Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN APENDISITIS

Disisun Oleh :
Resti Andriani (1420121141)

Dosen Pembimbing :
Widyadari P., S.Kep.,Ners, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL


PROGRAN STUDI S1 KEPERAWATAN
BANDUNG 2022
LAPORAN PENDAHULUAN APENSICITIS

A. PENDAHULUAN
Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini membawa banyak
perubahan dalam kehidupan masyarakat, antara lain adalah perubahan gaya
hidup terutama pada pola makan (stang dalam Novita, 2017). Pergeseran pola
konsumsi pada masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan jumlah dan jenis
makanan. Masyarakat dengan kesibukan bekerja atau berkegiatan yang
dilakukan setiap hari menyebabkan mereka tidak memiliki banyak waktu
untuk memasak makanan sendiri. Hal tersebut menyebabkan masyarakat
banyak yang beralih mengkonsumsi makanan cepat saji. Makanan cepat saji
menjadi pilihan karena menurut sebagian masyarakat dengan harga yang
cukup terjangkau serta pengolahan yang praktis mereka sudah dapat
menikmati makanan yang lezat rasanya (goleman, And Others , 2019) .
Junk food yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan, seperti obesitas (kegemukan), diabetes
(kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), aterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah), penyakit jantung koroner, usus buntu (appendisitis) stroke,
kanker dan lain-lain (Ariska &Ali, 2019).
Appendisitis merupakan penyakit yang menjadi perhatian oleh karena
angka kejadian appendicitis tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan
appendicitis bisa seumur hidup sehingga memerlukan tindakan pembedahan.
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-
30 tahun, setelah itu menurun. Insiden pada laki-laki dan perempuan
umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun insiden laki-laki lebih
tinggi (Sjamsu hidajat & de jong, 2010).
Appendisitis yang tidak segera ditatalaksana akan menimbulkan
komplikasi. Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah
perforasi. Perforasi terjadi 24 jam setelah timbul nyeri. Gejalanya mencakup
demam dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi, dan nyeri abdomen atau nyeri
tekan abdomen yang kontinyu (Radwan, 2013).
World Health Organization (WHO) menyebutkan insiden appendisitis di
dunia tahun 2012 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia
(Ambarwati, 2017). Di Asia insidensi appendisitis pada tahun 2013 adalah
4,8% penduduk dari total populasi. Sedangkan dari hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 2013 jumlah penderita
appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun
2014 sebesar 596.132 orang (Soewito, 2017).
Berdasarkan data menurut DEPKES RI jumlah klien yang menderita
penyakit appendicitis berjumlah sekitar 26% dari jumlah penduduk (Anas,
Kadrianti, E., 2013).
B. PENGERTIAN
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare,
2013).
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks (umbai cacing) akibat
infeksi oleh bakteri. Apabila sisa makanan masuk ke dalam apendiks,
makanan tersebut akan busuk dan sulit dikeluarkan. Akibatnya, apendiks akan
mengalami peradangan. (Firmansyah, Rikki dkk, 2011).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Dari 3 pengertian diatas bisa saya simpulan apendisitis adalah
peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu adalah sebenarnya sekum (cecum).
Klasifikasi

Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan


appendisitis kronik (Sjamsuhidajat & de jong, 2010):

1. Appendisitis akut
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala appendisitis
akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral
didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual
dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa
jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik
setempat.
2. Appendisitis kronik
Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mikroskopik appendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden
appendisitis kronik antara 1-5%.

C. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Apendisitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks
adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan
banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis
bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan
aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan
lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di
bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).

Gambar Anatomi Apendisitis


Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di
region iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior
abdomen pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca
anterior superior dan umbilicus yang disebut titik McBurney (Siti
Hardiyanti Sibuea, 2014). Hampir seluruh permukaan apendiks
dikelilingi oleh peritoneum dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks)
yang merupakan lipatan peritoneum berjalan kontinue disepanjang
apendiks dan berakhir di ujung apendiks. Vaskularisasi dari apendiks
berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana
tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior
dari arteri ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain
arteri 10 apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga
terdapat kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena
apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior
dan kemudian masuk ke sirkulasi portal (Eylin, 2009).
2. Fisiologi Appendisitis
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari.
Lendir normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
berperan pada patogenesis apendiks. Immunoglobulin sekreator yang
dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di
sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh
(Arifin, 2014).
D. ETIOLOGI
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks,
dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang
diduga dapat menimbulkan appendicitis adalah erosi mukosa apendiks karena
parasit seperti E. histolytica (Jong, 2011). Penelitian epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan
mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2011).
Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini.
namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks,
diantaranya : 
2. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis
(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh
hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4%
karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh
parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat
ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya ; fekalith
ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus
apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus
apendisitis akut dengan rupture.
3. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis
akut. Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi
memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan
stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak
ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu
Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob
sebesar 96% dan aerob<10%.
4. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari
organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan
dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah
serat dapat memudahkan terjadinya fekolith dan mengakibatkan obstruksi
lumen.
5. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.
Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai
resiko lebih tinggi dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun
saat sekarang, kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah
pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru Negara
berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola
makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.
6. Faktor infeksi saluran pernapasan setelah mendapat penyakit saluran
pernapasan akut terutama epidemi influenza dan pneumonitis, jumlah
kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena penyakit infeksi
saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan
apendisitis.
E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Apabila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan
bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Apabila
kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gengren. Stadium disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila proses di
atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke
arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi,
jika tidak dilakukan tindakan segera 14 mungkin maka peradangan apendiks
tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (Mansjoer, 2012).
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda
asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Situasi tersebut
diatas dapat dan kurangnya pengetahuan persepsi pasien tentang penyakit
apendisitis mengakibatkan masalah keperawatan kecemasan. Kecemasan
menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu hidupnya tersebut
terbayang - bayang cemas berkepanjangan. Pasien yang mengalami cedera
atau menderita penyakit kritis, seringkali mengalami kesulitan mengontrol
lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat kecemasan.
Kecemasan timbul sebagai respons fisiologi maupun psikologi artinya
kecemasan terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun
psikologi (Lubis, 2016).
Fekalit, bolus ascaris, benda asing, dan jaringan
parut
D. Patofisiologi diagram
Obstruksi pada lumen appendiks

Ketidak seimbangan antara Migrasi bakteri dari colon ke


produksi dan ekskresi mucus appendiks

Peningkatan intra lumen

Edema dan
Terhambatnya Obstruksi peningkatan Peradangan pada dinding
Arteri terganggu
aliran limfe vena tekanan intra lumen appendiks

Edema dan ulserasi mukosa


Peradangan meluas Mual dan muntah Mekanisme
ke peritonium kompensasi tubuh
Nyeri epigastrium
Absorbsi makanan tidak
Pembedahan adekuat, pengeluaran Peningkatan leukosit
Terjadinya infark cairan aktif dan peningkatan suhu
Nyeri akut tubuh
pada usus

Cemas pasien dan Luka insisi post Resiko Defisit


Nekrosis appendiks keluarga, bedah infeksi nutrisi Hipertemi
pengungkapan cemas,
pengungkapan Nyeri saat ekstremitas kanan
Ganggren Resiko
pertanyaan digerakan, saat istirahat dan
hipovolemia
beraktivitas
Appendiks
ansietas
ganggrenosa
Nyeri Intoleransi
akut aktivitas
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada kasus apendiksitis biasanya akan terjadi
pasca operasi menurut Mansjoer (2012), diantaranya :
1. Perforasi
Apendisitis Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus
sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi
dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam
sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus
dengan gambaran klinis yang timbul dari 36 jam sejak sakit, panas
lebih dari 38,5 derajat celcius, tampak toksik, nyeri tekan seluruh
perut dan leukositosis. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis
2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan
timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltic berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus meregang dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, nyeri
abdomen, demam dan leukositosis.
3. Abses
Abses merupakan peradangan apendisitis yang berisi pus. Teraba
masa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Masa ini
mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Hal ini terjadi bila apendisitis gangrene atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3.
Jika terjadi peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendisitis
sudah mengalami perforasi (pecah). (Nanda, 2015)
2. PemeriksaanRadiologi
1) Ultrasonografi (USG)
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai
untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
2) CT Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis.
3) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen, apendiktogram. (Nanda,2015).
H. PENATAKSANAAN
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis meliputi :
1. Sebelum Operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala sering
kali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilaksanakan. Klien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit
dan hitung jenis), foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah
dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi dan abses
intra abdominal luka operasi pada klien apendiktomi. Antibiotik
diberikan sebelum, saat, hingga 24 jam pasca operasi dan melalui
cara pemberian intravena (IV). (Sulikhah, 2014).
2. Operasi
Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi.
Apendiktomi adalah suatu pembedahan dengan cara membuang apendiks
(Wiwik Sofiah, 2017). Indikasi dilakukannya operasi apendiktomi yaitu
bila telah ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada keadaan yang
meragukan diperlukan pemeriksan penunjang USG atau CT scan.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan
insisi pada abdomen bawah. Anastesi diberikan untuk memblokir sensasi
rasa sakit. Efek dari anastesi yang sering terjadi pada klien post operasi
adalah termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi
abdomen dan menurunnya usus. (Mulya, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiik, 2018) dalam 4 jam
pasca operasi klien sudah boleh melakukan mobilisasi bertahap, dan
dalam 8 jam pertama setelah perlakuan mobilisasi dini pada klien pasca
operasi abdomen terdapat peningkatan usus bahkan usus dapat kembali
normal. Kembalinya fungsi usus akan memungkinkan pemberian diet,
membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat proses
penyembuhan.
Operasi apendiktomi dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu operasi
apendiktomi terbuka dan laparaskopi apendiktomi. Apendiktomi terbuka
dilakukan dengan cara membuat sebuah sayatan dengan panjang sekitar 2
– 4 inci pada kuadran kanan bawah abdomen dan apendiks dipotong
melalui lapisan lemak dan otot apendiks. Kemudian apendiks diangkat
atau dipisahkan dari usus (Dewi, 2015). Sedangkan pada laparaskopi
apendiktomi dilakukan dengan membuat 3 sayatan kecil di perut sebagai
akses, lubang pertama dibuat dibawah pusar, fungsinya untuk
memasukkan kamera super mini yang terhubung ke monitor ke dalam
tubuh, melalui lubang ini pula sumber cahaya dimasukkan. Sementara
dua lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk peralatan bedah seperti
penjepit atau gunting. Ahli bedah mengamati organ abdominal secara
visual dan mengidentifikasi apendiks. Apendiks dipisahkan dari semua
jaringan yang melekat, kemudian apendiks diangkat dan dikeluarkan
melalui salah satu sayatan (Hidayatullah, 2014).
3. Pasca Operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan. Klien
dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila dalam 12
jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data pasien
Pengkajian yaitu tahap pertama dari proses keperawatan dan untuk
mengumpulkan data secara sistematis dan lengkap dimulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien
(Nursalam, 2011).
1) Identitas Pasien Pengkajian identitas pasien meliputi nama
inisial, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat, suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, cara masuk, keluhan
utama, alasan dirawat dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan pertama pada pasien dengan apendisitis yaitu rasa
nyeri. Bisa nyeri akut ataupun kronis tergantung dari lamanya
serangan. Menurut Wahid (2013) untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri digunakan :
a) Provoking Incident : apakah peristiwa yang menjadi
faktor
b) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
dan digambarkan pasien. Apakah seperti menusuk-
nusuk, terbakar, atau berdenyut.
c) Region : dimana rasa sakit terjadi, apakah rasa sakit bisa
reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar.
d) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau
pasien yang menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama durasi nyeri berlangsung, kapan,
apakah bertambah buruk.
3) Riwayat Kesehatan
Sekarang Pasien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan
nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai biasanya pasien mengeluh
rasa mual dan muntah.
4) Riwayat Kesehatan
Dahulu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan
pasien sekarang. Pengalaman penyakit sebelumnya, apakah
memberi pengaruh kepada penyakit apendisitis yang diderita
sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita sakit yang sama seperti menderita penyakit
apendisitis, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan
atau menulai dalam keluarga.
6) Pola Persepsi dan Penanganan Penyakit
Pada kasus apendisitis biasanya timbul kecemasan akan
kondisinya saat ini dan tindakan dilakukannya operasi.
7) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pasien yang mengalami apendisitis akan terganggu pola
nutrisinya, nafsu makan menjadi berkurang sehingga
mengakibatkan penurunan berat badan. Selain itu disertai
mual dan muntah pada pasien akan mengakibatkan
berkurangnya cairan dan elektrolit. Studi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa ada peranan dari kebiasaan
mengkonsumsi makanan rendah serat yang mempengaruhi
konstipasi, sehingga terjadi apendisitis (Kumar, 2010).
8) Pola Eliminasi
Proses eliminasi pasien biasanya akan mengalami konstipasi
karena terjadinya fecalith. Pola ini menggambarkan
karakteristik atau masalah saat BAB/BAK sebelum dan saat
dirawat di RS serta adanya penggunaan alat bantu eliminasi
saat pasien dirawat di RS. Hal yang perlu dikaji yaitu
konsistensi, warna, frekuensi, bau feses, sedangkan pada
eliminasi urin dikaji kepekatan, warna, bau, frekuensi, serta
jumlah.
9) Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien akan mengalami gangguan selama beraktivitas,
disebabkan nyeri semakin buruk ketika bergerak.
10) Pola Tidur dan Istirahat
Semua pasien apendisitis akan merasa nyeri dan susah untuk
bergerak karena dapat memperburuk nyeri, sehingga
mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien. Pengkajian
yang dilaksanakan berupa lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, kesulitan tidur, serta penggunaan obat.
11) Pola Kognitif dan Persepsi
Biasanya pada pasien apendisitis tidak mengalami gangguan
pada pola kognitif dan persepsi. Namun perlu juga untuk
dilakukan, apakah nyeri nya akan berpengaruh terhadap pola
kognitif dan persepsinya.
12) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pola persepsi dan konsep diri menggambarkan persepsi saat
dirawat di RS. Pola ini mengkaji ketakutan, kecemasan dan
penilaian terhadap diri sendiri serta dampak sakit terhadap
diri pasien. Emosi pasien biasanya tidak stabil karena pasien
merasa cemas saat mengetahui harus dilakukan tindakan
operasi.
13) Pola Peran dan Hubungan
Pasien dengan apendisitis biasanya tidak mengalami
gangguan dalam peran dan hubungan sosial, akan tetapi harus
dibandingkan peran dan hubungan pasien sebelum sakit dan
saat sakit.
14) Pola Seksual dan Reproduksi
Pada pola seksual dan reproduksi biasanya pada pasien
apendisitis tidak mengalami gangguan.
15) Pola Koping dan Toleransi Stress
Secara umum pasien dengan apendisitis tidak mengalami
penyimpangan pada pola koping dan toleransi stres. Namun
tetap perlu dilakukan mengenai toleransi stress pasien
terhadap penyakitnya maupun tindakan perawatan yang
didapatkan.
16) Pola Nilai dan Keyakinan
Pada umumnya pasien yang menjalani perawatan akan
mengalami keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam
beribadah. Perlu dikaji keyakinan pasien terhadap keadaan
sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Keadaan pasien biasanya bisa baik ataupun
buruk.
2) Tanda-tanda Vital Tekanan Darah : biasanya tekanan darah
normal Nadi : biasanya terjadi peningkatan denyut nadi
Pernafasan : biasanya terjadi peningkatan bernafas atau
normal Suhu : biasanya terjadi peningkatan suhu akibat
infeksi pada apendiks
3) Head to Toe
a) Kepala Normochepal, pada pasien apendisitis biasanya
tidak memiliki gangguan pada kepala.
b) Mata Inspeksi : mata simetsis, refleks cahaya baik,
konjungtiva biasanya anemis, sklera tidak ikteris, dan
ukuran pupil isokor. Palpasi : tidak ada edema di palpebra.
c) Hidung Inspeksi : tidak ada sekret dan simetris. Palpasi :
tidak adanya benjolan atau masa pada hidung.
d) Telinga Inspeksi : simetris kedua telinga, tidak ada sekret,
tidak ada pengeluaran darah atau cairan dari telinga.
Palpasi : tidak adanya edema dibagian telinga.
e) Mulut Inspeksi : simetris, biasanya membran mukosa
kering pada pasien apendisitis karena kurangnya cairan
yang masuk akibat muntah atau puasa pre/post operasi,
lidah bersih, gigi lengkap, caries tidak ada, tonsil tidak
ada, tidak ada kesulitan menelan.
f) Leher Tidak adanya pembesaran kelenjar getah bening dan
tyroid.
g) Thorax atau Paru-paru Inspeksi : dinding dada simetris.
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris. Perkusi : sonor.
Auskultasi : tidak adanya suara nafas tambahan.
h) Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : ICS
V mid klavikula sinistra. Perkusi : batas jantung normal.
Auskultasi : reguler, tidak adanya bunyi tambahan.
i) Abdomen Inspeksi : pada apendisitis sering ditemukan
adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan
jenis ini biasa ditemukan distensi abdomen. Palpasi :
Nyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney sign,
salah satu tanda dari apendisitis. Titik Mc Burney adalah
titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan
letak apendiks, yaitu 1/3 lateral dari garis yang dibentuk
dari umbilikus dan SIAS (spina ichiadica anterior
superior) dextra. Nyeri di titik ini disebabkan oleh
inflamasi dari apendiks dan persentuhannya dengan
peritoneum. Perkusi : pada apendisitis sering ditemukan
redup karena adanya penumpukan feses pada apendiks,
namun pada apendisitis juga didapati normal. Auskultasi :
bising usus normal atau meningkat pada awal apendisitis,
dan bising usus melemah (hipoaktif) jika terjadi perforasi.
j) Genitalia Mengobservasi adanya penggunaan alat bantu
perkemihan, biasanya pada pasien apendisitis tidak
mengalami gangguan pada genital
k) Ekstremitas Pada pasien apendisitis tidak mengalami
gangguan pada ekstremitas atas dan bawah.
l) Kulit Adanya luka post operasi pada abdomen, tidak lecet,
turgor kulit biasanya kering karena kekurangan cairan
akibat muntah atau puasa pre/post operasi, pengisian
kapiler refil dapat normal atau > 2 detik.

2. Analisa Data

Menurut Setiadi (2012), Analisis data merupakan metode yang dilakukan


perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan
keperawatan pasien.
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Fekalit, benda asing Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di
perut daerah kanan bawah Obstruksi ada lumen
appendiks
DO :
Pasien tampak meringis Ketidakseimbangan
kesakitan antara produksi dan
Pasien tampak gelisah eksresi mucus
Pasien tampak menghindar saat
daerah yang nyeri ditekan Peningkatan intra

TD ; 130/90 mmHg lumen

N : 102 x/menit
Terhambatnya aliran
limfe

Edema dan ulserasi


mukosa

Nyeri epigastrium

Nyeri akut
2 DS : Fekalit, benda asing Defisit nutrisi
Pasien mengatakan mual dan
muntah saat makanan masuk Obstruksi pada lumen
appendiks

DO : Ketidakseimbangan
Pasien tampak tidak nafsu antara produksi dan
makan eksresi mucus
Makanan hanya habis 2-3
sendok Peningkatan intra
Turgor kulit kering lumen

Terhambatnya aliran
limfe

Edema dan ulserasi


mukosa

Nyeri epigastrium

Edema dan
peningkatan tekanan
intra lumen
Peradangan pada
dinding appendiks

Mual muntah

Absorbs makanan
tidak adekuat,
pengeluaran cairan
aktif

Defisit nutrisi
3 DS : Fekalit, benda asing Intoleransi
Pasien mengatakan badan terasa aktivitas
lemah dan nyeri saat Obstruksi pada lumen
beraktivitas di daerah luka appendiks
operasi
DO : Ketidakseimbangan
Pasien tampak lemah antara produksi dan
Pasien post op hari ke 0 eksresi mucus
Terdapat balutan luka post op di
perut bagian bawah Peningkatan intra
lumen

Arteri terganggu

Terjadinya infark pada


usus

Pembedahan

Luka insisi post bedah

Nyeri saat ekstremitas


kanan digerakkan, saat
istirahat dan
beraktivitas

Intoleransi aktivitas
4 DS : Fekalit, benda asing Hipertermi
Pasien mengatakan badan terasa
hangat Osbtruksi pada lumen
appendiks
DO :
Pasien tampak gelisah Migrasi bakteri dari
colon ke appendiks
Akral teraba panas
Wajah pasien tampak memerah Peradangan pada
TD : 130/80 mmHg dinding appendiks
N : 102 x/menit
S : 38,9 ℃ Mekanisme
kompensasi tubuh

Peningkatan leukosit
dan peningkatan suhu
tubuh

Hipertemi
5 DS : Fekalit, benda asing Ansietas
Pasien mengatakan cemas
karena akan dioperasi Obstruksi pada lumen
appendiks
DO :
Pasien tampak gelisah Ketidakseimbangan
Pasien tampak tegang antara produksi dan
Pasien tampak keringat dingin eksresi mucus
N : 102 x/menit
P : 22 x/menit Peningkatan intra
lumen

Arteri terganggu
Terjadinya infark pada
usus

Pembedahan
Cemas pasien dan
keluarga,
pengungkapan cemas,
pengungkapan
pertanyaan
Ansietas
6 DS : Fekalit, benda asing Resiko
Pasien mengatakan mual hypovolemia
muntah kurang lebih 8-10x hari Obstruksi pada lumen
ini appendiks

DO : Ketidakseimbangan
Pasien tampak lemah antara produksi dan
Membrane mukosa tampak eksresi mucus
kering
TD : 90/60 mmHg Peningkatan intra

N : 58x/menit teraba lemah lumen

Terhambatnya aliran
limfe

Edema dan ulserasi


mukosa

Nyeri epigastrium

Edema dan
peningkatan tekanan
intra lumen

Peradangan pada
dinding appendiks

Mual muntah
Absorbsi makanan
tidak adekuat,
pengeluaran cairan
aktif

Resiko hipovolemia
7 DS : Fekalit, benda asing Resiko infeksi
Pasien mengatakan kadang
badan terasa hangat dan Obstruksi pada lumen
mengigil appendiks

DO: Ketidakseimbangan
Pasien tampak lemah antara produksi dan
Akral teraba hangat eksresi mucus
Terdapat luka di perut kanan
bawah Peningkatan intra

Hasil lab leukosit terdapat lumen

peningkatan
S : 38,8℃ Terhambatnya aliran
limfe

Edema dan ulserasi


mukosa

Nyeri epigastrium

Edema dan
peningkatan tekanan
intra lumen

Peradangan pada
dinding appendiks
Peradangan meluas ke
peritonium

Pembedahan

Luka insisi post bedah

Resiko infeksi

3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,
neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)
3) Batasan karakteristik

Gejala dan
Subyektif Objektif
tanda
Mayor Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
(mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Minor Tidak tersedia 1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaphoresis
b. Defisit nutrisi
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2) Penyebab
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi (mis finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis stress, keengganan untuk makan)

3) Batasan karakteristik
Gejala dan tanda Subjektif Objektif
Mayor Tidak tersedia Berat badan menurun
minimal 10% di
bawah rentang ideal
Minor 1. Cepat kenyang 1. Bising usus
setelah makan hiperaktif
2. Kram/nyeri 2. Otot pengunyah
abdomen lemah
3. Nafsu makan 3. Otot menelan
menurun lemah
4. Membran
mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

c. Intoleransi aktivitas
1) Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Immobilitas
e) Gaya hidup monoton
3) Batasan karakteristik

Gejala dan Subjektif Objektif


tanda
Mayor Mengeluh Lelah Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
Minor 1. Dispnea 1. Tekanan darah
saat/setelah berubah >20% dari
aktivitas kondisi istirahat
2. Merasa tidak 2. Gambaran EKG
nyaman setelah menunjukkan
beraktivitas aritmia saat/setelah
3. Merasa lemah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia
4. Sianosis

d. Hipertemi
4) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
5) Penyebab
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
d) Peningkatan laju metabolisme
6) Batasan karakteristik

Gejala dan tanda Subjektif Objektif


Mayor Tidak tersedia Suhu tubuh diatas
normal
Minor Tidak tersedia 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa
hangat

e. Ansietas
1) Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
2) Penyebab
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi sistem keluarga
h) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i) Faktor keturunan (temperamen midah teragitasi sejak lahir)
j) Penyalahgunaan zat
k) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-
lain)
3) Batasan karakteristik

Gejala dan Subjektif Objektif


tanda
Mayor 1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir 2. Tampak tegang
dengan akibat dari 3. Sulit tidur
kondisi yang
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Minor 1. Mengekuh pusing 1. Frekuensi nafas
2. Anoreksia meningkat
3. Palpitasi 2. Frekuensi nadi
4. Merasa tidak meningkat
berdaya 3. Tekanan darah
meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak
pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata
buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada
masa lalu

f. Resiko hypovolemia
1) Definisi
Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisiel, dan/atau intraseluler.
2) Faktor resiko
a) Kehilangan cairan secara aktif
b) Gangguan absorbsi cairan
c) Usia lanjut
d) Kelebihan beraat badan
e) Status hipermetabolik
f) Kegagalan mekanisme regulasi
g) Evaporasi
h) Kekurangan intake cairan
i) Efek agen farmakologis
g. Resiko infeksi
1) Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
2) Faktor resiko
a) Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
b) Efek prosedur invasif
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme patogenik lingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
(1) Gangguan peristaltic
(2) Kerusakan integritas kulit
(3) Perubahan sekresi pH
(4) Penurunan kerja siliaris
(5) Ketuban pecah lama
(6) Ketuban pecah sebelum waktunya
(7) Merokok
(8) Statis cairan tubuh
f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
(1) Penurunan hemoglobin
(2) Imunosupresi
(3) Leukopenia
(4) Supresi respon inflamasi
(5) Vaksinasi tidak ada
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri (I.08238)


dengan agen cidera fisik keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi Observasi
(post op) maka tingkat nyeri menurun
Ditandai dengan : (L.08066) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui secara
DS : 1. Keluhan nyeri menurun karekteristik, durasi, spesifik penyebab
Pasien mengatakan nyeri 2. Meringis menurun frekuensi, kualitas, nyeri
di perut daerah kanan 3. Sikap protektif menurun intensitas nyeri 2. Mengetahui sensasi
bawah 4. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri nyeri yang dirasakan
5. Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi respons nyeri dalam bentuk angka
DO : 6. Menarik diri menurun non verbal 3. Memvalidasi sensasi
1. Pasien tampak 7. Berfokus pada diri sendiri 4. Identifikasi faktor yang nyeri yang dirasakan
meringis kesakitan menurun memperberat dan antara numerik
2. Pasien tampak 8. Diaforesis menurun memperingan nyeri dengan respon non
gelisah 9. Perasaan depresi (tertekan) 5. Identifikasi pengetahuan verbal
3. Pasien tampak 4. Mengidentifikasi hal
menghindar saat menurun dan keyakinan tentang hal yang
daerah yang nyeri 10. Perasaan takut mengalami nyeri menyebabkan nyeri
ditekan cedera berulang menurun 6. Monitor keberhasilan 5. Semakin klien yakin
4. TD ; 130/90 mmHg 11. Anoreksia menurun terapi komplementer yang dan mengetahui
5. N : 102 x/menit 12. Perineum terasa tertekan sudah diberikan tentang nyeri yang
menurun 7. Monitor efek samping muncul maka
13. Uterus teraba membulat penggunaan analgesik diharapkan akan
menurun Terapeutik menurunkan respon
14. Ketegangan otot menurun nyeri.
1. Berikan teknik non
15. Pupil dilatasi menurun 6. Mengukur tingkat
farmakologis untuk
16. Muntah menurun keberhasilan terapi
mengurangi rasa nyeri
17. Mual menurun yang sudah diberikan
(mis. TENS, hypnosis,
18. Frekuensi nadi membaik 7. Beberapa kandungan
akupresur, terapi music,
19. Pola napas membaik dari obat analgetik
biofeedback, terapi pijat,
20. Tekanan darah membaik dapat menyebabkan
aromaterapi, teknik
21. Proses berpikir membaik nyeri pada lambung.
imajinasi terbimbing,
22. Fokus membaik Terapeutik
kompres hangat/dingin,
23. Fungsi berkemih membaik
terapi bermain) 1. Cara lain yang bisa
24. Perilaku membaik
25. Nafsu makan membaik 2. Kontrol lingkungan yang digunakan untuk
26. Pola tidur membaik memperberat rasa nyeri mengurangi respon
(mis. suhu ruangan, nyeri yang muncul
pencahayaan, kebisingan) selain terapi
3. Fasilitasi istirahat dan tidur farmakologi
4. Pertimbangkan jenis dan 2. Mengurangi
sumber nyeri dalam rangsangan nyeri dari
pemilihan strategi lingkungan yang
meredakan nyeri dapat memperberat
Edukasi pengalaman nyeri
3. Istirahat dan tidur
1. Jelaskan penyebab,
yang cukup dapat
periode, dan pemicu nyeri
mengurangi stress
2. Jelaskan strategi
yang muncul
meredakan nyeri
termasuk stress akibat
3. Anjurkan memonitor nyeri
munculnya nyeri
secara mandiri
4. Menentukan
4. Anjurkan menggunakan
penanganan nyeri
analgetik secara tepat
yang tepat
5. Ajarkan teknik Edukasi
nonfarmakologis untuk
1. Membantu klien
mengurangi rasa nyeri
mengetahui sumber
Kolaborasi
nyeri yang dirasakan
1. Kolaborasi pemberian 2. Memberikan beberapa
analgetik, jika perlu tindakan pilihan
untuk meredakan
nyeri
3. Mencegah sensasi
nyeri yang timbul
menjadi pengalaman
yang semakin
memburuk
4. Ketepatan cara
mengatasi nyeri dapat
mempercepat proses
penyembuhan
5. Membantu
mengurangi sensasi
nyeri yang muncul
akibat penyakit
Kolaborasi

1. Usaha pengurangan
nyeri menggunakan
obat-obatan yang
disarankan dokter
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi (I.03119) Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi 1. Mengetahui keadaan
kurangnya asupan maka status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi nutrisi pasien saat ini
makanan, (L.03030) dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan 2. Mengetahui masukan
ketidakmampuan 1. Kekuatan otot pengunyah intoleransi makanan yang sesuai dengan
mencerna makanan, meningkat 3. Identifikasi makanan yang klien
peningkatan kebutuhan 2. Kekuatan otot menelan disukai 3. Makanan yang disukai
metabolisme, faktor meningkat 4. Identifikasi kebutuhan akan menambah
psikologis (mis. stress, 3. Serum albumin meningkat kalori dan jenis nutrien masukan nutrisi
keengganan untuk 4. Verbalisasi keinginan untk 5. Identifikasi perlunya 4. Mengetahui secara
makan) meningkatkan nutrisi penggunaan selang tepat kebutuhan klien
Ditandai dengan : meningkat nasogastrik 5. Mengatasi hambatan
DS : 5. Pengetahuan tentang pilihan 6. Monitor asupan makanan masukan yang nutrisi
Pasien mengatakan mual makanan yang sehat 7. Monitor berat badan pasien dan membantu
dan muntah saat meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan memaksimalkan
makanan masuk 6. Pengetahuan tentang standar laboratorium masukan nutrisi
asupan nutrisi yang tepat Terapeutik 6. Memantau jumlah
DO : meningkat asupan yang masuk ke
1. Lakukan oral hygiene
1. Pasien tampak tidak 7. Penyiapan dam penyimpanan klien
sebelum makan, jika perlu
nafsu makan minuman yang aman 7. Berat badan yang turun
2. Fasilitasi menentukan
2. Makanan hanya meningkat mendadak
pedoman diet (mis.
habis 2-3 sendok 8. Sikap terhadap mengindikasikan
piramida makanan)
3. Turgor kulit kering makanan/minuman sesuai kekurangan nutrisi
3. Sajikan makanan secara
dengan tujuan kesehatan pada klien
menarik dan suhu yang
meningkat 8. Memantau perubahan
sesuai
9. Perasaan cepat kenyang dari hemodinamik klien
4. Berikan makanan tinggi
menurun Terapeutik
serat untuk mencegah
10. Nyeri abdomen menurun
konstipasi 1. Memberikan rasanya
11. Sariawan menurun
12. Rambut rontok menurun 5. Berikan makanan tinggi pada pasien saat makan
13. Diare menurun kalori dan tinggi protein 2. Membantu klien dalam
14. Berat badan membaik 6. Berikan suplemen menentukan makanan
15. Indeks Massa Tubuh (IMT) makanan, jika perlu yang sesuai bagi pasien
membaik 7. Hentikan pemberian 3. Diharapkan dapat
16. Frekuensi makan membaik makan melalui selang meningkatkan minat
17. Nafsu makan membaik nasogastrik jika asupan makan dari klien
18. Bising usus membaik oral dapat ditoleransi 4. Mengurangi resiko
19. Tebal lipatan kulit trisep Edukasi konstipasi karena
membaik kurangnya asupan
1. Anjurkan posisi duduk,
20. Membran mukosa membaik makanan yang masuk
jika mampu
5. Mencukupi kebutuhan
2. Anjurkan diet yang
klien dalam sehari
diprogramkan
6. Membantu menambah
Kolaborasi
kebutuhan klien akan
1. Kolaborasi pemberian vitamin
medikasi sebelum makan 7. Melatih pemasukan via
(mis. pereda nyeri, oral dari klien
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli Edukasi
gizi untuk menentukan
1. Mencegah terjadinya
jumlah kalori dan jenis
aspirasi
nutrien yang dibutuhkan,
2. Membantu memenuhi
jika perlu
kebutuhan klien
Kolaborasi

1. Membantu
menciptakan suasana
nyaman sebelum
makan
2. Menghitung secara
pasti kebutuhan klien
dalam sehari
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi (I.05178) Observasi
berhubungan dengan keperawatan maka toleransi Observasi 1. Mengetahui penyebab
ketidakseimbangan aktivitas meningkat (L.05047) 1. Identifikasi gangguan dari kelelahan klien
antara suplai dan dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang 2. Fisik yang terlalu lelah
kebutuhan oksigen, tirah 1. Frekuensi nadi meningkat mengakibatkan kelelahan akan semakin
baring, kelemahan, 2. Saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik menyebabkan
imobilitas 3. Kemudahan dalam dan emosional kelemahan pada klien
Ditandai dengan : melakukan aktivitas sehari- 3. Monitor pola dan jam tidur 3. Tidur yang cukup akan
DS : hari meningkat 4. Monitor lokasi dan memulihkan tenaga
Pasien mengatakan 4. Kecepatan berjalan ketidaknyamanan selama klien
badan terasa lemah dan meningkat melakukan aktivitas 4. Mengetahui faktor luar
nyeri saat beraktivitas di 5. Jarak berjalan meningkat Terapeutik yang mungkin
daerah luka operasi 6. Kekuatan tubuh bagian atas menciptakan rasa tidak
1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman bagi klien saat
nyaman dan rendah
DO : 7. Kekuatan tubuh bagian beraktivitas
stimulus (mis. cahaya,
1. Pasien tampak bawah meningkat Terapeutik
suara, kunjungan)
lemah 8. Toleransi dalam menaiki
2. Lakukan latihan rentang 1. Lingkungan yang
2. Pasien post op hari tangga meningkat
gerak pasif dan/atau aktif terang akan
ke 0 9. Keluhan lelah menurun
3. Berikan aktivitas distraksi mengurangi resiko
3. Terdapat balutan 10. Dispnea saat aktivitas
yang menenangkan jatuh yang mungkin
luka post op di perut menurun
4. Fasilitasi duduk di sisi akan dialami klien
bagian bawah 11. Dispnea setelah aktivitas
tempat tidur, jika tidak 2. Mencegah kekakuan
menurun
dapat berpindah atau pada sendi gerak klien
12. Perasaan lemah menurun
13. Aritmia saat aktivitas berjalan 3. Mengurangi stress
menurun Edukasi akibat lingkungan pada
14. Aritmia setelah aktivitas klien
1. Anjurkan tirah baring
menurun 4. Memudahkan klien
2. Anjurkan menghubungi
15. Sianosis menurun untuk melakukan
perawat jika tanda dan
16. Warna kulit membaik rentang gerak
gejala kelelahan tidak
17. Tekanan darah membaik Edukasi
berkurang
18. Frekuensi napas membaik
3. Ajarkan strategi koping 1. Mencegah kelelahan
19. EKG iskemia membaik
untuk mengurangi berlebih pada klien
kelelahan 2. Menawarkan bantuan
Kolaborasi bila klien
membutuhkan
1. Kolaborasi dengan ahli
3. Strategi yang tepat
gizi tentang cara
akan membantu
meningkatkan asupan
mengurangi kelelahan
makanan
yang dialami klien
Kolaborasi

1. Asupan yang cukup


akan meningkatkan
sumber tenaga bagi
klien
4 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia Observasi
dengan dehidrasi, keperawatan maka termoregulasi (I.15506) 1. Mengetahui secara
terpapar lingkungan membaik (L.14134) dengan Observasi pasti penyebab demam
panas, ketidaksesuaian kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab yang dialami klien dan
pakaian dengan suhu 1. Menggigil menurun hipertermia (mis. menjadi penentu
lingkungan, peningkatan 2. Kulit merah menurun dehidrasi, terpapar tindakan yang akan
laju metabolisme 3. Kejang menurun lingkungan panas, dipilih
Ditandai dengan : 4. Akrosianosis menurun penggunaan incubator) 2. Mengetahui setiap
DS : 5. Konsumsi oksigen menurun 2. Monitor suhu tubuh perubahan yang
Pasien mengatakan 6. Piloereksi menurun 3. Monitor kadar elektrolit dialami oleh klien
badan terasa hangat 7. Vasokontriksi perifer 4. Monitor haluaran urine 3. Mengetahui perubahan
menurun 5. Monitor komplikasi akibat hemodinamik yang
DO : 8. Kutis memorata menurun hipertermia mungkin terjadi pada
1. Pasien tampak 9. Pucat menurun Terapeutik pasien
gelisah 10. Takikardi menurun 4. Memantau adanya
1. Sediakan lingkungan yang
2. Akral teraba panas 11. Takipnea menurun tanda-tanda dehidrasi
3. Wajah pasien 12. Bradikardi menurun dingin pada klien
tampak memerah 13. Dasar kuku sianotik menurun 2. Longgarkan atau lepaskan 5. Demam yang terlalu
4. TD : 130/80 mmHg 14. Hipoksia menurun pakaian tinggi dapat
5. N : 102 x/menit 15. Suhu tubuh membaik 3. Basahi dan kipasi menimbulkan kejang
6. S : 38,9 ℃ 16. Suhu kulit membaik permukaan tubuh pada klien
17. Kadar glukosa darah 4. Berikan cairan oral Terapeutik
membaik 5. Ganti linen setiap hari atau
1. Lingkungan yang
18. Ventilasi membaik lebih sering jika
dingin diharapkan akan
19. Tekanan darah membaik mengalami hiperhidrosis
membantu menurunkan
(keringat berlebih)
demam klien
6. Lakukan pendinginan
2. Menjaga sirkulasi pada
eksternal (mis. selimut
kulit pasien dan
hipotermia atau kompres
membantu pelepasan
dingin pada dahi, leher,
panas tubuh klien
dada, abdomen, aksila)
3. Membantu menurunkan
7. Berikan oksigen, jika perlu
suhu tubuh klien dari
Edukasi
luar tubuh
1. Anjurkan tirah baring 4. Asupan cairan yang
Kolaborasi cukup akan membantu
mengatasi kehilangan
1. Kolaborasi pemberian
cairan akibat
cairan dan elektrolit
penguapan dari panas
intravena, jika perlu
tubuh
5. Memberikan rasa
nyaman kepada klien
6. Membantu menurunkan
suhu tubuh klien dari
luar tubuh
7. Suhu yang tinggi akan
menimbulkan sesak
pada pasien
Edukasi

1. Mencegah klien jatuh


Kolaborasi

1. Memastikan kecukupan
cairan dan elektrolit
klien
5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Reduksi ansietas (I.09314) Observasi
dengan kurang terpapar keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi 1. Mengetahui faktor
informasi tingkat ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat penyebab munculnya
Ditandai dengan : (L.09093) dengan kriteria hasil : ansietas berubah (mis. periode ansietas
DS : 1. Verbalisasi kebingungan kondisi, waktu, stressor) 2. Tingkat kecemasan
Pasien mengatakan tidak terjadi 2. Identifikasi kemampuan yang terlalu tinggi
cemas dan gelisah akan 2. Verbalisasi kekhawatiran mangambil keputusan dapat mengurangi
penyakit yang dialami akibat kondisi yang 3. Monitor tanda tanda kemampuan seseorang
saat ini dihadapi tidak terjadi ansietas (verbal dan dalam proses
3. Perilaku gelisah menurun nonverbal) pengambilan
DO : 4. Perilaku tegang menurun Terapeutik keputusan
1. Tampak gelisah 5. Keluhan pusing menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik 3. Mengetahui setiap
2. Tampak tegang 6. Anoreksia menurun untuk menumbuhkan perubahan yang terjadi
3. Sulit tidur 7. Palpitasi menurun kepercayaan pada klien untuk
4. Frekuensi nafas 8. Frekuensi pernapasan 2. Temani pasien untuk menentukan intervensi
meningkat normal mengurangi kecemasan, yang tepat
5. Frekuensi nadi 9. Frekuensi nadi normal jika memungkinkan Terapeutik
meningkat 10. Tekanan darah normal 3. Pahami situasi yang 1. Suasana yang kondusif
6. Tekanan darah 11. Tidak terjadi diaphoresis membuat ansietas dapat menurunkan
meningkat 12. Tidak terjadi tremor 4. Dengarkan dengan penuh respon ansietas
7. Diaphoresis 13. Tidak ada pucat perhatian 2. Perasaan kesendirian
14. Konsentrasi meningkat 5. Gunakan pendekatan yang dapat meningkatkan
15. Pola tidur membaik tenang dan meyakinkan tingkat kecemasan
16. Perasaan keberdayaan 6. Tempatkan barang pribadi individu
meningkat yang memberikan 3. Mengurangi mencegah
17. Ada kontak mata kenyamanan respon ansietas muncul
18. Pola berkemih normal 7. Motivasi mengidentifikasi 4. Perasaan didengar
19. Orientasi baik situasi yang memicu akan menurunkan
kecemasan respon kecemasan
8. Diskusikan perencanaan klien
realistis tentang peristiwa 5. Menurunkan respon
yang akan datang kecemasan pada klien
Edukasi 6. Mempermudah akses
1. Jelaskan prosedur, klien untuk
termasuk sensasi yang memperoleh barang
mungkin akan dialami yang diinginkan
2. Informasikan secara faktual 7. Mencegah muncul
mengenai diagnosis, periode kecenasan
pengobatan dan prognosis pada klien
3. Anjurkan keluarga untuk 8. Membantu mengelola
tetap bersama pasien, jika emosi klien
perlu Edukasi
4. Anjurkan melakukan 1. Kejelasan mengenai
kegiatan yang tidak tindakan yang akan
kompetitif, sesuai diberikan dapat
kebutuhan menurunkan respon
5. Anjurkan mengungkapkan kecemasan pada klien
perasaan dan persepsi 2. Informasi yang pasti
6. Latihan kegiatan mengenai kondisi klien
pengalihan untuk akan menurunkan
mengurangi ketegangan tingkat kecemasan
7. Latihan penggunaan 3. Dukungan keluarga
mekanisme pertahanan diri dapat membantu dalam
yang tepat proses penyembuhan
8. Latihan teknik relaksasi 4. Mengurangi faktor
pencetus munculnya
Kolaborasi kecemasan bila
1. Kolaborasi pemberian obat mengalami kegagalan
antiansietas, jika perlu dalam kegiatan yang
kompetitif
5. Dengan
mengungkapkan
perasaan akan
membantu menyadari
kondisi yang sedang
dialami klien
6. Membantu klien agar
tidak terfokus kepada
masalah yang sedang
dihadapi
7. Mekanisme pertahanan
diri yang tepat akan
membantu klien dalam
menyelesaikan
masalah yang muncul
8. Teknik relaksasi yang
tepat akan mengurangi
respon kecemasan
Kolaborasi
1. Membantu
mengurangi
kecemasan dengan
terapi farmakologi
6 Resiko hypovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia Observasi
ditandai dengan keperawatan diharapkan status (I.03116) 1. Membantu menentukan
kehilangan cairan aktif, cairan membaik (L.03028) Observasi penanganan yang tepat
kekurangan intake cairan dengan riteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala bagi masalah
Ditandai dengan : 1. Kekuatan nadi meningkat hipovolemia (mis. hipovolemi yang
DS : 2. Turgor kulit meningkat frekuensi nadi meningkat, dihadapi klien
Pasien mengatakan mual 3. Output urine meningkat nadi teraba lemah, tekanan 2. Menghitung
muntah kurang lebih 8- 4. Pengisian vena meningkat darah menurun, tekanan pemasukan dan
10x hari ini 5. Ortopnea menurun nadi menyempit, turgor pengeluaran klien
6. Dispnea menurun kulit menurun, membran 3. Mengetahui kebutuhan
7. Paradoxymal Nocturnal mukosa kering, volume cairan klien secara
DO : Dyspnea (PND) menurun urine menurun, hematocrit spesifik
1. Pasien tampak 8. Edema anasarka menurun meningkat, haus, lemah) 4. Memaksimalkan
lemah 9. Edema perifer menurun 2. Monitor intake dan output jumlah cairan yang ada
2. Membrane mukosa 10. Berat badan meningkat cairan didalam tubuh agar
tampak kering 11. Distensi vena jugularis Terapeutik tekanan tidak semakin
3. TD : 90/60 mmHg menurun turun.
1. Hitung kebutuhan cairan
4. N : 58x/menit teraba 12. Suara napas tambahan 5. Memastikan asupan
2. Berikan posisi modified
lemah menurun cairan tubuh pasien
Trendelenburg
13. Kongesti paru menurun terpenuhi
3. Berikan asupan cairan oral
14. Perasaan lemah menurun Edukasi
Edukasi
15. Keluhan haus menurun
1. Mencegah semakin
16. Konsentrasi urine menurun 1. Anjurkan memperbanyak
berkurangnya masukan
17. Frekuensi nadi membaik asupan cairan oral
cairan bagi tubuh klien
18. Tekanan darah membaik 2. Anjurkan menghindari
2. Perubahan posisi pada
19. Tekanan nadi membaik perubahan posisi
klien yang mendadak
20. Membran mukosa membaik mendadak
dapat menimbulkan
21. Jugular Venous Pressure Kolaborasi
pusing.
(JVP) membaik
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
22. Kadar Hb membaik
cairan IV isotonis (mis.
23. Kadar Ht membaik NaCl, RL) 1. Membantu mengatasi
24. Central Venous Pressure 2. Kolaborasi pemberian kekurangan cairan
membaik cairan IV hipotonis (mis. dengan penambahan
25. Refluks hepatojugular glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) cairan dari luar
membaik 10) Kolaborasi pemberian 2. Membantu mengatasi
26. Berat badan membaik cairan koloid (mis. kekurangan cairan
27. Hepatomegali membaik albumin, Plasmanate) 3. Membantu mengatasi
28. Oliguria membaik 3. Kolaborasi pemberian kekurangan produk
29. Intake cairan membaik produk darah darah akibat
30. Status mental membaik perdarahan
31. Suhu tubuh membaik
7 Resiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi (I.14539) Observasi
dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 3 x 24 jam
Observasi 1. Memantau setiap
pertahanan tubuh maka infeksi tidak terjadi
perubahan yang
primer : kerusakan (L.14137) dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
terjadi pada klien,
integritas kulit, 1. Mampu mempertahankan infeksi lokal dan sistemik
mencegah terjadinya
ketidakadekuatan kebersihan tangan Terapeutik
infeksi
pertahanan tubuh 2. Mampu mempertahankan
1. Batasi jumlah pengunjung Terapeutik
sekunder : penurunan kebersihan badan
hemogloblin. 3. Nafsu makan meningkat 2. Berikan perawatan kulit 1. Mengurangi
4. Tidak terjadi demam pada area edema kemungkinan infeksi
Ditandai dengan :
5. Tidak ada kemerahan 3. Cuci tangan sebelum dan silang dari
DS: 6. Tidak ada bengkak sesudah kontak dengan pengunjung ke klien
7. Tidak ada cairan berbau pasien dan lingkungan 2. Mencegah terjadinya
Pasien mengatakan
busuk pasien perburukan pada
kadang badan terasa
8. Tidak ada sputum berwarna 4. Pertahankan teknik aseptic daerah kulit yang
hangat dan mengigil
hijau pada pasien beresiko beresiko munculnya
9. Tidak ada drainase purulent tinggi luka
10. Tidak ada periode malaise Edukasi 3. Mencegah infeksi
DO:
11. Tidak ada periode silang dari petugas ke
1. Jelaskan tanda dan gejala
1. Pasien tampak menggigil klien
infeksi
lemah 12. Tidak ada letargi 4. Memastikan setiap
2. Ajarkan cara mencuci
2. Akral teraba hangat 13. Tidak ada gangguan tindakan yang
tangan dengan benar
3. Terdapat luka di kognitif diberikan kepada klien
3. Ajarkan etika batuk
perut kanan bawah 14. Kadar sel darah putih dalam tidak beresiko
4. Ajarkan cara memeriksa
4. Hasil lab leukosit rentang normal menyebabkan infeksi
kondisi luka atau luka
terdapat peningkatan Edukasi
operasi
5. S : 38,8℃
5. Anjurkan meningkatkan 1. Memberikan edukasi
asupan nutrisi kepada klien tentang
6. Anjurkan meningkatkan tanda dan gejala
asupan cairan munculnya infeksi
Kolaborasi 2. Usaha peningkatan
pencegahan infeksi
1. Kolaborasi pemberian
pada klien
imunisasi, jika perlu
3. Mencegah penyebaran
infeksi melalui droplet
4. Nutrisi yang cukup
akan membantu
proses penyembuhan
klien
5. Memastikan
kecukupan cairan
tubuh klien
Kolaborasi

1. Melakukan langkah
pencegahan infeki
sedini mungkin
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada psserencanaan
(Sri Wahyuni, 2016)
Teknik penulisan SOAP menurut (Zaidin Ali, 2010) sebagai berikut:
a. S (Subjective) : bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang
didapatkan dari klien setelah mendapatkan tindakan,
sepertiklienmenguraikan gejala sakit atau menyatakan keinginannya
untuk mengetahui tentang pengobatan. Ada tidaknya data subjektif dalam
catatan perkembangan tergantung pada keakutan penyakit klien.
b. (Objective) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan.
Misalnya pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, observasi atau
hasilradiologi.
c. A (Assesment) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif
dengan tujuan & kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah
tidakteratasi
d. P (Planning) : Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang
dilakukan oleh tenaga ksehatan.
Rencana dapat meliputi instruksi untuk mengatasi masalah klien,
mengumpulkan data tambahan tentang masalah klien, pendidikan bagi
individu atau keluarga, dan tujuan asuhan. Rencana yang terdapat dalam
evaluasi atau catatan SOAP dibandingkan dengan rencana pada catatan
terdahulu, kemudian dapat ditarik keputusan untuk merevisi, memodifikasi,
atau meneruskan tindakan yanglalu.Menurut Olfah (2016) ada 3
kemungkinan keputusan pada tahap evaluasi :
a. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
rencana mungkindihentikan.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga pada
penambahan waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan berhasil.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu:
1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
2) Membuat outcome yang baru, mungkin autcome pertama tidak
realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan
yang disusun olehperawat.
3) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk
mencapai tujuansebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, D. S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Operatif
Apendiktomy et cause Appendisitis Acute.
Arief Mansjoer (2012). Kapita Selekta Kedokteran Jilid, Media Eusculapius,
Jakarta
Baughman, D & Hacklye,K.(2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
EGC
Dewi, A. A. W. T. (2015). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada
klien Operasi Appendisitis Akut di Instalasi Rawat Inap RS Baptis Batu
Jawa Timur.

Elizabeth J. Corwin. (2011). Buku Saku


Eylin. (2018). Karakteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus
Appendisitis Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran UI RSUP Cipto Mangunkusumo.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Mediaction.

Sjamsuhidajat & de jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner &
Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC.

PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). 2018.

PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). 2018

PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 2018.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2,


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
POST APPENDIKTOMY DI RUMAH SAKIT SANTO
VINCENTIUS SINGKAWANG

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. N
Umur : 21 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dsn. Kuala Buntut 002/001 Buntut Hilir
Pendidikan : Mahasiswi
Bangsa/suku : Indonesia/Melayu
Status perkawinan : Belum menikah
Ruangan : St.Yohanes 118-2
No.Rekam medis : 252140
Tanggal masuk Rs : 07 Februari 2022
Tanggal pengkajian : 07 Februari 2022
Diagnosa medis : Apendisitis Akut
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 57 Th
Alamat : Jl. Dsn. Kuala Buntut 002/001 Buntut Hilir
Pekerjaan : IRT
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah
b. Keluhan Penyakit Sekarang/Saat di Data
Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah post operasi, nyeri
seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul ±5-10 menit.
Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas secara mandiri karena nyeri
post operasi, dan hanya terbaring ditempat tidur . Pasien mengatakan
luka nya terasa panas dan mulai ada kemerahan.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit menurun seperti DM. HT.
3. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien
: Tinggal serumah
4. Pola Aktivitas
a. Pola Tidur/Istirahat
Pasien mengatakan sulit tidur /kurang tidur  3-4 jam/hari. Terbangun
pada tengah malam hari. Dan susah untuk tidur lagi. Pasien tidak bisa
tidur lagi.
b. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB  1 kali/hari dan BAK 5-6 kali/hari.
c. Pola makan dan minum
Pasien mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang suka pedas.
Pasien mengatakan makan teratur, makan 3 kali/hari dan minum  7-8
gelas/hari.
d. Kebersihan diri
Pasien mengatakan mandi teratur 2 kali/hari menggunakan sabun dan
menggosok gigi.
e. Pola aktivitas
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit melakukan
aktivitasnya secara mandiri, seperti mandi, ganti pakaian.
Dan ketika sakit atau di rawat di rumah sakit aktivitasnya di bantu
karena nyeri operasi .
f. Penggunaan bahan yang merusak kesehatan
Pasien mengatakan sebelumnya pernah merokok. Tetapi sekarang
tidak lagi merokok. Tidak pernah minum-minuman beralkohol.
g. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan atau
minuman.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
1) Tampak lemah, kes: Compos Mentis
2) Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 103 x/menit
T : 36,5 0C
b. Pemeriksaan
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam, kulit kepala
tampak bersih, tidak ada ketombe, dan tidak terdapat nyeri tekan.
2) Wajah
Simetris, tidak terdapat bercak-bercak hitam pada kulit wajah dan
tidak terdapat nyeri tekan.
3) Mata
Simetris, konjungtiva non anemis, sklera non ikterik, dan tidak
terdapat nyeri tekan, terdapat kantung pada area kelopak mata
bawah pasien.
4) Hidung
Simetris, tidak terdapat polip, dan penciuman baik .
5) Mulut
Simetris, bersih, tidak terdapat sariawan, tidak menggunakan gigi
palsu dan pengecapan baik.
6) Telinga
Simetris, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.
7) Thorak/dada
- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
- Palpas : tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi :Terdengar resonan/sonor
- Auskultasi : Terdengar suara napas vesikuler.
8) Abdomen
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Terdengar bising usus 15x/menit
- Palpasi : Ada nyeri tekan di perut kanan bagian bawah
- Perkusi : terdengar suara tympani
9) Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
10) Integumen
Tidak terdapat bercak-bercak hitam pada kulit, tampak bersih.
11) Ekstermitas
dextra 5555 5555 sinistra
5555 5555
6. Data Psikososial
a. Pola komunikasi
Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan kadang
menggunakan bahasa melayu.
b. Orang yang paling dekat dengan pasien
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengan pasien adalah
ibunya.
c. Hubungan dengan orang lain.
Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga dan di sekitar tempat
tinggalnya baik.
7. Data spiritual
a. Ketaatan ibadah
Pasien mengatakan beribadah itu wajib. Pasien beragama Islam.
Dan di rumah sakit hanya berdoa di tempat tidur, Karena tidak mampu
bangun karena nyeri dan badan lemah.
b. Keyakinan terhadap sehat dan sakit
Pasien mengatakan bahwa sehat dan sakit itu adalah pemberian dari
pencipta-Nya. Dan pasien berusaha untuk kesembuhan penyakitnya.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tgl 07 Februari 2022

No Pemeriksaan Hasil Satuan Normal


1. Hematologi
Haemoglobin 11.8 g/dl 11.7-15.5
Leukosit 13,000 /ul 3,800 – 10,600
Hematokrit 36.0 % 35 – 47
Trombosit 272,000 /ul 150.000-440.000
2. Kimia Klinik
Creatinin 0.7 Mg/dl 0.6 – 1.1
GDS 75 Mg/dl 74 - 106

b. Terapi atau pengobatan


- Oral : Celecoxib 2x200 mg
Tramadol+Paracetamol 3x1
- Injeksi: Ranitidin 2x50 mg (IV)
Ceftriaxone 1x2 gr (IV)
Keterolac 3x30 mg (IV)

- IVFD RL 20 Tpm
B. ANALISA DATA

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Fekalit, benda asing Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di perut
daerah kanan bawah Obstruksi pada lumen appendiks

DO : Ketidakseimbangan antara produksi


Pasien tampak meringis dan eksresi mucus
kesakitan
Pasien tampak gelisah Peningkatan intra lumen
Pasien tampak menghindar saat
daerah yang nyeri ditekan Terhambatnya aliran limfe
TD ; 110/80 mmHg
N : 103 x/menit Edema dan ulserasi mukosa

Nyeri epigastrium

Nyeri akut
2 DS : Fekalit, benda asing Intoleransi
Pasien mengatakan badan terasa aktivitas
lemah dan nyeri saat beraktivitas Obstruksi pada lumen appendiks
di daerah luka operasi
DO : Ketidakseimbangan antara produksi
Pasien tampak lemah dan eksresi mucus
Pasien post op hari ke 0
Terdapat balutan luka post op di Peningkatan intra lumen
perut bagian bawah
Arteri terganggu

Terjadinya infark pada usus

Pembedahan
Luka insisi post bedah

Nyeri saat ekstremitas kanan


digerakkan, saat istirahat dan
beraktivitas

Intoleransi aktivitas
3 DS : Fekalit, benda asing Resiko infeksi
Pasien mengatakan luka post
operasi terasa panas, kadang Obstruksi pada lumen appendiks
badan terasa hangat, dan mulai
ada kemerahan pada luka Ketidakseimbangan antara produksi
dan eksresi mucus
DO:
Pasien tampak lemah Peningkatan intra lumen
Akral teraba hangat
Terdapat luka di perut kanan Edema dan ulserasi mukosa
bawah
Hasil lab leukosit terdapat Nyeri epigastrium
peningkatan
Peradangan pada dinding appendiks

Peradangan meluas ke peritonium

Pembedahan

Luka insisi post bedah

Resiko infeksi
C. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post op) (D.0077)
Ditandai dengan : Nyeri di perut daerah kanan bawah
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
Ditandai dengan : Badan terasa lemah dan nyeri saat beraktivitas di
daerah luka operasi
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri (I.08238)
dengan agen cidera fisik keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi Observasi
(post op) (D.0077) maka tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui secara
Ditandai dengan : dengan riteria hasil : karekteristik, durasi, spesifik penyebab nyeri
DS : (L.08066) frekuensi, kualitas, 2. Mengetahui sensasi
Pasien mengatakan nyeri 1. Keluhan nyeri menurun. intensitas nyeri nyeri yang dirasakan
di perut daerah kanan 2. Meringis menurun. 2. Identifikasi skala nyeri dalam bentuk angka
bawah 3. Sikap protektif menurun Terapeutik Teraupetik
4. Gelisah menurun. 3. Kontrol lingkungan yang 3. Mengurangi rangsangan
DO : 5. Frekuensi nadi membaik. memperberat rasa nyeri nyeri dari lingkungan
1. Pasien tampak (mis. suhu ruangan,
meringis kesakitan pencahayaan, kebisingan) 4. Istirahat dan tidur yang
2. Pasien tampak gelisah 4. Fasilitasi istirahat dan tidur cukup dapat
3. Pasien tampak mengurangi stress
menghindar saat Edukasi Edukasi
daerah yang nyeri 5. Jelaskan penyebab, 5. Mengetahui klien
ditekan periode, dan pemicu nyeri sumber nyeri yang di
4. TD ; 110/80 mmHg 6. Jelaskan strategi rasakan
5. N : 103x/menit meredakan nyeri 6. Memberikan beberapa
7. Ajarkan teknik tindakan untuk
nonfarmakologis untuk meredakan nyeri
mengurangi rasa nyeri 7. Membantu mengurangi
Kolaborasi nyeri yang dirasakan
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
8. Pengurangan nyeri
analgetik, jika perlu menggunakan obat-
obatan yang disarankan
dokter.

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi (I.05178)


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam maka Observasi Observasi
kelemahan (D.0056) toleransi aktivitas meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Mengetahui penyebab
Ditandai dengan : dengan kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan dari kelelahan klien
(L.05047) kelelahan
20. Kemudahan dalam 2. Monitor lokasi dan
DS : melakukan aktivitas sehari- ketidaknyamanan selama 2. Mengetahui factor luar
Pasien mengatakan hari meningkat melakukan aktivitas yang mungkin
badan terasa lemah dan 21. Kecepatan berjalan Terapeutik menciptakan rasa yang
nyeri saat beraktivitas di meningkat 3. Lakukan latihan rentang tidak nyaman saat
daerah luka operasi 22. Jarak berjalan meningkat gerak pasif dan/atau aktif beraktivitas
23. Kekuatan tubuh bagian atas 4. Fasilitasi duduk di sisi Teraupetik
DO : meningkat tempat tidur, jika tidak 3. Mencegah kekauan
4. Pasien tampak 24. Kekuatan tubuh bagian dapat berpindah atau pada sendi gerak klien
lemah bawah meningkat berjalan 4. Memudahkan klien
5. Pasien post op hari 25. Toleransi dalam menaiki Edukasi untuk melakukan
ke 0 tangga meningkat 5. Anjurkan menghubungi rentang gerak
6. Terdapat balutan 26. Keluhan lelah menurun perawat jika tanda dan Edukasi
luka post op di perut 27. Perasaan lemah menurun gejala kelelahan tidak 5. Menawarkan bantuan
bagian bawah 28. Tekanan darah membaik berkurang bila klien
6. Ajarkan strategi koping membutuhkan
untuk mengurangi 6. Strategi yang tepat
kelelahan akan membantu
mengurangi kelelahan
Kolaborasi yang dialami klien
7. Kolaborasi dengan ahli Kolaborasi
gizi tentang cara 7. Asupan yang cukup
meningkatkan asupan akan meningkatkan
makanan sumber tenaga bagi
klien
3 Risiko Infeksi ditandai Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi (I.14539) Observasi
dengan efek prosedur keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi 1. Memantau setiap
infasive (D.0142). diharapkan infeksi tidak terjadi 1. Monitor tanda dan gejala perubahan yang terjadi
DS: (L.14137) infeksi lokal dan sistemik pada klien, mencegah
Pasien mengatakan luka Kriteria hasil : Terapeutik terjadinya infeksi
post operasi terasa panas 1. Mampu mempertahankan 2. Batasi jumlah pengunjung Terapeutik
kebersihan tangan 3. Berikan perawatan kulit 2. Mengurangi
DO: 2. Mampu mempertahankan pada area edema kemungkinan infeksi
1. Pasien tampak lemah kebersihan badan 4. Cuci tangan sebelum dan silang dari pengunjung
2. Akral teraba hangat 3. Nafsu makan meningkat sesudah kontak dengan ke klien
3. Terdapat luka di 4. Tidak terjadi demam pasien dan lingkungan 3. Mencegah terjadinya
perut kanan bawah 5. Tidak ada kemerahan pasien perburukan pada
4. Hasil lab leukosit 6. Tidak ada bengkak daerah kulit yang
terdapat peningkatan 7. Tidak ada cairan berbau beresiko munculnya
busuk Edukasi luka
8. Tidak ada sputum berwarna 5. Jelaskan tanda dan gejala 4. Mencegah infeksi
hijau infeksi silang dari petugas ke
9. Tidak ada drainase purulent 6. Ajarkan cara mencuci klien
10. Tidak ada periode malaise tangan dengan benar Edukasi
11. Tidak ada periode Kolaborasi 5. Memberikan edukasi
menggigil 7. Kolaborasi pemberian kepada klien tentang
12. Tidak ada letargi imunisasi, jika perlu tanda dan gejala
13. Tidak ada gangguan infeksi munculnya
kognitif infeksi
14. Kadar sel darah putih dalam 6. Usaha peningkatan
rentang normal pencegahan infeksi
pada klien
Kolaborasi
7. Melakukan Langkah
pencegahan dini
infeksi sedini mungkin
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari pertama

No Tanggal, Implementasi Paraf Evaluasi Paraf


DP jam

1 7/2/2022

09.00 1. Mengidentifikasi tingkat S : pasien mengatakan


nyeri nyeri post operasi
Respon :
sudah berkurang
P : Nyeri post operasi
P : post operasi
Q : Seperti tertusuk-tusuk
Q : sakit kepala
R : Di daerah perut kanan
seperti tertusuk-
bawah
tusuk
S : 5 (skala nyeri sedang)
R : Di daerah perut
T : Sakit muncul kadang-
kanan bawah
kadang ± 5-10 menit
S : 4 (skala nyeri
2. Memonitor TTV
sedang )
Respon : TD 110/80 mmhg
T : sakit muncul
HR 103x/mnt RR 20x/mnt
kadang-kadang ± 5-
T 36,5ºc SPO2 98%
10 menit
3. Mengontrol lingkungan yang O : pasien tampak
memperberat rasa nyeri lemah, pasien tampak
Respon : meringis, pasien
Mengurangi rangsangan nyeri tampak gelisah TD
dari lingkungan 120/80 mmhg
A : masalah nyeri
4. Memfasilitasi istirahat dan akut belum teratasi
tidur P : intervensi
Respon : pasien mengatakan dilanjutkan
bisa istirahat jika tidak nyeri - Monitor tingkat
nyeri pasien
5. Menjelaskan penyebab, - Monitor TTV
- Beri posisi yang
periode, dan pemicu nyeri
nyaman
Respon : - Ajarkan tehnik
Pasien mengerti dengan relaksasi nafas
penjelasan untuk sumber nyeri dalam
yang dirasakan sekarang - Kolaborasi
dengan dokter
dalam
6. Menjelaskan strategi pemberian obat
meredakan nyeri
Respon :
Beberapa tindakan untuk
meredakan nyeri
7. Mengkolaborasi dengan
dokter pemberian analgetik
Respon :
2 7/2/2022 Inj. Ranitidin 50 mg , Inj.
Keterolac 30 mg,
09.00 Inj.Ceftriaxone 2 gr, oral
celecoxib 200 mg.
S:

-Pasien mengatakan
1. Mengidentifikasi gangguan masih lemah,
fungsi tubuh yang aktivitas masih
mengakibatkan kelelahan dibantu keluarga,
Respon : -Pasien hanya
Pasien masih lemah, aktivitas terbaring di tempat
masih dibantu keluarga tidur

O:
2. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama - Pasien terlihat
melakukan aktivitas lemah
Respon : - Aktifitas masih
Pasien masih lemah, tidak dibantu hanya
mampu beraktivitas karena ditempat tidur
- Pasien terlihat
masih nyeri post operasi
terbaring lemah
ditempat tidur
3. Melakukan latihan rentang A : masalah
gerak pasif dan/atau aktif intoleransi aktifitas
Respon: teratasi Sebagian
Memberikan latihan gerak P : intervensi di
kepada pasien lanjutkan

4. Memfasilitasi duduk di sisi


tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Respon :
Pasien miring kiri/miring
kanan
5. Menganjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Respon :
Pasien mengerti
3 7/2/2022
6. Mengajarkan strategi koping
09.00
untuk mengurangi kelelahan
Respon :
Pasien mengatkan mengerti
apa yang diajarkan

S :Pasien mengatakan
luka mulai tidak
1. Monitor tanda dan gejala ada kemerahan dan
infeksi lokal dan sistemik mulai tidak terasa
Respon; panas
Pasien mengatakan luka
O:
mulai ada kemerahan, luka
terasa panas -terdapat luka di
bagian perut kanan
2. Membatasi jumlah bawah,
pengunjung -Teraba panas
Respon: kemerahannya
Pasien tampak tenang dan sudah mulai
nyaman hilang.

3. Memberikan perawatan A: Masalah resiko


kulit/luka infeksi belum teratasi
Respon :
P: Intervensi
Luka tampak agak kemerahan
dilanjutkan
4. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Respon :
Pasien mengerti apa yang
sudah dijelaskan , agar
terhindar dari infeksi

5. Menjelaskan tanda dan gejala


infeksi
Respon :
Pasien mengerti tanda dan
gejaka infeksi

6. Mengajarkan cara mencuci


tangan dengan benar
Respon :
Pasien mengerti cara mencuci
tangan

Hari kedua

No Tanggal, Implementasi Para Evaluasi Paraf


DP jam f

1 8/2/2022

09.00 1. Mengidentifikasi tingkat nyeri S : pasien mengatakan


Respon : nyeri post operasi
P : Nyeri post operasi sudah berkurang
Q : Seperti tertusuk-tusuk P : post operasi
R : Di daerah perut kanan Q : sakit kepala
bawah tidak lagi seperti
S : 3 (skala nyeri ringan) tertusuk-tusuk
T : Sakit muncul kadang- R : Di daerah perut
kadang kanan bawah
2. Memonitor TTV S: 1
Respon : TD 100/70 mmhg T : sakit kadang-
HR x/mnt RR 20x/mnt kadang
T 36,5ºc SPO2 98% O : pasien tampak
3. Mengontrol lingkungan yang rileks, pasien tampak
memperberat rasa nyeri tenang, pasien tampak
Respon : tidak gelisah
Mengajarkan Teknik relaksasi gelisah TD 100/70
napas dalam
mmhg
4. Memfasilitasi istirahat dan A : masalah nyeri
tidur akut teratasi
Respon : pasien mengatakan P: intervensi
bisa istirahat jika tidak nyeri dihentikan

5. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Respon :
Pasien mengerti dengan
penjelasan untuk sumber nyeri
yang dirasakan sekarang

6. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Respon :
Beberapa tindakan untuk
meredakan nyeri
7. Mengkolaborasi dengan
dokter pemberian analgetik
Respon :
Inj. Ranitidin 50 mg , Inj.
Keterolac 30 mg,
Inj.Ceftriaxone 2 gr, oral
celecoxib 200 mg.
2 7/2/2022

09.00
1. Mengidentifikasi gangguan S:
fungsi tubuh yang - Pasien
mengakibatkan kelelahan mengatakan
Respon : masih sudah
Pasien masih lemah, mulai bisa
beaktivitas ,
2. Memonitor lokasi dan - Pasien
ketidaknyamanan selama mengatakan
melakukan aktivitas hanya duduk di
Respon : tempat tidur
Pasien masih lemah, tidak
mampu beraktivitas karena O:
masih nyeri post operasi - Pasien terliihat
lemah
3. Melakukan latihan rentang - Aktifitas sudah
gerak pasif dan/atau aktif dibantu
- Pasien terlihat
Respon:
duduk ditempat
Memberikan latihan gerak tidur
kepada pasien A : masalah
intoleransi aktifitas
4. Memfasilitasi duduk di sisi teratasi Sebagian
tempat tidur, jika tidak dapat P : intervensi di
berpindah atau berjalan lanjutkan
Respon :
Pasien miring kiri/miring
kanan
5. Menganjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Respon :
Pasien mengerti

6. Mengajarkan strategi koping


untuk mengurangi kelelahan
Respon :
Pasien mengatkan mengerti
3 7/2/2022
apa yang diajarkan
09.00

7. Monitor tanda dan gejala


infeksi lokal dan sistemik
S :Pasien mengatakan
Respon;
luka mulai tidak
Pasien mengatakan luka mulai
ada kemerahan dan
ada kemerahan, luka terasa
tidak terasa panas
panas

8. Membatasi jumlah pengunjung


Respon: O:
Pasien tampak tenang dan
nyaman -terdapat luka di
bagian perut kanan
9. Memberikan perawatan bawah, sudah
kulit/luka bersih
Respon : -Teraba panas sudah
Luka tampak agak kemerahan mulai hilang.

10. Mencuci tangan sebelum A: Masalah resiko


dan sesudah kontak dengan infeksi teratasi
pasien dan lingkungan pasien Sebagian
Respon : P: Intervensi
Pasien mengerti apa yang dilanjutkan
sudah dijelaskan , agar
terhindar dari infeksi

11. Menjelaskan tanda dan


gejala infeksi
Respon :
Pasien mengerti tanda dan
gejaka infeksi

12. Mengajarkan cara


mencuci tangan dengan benar
Respon :
Pasien mengerti cara mencuci
tangan

Hari Ketiga

No Tanggal, Implementasi Paraf Evaluasi Paraf


DP jam

2 9/2/2022

09.00 1. Mengidentifikasi gangguan


fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan S:
Respon :
Pasien sudah beraktivitas - Pasien
seperti pergi ke toilet. mengatakan
masih sudah bisa
2. Memonitor lokasi dan beaktivitas , dan
ketidaknyamanan selama mampu pergi ke
melakukan aktivitas toilet
Respon :
O:
Pasien masih tenang, mampu
beraktivitas - Pasien terliihat
tenang
3. Melakukan latihan rentang - Aktifitas tidak
gerak pasif dan/atau aktif dibantu lagi
Respon:
A : masalah
Memberikan latihan gerak
intoleransi aktifitas
kepada pasien
teratasi
4. Menganjurkan menghubungi P : intervensi di
perawat jika tanda dan gejala hentikan
kelelahan tidak berkurang
Respon :
Pasien mengerti

5. Mengajarkan strategi koping


untuk mengurangi kelelahan
Respon :
Pasien mengatkan mengerti
apa yang diajarkan

13. Monitor tanda dan gejala


infeksi lokal dan sistemik
Respon;
Pasien mengatakan luka
mulai ada kemerahan, luka
terasa panas
14. Membatasi jumlah
pengunjung
3 7/2/2022 Respon:
Pasien tampak tenang dan
09.00 nyaman S :Pasien mengatakan
luka tidak ada
1.Memberikan perawatan kemerahan dan
kulit/luka tidak terasa panas
Respon :
Pasien mengatakan luka ttdak
ada kemerahan dan tidak
panas O:

2. Mencuci tangan sebelum dan -terdapat luka di


sesudah kontak dengan pasien bagian perut kanan
dan lingkungan pasien bawah, tidak ada
Respon : Pasien mengerti apa tanda kemerahan
yang sudah dijelaskan , agar -Sudah tidak teraba
terhindar dari infeksi panas

A: Masalah resiko
3. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi tidak terjadi
infeksi
Respon : P: Intervensi
Pasien mengerti tanda dan dihentikan
gejaka infeksi
4. Mengajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Respon :
Pasien mengerti cara mencuci
tangan

Anda mungkin juga menyukai