Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MANAGEMENT MEI 2018

Program Kerja Penyehatan Air Puskesmas Bulili

Disusun Oleh :
Andi Ichsan Makkawaru
N 111 16 023

Pembimbing :
Dr. dr. M. Sabir, M.Si
dr. Geraldy G.H.

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai daerah tropis yang berpotensi menjadi daerah endemik
dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman
kesehatan bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong
terjadinya peningkatan kasus maupun kematian akibat ISPA, misalnya
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh asap karena kebakaran hutan, gas
buangan yang berasal dari sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
karena asap dapur, asap rokok, perubahan iklim global antara lain perubahan
suhu udara, kelembaban, dan curah hujan merupakan ancaman kesehatan
terutama pada penyakit ISPA.[1]
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,
jamur dan bakteri. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit
kepala, batuk, mengeluarkan dahak,dan sesak napas.[2]
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari
4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode
ISPA setiap tahunnya. Setidaknya 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas
adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.[3]
Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia balita
tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada
tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%. Salah satu penyebab
peningkatan penemuan yaitu menurunnya sasaran penemuan pneumonia, yang
sebelumnya sama untuk semua provinsi(10%), pada tahun 2015 menggunakan

1
hasil Riskesdas 2013 yang berbeda-beda untuk setiap provinsi dan secara
nasional sebesar 3,55%.[4]
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit yang
sering terjadi pada bayi dan balita. ISPA merupakan penyakit yang dapat
menyebar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun penyakit ini
ringan tetapi tetap berbahaya, terutama bila menyerang pada bayi dan balita.
Serangan penyakit ini terbukti paling tinggi di musim hujan atau pada saat masa
peralihan musim kemarau ke musim hujan.[4]
Menurut data UPTD Puskesmas Bulili angka ISPA masih menduduki
posisi paling pertama dari 10 penyakit yang tersering di Puskesmas Bulili yaitu
berjumlah 1796 kunjungan.[5]

1.2.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Bulili.

2
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : An. J
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Alamat : Jln. Banteng
Tanggal Pemeriksaan 27 April 2018

B. Identitas Orang Tua


Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jln. Banteng

Nama : Tn. F
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Banteng

3
C. Deskripsi Kasus
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan batuk disertai demam.
Batuk berlendir disertai dengan demam dirasakan terutama pada malam
hari dan dialami sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Namun saat di
Puskesmas pasien sudah tidak demam. Menurut ibunya, demam turun
setelah di berikan obat paracetamol dan terkadang disertai dengan sesak.
Tidak ada riwayat kejang, tidak ada mual ataupun muntah. Nafsu makan
menurun. Buang air kecil lancar, berwarna kuning dengan frekuensi 3-5
kali sehari. Buang air besar biasa, berwarna kekuningan dengan konsistensi
padat.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Ibu pasien menderita keluhan batuk.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :


 Pasien makan 1-2 kali sehari. Menu makanan pasien yaitu nasi, lauk
pauk, dan kadang terdapat sayur. Porsi sekali makan pasien yaitu
sepiring nasi berisi 1 sendok nasi, lauk yang dikonsumsi berupa ikan,
tahu atau tempe yang digoreng. Sayuran yang biasanya dikonsumsi
oleh pasien yaitu kelor. Pasien jarang mengkonsumsi buah.
 Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore di sungai
 Pasien tinggal bersama ibu dan ayah, 3 orang kakaknya.
 Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk. Pasien tinggal di
rumah permanen berlantai 1, berukuran luas sekitar 6x10 m2. Rumah

4
terdiri dari 3 ruangan yaitu kamar, toiliet dan ruang bersama (dapur,
ruang keluarga, ruang cuci baju). Lantai rumah terbuat dari semen,
dinding rumah permanen terbuat dari batako. Ventilasi pada ruang
bersama hanya terdapat 3 ventilasi yang berukuran 10x10 cm serta
terdapat celah antara dinding dan plafon.Rumah tersebut tidak memiliki
jendela.
 Rumah pasien memiliki 1 buah kamar mandai dan septic tank. Tidak
ada saluran air limbah (got) di samping rumah yang mengalir ke depan
rumah.
 Sampah di rumah dikumpulkan dan kemudian dibakar di depan rumah.
 Sumber listrik rumah yaitu PLN. Sumber air dari sumur suntik.

Riwayat Antenatal :
Ibu rutin memeriksakan kandungan selama kehamilan, dan tidak ada
penyakit selama hamil.

Riwayat Natal :
Pasien lahir normal di bidan, cukup bulan, dengan berat badan lahir 2900
gr, dan panjang badan lahir 48 cm, langsung menangis.

Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan
BCG (0-1 bulan) Diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Diberikan
DPT/HB (2, 4, 6 bulan) Diberikan
Campak (9 bulan) Diberikan

Riwayat Imunisasi Tambahan : tidak ada

5
Genogram

Keterangan : = Pasien = Ayah pasien


= Laki-laki = Ibu pasien
= Perempuan

Sosial Ekonomi
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan tetangga sekitar.
Pasien tergolong ekonomi ke bawah. Ibunya bekerja di loundry yang tiap hari,
dari pagi hingga malam berada di tempat kerja sehingga anaknya sering di
titipkan di tetangga. Ayahnya sendiri bekerja serabutan yang tidak menentu
penghasilannya.

6
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit ringan Berat Badan : 10 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 85 cm
Status Gizi : Gizi Baik

Tanda Vital

Nadi : 88 kali/menit (kuat angkat, reguler)


Suhu : 36.70C
Pernapasan : 24 kali/menit

Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit


cukup.
Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan tidak
mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Tidak
terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret
pada telinga, bibir tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil T1/T1
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktuskordis tampak
Palpasi : iktuskordis teraba pada ICS V linea
midclaviculasinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,

7
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Kerja
ISPA (Pneumonia)

Diagnosis Banding
Brochopneumonia

Anjuran Pemeriksaan
Pemeriksaan darah rutin

Terapi
 Medikamentosa :
GG 30 mg
CTM 1 mg
Pulv 3x1
PCT syrup 3x1 cth

8
 Nonmedikamentosa :
 Menghentikan kebiasaan merokok, jika ada yang merokok di dalam rumah
atau yang sering kontak dengan pasien.

 Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu


meningkatkan daya tahan tubuh anak.
 Memberikan minuman hangat, dan memperbanyak minum air putih ataupun
sari buah untuk membantu mengencerkan dahak.
 Istirahat yang cukup.

2.2 Analisis Kasus


Pasien merupakan anak yang aktif, sering bermain di luar rumah, setelah
bermain pasien kadang tidak cuci tangan. Sehari-hari, ia juga belum diajarkan
untuk cuci tangan sendiri. Pasien sering kontak dengan tetangga dan pamannya
yang aktif merokok, karena ibu pasien sering menitipkan anaknya ketika pergi
bekerja.

2.3 Identifikasi Masalah pada Pasien


1. Bagaimana masalah ISPA di Wilayah kerja Puskesmas Bulili?
2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah ISPA di Wilayah kerja
Puskesmas Bulili?
3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait ISPA di Wilayah kerja
Puskesmas Bulili?

9
BAB III
PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan ISPA, yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori ISPA bukanlah penyakit keturunan.
2. Faktor perilaku
Faktor perilaku yang mempengaruhi pada kasus ini yaitu kebiasaan main
di luar rumah dan terpapar dengan orang yang aktif merokok.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan ISPA yaitu kontak
dengan anggota keluarga dalam hal ini, tetangga dan pamannya yang merupakan
perokok aktif serta keadaan rumah yang tidak sehat terutama masalah
pencahayaan atau ventilasi udara yang kurang baik.

Menurut Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri


Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999:[6]
1. Bahan bangunan,
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
 Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
 Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
 Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

10
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.

 Rumah pasien merupakan rumah permanen yang terbuat dari batako yang
di lapisis semen dan atapnya terbuat dari kayu.

2. Komponen dan penataan ruang rumah. Komponen rumah harus memenuhi


persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
 Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara
 Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan
ruang bermain anak
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
 Rumah pasien memiliki sirkulasi yang kurang baik tidak memiliki
jendela dan ventilasi hanya berukuran 10x10 cm berjumlah 3 buah, hanya
terdapat 3 ruangan yang dimanan ruang keluarga, dapur dan tempat cuci
piring dijadikan satu tempat, sistem pengasapan pada dapur tidak ada.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

11
 Rumah pasien memiliki akses untuk pencahayaan alam yang kurang,
karena ventilasi yang kurang, tidak terdapat jendela.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
b. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
c. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
d. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
e. Pertukaran udara
f. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
g. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
 Kualitas udara dirumah pasien dapat dikatakan kurang, dinilai dari
pertukaran udara kurang baik karena ruangan pengap, dikarenakan
padatnya jumlah penghuni di rumah dan sedang dilakukan renovasi di
rumah pasien.
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
 Dirumah pasien dapat dikatakan kurang karena tidak terdapat jendela dan
hanya terdapat 3 ventilasi berukuran 10x10 cm dan terdapat celah antara
dinding dan plafon.

6. Binatang penular penyakit


Tidak ada tikus bersarang dalam rumah
 Dirumah pasien menurut ibu pasien tidak ada tikus dan binatang
peliharaan, namun beberapa tetangga disebelah rumahnya memelihara
anjing.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang

12
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Jumlah air dapat dikatakan cukup karena bersumber dari sumur suntik,
tetapi untuk kualitasnya belum dapat dinilai.

8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene


 Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dan tidak
menggunakan penutup makanan.

9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
 Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah ±2 meter, dan keluarga
pasien selalu membuang limbah di tempat sampah tersebut, sehingga
pengelolaan limbah belum cukup baik.

10. Kepadatan hunian ruang tidur


Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
 Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 1 kamar dengan masing-masing
ukuran 3x4 m2, berisi 1 tempat tidur. Kebersihan kamar tidur dirumah
pasien dapat dikatakan kurang karena di kamar tidur tergabung dengan
pakaian seluruh penghuni rumah yang tertata kurang rapi.

13
4. Faktor pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan masyarakat terkait kinerja puskesmas untuk
menanggulangi ISPA mulai dari pelayanan UKP berbasis pelayanan di polik
MTBS, melakukan pengukuran TB, BB, menilai status gizi serta penyuluhan
terkait diagnosa penyakit pasien, polik kesehatan anak melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan diagnosa, apotik sebagai penyedia obat yang sesuai dengan
diagnosa, juga pelayanan UGD jika ditemukan kondisi buruk terkait komplikasi
ISPA seperti sesak napas berat dan lain sebagainya, perlunya juga ditingkatan
mengenai pelayanan kesehatan lingkungan yang sangat berperan penting dalam
mengendalikan masalah ISPA di lingkungan kerja Puskesmas Bulili, salah
satunya program “Klinik Sanitasi” yang merupakan program kesehatan
lingkungan yang berupaya mengumpulkan faktor resiko terkait lingkungan
pasien dengan pelayanan mulai dari Konseling, Inspeksi faktor resiko lingkungan
serta intervensi lingkungan baik secara pembinaan maupun secara pemenuhan
kebutuhan dasar lingkungan fisik pasien yang bersangkutan. Untuk program ini
pada PKM Bulili sudah berjalan dengan baik.
Dari pelayanan UKM, berbasis pelayanan Kesling yang berhubungan
dengan ISPA melakukan kegiatan pokok pengawasan rumah yang berfungsi
meningkatan pengetahuan, keterampilan, kesadaran, kemampuan masyarakat
dalam mewujudkan perumahan dan lingkungan sehat. Menurut
penanggungjawab program kesehatan lingkungan program pengawasan rumah
turun lapangan setiap bulan namun tidak setiap desa dikunjungi tiap bulan,
melainkan berjarak 3 bulan di tiap kelurahan. Kunjungan rumah juga dilakukan
bila pasien dengan keluhan yang sama datang beberapa kali, ataupun terdapat
peningkatan angka kejadian di wilayah tersebut. Hal ini juga dikarenakan
kurangnya SDM untuk dapat menjangkau pemukiman penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Bulili.

14
Pasien

Apotik Poli MTBS/Anak


Memberikan (ukur TB, BB,Tanda
obat sesuai Vital, anamnesis -
resep dokter penatalaksanaan )

Konseling
memberikan
penyuluhan
terkait ISPA

Alur Pelayanan ISPA di Puskesmas Bulili

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah ISPA masih menempati
posisi teratas untuk Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Bulili. ISPA
merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian ASI ekslusif,
imunisasi lengkap, penerapan gaya hidup sehat, menghindari paparan asap
rokok maupun polusi, dan menjaga kebersihan rumah agar tetap sehat.Kejadian
penyakit ISPA pada kasus ini di pengaruhi faktor perilaku dan faktor
lingkungan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran penyakit ISPA harus lebih di
tingkatkan terutama terkait faktor resiko dengan cara mengoptimalkan kader
kader untuk melakukan penyuluhan.
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mengurangi penyebaran
penyakit dengan cara mengajak masyarakat untuk bersama-sama
mewujudkan rumah sehat pada tiap rumah.
3. Bekerjasama dengan beberapa pihak terkait agar dapat mewujudkan rumah
sehat di seluruh wilayah kerja Puskesmas Bulili secara bertahap.

16
DAFTAR PUSTAKA

[1] Daroham, N.E. &Mutiatikum. 2014. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) di Indonesia, Jakarta: Puslitbang
Biomedis dan Farmasi.

[2] Anonim, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

[3] Rasmaliah,2014. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan


Penanggulangannya. USU digital library. [cited 27 nov 2017]. Diakses dari
:http://library.usu.ac.id/

[4] Klinikita. 2012. Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Bumi Aksara.

[5] Anonim, 2016. Profil Puskesmas Bulili Tahun 2016.

[6] Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829 Menkes SK/VII/1999 Tentang


Persyaratan Kesehatan Perumahan.

17
DOKUMENTASI

Ruang Bersama (Ruang Tamu,


ruang keluarga, dapur, tempat
cuci piring dn baju)

Dapur dan ventilasi udara

18
Tampkan depan rumah Lingkungan depan rumah

19

Anda mungkin juga menyukai