PEMBIMBING :
Dr. Muljadi Sp.OG
DISUSUN OLEH :
Rizki Nurvita Priyandini
10700153
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan RidhoNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Muljadi, Sp.OG,
selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini, dan kepada dokter-dokter
pembimbing di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan, atas bimbingan dan
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga referat ini dapat
diselesaikan dengan baik
Semoga referat ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatatan
kebidanan dan kandungan, khususnya pada topik Persalinan Pervaginam dengan
Riwayat Seksio Sesarea. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak,
semoga bermanfaat.
Penulis
PENDAHULUAN
Seorang wanita yang pernah menjalani operasi sesar jika hamil lagi
mempunyai 2 pilihan persalinan yaitu operasi sesar lagi atau persalinan pervaginam
(vaginal birth after cesarean section atau yang disebut VBAC). Selama bertahuntahun, uterus yang memiliki jaringan parut dianggap merupakan kontraindikasi untuk
melahirkan normal karena kekhawatiran untuk terjadinya ruptura uteri. Menurut
panduan yang dikeluarkan oleh
Gynecologists, wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea dua kali atau riwayat
operasi rahim sebelumnya dapat diberikan kesempatan memilih persalinan
pervaginam.
Makalah ini akan menjelaskan tindakan persalinan pervaginam untuk pasien
yang telah melalui operasi sesar pada kehamilan sebelumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
VBAC ( Vaginal Birth After C-Section ) ialah proses persalinan per vaginam
yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami seksio sesaria pada
kehamilan sebelumnya. VBAC (Vaginal Birth After C-Section) ialah proses
persalinan per vaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami
seksio sesaria pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada
dinding rahim (misalnya satu ataupun lebih miomektomi intramural). Seksio sesaria
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut.
II.
EPIDEMIOLOGI
Kejadian persalinan pada pasien pasca bedah caesar dikemukakan oleh beberapa
penulis berbeda-beda. Di Amerika makin lama angka persalinan bedah
caesar
bertambah yakni dari 1 dalam 20 kelahiran hidup di tahun 1970, menjadi 1 dalam 4
kelahiran hidup sejak tahun 1986. Di Asia sangat bervariasi, berkisar antara 4.8% di
India dan 26.6% di daratan Cina. Di Indonesia angka persalinan bedah caesar di 12
rumah sakit pendidikan berkisar antara 2.1%-11.8%.
National Institutes of Health merekomendasikan bila tidak ada komplikasi maka
wanita hamil dengan pasca bedah caesar transversal rendah mendapat kesempatan
persalinan
pervaginam.
ACOG
(American
College
of
Obstetricians
and
III.
PATOFISIOLOGI PARUT
Berapa peneliti, menyatakan bahwa uterus sembuh dengan regenerasi serabutserabut otot, tidak dengan pembentukan jaringan parut. Pendapat ini didasarkan hasil
pemeriksaan histologik pada tempat insisi dan 2 pengamatan penting. Pertama, bahwa
pada pemeriksaan pandang sebelum uterus dibuka pada saat bedah caesar ulang
biasanya tidak ditemukan bekas irisan pertama, atau paling banyak hanya dijumpai
suatu parut berbentuk garis yang hampir tak terlihat. Kedua, bila uterus diangkat
setelah melakukan fiksasi seringkali tak dijumpai parut atau hanya terlihat suatu
cekungan dangkal vertikal pada permukaan dalam dan luar dinding depan uterus
tanpa adanya jaringan parut diantaranya.
Penyembuhan luka pada uterus hamil terjadi dengan cara pembentukan
jaringan ikat. Proses ini berjalan sebagai berikut yaitu setelah dilakukan sayatan maka
antara kedua sisi luka timbul eksudat, pembentukan dan deposit fibrin, proliferasi dan
infilrasi fibroblast, kemudian terbentuklah jaringan parut. Jaringan parut kemudian
menarik kedua sisi otot sehingga hampir tidak tampak lagi jaringan parutnya.
Penyembuhan luka pada uterus adalah unik. Sayatan yang dilakukan adalah
sayatan pada suatu dinding organ yang terdiri dari otot halus. Atau ada pula sayatan
pada tempat yang sebagian besar terdiri atas jaringan ikat. Di sini ada faktor mekanik
berupa kontraksi dan retraksi yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Badan
uterus akan mengecil 1/4- 1/5 dari ukuran semula. Suatu sayatan longitudinal
sepanjang 10 cm akan cepat mengecil membentuk parut sepanjang 2 cm. Sayatan
pada segmen bawah rahim akan mengecil lebih lambat. Pada kehamilan berikutnya
serabut-serabut otot mengalami pemanjangan dan perubahan konsistensi. Daerah
jaringan parut relatif statis, konsistensi jaringan parut mengalami perubahan menjadi
lebih lunak mirip dengan perubahan yang dialami jaringan fibromuskular servik
dikala awal persalinan. Perubahan tampak nyata pada miometrium tidak pada
jaringan fibrous parut.
Perlu diperhatikan juga resiko terjadinya perlengketan. Ini tampak lebih nyata
pada pasien yang dilakukan pengirisan dinding perut secara membujur daripada yang
melintang (pfanenstiel).
IV.
meluas hingga ke segmen aktif. Dalam mempersiapkan laporan operasi setelah insisi
uterus vertical jenis apapun, perlu didokumentasikan secara pasti luas jaringan parut
dengan suatu cara yang tidak dapat disalahartikan oleh dokter berikutnya.
Ruptura uteri merupakan komplikasi langsung yang dapat terjadi pada VBAC,
meskipun kejadiannya kecil, tapi dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi
ibu dan janin. Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini, kita harus dapat
mengenali faktor risiko yang terdapat pada pasien sebelum dilakukannya VBAC.
Adapun faktor risiko itu adalah :
Riwayat Persalinan , meliputi :
a. Jenis parut (tipe insisi operasi sebelumnya)
The incision made in the uterine wall for a cesarean birth may be low transverse, low vertical, or high vertical. The type of
incision made in the skin may not be the same type of incision made in the uterus.
Insisi transversal rendah risikonya, 0,2-1,5% , insisi vertikal rendah resikonya 1-7%
dapat dipertimbangkan untuk VBAC, sedangkan insisi klasik (vertikal tinggi)
c. Jumlah SC sebelumnya
Risiko ruptur uterus meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya. Secara
spesifik, terjadi peningkatan sekitar tiga kali lipat resiko ruptur uterus pada wanita
yang mencoba melahirkan per vaginam dengan riwayat dua kali sesar dibandingkan
dengan riwayat satu kali sesar. American College of Obstetricians and Gynecologists
mengambil posisi bahwa wanita dengan riwayat dua kali sesar transversal-rendah
dapat dijadikan kandidat untuk VBAC.
d. Riwayat persalinan pervaginam
Suatu penelitian yang sangat besar menunjukkan efek protektif yang signifikan dari
riwayat persalinan pervaginam pada bekas seksio sesarea satu kali, dan mungkin
merupakan faktor protektif juga pada bekas seksio sesarea dua kali. Penelitian kohort
yang besar oleh Zelop dkk. menemukan bahwa riwayat persalinan pervaginam pada
bekas seksio sesarea menurunkan resiko terjadinya ruptur uterus. Ruptur 1,1% terjadi
pada wanita tanpa riwayat persalinan pervaginam dan hanya 0,2% pada wanita yang
pernah mengalami persalinan pervaginam setelah seksio sesarea.
e. Interval persalinan
Shipp dkk. menyatakan bahwa waktu yang pendek antara seksio sesarea dan
percobaan persalinan pervaginam berikutnya dapat meningkatkan resiko terjadinya
ruptur uterus karena tidak tersedia waktu yang adekuat untuk penyembuhan luka.
Wanita dengan interval persalinan kurang dari 18 bulan, mempunyai resiko 2,3%
dibandingkan dengan yang intervalnya lebih dari 18 bulan yaitu 1%.
f. Indikasi Sesar Sebelumnya
Angka keberhasilan untuk percobaan persalinan sedikit banyak bergantung pada
indikasi sesar sebelumnya. Angka keberhasilan agak meningkat jika sesar
sebelumnya dilakukan atas indikasi presentasi bokong atau distress janin
dibandingkan jika indikasinya adalah distosia. Faktor prognostik yang paling
mendukung adalah riwayat pelahiran pervaginam.
Faktor Ibu
a. Umur
Suatu studi oleh Shipp dkk menyatakan bahwa usia diatas 30 tahun mungkin
berhubungan dengan kejadian ruptur yang lebih tinggi.
b. Anomali uterus
Terdapat kejadian ruptur yang lebih tinggi pada wanita dengan anomali uterus.
Karakteristik kehamilan saat ini
a. Makrosomia
Risiko ruptura uteri akan meningkat dengan meningkatnya berat badan janin karena
terjadinya distensi uterus.
b. Kehamilan ganda
Hanya satu penelitian mengenai hal ini dan ternyata dari 92 wanita, tidak terjadi
ruptura uteri.
c. Ketebalan segmen bawah uterus (SBU)
Ketebalan SBU dapat diperiksa dengan USG. Risiko terjadinya ruptur 0% bila
ketebalan SBU > 4,5 mm; 0,6% bila 2,6-3,5 mm dan 9,8% bila tebalnya < 2,5 mm
d. Malpresentasi
Flamm dkk. melaporkan tidak terjadi ruptur pada 56 pasien yang dilakukan versi luar
pada presentasi bokong saat hamil aterm, namun karena tidak ada data yang definitif,
prosedur ini mungkin bisa berhubungan dengan terjadinya ruptur uterus.
V.
KEBERHASILAN VBAC
Nilai
3
4
- Belum pernah
- 25 75 %
- < 25%
Interpretasi:
Nilai 0 2 : 49%
Nilai 3 8 : 50 94%
(Dikutip dari: Klein GH. Commentary and review: vaginal birth after cesarean
delivery: an admission scoring system).
Menurut penelitian terbaru keberhasilan VBAC berdasarkan umur pasien 72%
untuk ibu berumur <30th, 71% ibu berumur 30-35% dan 65% untuk ibu berumur
>35th.
VI.
Syarat:
- Usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu 41 minggu ).
- Presentasi belakang kepala ( verteks ) dan tunggal
- Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari enam jam
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Janin dalam keadaan sejahtera dengan pemeriksaan Doppler atau CTG
Kriteria seleksi
1. Riwayat satu atau dua seksio sesarea dengan insisi transversal rendah
2. Panggul secara klinis lapang
3. Tidak ada jaringan parut uterus lain atau riwayat ruptur
4. Tersedia dokter selama persalinan aktif yang mampu memantau persalinan
dan melakukan sesar darurat (dalam waktu 30 menit)
5. Ketersediaan anestesi dan petugasnya untuk sesar darurat
Kontraindikasi Mutlak
1. Seksio sesarea terdahulu adalah seksio korporal ( klasik ).
2. Adanya APB ( Ante Partum Bleeding ) oleh sebab apapun.
3. Terbukti bahwa seksio sebelumnya adalah karena CPD ( Cephalo Pelvic
Dysproportion).
4. Malpresentasi atau malposisi.
5. Bayi besar ( makrosomia ).
6. Seksio sesaria lebih dari satu kali.
7. Kehamilan post term ( > 42 minggu ) dengan pelvic score rendah.
8. Terdapat tanda-tanda hipoksia intrauterin ( dari frekuensi bunyi jantung janin,
NST ataupun CST ).
Kontraindikasi Relatif
1. Kehamilan kembar / gemeli
2. Hipertensi dalam kehamilan, termasuk preeklamsia.
3. Seksio terdahulu pasien dirawat lebih dari kewajaran ( > 7 hari )
4. Terdahulu adalah operasi miomektomi multipel.
VII.
MANFAAT VBAC
a. Menghindari bekas luka lain pada rahim, mengingat jika ibu ingin
hamil lagi maka resiko masalah pada kehamilan berikutnya lebih
sedikit.
b. Lebih sedikit kehilangan darah dan lebih sedikit memerlukan tranfusi
darah.
c. Resiko infeksi pada ibu dan bayi lebih kecil.
d. Biaya yang dibutuhkan lebih sedikit sedikit.
e. Waktu pemulihan pasca melahirkan lebih cepat pada ibu
Ibu dengan persalinan sesar sebelumnya ketika hamil dapat memilih akan
mengulang tindakan sesar atau lahir normal per vaginam sesuai dengan syarat
dan kontraindikasi tersebut di atas. Tidak banyak pasien akan bimbang
memilih 2 tindakan tersebeut. Menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists, berikut perbedaan antara mengulangi tindakan sesar atau
lahir spontan secara pervaginam,
Repeat Cesarean
VBAC
Possibility of tearing or
episiotomy
LAPORAN KASUS
I . IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R
Umur
: 22 Tahun
Pekerjaan
Tgl MRS
: 16-03-2016
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kenceng kenceng, keluar lendir pervaginam yang dirasakan sejak jam 00.00 WIB
( 15/03/2016).
Riwayat Pengobatan :
Mengkonsumsi vitamin dan penambah darah selama masa kehamilan yang diberikan
oleh bidan.
Riwayat Perkawinan :
Perkawinan pertama,masih kawin,lama pernikahan 4 tahun.
Riwayat Haid :
Menarce 13 tahun , teratur , tidak sakit, siklus 28 hari , lama 7 hari , HPHT tanggal 17
Juni 2015, taksiran partus /TP tanggal 24 Mei 2016 .
Riwayat Persalinan :
Gravida (2) , aterm (1) , premature (-) , abortus (-) , anak hidup (1) , SC (1)
No Tempat
1
bersalin
RSUD
Penolong Thn
Dokter
Aterm
2008 Aterm
Jenis
Persalinan
SC
Penyulit Jenis
Kelelah
kelamin
Laki-
an sisa
laki
dukun.
2
Hamil
ini
Riwayat Alergi :
-
Obat (-)
Makanan (-)
Riwayat Operasi :
px memiliki riwayat operasi yaitu SC pada tahun 2013
Riwayat Kebiasaan :
-
Jamu (-)
Rokok (-)
Alkohol (-)
Makan teratur sehari 3 kali
BB
PB
4100gr
50cm
Keada
aan
Hidup
Suhu : 36,3 c
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Status Generalis
Kepala : normocepal
Mata : - konjungtiva : anemis -/- , sclera : ikterus : -/Jantung : BJ 1&II normal regular murmur (-),gallop (-)
Paru paru : vesikuler +/+ ,wh -/- ,Rh -/Ekstremitas atas : udem -/- , akral hangat +/+
Ekstremitas bawah : udem -/- , akral hangat +/+
Status Obstetri
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Palpasi
-
Leopold 1
Lopold II
Leopold III
Leopold IV
His
Pemeriksaan dalam : Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban teraba, kepala H
I.
Diagnosis :
-
Ibu
Rencana Tindakan :
-
Observasi CHBP
USG, NST
Evaluasi 6jam
Pro Persalinan Ekspektatif Pervaginam
Prognosis :
-
Ibu
: Diharapkan baik
Anak : Diharapkan baik
Kemajuan Persalinan :
-
08 :45 : Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban teraba, kepala H I, his 3
H III, his 4 kali dalam 10 menit > 40 detik kekuatan his kuat
10 :57 : Bayi lahir spontan,jenis kelamin : perempuan, berat badan : 2500 gr,
Follow Up
No
1.
S
Nyeri bekas jahitan
O
TD : 120/80mmHg
A
P2A2 22 thn
P
Diet TKTP
N : 80x/menit
dengan post
RR: 20x/menit
sedikit,BAK(+),
S : 36,3o C
partum H1
SF 2x1
Cefadroxyl 2x1
KIE ASI eksklusif
dan Hygiene
Mobilisasi betahap
Mx
2.
TD : 120/70mmHg
P2A2 22 thn
kel/vs/flx/kont.UT
Diet TKTP
N : 88x/menit
dengan post
As.Mef 3x1
RR: 20x/menit
partum H2
SF 2x1
S : 36,7o C
banyak,BAK(+),
Cefadroxyl 2x1
KIE ASI eksklusif
dan Hygiene
Mobilisasi bertahap
Pro KRS kontrol poli
terjadwal.
Hb
: 12.0 g/dL
Leukosit
: 10,77 ribu/L
Trombosit
: 245 ribu/ L
HbsAg (kualitatif) : negatif
DAFTAR PUSTAKA
1. ACOG Practice Bulletin #54: new vbac guidlines. Obstet Gynecol 2010; 6:8.
2. American College of Obstetricians and Gynecologists.1999. Vaginal birth
after previous cesaean delivery. ACOG Practice Bulletin #5, American
College of Obstetricians and Gynecologists, Washington DC.
3. Cunningham, Mcdonald, Gant, 2005. Obstetry Williams. EGC : Jakarta.
4. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan Patologi.
EGC : Jakarta.
5. https://www.glowm.com/pdf/AIP%20Chap19%20VBAC.pdf di akses pada
tanggal 20/03/2016 pukul 19.00 WIB
6. http://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20150113lac-vbac.html
akases pada tanggal 20/03/2016 pukul 19.20 WIB.
di