supaya ibu menjadi aksepto KB
3. Strategi koping yang digunakan
Dengan menggunakan KB suntik, dan KB secara rutin sesuai jadwal
penyuntikan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ditemukan adanya strategi adaptasi yang negatif.

G. Harapan keluarga terhadap tenaga kesehatan


Keluarga berharap petugas kesehatan dapat melayani dengan baik, ramah,
dan memenuhi kebutuhan pasien.
H. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik Tn. D Ny.N An. B An. A
Umum:
Tekanan darah 120/80 110/70 - -
mmHg mmHg
SuhuBadan 36,5 oC 36,2 oC 36,7 oC 36,7 oC
DenyutNadi 80 x/menit 80 x/menit 90 x/menit 100 x/menit
Respirasi 20 x/menit 21 x/menit 28 x/menit 30 x/menit
BB 70 kg 52,5 kg 19 kg 13 kg
TB 165 cm 143 cm 115 cm 75 cm
LILA - - - -
Status Present :
Kepala : Bersih, Bersih, Mesocephal, Mesocephal,
Rambut dan kulit rambut tidak rambut tidak rambut rambut
kepala rontok rontok bersih bersih
Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
merah muda, merah muda, merah muda, merah muda,
sklera putih sklera putih sklera putih sklera putih
Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada polip, ada polip, ada polip, ada polip,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
sekret sekret sekret sekret
berlebih berlebih berlebih berlebih
Mulut Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-),

15
gigi gigi gigi tidak ada
berlubang (-) berlubang berlubang labiooskyzis
(-) (-) z dan
palatoskyzis
z
Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
serumen serumen serumen serumen
berlebih berlebih berlebih berlebih
Leher : Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tyroid dan tyroid dan tyroid dan tyroid dan
vena vena vena vena
jugularis. jugularis. jugularis. jugularis.
Dada :
Paru-paru Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Jantung Reguler Reguler Reguler Reguler
Payudara - Simetris, - -
tidak ada
pembesaran
Abdomen : Ada bising Ada bising Ada bising Ada bising
usus usus usus usus
Ekstremitas :
Atas Jumlah jari Jumlah jari Jumlah jari Jumlah jari
lengkap, lengkap, lengkap, lengkap,
fungsi gerak fungsi gerak fungsi gerak fungsi gerak
normal, normal, normal, normal,
capilar refill capilar refill capilar refill capilar refill
dan turgor dan turgor dan turgor dan turgor
baik baik baik baik
Bawah Jumlah jari Jumlah jari Jumlah jari Jumlah jari
lengkap, lengkap, lengkap, lengkap,
fungsi gerak fungsi gerak fungsi gerak fungsi gerak
normal, normal, normal, normal,

16
turgor baik turgor baik turgor baik turgor baik

I. Pola kebiasaan sehari-hari


Tn. D Ny.N An. B An. A

Nutrisi ( Pola Makan : Makan : 3x sehari 3 x sehari


Makan dan 3x sehari, 2xsehari, Porsi Porsi
minum) Porsi Porsi sedang sedang
sedang , sedang , (nasi, (nasi, lauk,
(nasi, lauk, (nasi, lauk, lauk, sayur)
sayur) sayur) sayur) Minum :
Minum : Minum : Minum : 4 gelas / hari
8 gelas / 8 gelas / hari 6 gelas / hari Jenis : air
hari Jenis : air Jenis : air putih 3x.
Jenis : air putih 6x, putih 4 x.
putih 5 x, teh 1x,
teh 2x
Eliminasi BAK : 6 x BAK : 5- BAK : 5x BAK : 6 x
sehari 7 x sehari sehari sehari
BAB : 1 x BAB : 1 x BAB : 1 x BAB : 1 x
sehari sehari sehari sehari
Personal Mandi : 2 x Mandi : 2-3 Mandi : 2 x Mandi : 2 x
Hygiene sehari x sehari sehari sehari
Keramas : 3 x Keramas : 3x Keramas : 3x Keramas : 3x
seminggu seminggu seminggu seminggu
Gosok gigi : Gosok gigi : Gosok gigi : Gosok gigi :
3x sehari 3x sehari 2 x sehari 2 x sehari
Ganti pakaian Ganti Ganti Ganti pakaian
: 2 x sehari pakaian : 2 x pakaian : 2 x : 2x sehari
sehari sehari
Istirahat dan Frekuensi : Frekuensi : Frekuensi : Frekuensi :
tidur Tidur malam Tidur malam Tidur malam Tidur malam
7 jam,tidak 6-7 jam, 9 jam, tidur 9 jam, tidur
tidur siang tidak pernah siang 2 jam siang 2 jam

17
tidur siang
Aktivitas Bekerja Mengerjakan Bermain Bermain
pekerjaan bersama bersama
rumah teman- teman-
tangga temannya. temannya.
seperti
menyapu,
mengepel,
mengurus
anak, dll.
Ketergantunga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
n obat/zat

II. DIAGNOSA KEBIDANAN


a. Analisa Data
DATA (S & O) PENYEBAB MASALAH
Ds : ibu megatakan tidak Kurangnya Ketidaktahuan ibu tentang
mengetahui ingin kb
pengetahuan ibu kb menyebabkan terjadinya
Do : Keluarga merupakan pasangan
tentang kb kehamilan.
usia subur

Ds: ibu mengatakan setiap ruangan Kurangnya Risiko terjadinya penyakit


terdapat ventilasi namun tidak
pengetahuan ISPA.
di buka setiap hari.
mengenai perilaku
Do: jendela tertutup
hidup bersih dan
sehat.

b. PerumusanDiagnosa
DIAGNOSA:
Berdasarkan hasil analisa dan pengumpulan data maka ada beberapa
permasalahan yang timbul disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
sehingga menimbulkan masalah keluarga sebagai berikut:
1. Diagnosa Aktual

18
Ketidaktahuan ibu tentang kb akan menyebabkan terjadinya
kehamilan pada Ny.N.
2. Diagnosa Resiko tinggi
Resiko terjadinya penyakit ISPA pada keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Penentuan Prioritas

1. Diagnosa :Ketidaktahuan ibu tentang kb menyebabkan terjadinya


kehamilan pada Ny.N

N KRITERIA SKOR PEMBENARAN


O
1 Sifat Masalah 2/3 x 1 = 2/3 Ketidaktahuan tentang KB akan
Skala: ancaman menyebabkan kehamilan.
kesejahteraan
2 Kemungkinan 2/2x2 = 2 Dengan diberikan pendidikan
masalah dapat diatasi kesehatan keluarga berencana
Skala: sebagian diharapkan ibu mau ber KB dan
mencegah kehamilan serta jarak
anak yang terlalu dekat.
3 Potensial Masalah 3/3x1=1 Setelah diberikan pendidikan
untuk dicegah. kesehatan tentang keluarga
Skala: Tinggi berencana diharapkan ibu mau
menjadi akseptor KB untuk
mencegah kehamilan dan jarak
anak yang terlalu dekat.
4 Menonjolnya 2/2x1=1 Ibu belum menjadi akseptor KB
Masalah. karena kurangnya pengetahuan
Skala : tentang keluarga berencana.
Total skor 4 2/3 -

2. Diagnosa :risiko terjadinya penyakit ISPA pada keluarga


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang PHBS.

19
N KRITERIA SKOR PEMBENARAN
O
1 Sifat Masalah 2/3 x 1 = 2/3 Kebiasaan keluarga Tn. D yang
Skala : Ancaman tidak pernah membuka jendela
kesehatan dan ventilasi di tutup
menyebabkan rumah tidak
mendapat udara segar sehingga
berisiko terjadinya ISPA pada
keluarga.
2 Kemungkinan ½x2=1 Dengan di berikan nya
masalah dapat diatasi pendidikan kesehatan tentang
Skala: sebagian perilaku hidup bersih dan sehat,
keluarga Tn. D diharapkan dapat
membuka jendela setiap hari.
3 Potensial Masalah 2/3 x 1 = 2/3 Setelah di berikan pendidikan
untuk dicegah. kesehatan tentang perilaku hidup
Skala: tinggi bersih dan sehat keluarga Tn. D
dapat membuka jendela setiap
hari sehingga terhindar dari
penyakit ISPA.
4 Menonjolnya 0/2 x0=0 Keluarga mengetahui tentang
Masalah. masalah kesehatannya, namun
Skala : masalah tidak karena merasa tidak ada keluhan
di rasakan pada anggota keluarga sehingga
tetap membiarkan jendela
tertutup.
Total skor 2 1/3 -

Berdasarkan rumusan prioritas diatas maka prioritas diagnosa keluarga Tn.D


adalah sebagai berikut:
1. Resiko terjadi kehamilan karena ketidaktahuan ibu tentang KB
2. Resiko terjadinya penyakit ISPA pada keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

20
III. PERENCANAAN TINDAKAN
1. Diagnosa 1:

Tujuan dan kriteria Rencanatindakan


Ny. N mengetahui informasi tentang a.
keluarga berencana.
kriteria : a) Diskusikan tentang efek yang
1. Aspek Pengetahuan ditimbulkan apabila tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
a) Keluarga mengetahui efek yang
b) Diskusikan cara mencegah
ditimbulkan apabila tidak
terjadinya kehamilan.
menggunakan alat kontrasepsi.
c) Anjurkan kepada keluarga agar
b) Keluarga dapat menyebutkan
mau menjadi akseptor KB.
cara mencegah terjadinya
d) Meyakinkan ibu untuk menjadi
kehamilan.
akseptor KB.
2. Aspek Sikap
c) Keluargamau menjadi akseptor
keluarga berencana.
3. Aspek Psikomotor
d) Keluarga menjadi akseptor KB.

3. Diagnosa 2:

Tujuan dan kriteria Rencanatindakan


Keluarga Tn D membuka jendela dan 1) Memberikan pendidikan kesehatan
mengetahui PHBS kepada keluarga tentang PHBS
1) Aspek pengetahui keluarga Tn D 2) Meyakinkan keluarga Tn D agar
mengetahui PHBS membuka jendela setiap hari
2) Aspek sikap: keluarga Tn D
bersedia membuka jendela setiap
hari.
3) Aspek psikomotor: Keluarga Tn D
mampu melakukan PHBS yaitu

21
membuka jendela setiap hari.

IV. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Respon
&
Waktu

9 1) Resiko 1) Mendiskusikan 1) Keluarga Tn.D telah


Novemb terjadinya tentang efek yang mengetahui informasi
er 2017 kehamilan ditimbulkan apabila tentang efek samping
Jam karena tidak menggunakan tidak menggunakan
16.00- ketidaktah alat kontrasepsi dan KB dan cara mencegah
17.30 uan ibu cara mencegah terjadinya kehamilan.
WIB tentang terjadinya 2) keluarga Tn D sudah
KB. kehamilan. mengetahui tentang
2) Resiko 2) mendiskusikan PHBS
terjadinya tentang PHBS 3) kontrak selanjutnya
penyakit kepada keluarga tangal 12 November
ISPA Tn. D 2017 jam 19.00 untuk
berhubung kegiatan meyakinkan
an dengan ibu untuk KB.
kurangnya
pengetahu
an tentang
perilaku
hidup
bersih dan
sehat

12 1) Resiko 1) Meyakinkan ibu 1) Ibu bersedia menjadi


Novemb terjadinya untuk mejadi akseptor KB.
er 2017 kehamilan akseptor KB. 2) Keluarga Tn D bersedia
Jam karena 2) Menganjurkan membuka jendela rumah
19.00- ketidaktah keluarga Tn D setiap hari.
20.00 uan ibu membuka jendela

22
WIB tentang setiap hari
KB.
2) Resiko
terjadinya
penyakit
ISPA
berhubung
an dengan
kurangnya
pengetahu
an tentang
perilaku
hidup
bersih dan
sehat

V. EVALUASI
Tanggal Diagnosa Evaluasi
&
waktu
9 1) Resiko S: Ny. N mengatakna belum menjadi akseptor
Novemb terjadinya KB.
er 2017 kehamilan O:Ny.R dalam keadaan sehat,tidak ada keluhan.
pukul karena A:masalah dapat teratasi sebagian.
16.00 ketidaktahuan jangka pendek
wib ibu tentang KB. -ibu belum menjadi akseptor KB.
2) Resiko Jangka panjang
terjadinya -kemungkinan ibu menjadi akseptor KB.
penyakit ISPA P: - Menjekaskan mengenai jenis – jenis KB,
berhubungan indikasi kontraindikasi serta keuntungan
dengan dan kerugiannya

23
kurangnya – Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
pengetahuan membuka jendela rumahnya setiap hari
tentang
perilaku hidup
bersih dan
sehat

12 1) Resiko S: Tn D mengatakan jendelanya dibuka setiap hari


Novemb terjadinya Ny. N mengatakan dalam keadaan sehat dan
er pukul kehamilan baik
19.00 karena O: jendela terbuka
wib ketidaktahuan Ny. N sudah menjadi akseptor KB suntik
ibu tentang KB. A: Masalah dapat teratasi sebagian
2) Risiko P: - Menganjurkan ibu untuk menjadi aksepto KB
terjadinya jangka panjang
penyakit ISPA - Menganjurkan kepada keluarga Tn D agar
pada keluarga tetapmembuka jendela setiap hari dan berperilaku
Tn. D hidup bersih dan sehat
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang PHBS

24
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian keluarga Tn. D yang dilakukan pada tanggal 9
November 2017 yang meliputi data umum keluarga, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, pengkajian lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap tenaga
kesehatan, pemerksaan fisik terhadap semua anggota keluarga, diperoleh data
bahwa Ny. N tidak menggunakan KB jenis apapun dan Ny. N mengatakan
jarang membuka jendela rumahnya.
B. Diagnosa Kebidanan
Pada penentuan diagnosa kebidanan dilakukan analisa data terhadap
masalah yang meliputi diagnosa aktual dan diagnosa resiko tinggi, lalu
kemudian menentukan prioritas dari kedua masalah keluarga Tn. D dimana
ditentukan mana yang harus menjadi prioritas utama dalam penyelesaian
masalah.
Pembahasan : Diperoleh dua diagnosa pada keluarga Tn. D ketidakmampuan
ibu dalam memilih kontrasepsi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kontrasepsi yang tepat untuk jangka panjang dan risiko terjadinya
penyakit menular berhubungan dengna kurangnya pengetahuan mengenai
PHBS. Sehingga keluarga kurang peduli terhadap kesehatan rumah yang
dapat berdampak pada kesehatan keluarga. Prioritas utama pada kedua
diagnosa ini adalah ketidakmampuan ibu dalam memilih alat kontrasepsi.
C. Perencanaan Tindakan

25
1. Diagnosa 1
Rencana tindakan : ketidakmampuan ibu dalam memilih kontrasepsi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi yang
tepat untuk jangka panjang.
a. Diskusi tentang jenis kontrasepsi pengertian, cara kerja, efek samping,
indikasi dan kontra indikasi.
b. Membantu memilih kontrasepsi yang tepat untuk Ny. N
c. Mengantar ibu ke pelayanan kesehatan untuk pemasangan kontrasepsi.
2. Diagnosa 2
Rencana tindakan : kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih
dan sehat.
a. Diskusi tentang indikator PHBS
b. Memotivasi keluarga supaya bisa menerapkan PHBS dengan baik.
c. Memotivasi keluarga untuk membuka jendela rumahnya setiap hari
3. Pembahasan
Setelah penegakan diagnosa kemudian dilakukan rencana tindakan
yang sesuai. Masing – masing persoalan dari kedua diagnosa walaupun
berbeda kasus namun satu pokok permasalahan yaitu kurangnya
pengetahuan. Sehingga masing – masing rencana tindakan dengan
berdiskusi masalah yang ada untuk memunculkan pemikiran keluarga.
Diharapkan keluarga berpikir bersama untuk memecahkan masalah,
kemudian di berikan pendidikan kesehatan agar keluarga menjadi tahu.
D. Implementasi
1. Diagnosa 1
Ketidakmampuan ibu dalam memilih kontrasepsi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi yang tepat untuk
jangka panjang.
Implementasi :
a. Menjelaskan tentang pengertian KB yaitu keluarga berencana dimana
sebuah keluarga melakukan pengetahuan jarak dan kelahiran anak.
b. Menjelaskan tentang jenis – jenis KB jangka panjang yaitu implant dan
IUD.
c. Memotivasi Ny. N untuk ikut KB jangka panjang.
2. Diagnosa 2
Kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

26
Implementasi:
a. Mendiskusikan tentang pentingnya PHBS yaitu meningkatkan
pengetauan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar
hidup bersih dan sehat.
b. Memberikan penidikan kesehatan tentang PHBS
1) Membiasakan cuci tangan dengan memakai sabun dengan air
bersih dan mengalir agar bersih dan tidak mudah sakit.
2) Membiasakan buang air besar dijamban sehat agar terhindar dari
muntaber
3) Membiasakan rumah bebas dari jentik nyamuk dengan 3M plus
(menguras, menutup, mebngubur dan menghindari gigtan
nyamuk). Melakukan secara serentak seminggu sekali agar
terhindar dari demam berdarah.
4) Makan sayur dan bhuah setiap hari agar terhindar dari penyakit
jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes militus dan kanker.
5) Melakukan aktivitas fisik setiap hari agar terhindar dari penyakit
jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes militus.
6) Menjadikan rumah kita bebas dari asap rokok agar anggota
keluarga terhindar dari bahaya 4000 racun rokok.
7) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.
E. Evaluasi
Pada tanggal 9 November 2017 dan 12 November 2017 dilakukan
evaluasi terhadap masing – masing masalah kesehatan. Pada masalah
ketidakmampuan ibu dalam memilih kontrasepsi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi yang tepat untuk jangka panjang.
Ibu mengatakan berencana menggunakan KB suntik 3 bulanan kedepan saat
jadwal penyuntikan.
Masalah lain yang ditemukan juga dapat diatasi secara bertahap yaitu
pada masalah kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.

27
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. D ditemukan dua
permasalahan kesehatan, yaitu pada Ny. N dengan ketidakmampuan ibu
dalam memilih kontrasepsi jangka panjang dan kurangnya pengetahuan ibu
tentang PHBS.
2. Setelah ditegakkan diagnosa dapat dirumuskan masalah dan rencana
tindakan, untuk masalah yang pertama yaitu rencana tindakan yang
dilakukan adalah jelaskan macam –macam alat kontrasepsi dan berikan
motivasi pada keluarga untuk mengikuti KB jangka panjang. Sedangkan
untuk masalah PHBS direncanakan tindakan yaitu diskusikan tentang
pentingnya PHBS dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan

28
dan kamampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta berikan
pendidikan kesehatan tentang PHBS.
3. Implementasi yang dilakukan dari permasalahan KB yaitu memberikan
penjelasan tentang macam – macam alat kontrasepsi dan memotivasi
keluarga untuk menggunakan KB jangka panjang. Sedangkan pada
permasalahan PHBS dilakukan implementasi yaitu mendiskusikan tentang
pentingnya PHBS dan memberikan pendidikan kesehatan tentang PHBS.
4. Dari implementasi yang telah dilakukan kemudian dilakukan evaluasi
bahwa masalah diagnosa ketidakmampuan ibu dalam memilih alat
kontrasepsi jangka panjang sudah teratasi sebagian, serta ketidaktahuan
keluarga tentang PHBS juga sudah teratasi sebagian.
B. Saran
1. Untuk masalah KB yang belum teratasi diharapkan Ny. N rajin melakukan
KB suntik sesuai jadwal dan mengontrol ke tempat pelayanna kesehatan
sehingga tidak ada keluhan atau complain dari keluarga yang
menggunakan KB.
2. Sebelum memilih menggunakan KB suntik diharapkan keluarga telah
mengetahui baik keuntungan maupun kerugian pemakain KB tersebut.
3. Sebaiknya semua keluarga mengetahui pentingnya PHBS sehingga mampu
menjaga dan merawat lingkungan di sekitar agar tercipta lingkungan
rumah yang aman, nyaman, bersih dan sehat.

29

Anda mungkin juga menyukai