TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Seorang wanita yang pernah menjalani operasi sesar jika hamil lagi
mempunyai 2 pilihan persalinan yaitu operasi sesar lagi atau persalinan
pervaginam (vaginal birth after cesarean section atau yang disebut VBAC).
Selama bertahun-tahun, uterus yang memiliki jaringan parut dianggap
merupakan kontraindikasi untuk melahirkan normal karena kekhawatiran
untuk terjadinya ruptura uteri. Menurut panduan yang dikeluarkan oleh
American College of Obstetricians and Gynecologists, wanita yang memiliki
riwayat seksio sesarea dua kali atau riwayat operasi rahim sebelumnya dapat
diberikan kesempatan memilih persalinan pervaginam.
II. DEFINISI
VBAC (Vaginal Birth After C-Section) ialah proses persalinan per
vaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami seksio
sesaria pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada
dinding rahim (misalnya satu ataupun lebih miomektomi intramural). Seksio
sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut.
Angka Ruptur Uterus Berdasarkan Jenis dan Lokasi Insisi Uterus Sebelumnya
The incision made in the uterine wall for a cesarean birth may be low transverse,
low vertical, or high vertical. The type of incision made in the skin may not be the
same type of incision made in the uterus.
c. Jumlah SC sebelumnya
e. Interval persalinan
h. Sterilisasi Elektif
Faktor Ibu
a. Umur
Suatu studi oleh Shipp dkk menyatakan bahwa usia diatas 30 tahun
mungkin berhubungan dengan kejadian ruptur yang lebih tinggi.
b. Anomali uterus
a. Makrosomia
b. Kehamilan ganda
Hanya satu penelitian mengenai hal ini dan ternyata dari 92 wanita,
tidak terjadi ruptura uteri.
d. Malpresentasi
Flamm dkk. melaporkan tidak terjadi ruptur pada 56 pasien yang
dilakukan versi luar pada presentasi bokong saat hamil aterm, namun
karena tidak ada data yang definitif, prosedur ini mungkin bisa
berhubungan dengan terjadinya ruptur uterus.
V. KEBERHASILAN VBAC
Angka keberhasilan partus pervaginam sekitar 60 – 80 %, dengan
komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptura uteri (rahim robek) sekitar
0,5 – 1,5 %, histerektomi (operasi pengangkatan rahim), cedera operasi,
dan infeksi sehingga dapat menyebabkan meningkatnya angka kesakitan
dan kematian ibu dan janin. Angka keberhasilan VBAC bergantung pada
indikasi seksio sesarea sebelumnya. Jika indikasi operasi sebelumnya
karena faktor menetap seperti panggul sempit, jelas tidak boleh
melakukan VBAC. Tetapi VBAC sering berhasil jika indikasi operasi
sebelumnya adalah presentasi bokong, fetal distress, partus tak maju atau
partus macet. Pada partus tak maju, VBAC akan mempunyai keberhasilan
lebih tinggi jika operasi sebelumnya dilakukan pada pembukaan lebih dari
5 cm.
Hoskins dan Gomez (1997) menganalisis angka kejadian VBAC pada
1917 wanita dalam kaitannya dengan besar pembukaan serviks yang
dicapai sebelum dilakukan seksio sesarea sebelumnya atas indikasi
distosia. Angka keberhasilan VBAC adalah 67% untuk yang seksio
sesarea pada pembukaan servik 5 cm atau kurang, dan 73% untuk
pembukaan 6-9 cm. Angka keberhasilan VBAC turun menjadi 13%
apabila distosia didiagnosis pada kala dua persalinan.
Untuk menentukan keberhasilan persalinan pervaginam setelah seksio
sesaria (VBAC) dalam suatu penelitian observasional yang melibatkan
5022 pasien, Bruce L. Flamm, MD dan Ann M. Geiger, PhD membuat
Admission Scoring System berikut:
Interpretasi:
(Dikutip dari: Klein GH. Commentary and review: vaginal birth after cesarean
delivery: an admission scoring system).
Kriteria seleksi
1. Riwayat satu atau dua seksio sesarea dengan insisi transversal rendah
2. Panggul secara klinis lapang
3. Tidak ada jaringan parut uterus lain atau riwayat ruptur
4. Tersedia dokter selama persalinan aktif yang mampu memantau
persalinan dan melakukan sesar darurat (dalam waktu 30 menit)
5. Ketersediaan anestesi dan petugasnya untuk sesar
1. Tidak ada indikasi seksio sesarea pada kehamilan saat ini seperti janin
lintang, sungsang, bayi besar, plasenta previa.
2. Terdapat catatan medik yang lengkap mengenai riwayat seksio sesarea
sebelumnya (operator, jenis insisi, komplikasi, lama perawatan).
3. Pasien sesegera mungkin untuk dirawat di RS setelah terdapat tanda-tanda
persalinan.
4. Tersedia darah untuk transfusi.
5. Persetujuan tindak medik mengenai keuntungan maupun risikonya
6. Usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu – 41 minggu ).
7. Presentasi belakang kepala ( verteks ) dan tunggal
8. Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari enam jam
9. Tidak ada tanda-tanda infeksi
10. Janin dalam keadaan sejahtera dengan pemeriksaan Doppler atau
Kontraindikasi Relatif
1. ACOG Practice Bulletin #54: vaginal birth after previous cesarean. Obstet
Gynecol 2004; 104:203.
2. American College of Obstetricians and Gynecologists.1999. Vaginal birth
after previous cesaean delivery. ACOG Practice Bulletin #5, American
College of Obstetricians and Gynecologists, Washington DC.
3. Cunningham, Leveno, Bloom, et al.2005. Obstetry Williams. EGC : Jakarta.
4. Flamm BL, Geiger AM. 1997. Vaginal Birth After Cesarean Delivery : an
admission scoring system. Obstet Gynecol 90 : 907-10.
5. Macones, GA, Peipert, J, Nelson, DB, et al. Maternal complications with
vaginal birth after cesarean delivery: a multicenter study. Am J Obstet
Gynecol 2005;193:1656.
6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan Patologi.
EGC : Jakarta.
7. Winknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan : Ruptura Uteri pada Parut Uterus.
670-672. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.