Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA BERENCANA (INTRA UTERINE


DEVICES)

OLEH
SUGIANTO

NIM 1420121131

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


IMMANUEL BANDUNG ALIH
JENJANG B
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA BERENCANA
(INTRA UTERINE DEVICES)

I. KONSEP DASAR KB IUD


A. PENGERTIAN
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau di sebut juga Intra Uterin
Devices (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia produktif (Saifudin. 2008).
IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya) diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus.
(Hidayati, 2009)
IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempuyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormnon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. (Handayani, 2010)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone. (Kusmarjati, 2011)

B. MACAM-MACAM IUD
IUD telah dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang
sutera dan logam (besi baja, stainlessteel, perak, dan tembaga), sampai pada
generasi plastik baik yang ditambahi obat (medicated), maupun yang tidak
ditambahi obat (unmedicated).
1. Copper-T

Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-T (Imbarwati : 2009)


Menurut Imbarwati (2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang
cukup baik. Menurut ILUNI FKUI (2010). Spiral jenis copper T (mlepaskan
tenaga) mencegah kehamilan dengan cara mengganggu pergerakan sprema
untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.

2. Copper – 7

Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun


dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper – 7. Menurut Imbarwati
(2009). IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper – T.

3. Multi Load

Gambar 2.3 Jenis IUD Multi Load (Imbarwati 2009)


Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene)
dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari
ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

4. Lippes Loop

Gambar 2.4 Jenis IUD Lippes Loop (Imbarwati : 2009) Menurut


Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene,
berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda
menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD
jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

C. CARA KERJA IUD


Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah
1. Mengambat kemampuan spresma untuk masuk ketuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi dalam uterus

D. MEKANISME KERJA IUD


Menurut Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111,
mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme
kerja IUD yang telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang
lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang
telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel- sel
makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat
bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron) yang
menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat menghambat
nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke
kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS IUD


Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi, Efektifitas
dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama
IUD tetap tinggal di uteri tanpa :
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya : Jenis, ukuran,
besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD medisionalis bergantung pada luasnya
permukaan bahan bioaktif yang dikandung dan lama pemakaian.
Akseptor : Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi
senggama, personal hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
yaitu umur dan paritas, diketahui :
1. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau
pengeluaran IUD.
2. Makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka ekspulsi dan
pengangkatan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan medis,
termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari
pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan
kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), keefektifitasan IUD adalah sangat
efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
penggunaan.
F. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN IUD
Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2008:
Keuntungannya :
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu
diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik
Kerugiannya :
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu hubungan
sseksual pada sebagian pemakai.
5. Perfosari dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
6. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
7. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
8. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR PRP dapat memicu infertilitas.
G. INDIKASI PEMASANGAN IUD
Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap
penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

H. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.

I. EFEK SAMPING
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), Efek samping IUD yaitu
a. Perdarahan (menorangia atau spotting menorangia)
b. Rasa nyeri dan kejang perut
c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama
pemakaian)
d. Disminore
e. Gangguan pada suami (sensasi keberadaan benang iud dirasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
f. Infeksi pelvis dan endometrium
Menurut Zahra (2008), Efek samping dari penggunaan IUD meliputi, pada
minggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan - perempuan
pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih berat dan lebih lama,
bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan
sendirinya sesudah 3 bulan.

J. KUNJUNGAN ULANG SETELAH PEMASANGAN IUD


Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003), yaitu
1. 1 minggu pacsa pemasangan
2. 2 bulan pasca pemasangan
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. 1 tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1 minggu
6. Perdarahan banyak dan tidak teratur

K. PEMERIKSAAN PADA SAAT KUNJUNGAN ULANG


Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD dipasang seorang klien
wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan kondom pada
bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh dari konsepsi karena
IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang memungkinkan
pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan kurun waktu IUD dapat
terlepas secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam
waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan setelah masa
menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama
kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah berakhir.
IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain
itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD secara
mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi. Kunjungan ulang
member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan member
semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa
peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh
pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi

b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika
diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.

c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan.

2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan

d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan mendapatkan
jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan
akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat penapisan umum yaitu
pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur klamedia dan gonorea, tes
laboratorium rutin lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan
diatas. Pengarahan supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi
bila muncul masalah atau untuk membuat perjanjian sebelum kunjungan tahunnya
dapat ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini.
L. WAKTU PEMASANGAN IUD
Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
waktu pemasangan IUD yaitu :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang dan
perdarahan tidak begitu banyak
2. Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit.
Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3 bulan pasca
persalinan atau keguguran.
3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah sakit.
4. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari
kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.
M. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI OLEH AKSEPTOR KB IUD
Menurut BKKBN tahun 2010 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan
Kontrasepsi:
1. Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi dan
setiap selesai haid.
g. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi jongkok
h. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama sampai
menjangkau rahim.
i. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan jangan
ditarik.
2. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan boleh
melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.
3. Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau lama,
rasa sakit atau kram.
4. Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b. Nyeri abdomen, disparenmia.
c. Vaginal discargo abnormal.
d. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang, ujung
IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.
5. Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu
dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
6. Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD dilepas dan gunakan
kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah hubungan ektopik.
7. IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya
dan bagian perut tidak boleh dipijat.
8. Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan oleh
benang yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol.
9. Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun
daya kerjanya belum habis.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB IUD tersebut
antara lain amenorea/perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak, keputihan,
nyeri saat berhubungan.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan
KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
h. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu
badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya
infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD
2. Ansietas berhubungan dengan terjadinya efek samping penggunaan alat
kontrasepsi IUD
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
SLKI SIKI
SDKI
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
Definisi keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
Pengalaman sensorik atau diharapkan nyeri pada pasien  Identifikasi lokasi, karakteristik,
emosional yang berkaitan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang dengan kriteria hasil :
dengan kerusakan jaringan nyeri
aktual atau fungsional, Tingkat Nyeri  Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendesak  Identifikasi respon nyeri nonverbal
1. Nyeri berkurang dengan  Identifikasi factor yang memperingan
atau lambat dan
skala 2 dan memperberat nyeri
berintensitas ringan
 Identifikasi pengetahuan dan
hingga berat yang 2. Pasien tidak mengeluh keyakinan tentang nyeri
berlangsung kurang dari 3  Identifikasi budaya terhadap respon
nyeri
bulan. nyeri
Penyebab : 3. Pasien tampak tenang  Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
1. Agen pencedra fisiologis (mis. 4. Pasien dapat tidur dengan kualitas hidup pasien
Inflamasi iskemia, neoplasma)  Monitor efek samping penggunaan
tenang analgetik
2. Agenpen cedera kimiawi (mis.
5. Frekuensi nadi dalam batas  Monitor keberhasilan terapi
Terbakar, bahan kimia iritan) komplementer yang sudah diberikan
normal (60-100 x/menit)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses,  Terapeutik
6. Tekanan darah dalam batas  Fasilitasi istirahat tidur
amputasi, prosedur operasi,
normal (90/60 mmHg –  Kontrol lingkungan yang
taruma, dll) memperberat nyeri ( missal: suhu
Gejala dan tanda mayor 120/80 mmHg) ruangan, pencahayaan dan
Subjektif : mengeluh nyeri 7. RR dalam batas normal kebisingan).
Objektif  Beri teknik non farmakologis untuk
 Tampak meringis (16-20 x/menit) meredakan nyeri (aromaterapi, terapi
 Bersikap proaktif (mis. waspada, pijat, hypnosis, biofeedback, teknik
Kontrol Nyeri imajinasi terbimbimbing, teknik tarik
posisi menghindari nyeri) napas dalam dan kompres hangat/
 Gelisah 1. Melaporkan bahwa nyeri dingin)
 Frekuensi nadi meningkat berkurang dengan  Edukasi
 Sulit tidur menggunakan manajemen  Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Gejala dan tanda minor nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri
Subjektif : -  Anjurkan menggunakan analgetik
Objektif 2. Mampu mengenali nyeri secara tepat
 Tekanan darah meningkat 
(skala, intensitas, frekuensi Anjurkan monitor nyeri secara
 Pola nafas berubah mandiri
dan tanda nyeri)
 Nafsu makan berubah  Kolaborasi
Status Kenyamanan  Kolaborasi pemberian analgetik, jika
 Proses berpikir terganggu perlu
1. Menyatakan rasa nyaman
 Menarik diri
setelah nyeri berkurang
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis
N Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
o Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
Definisi: keperawatan selama Observasi
Kondisi emosi dan …… x …….… maka  Identifikasi saat tingkat ansietas
pengalaman subyektif Tingkat Ansietas Menurun berubah (mis. Kondisi, waktu,
individu terhadap objek dengan kriteria hasil: stressor)
yang tidak jelas dan 1. Verbalisasi  Identifikasi kemampuan
spesifik akibat antisipasi kebingungan menurun mengambil keputusan
bahaya yang (5)  Monitor tanda-tanda ansietas
memungkinkan individu 2. Verbalisasi khawatir (verbal dan nonverbal)
melakukan tindakan untuk akibat kondisi yang
menghadapi ancaman dihadapi menurun (5) Terapeutik
3. Perilaku gelisah  Ciptakan suasana terapeutik
Penyebab: menurun (5) untuk menumbuhkan
 Krisis situasional 4. Perilaku tegang kpercayaan
 Kebutuhan tidak menurun (5)  Temani pasien untuk
terpenuhi 5. Konsentrasi membaik mengurangi kecemasan, jika
 Krisis maturasional (5) memungkinkan
 Ancaman terhadap 6. Pola tidur membaik (5)  Pahami situasi yang membuat
konsep diri ansietas dengarkan dengan
Dukungan Sosial
 Ancaman terhadap Meningkat dengan kriteria penuh perhatian
kematian  Gunakan pendekatan yang
hasil:
 Kekhawatiran 1. Kemampuan meminta
tenang dan meyakinkan
mengalami  Tempatkan barang pribadi yang
bantuan pada orang lain
kegagalan memberikan kenyamanan
meningkat (5)
 Disfungsi system 2. Bantuan  Motivasi mengidentifikasi
yang
keluarga situasi yang memicu
ditawarkan oleh orang
 Hubungan orang tua- lain meningkat (5)
kecemasan
anak tidak 3. Dukungan emosi yang  Diskusikan perencanaan
memuaskan disediakan oleh orang realistis tentang peristiwa yang
 Faktor keturunan lain meningkat (5) akan datang
(temperamen, mudah
Edukasi
teragitasi sejak lahir)
 Jelaskan prosedur, termasuk
 Penyalahgunaan zat
sensasi yang mungkin dialami
 Terpapar bahaya
 Informasikan secara faktual
lingkungan (mis.
mengenai diagnosis,
Toksik, polutan, dan
pengobatan, dan prognosis
lain-lain)
 Anjurkan keluarga untuk
 Kurang terpapar
bersama pasien, jika perlu
informasi
 Anjurkan melakukan kegiatan
Gejala dan Tanda yang tidak kompetitif, sesuai
Mayor: kebutuhan
Subjektif:  Anjurkan mengungkapkan
 Merasa bingung perasaan dan persepsi
 Merasa khawatir  Latih kegiatan pengalihan
dengan akibat dari untuk mengurangi ketegangan
kondisi yang  Laruhan penggunaan
dihadapi mekanisme pertahanan diri
 Sulit berkonsentrasi yang tepat
Objektif:  Latih teknik relaksasi
 Tampak gelisah
 Tampak tegang Kolaborasi
 Sulit tidur  Kolaborasi pemberian obat
antlansietas, jika perlu
Gejala dan Tanda
Minor: Terapi Relaksasi
Subjektif: Observasi
 Mengeluh pusing  Identifikasi penurunan tingkat
 Anoreksia energy, ketidakmampuan
 Palpitasi berkonsentrasi, atau gejala lain
 Merasa tidak berdaya yang mengganggu kemampuan
Objektif: kognitif
 Frekuensi nadi  Identifikasi teknik relaksasi
meningkat yang pernah efektif digunakan
 Frekuensi napas  Identifikasi kesediaan,
meningkat kemampuan, dan penggunaan
 Tekanan darah teknik sebelumnya
meningkat  Periksa ketegangan otot,
 Diaphoresis frekuensi nadi, tekanan darah,
 Tremor dan suhu sebelum dan sesudah
 Muka tampak pucat latihan
 Suara bergetar  Monitor respons terhadap terapi
 Kontak mata buruk relaksasi
 Sering berkemih
Terapeutik
 Berorientasi pada
masa lalu  Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
Kondisi Klinis Terkait: pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
 Penyakit kronis
progresif (mis.  Berikan informasi tertulis
Kaner, penyakit tentang persiapan dan prosedur
autoimun) teknik relaksasi
 Penyakit akut  Gunakan pakaian longgar
 Hospitalisasi  Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
 Rencana operasi
berirama
 Kondisi diagnosis
 Gunakan relaksasi sebagai
penyakit belum jelas
strategi penunjang dengan
 Penyakit neurologis
analgetik atau tindakan medis
 Tahap tumbuh lain, jika sesuai
kembang
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. Music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi
nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)

Dukungan Emosional
Observasi
 Identifikasi fungsi maarah,
frustasi, dan amuk bagi pasien
 Identifikasi hal yang telah
memicu emosi
Terapeutik
 Fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah, atau
sedih
 Buat pernyataan suportif atau
empati selama fase berduka
 Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan (mis.
Merangkul, menepuk-nepuk)
 Tetap bersama pasien dan
pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
 Kurangi tuntutan berpikir saat
sakit atau lelah
Edukasi
 Jelaskan konsekuensi tidak
menghadapi rasa bersalah dan
malu
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami (mis.
Ansietas, marah, sedih)
 Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respons
yang biasa digunakan
 Ajarkan penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Laporan Pendahuluan Keluarga Berencana.


(dalam:http://agungsa10001.academia.edu./2016/04/lp-keluarga-
berencana.html). Diakses tanggal 23 Februari 2017 pukul 16.32 wita
Carpenito, Lynda Juall 2010. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.

Jakarta : EGC.

Tim pogja SDKI DPP PPNI. 2017.standar diagnosa keperawatan indonesia. Dewan pengurus
pusat PPNI jakarta selatan

Tim Pogja SIKI DPP PPNI. 2018 Standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan pengurus
pusat PPNI Jakarta selatan

Tim pogja SLKI. 2019.Standar Luaran keperawatan indonesia. Dewan pengurus pusat PPNI.
Jakarta selatan

Tim pogja
Manuaba, Ida Bagus. 2010. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates
Mochtar, Pustam. 2008. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC.
Saifudin,A. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai