Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

VAGINAL BIRTH AFTER CESAREAN-SECTION

PEMBIMBING :
Dr. Muljadi Sp.OG

DISUSUN OLEH :
Rizki Nurvita Priyandini
10700153

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan RidhoNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Muljadi, Sp.OG,
selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini, dan kepada dokter-dokter
pembimbing di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan, atas bimbingan dan
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga referat ini dapat
diselesaikan dengan baik
Semoga referat ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatatan
kebidanan dan kandungan, khususnya pada topik Persalinan Pervaginam dengan
Riwayat Seksio Sesarea. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak,
semoga bermanfaat.

Bangkalan , Maret 2016

Penulis

PENDAHULUAN
Seorang wanita yang pernah menjalani operasi sesar jika hamil lagi
mempunyai 2 pilihan persalinan yaitu operasi sesar lagi atau persalinan pervaginam
(vaginal birth after cesarean section atau yang disebut VBAC). Selama bertahuntahun, uterus yang memiliki jaringan parut dianggap merupakan kontraindikasi untuk
melahirkan normal karena kekhawatiran untuk terjadinya ruptura uteri. Menurut
panduan yang dikeluarkan oleh

American College of Obstetricians and

Gynecologists, wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea dua kali atau riwayat
operasi rahim sebelumnya dapat diberikan kesempatan memilih persalinan
pervaginam.
Makalah ini akan menjelaskan tindakan persalinan pervaginam untuk pasien
yang telah melalui operasi sesar pada kehamilan sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA
I.

DEFINISI

VBAC ( Vaginal Birth After C-Section ) ialah proses persalinan per vaginam
yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami seksio sesaria pada
kehamilan sebelumnya. VBAC (Vaginal Birth After C-Section) ialah proses
persalinan per vaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami
seksio sesaria pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada
dinding rahim (misalnya satu ataupun lebih miomektomi intramural). Seksio sesaria
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut.

II.

EPIDEMIOLOGI

Kejadian persalinan pada pasien pasca bedah caesar dikemukakan oleh beberapa
penulis berbeda-beda. Di Amerika makin lama angka persalinan bedah

caesar

bertambah yakni dari 1 dalam 20 kelahiran hidup di tahun 1970, menjadi 1 dalam 4
kelahiran hidup sejak tahun 1986. Di Asia sangat bervariasi, berkisar antara 4.8% di
India dan 26.6% di daratan Cina. Di Indonesia angka persalinan bedah caesar di 12
rumah sakit pendidikan berkisar antara 2.1%-11.8%.
National Institutes of Health merekomendasikan bila tidak ada komplikasi maka
wanita hamil dengan pasca bedah caesar transversal rendah mendapat kesempatan
persalinan

pervaginam.

ACOG

(American

College

of

Obstetricians

and

Gynecologists) Committe on Obstetrics menyatakan konsep rutin persalinan bedah


caesar ulang dilakukan atas indikasi yang rasional dan wanita dengan riwayat 2 kali
atau lebih bedah caesar sebelumnya dengan insisi transversal rendah bisa
mendapatkan kesempatan persalinan pervaginam asal tidak ada kontraindikasi.

III.

PATOFISIOLOGI PARUT

Berapa peneliti, menyatakan bahwa uterus sembuh dengan regenerasi serabutserabut otot, tidak dengan pembentukan jaringan parut. Pendapat ini didasarkan hasil

pemeriksaan histologik pada tempat insisi dan 2 pengamatan penting. Pertama, bahwa
pada pemeriksaan pandang sebelum uterus dibuka pada saat bedah caesar ulang
biasanya tidak ditemukan bekas irisan pertama, atau paling banyak hanya dijumpai
suatu parut berbentuk garis yang hampir tak terlihat. Kedua, bila uterus diangkat
setelah melakukan fiksasi seringkali tak dijumpai parut atau hanya terlihat suatu
cekungan dangkal vertikal pada permukaan dalam dan luar dinding depan uterus
tanpa adanya jaringan parut diantaranya.
Penyembuhan luka pada uterus hamil terjadi dengan cara pembentukan
jaringan ikat. Proses ini berjalan sebagai berikut yaitu setelah dilakukan sayatan maka
antara kedua sisi luka timbul eksudat, pembentukan dan deposit fibrin, proliferasi dan
infilrasi fibroblast, kemudian terbentuklah jaringan parut. Jaringan parut kemudian
menarik kedua sisi otot sehingga hampir tidak tampak lagi jaringan parutnya.
Penyembuhan luka pada uterus adalah unik. Sayatan yang dilakukan adalah
sayatan pada suatu dinding organ yang terdiri dari otot halus. Atau ada pula sayatan
pada tempat yang sebagian besar terdiri atas jaringan ikat. Di sini ada faktor mekanik
berupa kontraksi dan retraksi yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Badan
uterus akan mengecil 1/4- 1/5 dari ukuran semula. Suatu sayatan longitudinal
sepanjang 10 cm akan cepat mengecil membentuk parut sepanjang 2 cm. Sayatan
pada segmen bawah rahim akan mengecil lebih lambat. Pada kehamilan berikutnya
serabut-serabut otot mengalami pemanjangan dan perubahan konsistensi. Daerah
jaringan parut relatif statis, konsistensi jaringan parut mengalami perubahan menjadi
lebih lunak mirip dengan perubahan yang dialami jaringan fibromuskular servik
dikala awal persalinan. Perubahan tampak nyata pada miometrium tidak pada
jaringan fibrous parut.
Perlu diperhatikan juga resiko terjadinya perlengketan. Ini tampak lebih nyata
pada pasien yang dilakukan pengirisan dinding perut secara membujur daripada yang
melintang (pfanenstiel).

Beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah kebutuhan


oksigen jaringan, suhu, adanya proses infeksi, kerusakan jaringan, antiseptik,
sirkulasi darah dan limfe, tempat yang bergerak. Tindakan aseptik bukanlah jaminan
untuk mencegah timbulnya infeksi, tetapi lebih dari itu persiapan tindakan bedah
yang baik, keadaan umum dan imunitas penderita, pencegahan perdarahan dan syok,
serta seleksi penderita yang memadai turut memengaruhi keberhasilan.

IV.

RUPTUR UTERUS PADA PERSALINAN PASCA BEDAH CAESAR

Ruptur uterus secara anatomis dibedakan menjadi ruptura uteri komplit


(symptomatic rupture) dan dehisens (asymptomatic rupture). Pada ruptur uteri
komplit terjadi diskontinuitas dinding uterus berupa robekan hingga lapisan serosa
uterus dan membran khorioamnion. Sedangkan dehisens terjadi robekan jaringan
parut uterus tanpa robekan lapisan serosa uterus dan tidak terjadi perdarahan.
Ruptur uterus umumnya bermanifestasi sebagai deselerasi memanjang denyut
jantung janin, bradikardi, atau dapat hilang sama sekali. Kurang dari 10 % wanita
yang mengalami ruptur uterus mengalami nyeri dan perdarahan sebagai temuan
utama. Temuan klinis lain yang berkaitan dengan ruptur uterus adalah iritasi
diafragma akibat hemoperitoneum dan tidak diketahuinya tinggi janin yang terdeteksi
sewaktu pemeriksaan dalam. Beberapa wanita mengalami penghentian kontraksi
setelah ruptur. Penatalaksanaan ruptur uterus antara lain adalah sesar darurat atas
indikasi gawat janian, terapi pendarahan ibu, dan perbaikan defek uterus atau
histerektomi jika perbaikan dianggap tidak mungkin.
American College of Obstetricians and Gynecologists menyimpulkan bahwa bukti
ilmah masih inkonsisten atau terbatas, wanita dengan insisi vertikal di segmen bawah
uterus yang tidak meluas ke fundus dapat menjadi kandidat untuk VBAC. Sebaliknya,
riwayat insisi uterus klasik atau berbentuk T dianggap kontraindikasi untuk VBAC.
Namun, berdasarkan indikasi insisi vertical saat ini, hanya sedikit insisi yang tidak

meluas hingga ke segmen aktif. Dalam mempersiapkan laporan operasi setelah insisi
uterus vertical jenis apapun, perlu didokumentasikan secara pasti luas jaringan parut
dengan suatu cara yang tidak dapat disalahartikan oleh dokter berikutnya.
Ruptura uteri merupakan komplikasi langsung yang dapat terjadi pada VBAC,
meskipun kejadiannya kecil, tapi dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi
ibu dan janin. Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini, kita harus dapat
mengenali faktor risiko yang terdapat pada pasien sebelum dilakukannya VBAC.
Adapun faktor risiko itu adalah :
Riwayat Persalinan , meliputi :
a. Jenis parut (tipe insisi operasi sebelumnya)

The incision made in the uterine wall for a cesarean birth may be low transverse, low vertical, or high vertical. The type of
incision made in the skin may not be the same type of incision made in the uterus.

Insisi transversal rendah risikonya, 0,2-1,5% , insisi vertikal rendah resikonya 1-7%
dapat dipertimbangkan untuk VBAC, sedangkan insisi klasik (vertikal tinggi)

resikonya sebesa 4-9% dan tidak direkomendasikan untuk VBAC, T-shaped


resikonya 4-8% tidak direkomendasikan untuk VBAC.
b. Cara penjahitan uterus pada operasi sebelumnya

c. Jumlah SC sebelumnya
Risiko ruptur uterus meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya. Secara
spesifik, terjadi peningkatan sekitar tiga kali lipat resiko ruptur uterus pada wanita
yang mencoba melahirkan per vaginam dengan riwayat dua kali sesar dibandingkan
dengan riwayat satu kali sesar. American College of Obstetricians and Gynecologists
mengambil posisi bahwa wanita dengan riwayat dua kali sesar transversal-rendah
dapat dijadikan kandidat untuk VBAC.
d. Riwayat persalinan pervaginam
Suatu penelitian yang sangat besar menunjukkan efek protektif yang signifikan dari
riwayat persalinan pervaginam pada bekas seksio sesarea satu kali, dan mungkin
merupakan faktor protektif juga pada bekas seksio sesarea dua kali. Penelitian kohort
yang besar oleh Zelop dkk. menemukan bahwa riwayat persalinan pervaginam pada
bekas seksio sesarea menurunkan resiko terjadinya ruptur uterus. Ruptur 1,1% terjadi
pada wanita tanpa riwayat persalinan pervaginam dan hanya 0,2% pada wanita yang
pernah mengalami persalinan pervaginam setelah seksio sesarea.
e. Interval persalinan

Shipp dkk. menyatakan bahwa waktu yang pendek antara seksio sesarea dan
percobaan persalinan pervaginam berikutnya dapat meningkatkan resiko terjadinya
ruptur uterus karena tidak tersedia waktu yang adekuat untuk penyembuhan luka.
Wanita dengan interval persalinan kurang dari 18 bulan, mempunyai resiko 2,3%
dibandingkan dengan yang intervalnya lebih dari 18 bulan yaitu 1%.
f. Indikasi Sesar Sebelumnya
Angka keberhasilan untuk percobaan persalinan sedikit banyak bergantung pada
indikasi sesar sebelumnya. Angka keberhasilan agak meningkat jika sesar
sebelumnya dilakukan atas indikasi presentasi bokong atau distress janin
dibandingkan jika indikasinya adalah distosia. Faktor prognostik yang paling
mendukung adalah riwayat pelahiran pervaginam.
Faktor Ibu
a. Umur
Suatu studi oleh Shipp dkk menyatakan bahwa usia diatas 30 tahun mungkin
berhubungan dengan kejadian ruptur yang lebih tinggi.
b. Anomali uterus
Terdapat kejadian ruptur yang lebih tinggi pada wanita dengan anomali uterus.
Karakteristik kehamilan saat ini
a. Makrosomia
Risiko ruptura uteri akan meningkat dengan meningkatnya berat badan janin karena
terjadinya distensi uterus.
b. Kehamilan ganda

Hanya satu penelitian mengenai hal ini dan ternyata dari 92 wanita, tidak terjadi
ruptura uteri.
c. Ketebalan segmen bawah uterus (SBU)
Ketebalan SBU dapat diperiksa dengan USG. Risiko terjadinya ruptur 0% bila
ketebalan SBU > 4,5 mm; 0,6% bila 2,6-3,5 mm dan 9,8% bila tebalnya < 2,5 mm
d. Malpresentasi
Flamm dkk. melaporkan tidak terjadi ruptur pada 56 pasien yang dilakukan versi luar
pada presentasi bokong saat hamil aterm, namun karena tidak ada data yang definitif,
prosedur ini mungkin bisa berhubungan dengan terjadinya ruptur uterus.

V.

KEBERHASILAN VBAC

Angka keberhasilan VBAC bergantung pada indikasi seksio sesarea sebelumnya.


Jika indikasi operasi sebelumnya karena faktor menetap seperti panggul sempit, jelas
tidak boleh melakukan VBAC. Tetapi VBAC sering berhasil jika indikasi operasi
sebelumnya adalah presentasi bokong, fetal distress, partus tak maju atau partus
macet. Pada partus tak maju, VBAC akan mempunyai keberhasilan lebih tinggi jika
operasi sebelumnya dilakukan pada pembukaan lebih dari 5 cm.
Hoskins dan Gomez (1997) menganalisis angka kejadian VBAC pada wanita
dalam kaitannya dengan besar pembukaan serviks yang dicapai sebelum dilakukan
seksio sesarea sebelumnya atas indikasi distosia. Angka keberhasilan VBAC adalah
67% untuk yang seksio sesarea pada pembukaan servik 5 cm atau kurang, dan 73%
untuk pembukaan 6-9 cm. Angka keberhasilan VBAC turun menjadi 13% apabila
distosia didiagnosis pada kala dua persalinan.

Untuk menentukan keberhasilan persalinan pervaginam setelah seksio sesaria


(VBAC) dalam suatu penelitian observasional yang melibatkan 5022 pasien, Bruce L.
Flamm, MD dan Ann M. Geiger, PhD membuat Admission Scoring System berikut:
No. Kriteria

Nilai

Usia dibawah 40 tahun

Riwayat persalinan pervaginam:

3
4

- sebelum dan setelah seksio sesarea

- setelah seksio sesarea pertama

- sebelum seksio pertama

- Belum pernah

Indikasi seksio sesarea pertama bukan kegagalan kemajuan


persalinan

Pendataran serviks pada saat masuk rumah sakit


- > 75%

- 25 75 %

- < 25%

Pembukaan serviks pada saat masuk rumah sakit 4 cm

Interpretasi:
Nilai 0 2 : 49%

kemungkinan persalinan pervaginam

Nilai 3 8 : 50 94%

kemungkinan persalinan pervaginam

Nilai 8 10: 95%

kemungkinan persalinan pervaginam.

(Dikutip dari: Klein GH. Commentary and review: vaginal birth after cesarean
delivery: an admission scoring system).
Menurut penelitian terbaru keberhasilan VBAC berdasarkan umur pasien 72%
untuk ibu berumur <30th, 71% ibu berumur 30-35% dan 65% untuk ibu berumur
>35th.

VI.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Syarat:
- Usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu 41 minggu ).
- Presentasi belakang kepala ( verteks ) dan tunggal
- Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari enam jam
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Janin dalam keadaan sejahtera dengan pemeriksaan Doppler atau CTG
Kriteria seleksi
1. Riwayat satu atau dua seksio sesarea dengan insisi transversal rendah
2. Panggul secara klinis lapang
3. Tidak ada jaringan parut uterus lain atau riwayat ruptur
4. Tersedia dokter selama persalinan aktif yang mampu memantau persalinan
dan melakukan sesar darurat (dalam waktu 30 menit)
5. Ketersediaan anestesi dan petugasnya untuk sesar darurat

Beberapa persyaratan lainnya antara lain :


1. Tidak ada indikasi seksio sesarea pada kehamilan saat ini seperti janin lintang,
sungsang, bayi besar, plasenta previa.
2. Terdapat catatan medik yang lengkap mengenai riwayat seksio sesarea
sebelumnya (operator, jenis insisi, komplikasi, lama perawatan).

3. Pasien sesegera mungkin untuk dirawat di RS setelah terdapat tanda-tanda


persalinan.
4. Tersedia darah untuk transfusi.
5. Persetujuan tindak medik mengenai keuntungan maupun risikonya
6. Usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu 41 minggu ).
7. Presentasi belakang kepala ( verteks ) dan tunggal
8. Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari enam jam
9. Tidak ada tanda-tanda infeksi
10. Janin dalam keadaan sejahtera dengan pemeriksaan Doppler atau NST.

Kontraindikasi Mutlak
1. Seksio sesarea terdahulu adalah seksio korporal ( klasik ).
2. Adanya APB ( Ante Partum Bleeding ) oleh sebab apapun.
3. Terbukti bahwa seksio sebelumnya adalah karena CPD ( Cephalo Pelvic
Dysproportion).
4. Malpresentasi atau malposisi.
5. Bayi besar ( makrosomia ).
6. Seksio sesaria lebih dari satu kali.
7. Kehamilan post term ( > 42 minggu ) dengan pelvic score rendah.
8. Terdapat tanda-tanda hipoksia intrauterin ( dari frekuensi bunyi jantung janin,
NST ataupun CST ).

Kontraindikasi Relatif
1. Kehamilan kembar / gemeli
2. Hipertensi dalam kehamilan, termasuk preeklamsia.
3. Seksio terdahulu pasien dirawat lebih dari kewajaran ( > 7 hari )
4. Terdahulu adalah operasi miomektomi multipel.

VII.

MANFAAT VBAC
a. Menghindari bekas luka lain pada rahim, mengingat jika ibu ingin
hamil lagi maka resiko masalah pada kehamilan berikutnya lebih
sedikit.
b. Lebih sedikit kehilangan darah dan lebih sedikit memerlukan tranfusi
darah.
c. Resiko infeksi pada ibu dan bayi lebih kecil.
d. Biaya yang dibutuhkan lebih sedikit sedikit.
e. Waktu pemulihan pasca melahirkan lebih cepat pada ibu

Ibu dengan persalinan sesar sebelumnya ketika hamil dapat memilih akan
mengulang tindakan sesar atau lahir normal per vaginam sesuai dengan syarat
dan kontraindikasi tersebut di atas. Tidak banyak pasien akan bimbang
memilih 2 tindakan tersebeut. Menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists, berikut perbedaan antara mengulangi tindakan sesar atau
lahir spontan secara pervaginam,
Repeat Cesarean

VBAC

Usual risks of a surgical procedure

Less than 1% chance of


uterine rupture. If uterine
rupture occurs you have risks

of blood loss, hysterectomy,


damage to bladder, infection,
& blood clots
Hospital stay of approximately 4 days

Hospital stay of approximately


2 days

Development of an infection in the


uterus, bladder, or skin incision

Risk of infection doubles if


vaginal delivery is attempted
but results in cesarean

Injury to the bladder, bowel, or


adjacent organs

Possibility of tearing or
episiotomy

Development of blood clots in the legs


or pelvis after the operation
On-going pain & discomfort around
incision

Temporary pain and discomfort


around vagina

Small chance that the baby will have


respiratory problems

The babys lungs will clear as


baby passes through birth
canal

If you plan for many more children,


take into account that the more
surgeries a woman has had, the
greater the risk of surgical
complications. A fourth or fifth
cesarean has more risk than the first
or second.

LAPORAN KASUS

I . IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. R

Umur

: 22 Tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Tgl MRS

: 16-03-2016

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kenceng kenceng, keluar lendir pervaginam yang dirasakan sejak jam 00.00 WIB
( 15/03/2016).

Riwayat Penyakit Sekarang :


G2P1A1 usia 22tahun hamil 38-39 minggu datang dengan keluhan keceng - kenceng
yang dirasakan sejak jam 00.00 WIB ,kenceng - kenceng dirasakan hilang timbul
yang semakin lama semakin kuat dan sering. Keluhan disertai dengan lendir (+), dan
air-air. Px datang dengan rujukan dari bidan dengan BSC 3th yll dan Px msih
merasakan gerakan janin yang masih aktif .
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan :
Px melakukan pemeriksaan ANC di bidan setempat sebanyak 4x dari usia kehamilan
1 bulan sampai 8 bulan.dan RSUD Bangkalan oleh dr. Muljadi A, SpOG saat usia
kehamilan 8 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-) , DM (-) , Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (-) , DM (-) , Asma (-)

Riwayat Pengobatan :
Mengkonsumsi vitamin dan penambah darah selama masa kehamilan yang diberikan
oleh bidan.
Riwayat Perkawinan :
Perkawinan pertama,masih kawin,lama pernikahan 4 tahun.
Riwayat Haid :
Menarce 13 tahun , teratur , tidak sakit, siklus 28 hari , lama 7 hari , HPHT tanggal 17
Juni 2015, taksiran partus /TP tanggal 24 Mei 2016 .

Riwayat Persalinan :
Gravida (2) , aterm (1) , premature (-) , abortus (-) , anak hidup (1) , SC (1)
No Tempat
1

bersalin
RSUD

Penolong Thn
Dokter

Aterm

2008 Aterm

Jenis
Persalinan
SC

Penyulit Jenis
Kelelah

kelamin
Laki-

an sisa

laki

dukun.
2

Hamil
ini

Riwayat Alergi :
-

Obat (-)
Makanan (-)

Riwayat Operasi :
px memiliki riwayat operasi yaitu SC pada tahun 2013
Riwayat Kebiasaan :
-

Jamu (-)
Rokok (-)
Alkohol (-)
Makan teratur sehari 3 kali

III . PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah :120/80 mmHg

BB
PB
4100gr
50cm

Keada
aan
Hidup

Suhu : 36,3 c
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Status Generalis

Kepala : normocepal
Mata : - konjungtiva : anemis -/- , sclera : ikterus : -/Jantung : BJ 1&II normal regular murmur (-),gallop (-)
Paru paru : vesikuler +/+ ,wh -/- ,Rh -/Ekstremitas atas : udem -/- , akral hangat +/+
Ekstremitas bawah : udem -/- , akral hangat +/+

Status Obstetri
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Palpasi
-

: linea nigra (+) , striae (+)


:

Leopold 1
Lopold II
Leopold III
Leopold IV

: TFU 32 cm, teraba bagian bulat lunak (bokong )


: Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri (puki)
: Teraba bagian bulat keras (kepala)
: Bagian terendah janin sudah masuk PAP (pintu atas panggul )

Denyut jantung janin : 12-13-12 ,teratur punctum maksimum terdengar di region


lumbal kiri
Taksiran berat janin

: (32-11) x 155 = 3255 gram

His

: 3 x 10 menit selama 20 detik teratur sedang

Pemeriksaan dalam : Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban teraba, kepala H
I.

Diagnosis :
-

Ibu

: G2P1A1 usia 22 tahun hamil 38-39 minggu inpartu kala I fase

laten + BSC 3th yll.


Bayi
: Janin tunggal hidup intra uterine presentasi belakang kepala

Rencana Tindakan :
-

Observasi CHBP
USG, NST
Evaluasi 6jam
Pro Persalinan Ekspektatif Pervaginam

Prognosis :
-

Ibu
: Diharapkan baik
Anak : Diharapkan baik

Kemajuan Persalinan :
-

08 :45 : Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban teraba, kepala H I, his 3

kali dalam 10 menit selama 20 detik dengan kekuatan sedang


09:30 : Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban teraba, kepala H II, his 3

kali dalam 10 menit selama 30 detik dengan kekuatan sedang


10 : 30 : Pembukaan lengkap ketuban sudah pecah dan berwarna jernih kepala

H III, his 4 kali dalam 10 menit > 40 detik kekuatan his kuat
10 :57 : Bayi lahir spontan,jenis kelamin : perempuan, berat badan : 2500 gr,

panjang badan : 49 cm, A/S : 7/8.


11 : 05 : Plasenta lahir spontan, lengkap, perdarahan post partum 300 ml,
laserasi perineum derajat II

Follow Up
No
1.

S
Nyeri bekas jahitan

O
TD : 120/80mmHg

A
P2A2 22 thn

P
Diet TKTP

(+),keluar darah dari jalan

N : 80x/menit

dengan post

As. Mef 3x1

lahir (+),asi keluar

RR: 20x/menit

sedikit,BAK(+),

S : 36,3o C

partum H1

SF 2x1
Cefadroxyl 2x1
KIE ASI eksklusif
dan Hygiene
Mobilisasi betahap
Mx

2.

Nyeri bekas jahitan (+)

TD : 120/70mmHg

P2A2 22 thn

kel/vs/flx/kont.UT
Diet TKTP

tapi sudah berkurang

N : 88x/menit

dengan post

As.Mef 3x1

,keluar darah dari jalan

RR: 20x/menit

partum H2

SF 2x1

lahir (+),asi keluar

S : 36,7o C

banyak,BAK(+),

Cefadroxyl 2x1
KIE ASI eksklusif
dan Hygiene
Mobilisasi bertahap
Pro KRS kontrol poli
terjadwal.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


-

Hb
: 12.0 g/dL
Leukosit
: 10,77 ribu/L
Trombosit
: 245 ribu/ L
HbsAg (kualitatif) : negatif

DAFTAR PUSTAKA

1. ACOG Practice Bulletin #54: new vbac guidlines. Obstet Gynecol 2010; 6:8.
2. American College of Obstetricians and Gynecologists.1999. Vaginal birth
after previous cesaean delivery. ACOG Practice Bulletin #5, American
College of Obstetricians and Gynecologists, Washington DC.
3. Cunningham, Mcdonald, Gant, 2005. Obstetry Williams. EGC : Jakarta.
4. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan Patologi.
EGC : Jakarta.
5. https://www.glowm.com/pdf/AIP%20Chap19%20VBAC.pdf di akses pada
tanggal 20/03/2016 pukul 19.00 WIB
6. http://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20150113lac-vbac.html
akases pada tanggal 20/03/2016 pukul 19.20 WIB.

di

Anda mungkin juga menyukai