Anda di halaman 1dari 12

Makalah Intra Uterine Device (IUD)

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi kunci dalam
upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta merupakan hak
asasi manusia.
Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi, misalnya transisi
dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada pil kombinasi, atau dari AKDR inert ke AKDR
yang mengeluarkan levonorgestrel. Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak
tentang metode kontrasepsi yang lebih aman dan efektif. Salah satu alat kontrasepsi yang akan di
bahas pada makalah ini adalah tentang IUD / AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim ).
B.   Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apa pengertian kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)?


2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?
3. Bagaimana cara kerja IUD?
4. Apa saja Keuntungan dan Kerugian IUD?
5. Apa indikasi dan kontara indikasi KB IUD?
6. Bagaimana cara pemasangan IUD?

C.   Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu: 

1. Mengetahui pengertian kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)?


2. Mengetahui jenis-jenis kontrasepsi IUD?
3. Mengetahui bagaimana cara kerja IUD?
4. mengetahui Keuntungan dan Kerugian IUD?
5.  mengetahui indikasi dan kontara indikasi KB IUD?
6. mengetahui cara pemasangan IUD?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Pengertian

 IUD (Spiral) adalah Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari
 
plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau
kehamilan. (BKKBN, 2003).
 IUD (intrauterine device) yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam
rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
 AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-
Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa
metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun
dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini
bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009)
 Pemakaian IUD adalah seorang wanita yang menggunakan alat kontrasepsi IUD
mencegah atau menghindari kehamilan (BKKBN, 2003).

D.   Jenis-jenis
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1.      Copper-T

 IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009)
2.    Copper-7

 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
(Imbarwati, 2009)

3. Multi load

 IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Imbarwati, 2009)
4. Lippes loop

 Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan
kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah,
keuntungan lain dari AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab terbuat
dari bahan plastik
(Maryani, 2004).

Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya.
Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah
plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan
IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper)
melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon
progestin
(Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10
tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat
digunakan untuk kontrasepsi darurat
(ILUNI FKUI, 2010) 
C.   Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
1.      Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3.      AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
(Muhammad, 2008).
D.   Keuntungan
1.      Efektivitasnya tinggi ® 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, 1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan.
2.      Dapat efektif segera setelah pemasangan.
3.      Metode jangka panjang (10 th).
4.      Sangat efektif (tidak perlu mengingat-ingat).
5.      Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6.      Tidak ada efek samping hormonal.
7.      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8.      Dapat dipasang segera setelah melhirkan/sesudah abortus.
9.      Dapat digubakan sampai dengan menopause.
10.  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11.  Membantu mencegah kehamilan ektopik.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-75)
E.   Kerugian

1. Efek samping yang umum terjadi :


         Perubahan siklus haid. (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
         Haid lebih lama dan banyak.
         Perdarahan antar menstruasi (spotting).
         Saat haid lebih sakit.

2. Komplikasi lain
         Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
         Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
         Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
3. Tidak mencegah IMS.

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan yang sering bergantian
pasangan.

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP
dapat memicu infertilitas

6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD

7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 – 2 hari

8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang
harus melepas AKDR

9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan)

10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
normal

11. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-75)
F.    Indikasi

1. Usia reproduktif

2. Keadaan nulipara

3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

7. Risiko rendah dari IMS

8. Tidak menghendaki metoda hormonal

9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari


10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama

11. Perokok

12. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terluhat adanya infeksi

13. Gemuk ataupun kurus

14. Penderita tumor jinak payudara

15. Penderita kanker payudara

16. Pusing-pusing, sakit kepala

17. Tekanan darah tinggi

18. Varises di tungkai atau di vulva

19. Diabetes

20. Setelah kehamilan ektopik


G.  Kontra indikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1.      Sedang hamil
2.      Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3.      Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4.      Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
5.      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum
uteri
6.      Penyakit trofoblas yang ganas
7.      Diketahui menderita TBC pelvik
8.      Kanker alat genital
9.      Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
H.  Waktu Penggunaan
1.      Setiap waktu dalam siklus haid (dipastikan tidak hamil).
2.      Hari 1 – 7 siklus haid.
3.      Segera setelah melahirkan, (48 jam pertama/ 1 bulan pasca salin).
4.      Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi
5.      Selama 1 – 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-80)
I.      Petunjuk Bagi Klien

1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 – 6 minggu pasca pemasangan AKDR.

2. Selama 1 bulan pertama penggunaan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin
terutama setelah haid

3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah
haid apabila mengalami:
         Kram/kejang perut bagian bawah.
         Perdarahan (spotting) diantara haid/setelah senggama.
         Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan
hubungan seksual

4. Masa copper T 380A perlu dilepas 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih
awal apabila diinginkan

5. Kembali ke klinik apabila:


         Tidak dapat meraba benang AKDR.
         Merasakan bagian keras dari AKDR.
         Adanya infeksi.
         AKDR terlepas.
         Siklus terganggu.
         Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
 (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010. hal : MK-80)
J.      Pemasangan IUD
      Prosedur sebelum pemasangan
1.      Lakukan prosedur asepsis secara ketat selama pemasangan .
2.      Lihatlah serviks dengan speculum dan bersihkan dengan larutan antiseptic . Pegang bibir
anterior dengan tenakulum . Menarik tenakulum dengan hati-hati mengurangi sudut antara
kanalis servikalis dan rongga uterus dan memudahkan pemasangan sonda uterus. Tenakulum
harus tetap terpasang sealama memasang Nova T supaya serviks tetap tertarik.
3.      Masukkan sonda uterus melalui kanalis serviks ke dalam rongga uterus sampai mencapai 
fundus. Setelah menentukan arah serta panjang kanalis servikalis dan rongga uterus, siapkan
Nova T untuk dipasang.
4.      Lakukan pemasangan sesuai langkah 1-6.
      Pemasangan
Langkah 1
Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan .
Pegang kedua ujung benang dan tarik alat secara hati-hati kedalam tabung insersi sampai
knop di ujung lengan horizontal menutupi lubang tabung. Knop tidak perlu ditarik ke dalam
tabung. Benang bisa putus kalaau ditarik terlalu keras.
Langkah 2
Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan, tarik tabung insersi sampai ujung
bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat dari sonda uterus.
Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan, masukkan plunger (alat
penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini untuk memastikan bahwa benang tidak tertekan pada alat
oleh plunger.
Sebelum dipasang, tabungg dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan posisi uterus.
Tetukan harus dilakukan ketika alat masih berada dalam kemasan steril setelah memasukkan
plunger kedalam tabung insersi.
Langkah 3
Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan membuka di dalam
uterus.
Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan .
Masukkan tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis servikalis sampai flens
menyentuh os servikal.
Langkah 4
Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan erat dan lepaskan lengan
horizontal dari alat dengan menarik tabung insersi ke bawah sampai ujungnya menyentuh bagian
yang kasar.
Jarak antara flens dan os servikal sekarang sekitar 1,5 cm.
Langkah 5
Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat secara hati- hati sampai flens
menyentuh os servikal lagi.
Langkah 6
Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung insersi seluruhnya dengan
menarik tabung ke bawah sampai cincin dari plunger.
Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama lepaskan plunger sambil
terus menahan tabung insersi, kemudian keluakan tabung insersi.
Gunting benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks.
K.  Cara pelepasan IUD

1. Petugas harus siap ditempat

2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

4. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
         Meja dengan alas duk steril.
         Sarung tangan kanan dan kiri
         Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
         Cocor bebek / speculum
         Tampon tang
         Tutup duk steril
         Bengkok
         Lampu
         Timbangan berat badan
         Tensimeter
         Stetoskop
Langkah-langkah :
1.      Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara
menanggulangi efek samping.
2.      Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3.      Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4.      Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5.      Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6.      Bersihkan vagina dengan Lysol
7.      Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8.      Pasang speculum sym.
9.      Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10.  Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan
11.  Pasien dirapikan kembali
12.  Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah AKDR
dilepas dan kapan harus control
13.  Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai dengan nota
14.  Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian
Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kesimpulan umum yang dapat diambil tentang AKDR/IUD
adalah sebagai berikut :
         AKDR merupakan alat kontrasepsi modern
         AKDR merupakan alat kontrasepsi jangka panjang
         AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan yang benar
         AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama
         Kemungkinan terjadi perdarahan atau spoting beberapa hari setelah pemasangan
         Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih banyak dan lama
         AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk Virus AIDS
B.   Saran
Bila Anda ingin menghentikan pemakaian spiral, segera kunjungi pekerja kesehatan yang
memasangnya, atau yang terlatih. Jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah.

DAFTAR PUSTAKA
 Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal. Yayasan
Bina Pustaka : Jakarta.

 BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta :


BKKBN.

 ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana

 Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada
Peserta KB Non IUD

 Maryani, Heti. 2004. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi
Wanita, (internet). 5th October.

 Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD


Geplaas deur Reva Nabella om 20:22
E-pos hierdieBlogDit!Deel op TwitterDeel op FacebookDeel op Pinterest

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking

Anda mungkin juga menyukai