Anda di halaman 1dari 27

Bag.

Obstetrik dan Ginekologi REFLEKSI KASUS


Desember 2017

Dislokasi IUD

Oleh:
Mohamad Fahri R. Galendo
N 111 16 086

Supervisior/Pembimbing:
dr. Wulan Soemardji, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Masalah yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah


pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan
penduduk akan semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan penduduk di Indonesia semakin
nyata. Hal ini terlihat dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah penduduk di Indonesia
meningkat sebesar 32,5 juta dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di
tahun 2010 (BKKBN, 2010). Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kelahiran total (total fertility rate / TFR) masih di angka
2,6 artinya rata-rata wanita usia subur (WUS) memiliki 3 anak1.

Berbagai upaya telah di laksanakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan


penduduk, termasuk di dalamnya adalah program Safe Mother Hood yang meliputi
keluarga berencana, persalinan yang aman, pelayanan antenatal, dan pelayanan
obstetri esensial. Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat sejahtera dengan membatasi jumlah kelahiran.
Program KB bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi 2.

Metode-metode kontrasepsi yang ada di Indonesia saat ini meliputi Metode


Amenore Laktasi (MAL), Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Kontrasepsi
Progestin, Senggama Terputus, Metode Barier, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), Kontrasepsi Kombinasi, dan Kontrasepsi Mantap (Saifuddin, 2006). Data
SDKI 2012 menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia
sejak 1991-2012 cenderung meningkat. CPR telah melampaui target (60,1%)
dengan pencapaian 61,9% 3.

Berdasarkan data BKKBN tahun 2015 di Indonesia persentase perempuan


yang menggunakan AKDR sebanyak 6,97% (71.963 peserta) dengan 11,99%
menggunakan AKDR pasca persalinan dan 88,1% yang menggunakan AKDR masa
interval (BKKBN 2015). Sedangkan untuk di Lampung persentase yang

1
menggunakan alat kontrasepsi AKDR sebanyak 15,3% (1.618 peserta) dengan
19,9% menggunakan AKDR pasca persalinan dan 80,1% menggunakan AKDR
masa interval 4.

Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan kontrasepsi, khususnya


kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, alat kontrasepsi ini memiliki
keuntungan diantaranya yaitu sebagai alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas
tinggi, tidak mempengaruhi volume Air Susu Ibu (ASI), dan dapat dipasang segera
setelah melahirkan 5.Kerugian AKDR yaitu dapat meningkatkan risiko terjadinya
radang panggul, bertambahnya darah haid dan rasa sakit untuk beberapa bulan
pertama pemakaian, tidak melindungi dari PMS dan dapat terjadi ekspulsi serta
dalam pemasangan atau pelepasan AKDR harus dengan bantuan tenaga medis.
Selain itu dislokasi AKDR juga merupakan kerugian yang dapat terjadi 6.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, saya akan mengangkat tema refleksi
kasus berupa dislokasi IUD.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah benda asing yang ditempatkan didalam cavum uteri untuk mencegah
kehamilan2.
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahuin dengan pasti, tapi
pendapat terbanyak adalah IUD yang berada dalam cavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma2.
Pada pemeriksaan cairan uterus, pemakai IUD seringkali dijumpai pulsa sel-
sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Sifat-sifat dan isi cairan
uterus mengalami perubahan pada pemakai IUD menyebabkan blastokista
tidak dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Diduga
ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus
perempuan tersebut2.
Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan
seperti IUD biasa, juga oleh karena IONISASI ion logam atau bahan lain
yang terdapat pada IUD mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut
penelitian, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu) /
Cuprum, yang lambat laun masa aktifnya terus berkurang dengan lamanya
pemakaian2.

2. Jenis jenis IUD

Intra Uterine Devices (IUD) digolongkan dalam beberapa jenis, sebagai berikut2:

1. IUD non hormonal


a) Menurut bentuknya : Bentuk terbuka (Open Device), contohnya: Lippes
Loop, CU-T, CU-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Bentuk

3
tertutup (Closed Device), contohnya: Ota-ring, Antigon, Graten Berg
ring.
b) Menurut jenisnya : Un-Medicated IUD, contohnya: Lippes
Loop, Margulies, Saf-T Coil, Antigon. Medicated IUD, contohnya : Cu
T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300
(daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T
(daya kerja 5 tahun), MLCu 375 (daya kerja 3 tahun).
2. IUD yang mengandung hormonal : progestasert-T = Alza T dan LNG-20.

3. Keuntungan, Kerugian, Indikasi, Kontraindikasi, serta efek samping IUD


a) Keuntungan Penggunaan IUD, adalah 2:
1) Alat kontrasepsi dengan tingkat efektivitas tinggi.
2) Akan segera efektif setelah terpasang di rahim anda.
3) Metode kontrasepsi jangka panjang tidak perlu ganti-ganti.
4) Tidak perlu selalu mengingat-ingat.
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
7) Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi
hormonal.
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
apabila tidak terjadi infeksi.
10) Dapat digunakan hingga masa menopause atau 1 tahun atau lebih
setelah masa haid terakhir.
b) Kerugian Penggunaan IUD, adalah 2:
1) Terdapat perdarahan atau spotting antar menstruasi
2) Keputihan atau Leukorhea
3) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggung hubungan seksual
4) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)

4
5) Haid lebih lama dan banyak
6) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
7) Saat haid lebih sakit.
8) Tidak mencegah IMS termasuk HIV atau AIDS.
9) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
c) Indikasi Penggunaan IUD, adalah 2:
1) Usia reproduktif.
2) Keadaan Nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7) Resiko rendah dari IMS (Inveksi Menular seksual)
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk meningat-ingat miunum pil setiap hari.
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari pasca sanggama.

d) Kontra Indikasi Penggunaan IUD, adalah 2:


1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3) Sedang menderita infeksi atau kanker alat genetalia.
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
(Penyakit Radang Panggul) atau abortus septic.
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri.
6) Diketahui menderita TBC pelvic.
7) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.

e) Efek Samping dan Komplikasi Penggunaan IUD, adalah 2:

5
1) Nyeri dan mulas Sehabis insersi IUD biasaya terjadi kejang,nyeri dan
mulas-mulas, serta pegal pinggang. Keluhan-keluhan tadi pada
umumnya akan hilang dalam beberapa minggu.
2) Perdarahan Dapat terjadi perdarahan pasca-insersi bercak diluar haid atau
spotting dan perdarahan meno atau metroragia.
3) Dismenorea (nyeri saat haid) Tidak semua wanita yang memakai IUD
akan mengalami nyeri haid. Biasanya banyak wanita yang sebelumnya
memang sering mengeluh nyeri haid sewaktu haid yang mengalaminya.
4) Dispareunia (nyeri sewaktu koitus) Pihak suami akan mengeluh sakit
karena benang yang pamjang atau cara pemotongan benang seperti
bambu runcing.
5) Keputihan Keputihan yang berlebihan disebabkan oleh reaksi organ
genetalia terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa
bulan pertama setelah insersi.
a) Pada pemakaian IUD sering dijumpai adanya cairan yang keluar dari
vagina atau keputihan yang mungkin merupakan akibat dari terjadinya
reaksi awal terhadap adanya benda asing, keputihan yang dijumpai pada
akseptor IUD 13,75% disebabkan oleh jamur kandida, 6,25 %
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan 72,5% disebabkan oleh
bakteri campuran, keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
ditemui pada kelompok pemakai IUD Cu-T 380 A 30%, IUD merupakan
salah satu faktor predisosisi terjadinya kandidiasis vagina. Pada
pemakaian IUD terjadi perubahan pada jamur kandida yang semula
saprofit menjadi pathogen.
6) Ekspulsi Ekspulsi sering dijumpai pada 3 bulan pertama setelah insersi.
Setelah 1 tahun, angka ekspulsi akan berkurang. Faktor penyebabya
diantaranya pada saat pemasangan dini dan pada pemasangan langsung
dalam waktu bulan pertama pasca persalinan.
7) Infeksi Radang panggul PID (Pelvic Inflamatory Disease) dijumpai pada
sekitar 2% akseptor tahun pertama pemakaian. Dengan adanya hal
tersebut hendaknya sewaktu memasang IUD bekerja secara suci hama.

6
8) Translokasi- Dislokasi Translokasi IUD, sebagian atau seluruhnya ke
dalam rongga perut umumnya terjadi karena adanya perforasi uterus. Hal
tersebur paling sering terjadi pada saat insersi IUD yang kurang hati-hati
atau pada saat usaha pengeluaran IUD yang sulit.
9) IUD tertanam dalam diinding rahim IUD dapat tertanam ke dalam
dinding rahim atau terbenam lebih dalam baik sebagian atau seluruhnya
(komplet).
4. Jenis-jenis kelainan IUD
Ekspulsi IUD: hilangnya AKDR dari uterus atau pengeluaran IUD, paling
sering terjadi pada bulan pertama. Jadi para akseptor tersebut harus diperiksa
kira-kira 1 bulan pemasangan. Biasanya setelah menstruasi untuk
mengidentifikasi adanya benang IUD di dalam uterus hal ini terjadi ketika IUD
tidak berada lagi ditempat yang seharusnya yaitu pada fundus rongga uterus
sehingga dapat tertanam pada dinding uterus7.
Dislokasi IUD: berpindahnya posisi IUD di dalam uterus hal ini terjadi ketika
IUD tidak berada lagi di tempat yang seharusnya yaitu pada fundus rongga
uterus sehingga dapat tertanam pada dinding uterus. Dislokasi IUD dapat
menimbulkan komplikasi yang serius bila tidak secepatnya ditangani, yaitu
ketika telah terjadi translokasi7.
Translokasi IUD: berpindahnya IUD keluar dari uterus sehingga bisa
menyebabkan perforasi lalu masuk ke jaringan atau organ tubuh lain dan
menimbulkan komplikasi yang serius7.

Perforasi dengan translokasi IUD sebagaian besar tidak menimbulkan


gejala, kebanyakan baru diketahui setelah beberapa kali periksa ulang dimana
benang tidak terlihat. Perforasi lebih sering terjadi :

a. Pada IUD jenis tertutup


b. Pada pemasangan paska persalinan dan masa laktasi.
c. Pada kelainan letak uterus yang tidak diketahui

Sikap sebagian besar ahli IUD mengenai translokasi ini adalah sebagai berikut :

7
a. Karena IUD yang tertutup ( closed IUD ) yang berlubang dapat
menimbulkan obstruksi usus ( illues ) sebaiknya segera dikeluarkan dengan
jalan laparaskopi, kuldoskopi atau minilaparotomi
b. IUD yang mengandung ion ion tembaga ( copper ) karena dapat
menimbulkan perlekatan perlekatan organ dalam perut, sebaiknya segera
dikeluarkan seperti diatas.
c. IUD jenis dan bentuk terbuka ( open IUD ) jika tidak ada gejala dan
akseptor dapat diberi pengertian, pengeluaran IUD tidak perlu terburu
buru. Kecuali bila akseptor oleh karena ini menjadi tidak tenang, dan
meminta dikeluarkan, adalah kewajiban kita mengeluarkannya.

5. Mekanisme IUD7:
a) Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnyaimplantasi.
c) Gangguan / terlepanya blastocyst yang telah berimplantasi didalam
endometrium.
d) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
e) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f) Dari penelitian juga dikatakan bahwa IUD mencegah spermatozoa
membuahi sel telur.
g) Untuk IUD yang mengandung Cu :
Menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan
terjadinyaimplantasi dan mungkin juga menghambat aktvitas alkhali
phospatase
Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa uterus
Mengganggu jumlah DTM dalam sel endometrium
Mengganggu metabolisme glikogen.

6. Gejala Klinis

8
Gejala yang timbul bila IUD mengalami dislokasi adalah7
Abdominal pain
Nyeri ketika bersenggama
Perdarahan diluar siklus menstruasi

Sedangkan tanda terjadinya dislokasi IUD adalah7

Terjadi kehamilan, dimana perubahan posisi IUD yang bergeser ini


52% terjadi di leher rahim sehingga mengurangi efektivitasnya.

7. Etiologi
Terjadinya dislokasi IUD kadang tidak diketahui secara pasti penyebabnya
atau idiopatik, tetapi diduga karena7:
Tekhnik pemasangan yang kurang hati-hati
Adanya infeksi pada uterus
Pemakaian yang lama.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi IUD adalah dengan dilakukannya Aff IUD,
kemudian diganti dengan IUD yang baru. Jika benang IUD tidak dapat dilihat
maka alat tersebut mungkin telah lepas atau telah menembus uterus. Pada
keadaan lain, mungkin terjadi kehamilan. Setelah menyingkirkan kehamilan,
rongga uterus diperiksa secara hati-hati menggunakan klem batu randall atau
menggunakan batang khusus dengan ujung berkait untuk menarik kembali
benang tersebut. Jangan pernah mengasumsikan bahwa alat tersebut telah
terlepas jika tidak melihatnya7.
Jika benang tidak terlihat dan alat tersebut tidak teraba melalui pemeriksaan
rongga uterus secara hati-hati, sonografi dapat digunakan untuk memastikan
bahwa alat tersebut berada didalam uterus. Jika tidak meyakinkan atau jika
tidak ada alat yang terlihat, maka foto polos abdomen dan pelvis dilakukan,
sebelumnya masukan terlebih dahulu sonde ke dalam rongga uterus sebagai
tanda letak cavum uterus di dalam foto polos tersebut. Computed Tomography

9
(CT) Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan histeroskopi merupakan
alternative lainnya7.

10
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 27/10/2017


Jam : 23.29 WITA
Ruangan : IGD KB RS Torabelo Sigi

I. DENTITAS
Nama : Ny. I Nama Suami : Tn. AJ
Umur : 65 tahun Umur : 67 Tahun
Alamat : Desa sidera
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Tani
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

II. ANAMNESIS
P5A0 Usia Kehamilan : -
HPHT :- Menarche : 13 tahun
TP :- Perkawinan : 48 tahun

Keluhan Utama : Nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk ke IGD Kebidanan RS torabelo, pindahan dari poliklinik RS dengan
keluhan utama nyeri perut. Nyeri dirasakan sejak + 2 bulan terkahir, dengan sifat
hilang timbul. Os menyangkal adanya riwyat perdarahan pervaginam. Os kadang
merasa pusing, mual, namun tidak disertai muntah. Tidak ada keluhan berkemih
maupun buang air besar. Os tidak haid sejak 5 tahun yang lalu. Kram-kram
dirasakan pasien pada tungkai. Jantung sering kali berdebar-debar. Os mengaku
pernah memasang IUD bentuk spiral sekitar 32 tahun yang lalu, dan belum sama

11
sekali dikeluarkan. IUD sudah dicoba untuk dikeluarkan di poloklinik namun tidak
berhasil karena ibu mengeluh nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwyat diabetes (-), riwayat Hipertensi (+) tidak terkontrol, riwayat alergi (-)
riwayat asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama dengan
pasien. Riwayat penyakit kanker payudara dalam keluarga tidak ada.

Riwayat Menstruasi :
Menarche pada usia 13 tahun, tidak haid sejak 5 tahun terakhir.

Riwayat Obstetri :
P1 :laki-laki, partus tahun 1970, aterm, normal, ditolong dukun di rumah, BBL : ?,
kondisi saat ini hidup

P2 :perempuan, partus pada tahun 1972, aterm, normal, ditolong dukun di rumah,
BBL : ? kondisi saat ini hidup

P3:perempuan, partus pada tahun 1975, aterm, normal, ditolong dukun di rumah,
BBL : ? kondisi saat ini hidup

P4 :laki-laki, partus tahun 1977, aterm, normal, ditolong dukun di rumah, BBL : ?,
kondisi saat ini hidup

P5:perempuan, partus pada tahun 1979, aterm, normal, ditolong dukun di rumah,
BBL : ? kondisi saat ini hidup

III. PEMERIKSAAN FISIK

KU : Baik Tekanan Darah : 140/70 mmHg


Kesadaran : Composmentis Nadi : 82 kali/menit

12
BB : 55 Kg Respirasi : 16 kali/menit
TB : 156 cm Suhu : 36,6 C

Kepala Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema wajah (-), cloasma
gravidarum (-), perbesaran KGB (-), perbesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : simetris bilateral
P: Vocal fremitus simetris kanan dan kiri
P: sonor kedua lapang paru
A: vesicular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen :
I: tampak cembung
A: bising usus (+), kesan normal
P: tymphani
P: nyeri tekan perut bawah (+), organomegali (-)
Pemeriksaan Obstetri
Situs : tidak dilakukan
Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
DJJ : tidak dilakukan
HIS : tidak dilakukan
Pergerakan Janin : tidak dilakukan
Janin Tunggal : tidak dilakukan
TBJ : tidak dilakukan
Genitalia :
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
Ekstremitas
Edema (-/-), turgor kulit normal, akral hangat

13
VI. INTERVENSI PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Tidak dilakukan
Inspeksi Inspekulo :
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
No. Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan
1. WBC 10,5 x 103/mm3 4,8 10,8
2. RBC 4,7 x 106/mm3 4,7 6,1
3. PLT 279 x 103/mm3 150 450
4. HGB 13,9 g/dl 14 16
5. HCT 39,2 % 42 52
6. HbsAg Non-Reaktif
7. Anti HIV Non-reaktif
8. Glukosa sewaktu 132 170 mg/dl

14
foto polos & USG Abdomen:

Fotopolos
Kesan :
Masih tampak metallic density berbentuk spiral (IUD) pada rongga
pelvissetinggi sekitar CVS3-S5

VII. RESUME
Pasien masuk ke IGD Kebidanan RS torabelo, pindahan dari poliklinik RS dengan
keluhan utama nyeri perut. Nyeri dirasakan sejak + 2 bulan terkahir, dengan sifat
hilang timbul. Os menyangkal adanya riwyat perdarahan pervaginam. Os kadang
merasa pusing, mual, namun tidak disertai muntah. Tidak ada keluhan berkemih
maupun buang air besar. Os tidak haid sejak 5 tahun yang lalu. Kram-kram
dirasakan pasien pada tungkai. Jantung sering kali berdebar-debar. Os mengaku
pernah memasang IUD bentuk spiral sekitar 32 tahun yang lalu, dan belum sama
sekali dikeluarkan. IUD sudah dicoba untuk dikeluarkan di poloklinik namun tidak
berhasil karena ibu mengeluh nyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan abdomen bagian bawah
Pemeriksaan penunjang tampak metal density (IUD) pada uterus.

15
VIII. DIAGNOSIS DEVENITIF
P5A0 + dislokasi IUD

IX. PENATALAKSANAAN
Intervensi Perawatan
Rawat inap
Tirah baring
Pemantauan Tanda-tanda Vital
Pemantauan Perdarahan
Conseling
Intervensi Pengobatan
Terapi UGD
IVFD RL 24 tpm
Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam
R/ aff IUD
Terapi Bangsal
IVFD RL 24 tpm
Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Inj. Transamin 1 amp/8 jam
Konsul dokter anastesi
Tindakan aff IUD

X. ANJURAN PEMERIKSAAN
- -
XI. PROGNOSIS

- Dubia et Bonam

FOLLOW UP
Perawatan hari ke-1, 28/10/2017

16
S : Nyeri perut (-), pusing (-), Mual (-), Muntah (-), sakit kepala (-), pelepasan
darah (-) lender (-), BAB biasa, BAJ lancer,
O : Keadaan umum : Sakit Sedang
TD : 140/80 mmHg P : 20x/ menit
N : 84 x/menit S : 36,7C
Konjungtiva anemis -/-
Bp. Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-
BJ I dan II regular, Bising (-), Gallop (-)
Bising usus (+) kesan normal
A : P5A0 + dislokasi IUD
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefotaxime 1 gram/12 jam/IV
Aff IUD
Laporan aff IUD
Atas nama Ny. Musini, usia 65 tahun dengan diagnosis pre bedah adalah dislokasi
IUD, diagnosis pasca bedah dislokasi IUD (33 tahun) akan dilakukan prosedur
Aff IUD.
1. Pasien diposisikan dalam posisi litotomi.
2. Bersihkan urethra, vagina dan portio dengan bethadine
3. Pasang speculum sims
4. Jepit portio arah jam 11:00 lalu mengukur kedalaman caum uteri (+ 8 cm).
5. Dilakukan aff IUD dengan alat aff IUD (karena tidak terambil, maka
dianjurkan untuk dilakukan laparotomi karena dicurigai uterus perforasi)
6. Bersihkan area operasi
7. Operasi selesai.

Perawatan hari ke-2, 29/10/2017


S : Nyeri perut (+), pusing (+), Mual (-), Muntah (-), sakit kepala (-),
pelepasan darah (-) lender (-), BAB biasa, BAJ lancer, nyeri pinggang tembus
belakang (+).
O : Keadaan umum : Sakit Sedang

17
TD : 140/90 mmHg P : 24x/ menit
N : 84 x/menit S : 36,5C
Konjungtiva anemis -/-
Bp. Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-
BJ I dan II regular, Bising (-), Gallop (-)
Bising usus (+) kesan normal
A : P5A0 + dislokasi IUD + susp. Uterus perforasi
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV
Rencana laparotomy besok

Perawatan hari ke-3, 30/10/2017


S : Nyeri perut (+), pusing (+), Mual (+), Muntah (-), sakit kepala (+),nyeri
pinggang tembus belakang (+), nyeri payudara (+/+), BAB dan BAK baik
O : Keadaan umum : Sakit Sedang
TD : 140/90 mmHg P : 24x/ menit
N : 84 x/menit S : 36,5C
Konjungtiva anemis -/-
Bp. Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-
BJ I dan II regular, Bising (-), Gallop (-)
Bising usus (+) kesan normal
A : P4A0 + dislokasi IUD + susp. Uterus perforasi
P : Tindakan operatif berupa laparatomi.
insruksi post op :
IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketoroloac 1 amp/8 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam
Inj. Ondancentron 1 amp/8 jam (KP)
Inj. Transamin 1 amp/8 jam
Inj. Drips metronidazole 500 mg/8 jam

18
Drips oxytocin 2 amp dalam RL 500 cc habiskan dalam 2 kolf
Obs TTV,PPV, kontraksi, produksi urin
Balance cairan
Cek Hb 2 jam post op
Jika Hb <8 gr/dl transfusi 2 bag WB
Saat dilakukan laparotomy operator memutuskan untuk melakukan histerektomy
subtotal.

Perawatan hari ke-4, 31/10/2017


S : Nyeri luka operasi (+), PPV (+), pusing (+), sakit kepala (+), flatus (+),
BAB (-), BAK lancer.
O : Keadaan umum : Sakit Sedang
TD : 130/80 mmHg P : 20x/ menit
N : 84 x/menit S : 36,7C
Konjungtiva anemis -/-
Bp. Vesikuler, Rh -/- Basah halus, Wh-/-
BJ I dan II regular, Bising (-), Gallop (-)
Bising usus (+) kesan normal

19
A : P4A0 + post laparatomi + histerektomi subtotal H1 a/I dislokasi IUD
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV
Meloxicam 2 x 20 mg
Vitamin C 1 x 1

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis dapat ditegakkan menurut anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang.

Pada kasus ini didapatkan keluhan utama nyeri perut. Nyeri dirasakan sejak + 2
bulan terkahir, dengan sifat hilang timbul. Os menyangkal adanya riwyat
perdarahan pervaginam. Os kadang merasa pusing, mual, namun tidak disertai
muntah. Tidak ada keluhan berkemih maupun buang air besar. Os tidak haid sejak
5 tahun yang lalu. Kram-kram dirasakan pasien pada tungkai. Jantung sering kali
berdebar-debar. Os mengaku pernah memasang IUD bentuk spiral sekitar 32 tahun
yang lalu, dan belum sama sekali dikeluarkan. IUD sudah dicoba untuk dikeluarkan
di poloklinik namun tidak berhasil karena ibu mengeluh nyeri.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan perut bagian bawah.
Pemeriksaan penunjang berupa USG tampak metal density (IUD) pada
uterus.
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam
rahim yang efektif, reversibel, dan dapat dipakai jangka panjang serta dapat pula
dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. Kontrasepsi yang paling ideal untuk
ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat
Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3
bulan, minipil dan kondom. IUD bisa jadi berada di kavitas uterina ataupun
mengalami translokasi1. Pada pasien ini, telah menggunakan alat kontrasepsi berupa
IUD tipe lippes loop selama 33 tahun tanpa kontrol yang jelas, tipe IUD ini termasuk
generasi pertama dan dianggap sebagai IUD standar terbuat dari polyethylene
(suatu plastik iner secara biologik) ditambah barium sulfat7.

Penggolongan IUD :
Un-medicated Devices/generasi pertama Misalnya : Grafenberg Ring, Ota
Ringc., Margulies Coild, Lippes Loop (dianggap sebagai IUD standar),

21
Delta Loop : Modified Lippes Loop D : penambahan benang chroic cat gut
pada lengan atas terutama untuk insersi post partum2.
Medicated Devices/generasi keduaa: Mengandung logam AKDR - Cu
Generasi pertama (Cu T 200 : tatum T (3tahun daya kerja), Cu-7 : Gravidard
(3 tahun daya kerja), ML Cu -250 (3 tahun daya kerja)). AKDR - Cu
Generasi kedua (Cu 380 A : paragard (8 tahun daya kerja), CuT - 380 Ag
(5 tahun daya kerja), CuT-220 C (3 tahun daya kerja)). Mengandung
hormone Progestasert : Alza-T dengan gaya kerja 1 tahun, dan LNG-20 :
mengandung levonorgestrel2.

Gambar. a) lippes loop; b) IUD setelah dilakukan laparotomi.


Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih)
untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan
lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan
luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik2.

Mekanisme IUD7:
1. Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

22
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnyaimplantasi.
3. Gangguan / terlepanya blastocyst yang telah berimplantasi didalam
endometrium.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6. Dari penelitian juga dikatakan bahwa IUD mencegah spermatozoa
membuahi sel telur.
7. Untuk IUD yang mengandung Cu :
Menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan
terjadinyaimplantasi dan mungkin juga menghambat aktvitas alkhali
phospatase
Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa uterus
Mengganggu jumlah DTM dalam sel endometrium
Mengganggu metabolisme glikogen.

Dislokasi IUD adalah berpindahnya posisi IUD didalam uterus hal ini
terjadi ketika IUD tidak berada lagi ditempat yang seharusnya yaitu pada fundus
rongga uterus, sehingga dapat tertanam pada dinding uterus. Translokasi IUD
adalah berpindahnya IUD keluar dari uterus sehingga bisa menyebabkan perforasi
lalu masuk ke jaringan atau organ tubuh lain dan menimbulkan komplikasi yang
serius8.
Pada dasarnya terdapat dua jenis perforasi, yaitu perforasi mendadak atau
primer dan perforasi lambat atau sekunder yang disebabkan oleh erosi bertahap
pada otot-otot uterus. Sebagian besar perforasi akibat IUD diperkirakan terjadi pada
saat pemasangan perforasi mendadak atau primer. Perforasi sekunder terjadi saat
IUD sebagian tertanam di dinding uterus pada saat pemasangan, dan seiring waktu
akan terkikis yang disebabkan oleh kerja uterus8.

Gejala-gejala yang berhubungan dengan perforasi terkadang berupa nyeri di


bagian perut bawah atau gangguan menstruasi. Gejala tersebut mucul tiba-tiba

23
setelah pemasangan IUD atau terjadi pada berbagai interval waktu setelah
pemasangan IUD9.

Gejala-gejala lain setelah komplikasi yang bisa muncul mulai dari perforasi
uterus dan pembentukan abses, perforasi viscus, atau herniasi usus yang nantinya
menyebabkan obstruksi intestinum9.

Pada kasus ini pasien masuk dengan keluhan nyeri pada bagian perut bawah
dan pasien memiliki riwayat pemasangan IUD sekitar 33 tahun yang lalu tanpa
disertai kontrol yang jelas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada
bagian suprapubic. Pada pemeriksaan penunjang berupa USG dan foto polos
abdomen tampak metal density (IUD) di uterus. Hal inilah yang mendasari bahwa
pasien ini mengalami dislokasi IUD.

Bila IUD telah menyebabkan perforasi uterus, maka IUD dapat dikeluarkan
melalui laparoskopi atau kolpotomi posterior. Jika prosedur-prosedur ini gagal atau
tidak memungkinkan untuk dilakukan, patut dipertimbangkan untuk melakukan
laparotomi. Kolpotomi posterior sebaiknya hanya dilakukan jika IUD dapat
diraba/dipalpasi di kantong Douglasi10.

Skema diagnosis dan terapi untuk IUD yang bertranslokasi digambarkan


dalam Gambar 3.

24
Gambar 3. Skema diagnosis dan terapi IUD yang bertranslokasi10.

Pada kasus ini telah dilakukan aff IUD dan kuretasi tetapi tidak
memungkinkan untuk bahan IUD nya untuk dikeluarkan serta di curigai adanya
perforasi pada fundus uteri sehingga dilakukan laparotomi + histerektomi subtotal.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Menko kesra. Menko kesra harus ada sanksi tegas untuk daerah yang
abaikan program KB. Tersedia di: http://www.menkokesra.go.id. ;2013.
2. Saifuddin A. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2006.
3. Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
4. BKKBN. Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
2015.
5. Allen D. Social Psicology as Social Process, Belmont: Cal. Wadsworth
Publis hing Company. 2009.
6. Hartanto H. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. 2004.
7. Cunningham, dkk, williams obstetrics, 21st edition, USA: McGraw-Hill.
2001.
8. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka. 2009.
9. Permatasari NUI, laparoscopy pada wanita dengan perforasi uterus etcausa
translokasi IUD. Jakarta: RSUD Pasar Rebo
10. Callahan T, Caughey AB. Blueprints Obstetrics & Gynecology, 6th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.

26

Anda mungkin juga menyukai