Anda di halaman 1dari 89

BAB 1

PENDAHULUAN

Otolaringologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus meneliti diagnosis


dan pengobatan penyakit telinga, hidung, tenggorok serta kepala dan leher. Di
Indonesia, cabang kedokteran ini populer dengan nama Ilmu Telinga Hidung
Tenggorokan Bedah Kepala Leher atau THT-KL.
Sebelum memperdalam ilmu THT ini perlu diketahui anatomi dan fisiologi dari
masing masing organ tersebut agar dapat juga dengan mudah melakukan suatu terapi
THT dan juga tindakan tindakan yang perlu dilakukan dalam mengatasi penyakit
penyakit yang berhubungan dengan telinga, hidung dan tenggorokan.
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang
telinga, vagina dan rectum. Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah
untuk memperoleh reaksi local dari obat tersebut sereta Efek local, yaitu efek hanya
setempat di mana obat digunakan.

Cara penggunaan obat yang memberi efek local, adalah :


1. Inhalasi, yaitu larutan obat disemprotkan ke dalam mulut atau hidung
dengan suatu alat seperti ; inhaler, nebulizer atau aerosol.
2. Penggunaan obat pada mukosa seperti ; mata, telinga, hidung, vagina,
dengan obat tetes, dsb.
3. Penggunaan pada kulit dengan salep, krim, lotion, dsb.

1
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA TELINGA HIDUNG DAN
TENGGOROKAN

2.1. Telinga
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam: 1,2,3,5
2.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit.Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang
rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga
terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat= Kelenjar
serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut,
kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami
modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna
kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen
berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.

2
Gambar 2.1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal
Telinga 1,2,3
2.1.2 Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : Membran timpani

3
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa
(membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis
lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut umbo.Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier.Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa
kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis
itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah
depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane
timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran didalam telinga tengah salingberhubungan .Prosesus longus
maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan
inkus melekat pada stapes.Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea.Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian.Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang

4
terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum
yang berdekatan.Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat
pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara.
maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars
flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad
antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid.Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Gambar 2.2 : Membran Timpani 1,2,3


Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius
(tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara
kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut
menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat
keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya
membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan
udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga

5
menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan
luar membrane tympani.
2.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.Ujung
atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli.Kanalis semi sirkularis saling berhubungan
secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan
melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah
bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.Skala vestibuli dan
skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.Dasar
skala vestibule disebut sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane)
sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis.Pada membran ini
terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah
yang disebut membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut
yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang
membentuk organ corti.5

6
Gambar 2.3 :Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga
Dalam 1,2,3,5
Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari
pembuluh darah dan saraf.Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua
oleh dinding (septum).Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis
ossea.Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis
membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala
vestibule (bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini
bertemu pada ujung koklea.Tempat ini dinamakan helicotrema.Skala vestibule
bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir pada fenestra
rotundum.Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea kearah

7
perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner. Pada
pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
1. membrane reissner bagian atas
2. lamina spiralis membranasea bagian bawah
3. dinding luar koklea
saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang
berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis.disini,
terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.

Gambar 2.4 :Koklea2,3

Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada membarana


basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya
membrane basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan lamina
spiralis ossea berkurang.Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh pada basis
koklea.Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea.

8
Gambar 2.5 :Organ korti 2,3

Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu


membrane tektoria.Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan
berhubungan dengan alat persepsi pada alat korti.Pada alat korti dapat
ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung
rambut.Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi
kortilimf.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus
reunions.Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum
timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum
timpani.Tonjolan ini dinamakan promontorium.

Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga
berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen
ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya

9
telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-
gelembung bagian membrane sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung
sakkulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus
utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus yang
berakhir pada suatu lilpatan dari duramater, yang terletak pada bagian
belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus
endolimfatikus.Saluran ini buntu.Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut
yang di kelilingi oleh sel-sel penunjang yang letaknya pada macula.Pada
sakkulus, terdapat macula sakkuli.Sedangkan pada utrikulus, dinamakan
macula utrikuli.

Kanalis semisirkularisanlis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus
satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang
terbenam dalam perilimf. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan
antrum mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis
semisirkularis horizontalis (lateralis).Kanalis semisirkularis vertikal
(posterior) berbatasan dengan fossa crania media dan tampak pada permukaan
atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata.Kanalis semisirkularis
posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung
yang tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal
bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis. Kanalis
semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis semisirkularis ossea.
Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf.Didalam kanalis
semisirkularis membranasea terdapat endolimf.Pada tempat melebarnya
kanalis semisirkularis ini terdapatsel-sel persepsi.Bagian ini dinamakan
ampulla.Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada
Krista ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla.Rambut-rambut dari
sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan kupula, suatu organ

10
gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga dapat menutup seluruh
ampulla.

2.1.4 Fisiologi pendengaran 1,2,3,4,5


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan
ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap
lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan
melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadipenglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

11
Gambar 2.6 : Fisiologi Pendengaran 1,4

2.2 Anatomi dan fisiologi hidung


2.2.1 Anatomi hidung

Gambar 2.7 : Anatomi hidung

12
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan.Hidung terdiri atas hidung luar dan
hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir
atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas
kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago
yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung
yang mudah digerakkan.6
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks.Agak keatas dan belakang dari
apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal
hidung dan menyatu dengan dahi.Yang disebut kolumela membranosa mulai dari
apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari
kartilago septum.Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai
dasar hidung.Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang
dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah
nares anterior atau nostril(Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior
dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.6
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung.Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang
membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang
memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi
berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi
dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk
kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut
nares posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares
anterior, disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang

13
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan
vibrise.6
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral,
inferior dan superior.Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini
dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior,
konkha media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah
ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih
kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan
konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri
yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media
superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka
inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara
konkha media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media
disebut meatus superior.6
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan
celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior.Disini terdapat
muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid.
Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding
lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai
infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit
menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus
semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan
yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.6
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas
sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan
sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular
dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek
prosesus zigomatikus os maksilla.Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da
os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh

14
os frontale dan os sphenoidale.Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap
dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang
mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os
frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.6

Perdarahan hidung
Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:6
1. Arteri Etmoidalis anterior
2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika
3. Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal
dari arteri karotis eksterna.

Gambar 2.8 : Sistem Vaskularisasi Hidung

Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri


maksilaris interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri
sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus
sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka
media.Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri
fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri

15
palatina mayor, yang disebut pleksus kieesselbach (littles area). Pleksus
Kiesselbach letaknya superfisialis dan mudah cedera oleh truma, sehingga sering
menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan
berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar
hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus.

Persyarafan hidung

Gambar 2.9 :PersarafanHidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang
berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal dari
cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus.Cabang pertama

16
nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus
nasosiliaris yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior
dan etmoidalis posterior dan nervus infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior
berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung bersama
arteri etmoidalis anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi
lagi menjadi cabang nasalis internus medial dan lateral. Rongga hidung lainnya,
sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui
ganglion sfenopalatinum.Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan
sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa
hidung.Ganglion ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus
maksila.Serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus.Ganglion
sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konkha
media.Nervus Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidupada
mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

2.2.2 Fisiologi hidung


Hidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar
dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung
memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang
mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel
olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi
akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang
besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85 % -90% disaring didalam hidung
dengan bantuan TMS.
Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan
nafas, (2) Alat pengatur kondisi udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra
penghidu, (5) Untuk resonansi suara, (6) Turut membantuproses bicara,(7)
Reflek nasal.7

17
2.2.3 Sistem Mukosiliar
2.2.3.1. Histologi mukosa6
Luas permukaan kavum nasi kurang lebih 150 cm2 dan total volumenya
sekitar 15 ml. Sebagian besar dilapisi oleh mukosa respiratorius.Secara
histologis, mukosa hidung terdiri dari palut lendir (mucous blanket),
epitel kolumnar berlapis semu bersilia, membrana basalis, lamina
propria yang terdiri dari lapisan subepitelial, lapisan media dan lapisan
kelenjar profunda.

Gambar2.10 :gambaran histology mukosa hidung

2.2.3.2 Epitel
Epitel mukosa hidung terdiri dari beberapa jenis, yaitu epitel skuamous
kompleks pada vestibulum, epitel transisional terletak tepat di belakang
vestibulum dan epitel kolumnar berlapis semu bersilia pada sebagian
mukosa respiratorius.Epitel kolumnar sebagian besar memiliki silia.Sel-
sel bersilia ini memiliki banyak mitokondria yang sebagian besar
berkelompok pada bagian apeks sel. Mitokondria ini merupakan sumber
energi utama sel yang diperlukan untuk kerja silia.Sel goblet merupakan
kelenjar uniseluler yang menghasilkan mukus, sedangkan sel basal
merupakan sel primitif yang merupakan sel bakal dari epitel dan sel

18
goblet.Sel goblet atau kelenjar mukus merupakan sel tunggal,
menghasilkan protein polisakarida yang membentuk lendir dalam
air.Distribusi dan kepadatan sel goblet tertinggi di daerah konka inferior
sebanyak 11.000 sel/mm2 dan terendah di septum nasi sebanyak 5700
sel/mm2.Sel basal tidak pernah mencapai permukaan.Sel kolumnar pada
lapisan epitel ini tidak semuanya memiliki silia. Kavum nasi bagian
anterior pada tepi bawah konka inferior 1 cm dari tepi depan
memperlihatkan sedikit silia (10%) dari total permukaan. Lebih
kebelakang epitel bersilia menutupi 2/3 posterior kavum nasi.Silia
merupakan struktur yang menonjol dari permukaan sel. Bentuknya
panjang, dibungkus oleh membran sel dan bersifat mobile. Jumlah silia
dapat mencapai 200 buah pada tiap sel. Panjangnya antara 2-6 m
dengan diameter 0,3 m. Struktur silia terbentuk dari dua mikrotubulus
sentral tunggal yang dikelilingi sembilan pasang mikrotubulus luar.
Masing-masing mikrotubulus dihubungkan satu sama lain oleh bahan
elastis yang disebut neksin dan jari-jari radial. Tiap silia tertanam pada
badan basal yang letaknya tepat dibawah permukaan sel. Pola gerakan
silia yaitu gerakan cepat dan tiba-tiba ke salah satu arah (active stroke)
dengan ujungnya menyentuh lapisan mukoid sehingga menggerakan
lapisan ini.Kemudian silia bergerak kembali lebih lambat dengan ujung
tidak mencapai lapisan tadi (recovery stroke). Perbandingan durasi
geraknya kira-kira 1 : 3. Dengan demikian gerakan silia seolaholah
menyerupai ayunan tangan seorang perenang. Silia ini tidak bergerak
secara serentak, tetapi berurutan seperti efek domino (metachronical
waves) pada satu area arahnya sama. Gerak silia terjadi karena
mikrotubulus saling meluncur satu sama lainnya. Sumber energinya
ATP yang berasal dari mitokondria. ATP berasal dari pemecahan ADP
oleh

19
ATPase.ATP berada di lengan dinein yang menghubungkan
mikrotubulus dalam pasangannya. Sedangkan antarapasangan yang satu
dengan yang lain dihubungkan dengan bahan elastis yang diduga neksin.
Mikrovilia merupakan penonjolan dengan panjang maksimal 2 m dan
diameternya 0,1 m atau 1/3 diameter silia. Mikrovilia tidak bergerak
seperti silia.Semua epitel kolumnar bersilia atau tidak bersilia memiliki
mikrovilia pada permukaannya. Jumlahnya mencapai 300-400 buah tiap
sel. Tiap sel panjangnya sama. Mikrovilia bukan merupakan bakal silia.
Mikrovilia merupakan perluasan membran sel, yang menambah luas
permukaan sel. Mikrovilia ini membantu pertukaran cairan dan elektrolit
dari dan ke dalam sel epitel.Dengan demikian mencegah kekeringan
permukaaan sel, sehingga menjaga kelembaban yang lebih baik
dibanding dengan sel epitel gepeng.

2.2.3.3. Palut lendir


Palut lendir merupakan lembaran yang tipis, lengket dan liat, merupakan
bahan yang disekresikan oleh sel goblet, kelenjar seromukus dan
kelenjar lakrimal.Terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan yang
menyelimuti batang silia dan mikrovili (sol layer) yang disebut lapisan
perisiliar.Lapisan ini lebih tipis dan kurang lengket.Kedua adalah
lapisan superficial yang lebih kental (gel layer) yang ditembus oleh
batang silia bila sedang tegak sepenuhnya.Lapisan superfisial ini
merupakan gumpalan lendir yang tidak berkesinambungan yang
menumpang pada cairan perisiliar dibawahnya.
Cairan perisiliar mengandung glikoprotein mukus, protein serum,
protein sekresi dengan berat molekul rendah.Lapisan ini sangat
berperanan penting pada gerakan silia, karena sebagian besar batang
silia berada dalam lapisan ini, sedangkan denyutan silia terjadi di dalam
cairan ini.Lapisan superfisial yang lebih tebal utamanya mengandung

20
mukus.Diduga mukoglikoprotein ini yang menangkap partikel
terinhalasi dan dikeluarkan oleh gerakan mukosiliar, menelan dan
bersin.Lapisan ini juga berfungsi sebagai pelindung pada temperatur
dingin, kelembaban rendah, gas atau aerosol yang terinhalasi serta
menginaktifkan virus yang terperangkap.
Kedalaman cairan perisiliar sangat penting untuk mengatur interaksi
antara silia dan palut lendir, serta sangat menentukan pengaturan
transportasi mukosiliar. Pada lapisan perisiliar yang dangkal, maka
lapisan superfisial yang pekat akan masuk ke dalam ruang perisiliar.
Sebaliknya pada keadaan peningkatan perisiliar, maka ujung silia tidak
akan mencapai lapisan superfiasial yang dapat mengakibatkan kekuatan
aktivitas silia terbatas atau terhenti sama sekali (Sakakura 1994).

2.2.3.4. Membrana basalis


Membrana basalis terdiri atas lapisan tipis membran rangkap dibawah
epitel.Di bawah lapisan rangkap ini terdapat lapisan yang lebih tebal
yang terdiri dari atas kolagen dan fibril retikulin.

2.2.3.5. Lamina propria


Lamina propria merupakan lapisan dibawah membrana basalis. Lapisan
ini dibagi atas empat bagian yaitu lapisan subepitelial yang kaya akan
sel, lapisan kelenjar superfisial, lapisan media yang banyak sinusoid
kavernosus dan lapisan kelenjar profundus. Lamina propria ini terdiri
dari sel jaringan ikat, serabut jaringan ikat, substansi dasar, kelenjar,
pembuluh darah dan saraf.Mukosa pada sinus paranasal merupakan
lanjutan dari mukosa hidung.Mukosanya lebih tipis dan kelenjarnya
lebih sedikit.Epitel toraknya berlapis semu bersilia, bertumpu pada
membran basal yang tipis dan lamina propria yang melekat erat dengan
periosteum dibawahnya. Silia lebih banyak dekat ostium, gerakannya

21
akan mengalirkan lendir ke arah hidung melalui ostium masing-masing.
Diantara semua sinus paranasal, maka sinus maksila mempunyai
kepadatan sel goblet yang paling tinggi.

2.2.3.6 Transportasi mukosiliar


Transportasi mukosiliar hidung adalah suatu mekanisme mukosa hidung
untuk membersihkan dirinya dengan mengangkut partikel-partikel asing
yang terperangkap pada palut lendir ke arah nasofaring.Merupakan
fungsi pertahanan lokal pada mukosa hidung.Transportasi mukosiliar
disebut juga clearance mukosiliar.Transportasi mukosiliar terdiri dari
dua sistem yang merupakan gabungan dari lapisan mukosa dan epitel
yang bekerja secara simultan.Sistem ini tergantung dari gerakan aktif
silia yang mendorong gumpalan mukus.Lapisan mukosa mengandung
enzim lisozim (muramidase), dimana enzim ini dapat merusak beberapa
bakteri.Enzim tersebut sangat mirip dengan imunoglobulin A (Ig A),
dengan ditambah beberapa zat imunologik yang berasal dari sekresi sel.
Imunoglobulin G (Ig G) dan interferon dapat juga ditemukan pada
sekret hidung sewaktu serangan akut infeksi virus.Ujung silia tersebut
dalam keadaan tegak dan masuk menembus gumpalan mukus kemudian
menggerakkannya ke arah posterior bersama materi asing yang
terperangkap didalamnya ke arah faring. Cairan perisilia dibawahnya
akan dialirkan ke arah posterior oleh aktivitas silia, tetapi
mekanismenya belum diketahui secara pasti. Transportasi mukosilia
yang bergerak secara aktif ini sangat penting untuk kesehatan tubuh.
Bila sistem ini tidak bekerja secara sempurna maka materi yang
terperangkap oleh palut lendir akan menembus mukosa dan
menimbulkan penyakit. Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus
media dan inferior maka gerakan mukus dalam hidung umumnya ke
belakang, silia cenderung akan menarik lapisan mucus dari meatus

22
komunis ke dalam celah-celah ini. Sedangkan arah gerakan silia pada
sinus seperti spiral, dimulai dari tempat yang jauh dari
ostium.Kecepatan gerakan silia bertambah secara progresifsaat
mencapai ostium, dan pada daerah ostium silia tersebut berputar dengan
kecepatan 15 hingga 20 mm/menit.Kecepatan gerakan mukus oleh kerja
silia berbeda di berbagai bagian hidung.Pada segmen hidung anterior
kecepatan gerakan silianya mungkin hanya 1/6 segmen posterior, sekitar
1 hingga 20 mm/menit. Pada dinding lateral rongga hidung sekret dari
sinus maksila akan bergabung dengan sekret yang berasal dari sinus
frontal dan etmoid anterior di dekat infundibulum etmoid, kemudian
melalui anteroinferior orifisium tuba eustachius akan dialirkan ke arah
nasofaring. Sekret yang berasal dari sinus etmoid posterior dan sfenoid
akan bergabung di resesus sfenoetmoid, kemudian melalui
posteroinferior orifisium tuba eustachius menuju nasofaring. Dari
rongga nasofaring mukus turun kebawah oleh gerakan menelan.

2.2.3.7 Pemeriksaan fungsi mukosiliar


Fungsi pembersih mukosiliar atau transportasi mukosiliar dapat
diperiksa dengan menggunakan partikel, baik yang larut maupun tidak
larut dalam air. Zat yang bisa larut seperti sakarin, obat topikal, atau gas
inhalasi, sedangkan yang tidak larut adalah lamp black, colloid sulfur,
600-um alluminium disc atau substansi radioaktif seperti human serum
albumin, teflon, bismuth trioxide. Sebagai pengganti partikel dapat
digunakan sakarin yang disebut uji sakarin.Uji ini telah dilakukan oleh
Anderson dan kawan pada tahun 1974dan sampai sekarang banyak
dipakai untuk pemeriksaan rutin.Uji sakarin cukup ideal untuk
penggunaan di klinik.Penderita di periksa dalam kondisi standar dan
diminta untuk tidak menghirup, makan atau minum, batuk dan
bersin.Penderita duduk dengan posisi kepala fleksi 10 derajat. Setengah

23
mm sakarin diletakkan 1 cm di belakang batas anterior konka inferior,
kemudian penderita diminta untuk menelan secara periodik tertentu
kira-kira 1/2-1 menit sampai penderita merasakan manis. Waktu dari
mulai sakarin diletakkan di bawah konka inferior sampai merasakan
manis dicatat dan disebut sebagai waktu transportasi mukosiliar atau
waktu sakarin. Dengan menggunakan bahan celupan, warna dapat
dilihat di orofaring.Transportasi mukosiliar normal sangat
bervariasi.Mahakit (1994) mendapatkan waktu transportasi mukosiliar
normal adalah 12 menit. Sedangkan pada penderita sinusitis, waktu
transportasi mukosiliar adalah 16,6 7 menit. Waguespack (1995)
mendapatkan nilai rata-rata adalah 12-15 menit. Elynawaty (2002)
dalam penelitian mendapatkan nilai normal pada kontrol adalah 7,61
menit untuk wanita dan 9,08 menit untuk pria.

2.3 TENGGOROKAN
2.3.1 Anatomi Tenggorokan8
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra,
terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah
epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan minuman yang lewat dan
menuju esophagus.Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian.
Rongga mulut terletak di depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus
anterior dan dasar lidah. Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar
otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis. Vermilion berwarna
merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan diantara mukosa pipi
bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk oleh dua
bagian: premaksila yang berisi gigi seri dan berasal prosesusnasalis media,
dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk
olehgabungan dari prosesus palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat
garis tengah belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan. Lidah

24
dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depan
terutamaberasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus
lingualis dengan cabang kordatimpani dari saraf fasialis yang mempersarafi
cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula. Saraf glosofaringeus
mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang. Otot lidah berasal dari
miotom posbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke leher.
Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak dekat
sebelah depan saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularis dilalui oleh saraf
lingualis. Saraf fasialis melekat pada kelenjar parotis.
Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut.Faring
adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit dibagian bawah.Kantong ini mulai dari dasar
tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikalis ke
enam. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke
depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring,
sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melalui aditus laring dan
kebawah berhubungan dengan esophagus.Panjang dinding posterior faring
pada orang dewasa kurang lebih empat belas centimeter; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk
oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal.Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring
(hipofaring). Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang
oksiput inferior, kemudianbagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan
vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka kearah depan hidung melalui
koana posterior. Superior, adenoid terletak pada mukosa atap
nasofaring.Disamping, muara tuba eustachius kartilaginosa terdapat didepan
lekukan yangdisebut fosa rosenmuller.Otot tensor velipalatini, merupakan otot
yang menegangkan palatum dan membuka tuba eustachius masuk ke faring
melalui ruangan ini. Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga

25
mulut. Tonsila faringeal dalamkapsulnya terletak pada mukosa pada dinding
lateral rongga mulut. Didepan tonsila, arcus faring anterior disusun oleh otot
palatoglossus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot
palatofaringeus, otot-otot ini membantu menutupnya orofaring bagian
posterior. Semua dipersarafi oleh pleksus faringeus.

2.3.1.1 Vaskularisasi.8
Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.Yang utama
berasal daricabang a. Karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris interna
yakni cabang palatine superior.

2.3.1.2 Persarafan8
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari
n.glosofaringeus dan serabut simpatis.Cabang faring dari n.vagus berisi
serabut motorik.Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot
faring kecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang
n.glossofaringeus.

2.3.1.3 Kelenjar Getah Bening8


Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran yaitu superior,media dan
inferior. Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas.Saluran limfe media mengalir ke
kelenjar getah bening jugulodigastrik dan kelenjar getah bening servikal dalam
atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal
dalam bawah.

26
Berdasarkan letak, faring dibagi atas:
2.3.1.4. Nasofaring
Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid,
jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang
disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas
penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui
oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf
cranial dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen
laserum dan muara tuba eustachius. 9

Gambar 2.11. Anatomi faring dan struktur sekitarnya

2.3.1.5 Orofaring
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan
kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.9

27
a. Dinding Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang
akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian
tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum
mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.9
b. Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior.Batas lateralnya
adalah m.konstriktor faring superior.Pada batas atas yang disebut kutub atas
(upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil.Fosa
ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah
ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan
bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenarbenarnya bukan
merupakan kapsul yang sebena-benarnya.9
c. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.9 Terdapat macam tonsil yaitu tonsil
faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang
biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil.Pada kutub atas tonsil
seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring
yang kedua.Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.9
Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah
yang disebut kriptus.Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang
juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit,
limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.9 Permukaan lateral
tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul
ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina
ascendens, cabang tonsil

28
a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.9 Tonsil lingual
terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila
sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus
tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.9 Infeksi dapat terjadi di
antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluas keatas
pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.9

2.3.1.6 Laringofaring (hipofaring)9


Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula
epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau
bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis (muara
glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus
laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring.Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan
kartilago tiroid.Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus
serta batas posterior adalah vertebra servikal.Lebih ke bawah lagi terdapat
otot-otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.Bila
laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka
struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini
merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum
glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.
Valekula disebut juga kantong pil ( pill pockets), sebab pada beberapa
orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu. Dibawah
valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk

29
infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada
pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita
suara.Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika
menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke
sinus piriformis dan ke esofagus.2 Nervus laring superior berjalan dibawah
dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring.Hal ini penting untuk
diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan
laringoskopi langsung.

2.3.2 Fisiologi Tenggorokan


Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara
dan untuk artikulasi.8

Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari
mulut ke faring secara volunter.Tahap kedua, transport makanan melalui faring
dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter.
Langkah yang sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan pada
sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke
orofaring.Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik
berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan
yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan kebawah melalui
orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan
superior. Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis
inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh
gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung.9

30
Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum
dan faring.Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah
dinding belakang faring.Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan
melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator
veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior.Pada gerakan
penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas
belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi
oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat
macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan
m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor
faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu
bersamaan.9
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode
fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang
secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.9

31
BAB III
TERAPI LOKAL PADA TELINGA HIDUNG DAN
TENGGOROKAN

3.1 TERAPI LOKAL TELINGA


3.1.1 Tampon Telinga
a) Tampon burowi10
Dalam upaya menanggulangi Otitis eksterna, sejak dahulu telah
dipergunakan larutan Burrowi, yang di kemukakan pertama kali oleh
dr.Karl August Von Burrow (1809-1874) seorang ahli bedah Jerman
dari Koningsburg. Dia menggunakan larutan Burrowi sebagai obat
untuk telinga sejak akhir abad ke-19. Larutan Burrowi (Burrows
Solution), berisi larutan aluminium asetat dengan mempunyai pH 3,2.
Adapun manfaat dari tampon burowi yaitu: 1). Anti nyeri 2).
Astringent (Mengurangi edema) 3).Bakterisid 4).Indikator pengobatan
dengan melihat secret yang terserap.
Larutan Burow (larutan asetat aluminium) yang digunakan di rumah
sakit, menunjukkan aktivitas antibakteri yang sangat baik terhadap
berbagai mikroorganisme yang umum diamati pada otitis media
suppeptif kronis, termasuk Staphylococcus aureus yang resisten
methicillin (MRSA). Namun, metode persiapan dan formula bervariasi
antar negara10.
b) Tampon Antibiotik11
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta : Pada stadium infiltrat
diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam
glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada
abses dan tampon larutan rivanol 0,1%. Pengobatan otitis eksterna
difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik
ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan

32
kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik.
c) Tampon Kering untuk Perdarahan11
Tujuan utama dari pertolongan ini adalah mencegah keluarnya darah
secara berlebihan.

Tekan bagian yang berdarah sampai perdarahan berhenti. Kemudian


tutupi bagian telinga yang berdarah menggunakan kain kassa/
tampon steril dan rekatkan memakai plester. Hindari
merekatkannya terlalu kencang agar tidak mengganggu aliran
darah.
Kompres bagian yang terluka (telinga luar) dengan es batu yang
dibungkus kain atau kemasan makanan/minuman dingin untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah pembengkakan.

3.1.2 Tetes Telinga12,13


1) Pelunak serumen
Baru-baru ini, larutan surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas
cerumenolitik dalam melepaskan lilin telinga.Salah satu bahan ini,
kondensat dari trietanolamin polipeptida oleat, dalam perdagangan
diformulasikan dalam propilen glikol, yang digunakan sebagai
pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluarannya.
Forumen tetes telinga:21
tiap ml ferumen mengandung Natrium Dokusat 5 mg.
Farmakologi :Natrium Dokusat mempunyai tegangan permukaanYang
rendah dan mudah bercampur sehingga dengan cepat akan berpenetrasi
ke dalam massa serumen yang kering, mengubah material padat menjadi
semi-padat (disintegrasi massa serumen).
Indikasi :Sebagai bahan pembantu untuk mengeluarkan kotoran telinga.

33
Kontra-Indikasi :Perforasi/adanya lubang pada gendang telinga atau
peradangan pada telinga.
Efek Samping :Rasa tersengat sesaat atau iritasi dapat terjadi.
Perhatian :Jika mengalami rasa nyeri atau peradangan, pengo-batan
harus dihentikan.
Dosis :Gunakan tetes telinga secukupnya ke dalam telinga yang kotor
tidak lebih dari dua malam berturut-turut.

Gambar 3.1 Forumen


2) Antiinfeksi, antiradang, dan analgetik
Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk
melawan infeksi adalah zat zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat,
neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin.Pada umumnya zat zat ini
diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi)
dalam gliserin anhidrida atau propilen glikol.Pembawa yang kental ini
memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih
lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik
kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan
membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan
mikroorganisme yang ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang
sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat otik antiinfeksi juga

34
mengandung bahan analgetika dan anestetika lokal seperti lidokain dan
benzokain.pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada telinga
utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan
range pH antara 5 7,8. Keefektifan obat telinga sering bergantung pada
pH-nya.
Otilon24

Gambar 3.2 Otilon


Otilon tetes telinga adalah obat yang digunakan untuk mengobati radang
pada telinga dan otitis eksterna yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Otilon tetes telinga mengandung fludrocortisone, obat yang termasuk
kortikosteroid, 2 jenis antibiotik yaitu neomycin, dan polymixin
dikombinasikan dengan lidocaine, obat yang bisa digunakan untuk
anestesi lokal. Tiap ml Otilon tetes telinga mengandung zat aktif (nama
generik) sebagai berikut :
fludrocortisone acetate 1 mg
neomycin sulphate 5 mg
polymixin B sulphate 10.000 IU
lidocaine HCl 40 mg
Indikasi

35
Untuk mengobati otitis eksterna akut dan kronis yang disbebkan oleh
infeksi bakteri yang peka terhadap neomycin dan polymixin.
Untuk mengobati radang pada telinga bagian luar
Kontra indikasi
Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi
hipersensitivitas terhadap komponen obat ini.
Hindarkan juga pemakaian antibiotik ini untuk bayi prematur ataupun
bayi baru lahir.
Efek Samping
Pada beberapa orang yang peka, kadang menimbulkan reaksi alergi atau
hipersensitif
Erlamycetin

Gambar 3.3. Erlamycetin


Tetes telinga Erlamycetin mengandung 1% Chloramphenicol base di
dalam larutan tetes telinga.
Indikasi:
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram
negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.
Kontra Indikasi:
- Bagi penderita yang sensitif terhadap Chloramphinicol.
- Perforasi membran timpani.
Cara Pemakaian:

36
Teteskan ke dalam lubang telinga 2 - 3 tetes, 3 kali sehari.Hindarkan
penggunaan jangka lama karena dapat merangsang hipersensitivitas dan
superinfeksi oleh kuman yang resistan .Obat tetes ini hanya bermanfaat
untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang dalam memerlukan
terapi sistemik.
Efek samping:
Iritasi lokal, seperti gatal, rasa panas, dermatitis vesikuler dan
mukolopapular.Kemasan:Botol @ 10 ml.
Garamycin

Gambar 3.4. Garamycin


Komposisi: Gentamicin sulfate
Indikasi: Terapi topikal untuk otitis eksterna
Dosis: 3-4 tetes 2-4 x/hari
Efek toksisitas terhadap nervus kranial VII perlu dipertimbangkan.
Tarivid Otic

Gamabar 3.5Tarivid Otic

37
Komposisi: Ofloxacin
Indikasi: Terapi topikal untuk otitis eksterna, otitis media supuratif
kronik, dan otitis media akut
Dosis: dewasa 6-10 tetes 2x/hari. Anak 3-5 tetes 2x/hari.
Kontraindikasi: hipersensitivitas
Efek samping: jarang terjadi berupa nyeri telinga dan superinfeksi.

3.1.3 Pemberian Hidrogen Peroksida Sebagai Tetes Telinga


Pemberian H2O2 3% sebagai tetes telinga telah lama dilakukan.Secara
klinis senyawa ini berguna untuk menghancurkan serumen, mengobati
telinga berair dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat. Di samping
itu, ia juga mempunyai efek yang merugikan, yaitu merusak epitel
neurosensori koklea, berdasarkan penelitian pada guinea pig. Perez
mencoba membuktikan lagi pada tikus pasir yang diberi H2O2 3% topikal
telinga, dibandingkan larutan salin, lalu diukur dengan vestibuler evoked
potential (VsEPs) dan auditory brainstem response (ABR). Hasilnya H2O2
3% meningkatkan ambang alat bantu dengar (ABR) secara bermakna
sampai 60 dB, sedangkan larutan salin tidak memberi pengaruh apapun.
Dapat disimpulkan bahwa H2O2 3% memberi efek merugikan terhadap
fungsi koklea dan vestibuler telinga tikus pasir. Penelitian ini juga
menggambarkan efek reactive oxygen species pada kerusakan telinga
dalam. Walaupun percobaan ini bukan pada manusia, kehati-hatian
diperlukan bila memberikan H2O2 3% dalam jumlah yang banyak pada
telinga dengan perforasi membran timpani. Disimpulkan bahwa H2O2 3%
yang diberi sesuai standar klinik, tidak memberi efek ototoksik pada telinga
chinchillas.21

38
Gambar 3.6 : Hyndrogen peroxide 3%

3.1.4 Anti Jamur20


Gejala klinis yang paling sering ditemukan pada pasien otomikosis adalah
rasa nyeri/ terbakar di telinga, gatal, sensasi penuh pada telinga, keluar
sekret dari telinga, penurunan pendengaran,tinitus, dan nyeri kepala hebat.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskopi tampakmenunjukkan
adanya edema, hiperemis kulit kanalis akustikus eksterna, sekret telinga,
dan adanyakoloni jamur/miselium Pada tahap awal infeksi, pertumbuhan
jamur terlihat sebagai spora berwarnaputih atau hitam pada infeksi yang
disebabkan Aspergillus spp atau adanya deposit creamy ataukental pada
infeksi yang disebabkan oleh Candida spp. Pada tahap selanjutnya akan
tampak kotoranberwarna putih kotor seperti serpihan kertas yang basah,
lengket, berbintik-bintik yang memenuhikanalis akustikus eksterna dan
peradangan yang semakin luas pada kanalis akustikus eksterna.2
Nistatin

Gambar 3.7 Nistatin cream

39
Merupakan makrolida polein, Nistatin saat ini tersedia dalam bentuk krim,
salep, suposutoria, dan bentuk lain yang di gunakan pada kulit dan
membrane mukosa. Penyerapan dari kulit, membrane mukosa, dan saluran
cerna tidaklah bermakna.Akibatnya toksiksitas nistatin kecil.
dosis untuk infeksi kulit, gunakan obat ini dua kali sehari atau sesuaikan
anjuran dokter pada area kulit yang terinfeksi.
Klotrimazol23

Gambar 3.8 Clotrimazole


Clotrimazole merupakan salah satu obat yang berfungsi mengobati infeksi
liang telinga. Klotrimazol pada bentuk krim, agen ini digunakan untuk
infeksi dermatofita, penyerapanya sedikit sehingga jarang menimbulkan
efek samping.Biasanya jamur di kulit tidak berbahaya, tapi beberapa jenis
jamur lainnya pada kulit kita bisa menyebabkan infeksi. Clotrimazole
mampu meredakan gejala-gejala infeksinya dengan cara mematikan serta
menghambat pertumbuhan jamur-jamur tersebut. Dosis penggunaan dan
lama pengobatan clotrimazole akan berbeda-beda setiap pasien, tergantung
jenis infeksi yang diderita. Untuk krim clotrimazole,2-3 kali perhari. Dosis
untuk anak-anak disesuaikan dengan tingkat keparahan infeksi, kondisi
tubuh, dan respons tubuh. Clotrimazole dalam bentuk tetes telinga dapat
digunakan bila infeksi liang telinga sudah dibuktikan penyebabnya adalah
jamur. Gunakan 2-3 tetes sebanyak 2-3 kali dalam sehari.Bila infeksi telah
dinyatakan sembuh, teruskan pemakaian hingga 14 hari sesudahnya.

40
3.1.5 Anti Histamin dan Kortkosteroid13

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek


histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor. Secara
farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe , yaitu reseptor-
H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat
dibagi dalam dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (sH1-blockers
atau antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-blockers atau zat
penghambat-asam). Menghambat reseptor H1 H1-blockers (antihistaminika
klasik) Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot
licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan
rahim.Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf
(gatal, flare reaction).Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat
menghindarkan timbulnya reaksi alergi penggolongan dalam 2 kelompok
atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1 dan ke-2.

Gambar 3.9 Betason


Betametason topikal adalah obat kortikosteroid oles atau sering disebut
steroid topikal.Obat ini digunakan untuk mengurangi inflamasi kulit yang
disebabkan oleh kondisi-kondisi seperti eksim, dermatitis, dan
alergi.Betametason topikal akan meredakan gejala-gejala pembengkakan,
gatal-gatal, dan kulit kemerahan.
Dosis Betametason Topikal
Jumlah steroid topikal yang digunakan diukur dengan unit takaran ruas
ujung jari.Satu unit takaran adalah obat krim atau oles yang ditempelkan

41
pada ujung jari orang dewasa hingga lipatan atau ruas jari pertama.Satu
unit takaran ini bisa digunakan untuk dua kali ukuran telapak tangan orang
dewasa.Dosis umum pemakaian betametason topikal sangat bergantung
kepada lokasi dan area kulit yang terpengaruh oleh inflamasi. Jangka waktu
pemakaian obat pada orang dewasa rata-rata adalah 7-14 hari hingga gejala
yang muncul menghilang dan untuk anak-anak maksimal hanya lima hari.
Obat ini dioleskan satu hingga dua kali dalam sehari.
Penggunaan kortikosteroid topical ini tergantung sensitifitas kelainan atau
penyakitnya terhadap kortikosteroid: sangat merespon, kurang merespon
paling kurang berespon.Kortikosteroid sebagai tetes telinga sering di
kombinasi denga antibiotika atau antimikotika. Tentunya kortikosteroid
sebagai tetes telinga tidak lepas dari efek samping, antara lain : infeksi
jamur menjadi lebih aktif, kerusakan kulit seperti atrofi dan telangiekstasis.

3.1.6 AntiVirus14
Sindroma Ramsay Hunt (Herpes Zoster pada telinga) adalah suatu infeksi
pada saraf pendengaran oleh virus herpes zoster, yang menyebabkan nyeri
telinga hebat, tuli dan vertigo (perasaan berputar). Virus herpes zoster.
Pada telinga luar dan di dalam saluran telinga terbentuk lepuhan-lepuhan
kecil berisi cairan (vesikel). Vesikel juga bisa terbentuk di kulit wajah atau
leher yang dipersarafi oleh saraf yang terinfeksi. Jika saraf wajah tertekan
akibat infeksi dan pembengkakan, maka otot-otot pada salah satu sisi wajah
bisa mengalami kelumpuhan yang sifatnya sementara ataupun menetap.
Ketulian bisa bersifat menetap atau sembuh kembali secara sempurna.
Vertigo berlangsung selama beberapa minggu. Obat pilihan adalah anti-
virus asiklovir salep sediaan 5% dan 3% dosis 2-3x/hari di oles tipis-tipis .

42
Gambar 3.10 Acyclovir 5%

3.1.7 Kauterisasi Pada Telinga12


Kauterisasi Kimia
Kauterisasi kimia ini adalah dengan mengaplikasikan AgNO3,
As.Trichloroasetat, policresulen, selama 3-10 detik, jangan oleskan
aplikator pada suatu daerah lebih dari 10 detik.Hal ini dapat menyebabkan
nekrose pada mukosa dan kerusakan pada lapisan.

Gambar 3.11 Agen kauterisasi kimia


Kauterisasi Elekrik
Elektrokauter secara efektif dapat mengontrol pendarahan jika diketahui
sumber pendarahannya.Teknik ini sebagai alternative untuk
otolaryngologis bagi yang berpengalaman.Teknik ini dapat menyebabkan
kerusakan yang signifikan pada kartilago, di tangan orang yang tidak
berpengalaman.

43
3.1.8 Ekstraksi Corpus Alienum di Telinga10
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada.Telinga sering kemasukan
benda asing.Kadang-kadang benda dapat masuk.Bila kemasukan benda
asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran.Terkadang benda
asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang
mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau
dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam
telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap
orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul
keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya
berbau.Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat
kemasukan benda asing.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:
1. Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat
air masuk ke dalam telinga.Jika telinga dalam keadaan bersih, air
bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada
kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi
mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya.
2. Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan
telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya
lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati
menggunakannya.
3. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke
dalam telinganya.Misalnya, manik-manik mainan.

44
4. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah
dengan bagian dalam telinga.Pada prinsipnya, telinga punya
mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut
untuk tidak masuk ke dalam.
Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di
tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan
pendengaran.
Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat
telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah
membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan
mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga,
tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran.Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah.
Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

45
Penatalaksanaan
Ada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara
hati-hati. Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga
dan benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika
benda asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang
kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat
mendorong lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau
dapat melukai liang telinga.
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di telinga:
Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinsetatau alligator
(khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif,sebaiknya dikeluarkan
dalam narcose umum, agar tidak terjadi komplikasi pada membrane
timapani.
Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus
dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain, xylokain, minyak
atau alcohol selama 5-10 menit hingga tidakada pergerakan,
kemudian dijepit dengan pinset. Usaha pengeluaran harus dilakukan
dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga
atau struktur-struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan
anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan. Setelah benda asing
keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin.
Bila ada laserasi liang telinga diberikan antibiotik ampisilin selama
3 hari dan analgetik jika perlu.
Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan
pinset dan ditarik keluar. Benda asing yang licin dan keras seperti
batu, manik-manik, biji- bijian pada anak yang tidak kooperatif
dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang

46
sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati
karena dapat menyebabkan trauma pada membran
timpani.Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus
merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan.
Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik,
penghapus)dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat
perforasi lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong
secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi
kulit dan melubangi membran timpani pada anak kecil atau pada
kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa.
Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk
mengambil benda dengan bantuan otoskop
Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
Irigasi liang telinga dengan air yang sama dengan suhu tubuh
dengan pipa kecil dapat membuat benda-benda keluar dari liang
telinga dan membersihkan debris.
Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam
Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima
hari sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang
telinga.

3.2 TERAPI LOKAL HIDUNG13


3.2.1 Dekongestan
Reseptor alfa-adrenergik dari mukosa pernapasan. Pseudoefedrin
menghasilkan lemah relaksasi bronkus (tidak seperti epinefrin atau efedrin)

47
dan tidak efektif untuk mengobati asma. Meningkatkan denyut jantung dan
kontraktilitas dengan merangsang reseptor beta-adrenergik. Digunakan sendiri
atau dalam kombinasi dengan antihistamin untuk mengobati hidung
tersumbat.Kecemasan dan insomnia mungkin terjadi. Ekspektoran mungkin
tipis dan melonggarkan lendir, meskipun bukti eksperimental untuk
keberhasilan mereka terbatas. Banyak persiapan adalah kombinasi yang
mengandung tersedia berbagai dekongestan, ekspektoran, atau
antihistamin.Atau, dekongestan dan antihistamin yang terpisah dapat
diberikan untuk memungkinkan titrasi dosis individu masing-masing obat.
Derivat imidazolin
Senyawa ini memiliki efek alfa adrenergic langsung dengan vasokonstriksi
tanpa stimulasi SSP. Khususnya digunakan sebagai dekongestan pada selaput
lendir yang bengkak di hidung dan mata, pilek, selesma (rhinitis, coryza), hay
fever, sinusitis, dsb. Bayi dan anak kecil sebaiknya jangan diberikan dalam
jangka waktu lama untuk obat ini karena dapat diabsorbsi dari mukosa dengan
menimbulkan depresi SSP. Gejalanya berupa rasa kantuk, pening, hipotermi,
bradikardi, bahkan juga koma pada kasus overdosis. Sifat ini bertentangan
dengan kebanyakan adrenergic yang justru menstimulasi SSP.
Oxymetazolin
Derivate imidazolin ini bekerja langsung terhadap reseptor alfa tanpa efek
reseptor beta. Setelah diteteskan di hidung, dalam waktu 5-10 menit terjadi
vasokonstriksi mukosa yang bengkak dan kemampatan hilang. Efeknya
bertahan hingga 5 jam. Efeksampingnya dapat berupa rasa terbakar dan
teriritasi pada selaput lender hidung dengan menimbulkan bersin.
Dosis : anak-anak di atas 12 tahun dan dewasa 1-3 dd 2-3 tetes larutan 0,05%
(HCl) di setiap lubang hidung; anak-anak 2-10 tahun larutan 0,025% (HCl)
Nama Paten : Afrin, Iliadin,

48
Gambar 3.12 Iliadin

Afrin Original25
oxymetazoline hydrochloride s pray
AfrinAsli merupakan NarkobaBahan aktifOxymetazoline hydrochloride
0,05%Tujuan Dekongestan hidungUntuk sementara mengurangi hidung
tersumbat karena:pilek biasa, demamalergi pernafasan bagian
atassementara mengurangi kemacetan dan tekanan sinus. Mengecilkan
membran hidung yang membengkak sehingga Anda bisa bernafas lebih
leluasaPeringatan, jangan gunakan lebih dari 3 hari. Gunakan hanya sesuai
petunjuk. Penggunaan yang sering atau berkepanjangan dapat
menyebabkan hidungkemacetan untuk kambuh ataumemburuk.

Gambar 3.13 Afrin

49
3.2.2 Kortikosteroid Nasal13
Steroid Nasal spray sangat berkhasiat dalam mengobati rhinitis alergi. Obat
ini mengontrol 4 gejala utama dari rhinitis (yaitu, bersin, gatal, rhinorrhea,
kemacetan). Mereka efektif sebagai monoterapi, meskipun mereka tidak
secara signifikan mempengaruhi gejala okular.Penelitian telah menunjukkan
steroid hidung menjadi lebih efektif daripada monoterapi dengan kromolin
hidung atau antihistamin.manfaat yang lebih besar dapat terjadi ketika steroid
hidung digunakan dengan kelas-kelas lain dari obat.Mereka aman digunakan
dan tidak terkait dengan efek samping yang signifikan sistemik pada orang
dewasa (ini juga berlaku untuk anak-anak, tetapi data yang kurang jelas). Pada
bulan Oktober 2013, FDA menyetujui sekali sehari triamcinolone acetonide
(Nasacort Alergi 24HR) nasal semprot sebagai over-the-counter pengobatan
untuk gejala alergi hidung pada anak usia 2 tahun atau lebih tua, remaja, dan
orang dewasa. Ini adalah pertama glukokortikoid over-the-counter disetujui
untuk pengobatan gejala alergi hidung. Efek samping lokal dari semprotan
steroid hidung terbatas iritasi ringan atau perdarahan hidung, yang
menyelesaikan dengan penghentian sementara obat.Nasal perforasi septum
jarang dilaporkan dan kurang umum dengan kortikosteroid yang lebih baru
dan sistem pengiriman.Keamanan selama kehamilan belum ditetapkan;
Namun, pengalaman klinis menunjukkan kortikosteroid nasal (terutama
beclomethasone, yang memiliki pengalaman yang paling digunakan) tidak
terkait dengan efek janin yang merugikan.Steroid nasal dapat digunakan bila
perlu, tapi tampaknya maksimal efektif bila digunakan setiap hari sebagai
terapi pemeliharaan.Mereka juga dapat membantu untuk vasomotor rhinitis
atau campuran rhinitis (kombinasi vasomotor dan rinitis alergi) dan dapat
membantu untuk mengontrol polip hidung.
Mometason (NASONEX) Semprot hidung; dapat menurunkan jumlah
dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang mengakibatkan peradangan

50
hidung menurun. Menunjukkan tidak ada aktivitas mineralokortikoid,
androgenik, antiandrogenic, atau estrogenik dalam uji praklinis.
Menurun rhinovirus-diinduksi up-regulasi pada sel epitel pernapasan
dan memodulasi mekanisme pretranscriptional. Mengurangi
eosinofilia intraepithelial dan infiltrasi sel inflamasi (misalnya,
eosinofil, limfosit, monosit, neutrofil, sel plasma).

Beclomethasone, intranasal (Beconase AQ, QNASL) Kortikosteroid


dengan sifat anti-inflamasi yang kuat. Memunculkan efek pada
berbagai sel, termasuk sel-sel mast dan eosinofil. Hal ini juga
memunculkan efek pada mediator inflamasi (misalnya, histamin,
eikosanoid, leukotrien, sitokin). Tersedia dalam larutan atau suspensi
bentuk dan disampaikan sebagai semprotan hidung meteran-dosis.
Budesonide inhalasi (Rhinocort Aqua) Steroid topikal dianggap
berkhasiat dan aman untuk rhinitis alergi pada ibu hamil. Dapat
menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun.
Flutikason (Flonase) Steroid topikal dianggap berkhasiat dan aman
untuk rhinitis alergi. Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel
inflamasi, yang mengakibatkan peradangan hidung menurun.

51
Ciclesonide (Omnaris) Semprot hidung di gunakan untuk mengobati
hidung gatal atau berair, bersin, atau gejala lain yang di sebabkan oleh
rhinitis alergi. Merupakan steroid yang bekerja dengan mencegah
peradangan.
Kortikosteroid nasal spray diindikasikan untuk rhinitis alergi.Prodrug yang
secara enzimatik untuk farmakologis aktif metabolit C21-desisobutyryl-
ciclesonide berikut aplikasi intranasal.Kortikosteroid memiliki berbagai efek
pada beberapa jenis sel (misalnya, sel mast, eosinofil, neutrofil, makrofag,
limfosit) dan mediator (misalnya, histamines, eikosanoid, leukotrien, sitokin)
yang terlibat dalam peradangan alergi.Setiap semprotan memberikan 50 mcg.
Flutikason furoat (Veramyst) Kortikosteroid intranasal. Diindikasikan
untuk musiman dan abadi rhinitis alergi. Meredakan gejala hidung
berhubungan dengan rhinitis alergi. Juga menunjukkan perbaikan
gejala mata alergi. Berisi 27,5 mcg / semprot.
Triamsinolon (Nasacort AQ) Kortikosteroid suntik yang digunakan
untuk mengobati penyakit kulit akibat peradangan responsif terhadap
steroid; mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan membalikkan permeabilitas kapiler.

52
Tabel 1: Preparat kortikosteroid intranasal13

3.2.3 Antihistamin Intranasal14


Antihistamin bekerja dengan menghambat pelepasan mediator
inflamasiseperti histamine serta memblok migrasi sel. Topikal azelastine dan
olopatadine adalah antihistamin nasal spray yang efektif mengurangi bersin,
gatal, dan rhinorrhea tetapi juga secara efektif mengurangi
kemacetan.Digunakan dua kali per hari, terutama bila dikombinasikan dengan
kortikosteroid topikal hidung, azelastine efektif dalam mengelola kedua alergi
dan nonallergic rhinitis.
Azelastine (Astelin) Gunakan kalau perlu atau secara teratur. Gunakan
sendiri atau dalam kombinasi dengan obat lain. Tidak seperti
antihistamin oral memiliki beberapa efek pada hidung tersumbat.
Bermanfaat untuk vasomotor rhinitis. Beberapa pasien mengalami rasa
pahit. penyerapan sistemik dapat terjadi, mengakibatkan sedasi
(dilaporkan pada sekitar 11% dari pasien).

53
Olopatadine intranasal (Patanase) Untuk menghilangkan gejala rhinitis
alergi musiman. Sebelum penggunaan awal, produk perdana dengan
melepaskan 5 semprotan atau sampai kabut halus muncul. Bila produk
tidak digunakan selama lebih dari 7 hari, kembali prima dengan
melepaskan 2 semprotan. Hindari penyemprotan ke dalam mata.

3.2.4 Cromolyns intranasal14


Menghasilkan stabilisasi sel mast dan efek anti alergi yang menghambat
degranulasi sel mast sedian tetes hidung. Tidak memiliki efek anti-inflamasi
atau antihistaminic langsung.Efektif untuk profilaksis.Dapat digunakan
sebelum paparan alergen yang diketahui (misalnya, hewan,
pekerjaan).Memulai perawatan 1-2 minggu sebelum musim serbuk sari dan
terus setiap hari untuk mencegah rhinitis alergi musiman.Efek sederhana
dibandingkan dengan kortikosteroid intranasal.Baik profil keamanan dan
dianggap aman untuk digunakan pada anak-anak dan kehamilan.
Cromolyn sodium (Nasalcrom) Tersedia OTC di Amerika Serikat.
Digunakan setiap hari untuk musiman atau tahunan rhinitis alergi.
pengaruh yang signifikan mungkin tidak diamati untuk 4-7 d. Untuk
pasien dengan periode terisolasi dan diprediksi paparan (misalnya,
alergi hewan, alergi kerja), mengelola sebelum paparan. Umumnya

54
kurang efektif dibandingkan kortikosteroid nasal. efek perlindungan
berlangsung 4-8 jam, sering dosis yang diperlukan.

Gambar 3.13. Nasalcrom

3.2.5 Antikolinergik intranasal14


Digunakan untuk mengurangi rhinorrhea pada pasien dengan alergi atau
rhinitis vasomotor.Tidak berpengaruh signifikan terhadap gejala lainnya.
Dapat digunakan sendiri atau bersama dengan obat lain. Di Amerika
Serikat, bromide ipratropium (Atrovent Nasal Spray) tersedia dalam
konsentrasi 0,03% (resmi diindikasikan untuk pengobatan rhinitis alergi
dan nonallergic) dan 0,06% (resmi diindikasikan untuk pengobatan
rhinorrhea terkait dengan pilek). Kekuatan 0,03% dibahas.
Ipratropium (Atrovent Nasal Spray 0,03%) Kimia yang terkait dengan
atropin. Memiliki sifat anti-sekretorik, dan ketika diterapkan secara
lokal, menghambat sekresi dari kelenjar serous dan seromucous
lapisan mukosa hidung. penyerapan yang buruk oleh mukosa hidung;
Oleh karena itu, tidak terkait dengan efek sistemik yang merugikan.
Efek samping lokal (misalnya, kekeringan, epistaksis, iritasi) dapat
terjadi.

55
Gambar 3.14 Atrovet
3.2.6 Nasal Douching15
Penggunaan larutan cuci hidung dengan salin terbukti aman bagi anak-anak,
orang dewasa, kehamilan maupun usia lanjut. Pencucian hidung dengan
larutan salin isotonis dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada
rinosinusitis, rinitis alergi, infeksi saluran napas atas dan pasca pembedahan
sinus. Kontraindikasi penggunaan terapi ini adalah trauma wajah yang belum
sembuh sempurna, gangguan neurologis dan muskuloskeletal.Tidak ada
peneliti yang melaporkan adanya efek samping yang serius terhadap
penggunaan larutan salin isotonis ini.Keluhan yang sering ditemui adalah rasa
tidak nyaman dan cemas pada saat penggunaan awal larutan
tersebut.Pencucian hidung dilakukan dengan mengalirkan larutan salin ke
dalam kavum nasi menggunakan teknik irigasi maupun semprot. Teknik
irigasi dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi menggunakan tekanan
tangan dengan syringe atau neti pot, sedangkan teknik pencucian hidung
dengan semprot menggunakan kemasan botol semprot yang bertekanan positif
rendah.
Cuci hidung dilakukan dengan melakukan penyemprotan cairan ke
bagian superolateral kavum nasi dalam posisi duduk atau posisi berdiri,
dengan kepala condong ke kanan atau kekiri dengan sudut sekitar 450
sehingga satu lubang hidung berada di atas lubang hidung sisi lain. Hidung

56
dicuci dengan cara mengalirkan cairan cuci hidung pada lubang hidung yang
berada di atas sehingga cairan keluar dari lubang hidung sisi lain. Pada saat
proses cuci hidung berlangsung, dianjurkan bernafas melalui mulut. Alat cuci
hidung difiksasi pada bagian superior dari lubang hidung. Buang napas
perlahan melalui kedua lubang hidung setelah proses pencucian selesai untuk
membersihkan sisa-sisa cairan dan lender.
Pemberian Larutan Salin Isotonik pada Rinosinusitis Kronik Larutan
salin telah banyak digunakan pada terapi rinosinusitis kronik. Jenis
larutan salin yang paling banyak digunakan adalah larutan salin
isotonik, NaCl 0,9%, tetapi akhir-akhir ini semakin banyak penelitian
yang meneliti penggunaan larutan salin hipertonik pada penderita
rinosinusitis kronik. Larutan salin isotonik adalah suatu larutan yang
mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang
sama) dengan konsentrasi didalam sel. Cuci hidung dengan larutan
salin isotonik terbukti efektif dalam menurunkan gejala klinis
rinosinusitis kronik. Mekanisme pasti terjadinya belum diketahui,
namun dikatakan cuci hidung dapat memperbaiki fungsi mukosa
sinonasal melalui beberapa efek fisiologis, yaitu; pencucian langsung
koloni mikroorganisme patogen dan zat iritan pada permukaan mukosa
hidung, pengurangan mediator inflamasi, pengurangan edema pada
mukosa, pengurangan sekresi musin, peningkatan transpor mukosilia
dengan meningkatkan frekuensi gerakan silia. Cuci hidung dengan
larutan salin isotonik digunakan sebagai terapi tambahan beberapa
penyakit sinonasal (termasuk rinosinusitis akut, rinosinusitis kronis,
rinitis alergi, dan penyakit sinonasal lainnya)
Pemberian Larutan Salin Hipertonik pada Rinosinusitis Kronik
Larutan hipertonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi daripada didalam sel. Dikarenakan ada

57
perbedaan konsentrasi sehingga secara fisiologis larutan didalam sel
akan bergerak ke luar sel untuk menyeimbangkan konsentrasi zat
didalam dan luar sel. Larutan salin hipertonik merupakan larutan alkali
ringan. Suasana alkali menyebabkan palut lendir berada dalam fase sol
sehingga sekret bersifat kurang viskus. Pemberian larutan salin
hipertonik menyebabkan keadaan hiperosmolar di saluran pernapasan
sehingga terjadi pelepasan kalsium dan prostaglandin E2 dari
intraseluler, peningkatan availabilitas adenosine triphosphate pada
aksonema silia dan peningkatan ciliary beat. Larutan hipertonis juga
memiliki efek mukolitik pada konsentrasi NaCl 7%. Larutan salin
hipertonik memiliki efek antibakteri serta dapat mengurangi udema
mukosa.Pengangkutan aktif terjadi pada penggunaan cairan hipertonik,
dimana substansi melewati membran sel dari daerah yang
berkonsentrasi rendah ke daerah yang berkonsentrasi tinggi.
Penambahan salin hipertonik pada epitel telah diuji secara
eksperimental hasilnya adalah terjadi peningkatan ASL kembali
normal dalam waktu singkat. Natrium dan Klorida memasuki sel
sebagai respon pemberian salin hipertonik. Menginduksi sejumlah
konsentrasi Na dan Cl keluar dari sel melalui daerah basolateral. Salin
hipertonik yang menginduksi peningkatan konsentarasi NaCl pada
permukaan ASL menghasilkan perbedaan grandien sehingga air dapat
bergerak transepitelial dan pada arah yang berlawanan yang
dibangkitkan oleh ion transpor aktif, yaitu secara osmotik air
berpindah melalui submukosa ke ASL. Aliran air terjadi terus menerus
selama kurang lebih 30-40 detik mengikuti aliran hiperosmotik dan
selama periode equilibrasi NaCl diserap dengan arah yang berlawanan
melalui transeluler dan paraseluler. Terdapat mekanisme
elektrochemical yang mendorong Cl- diserap melalui apikal membran.
Sehingga Cl- masuk melalui paraseluler dan transeluler melalui Cl

58
cahnnel untuk menyeimbangkan Na+ yang masuk melalui transeluler.
Mekanisme ini berusaha untuk menyeimbangkan tingkat absorbsi Cl-
melalui transepitel dengan absorbsi Na+ yang relatif tinggi. Sehingga
penyerapan air menjadi lebih tinggi pada ASL. Larutan hipertonik
yang paling banyak digunakan adalah NaCl 3%. Untuk penggunaan
NaCl dengan konsentrasi yang lebih tinggi masih dihindari oleh karena
dapat menyebabkan cell injury.
Membuat larutan garam pencuci hidung:26
1. Kumpulkan bahan-bahan. Untuk membuat larutan garam, Anda
hanya membutuhkan garam dan air. Larutan gara untuk hidung
Anda boleh menggunakan garam laut atau garam meja, tetapi
gunakan garam tanpa iodin bagi penderita alergi iodin. Anda juga
membutuhkan botol penyemprot kecil untuk menyiramkan larutan.
Botol dengan volume 60 mililiter sudah cukup layak dipakai.
2. Anda boleh mencoba larutan yang kandungan garamnya lebih
banyak dari tubuh (hipertonik). Takaran ini akan berguna untuk
hidung yang tersumbat cukup parah dan mengeluarkan banyak
ingus. Cobalah larutan hipertonik jika Anda kesulitan bernapas atau
hidung susah dibersihkan. Takaran larutan hipertonik adalah
sendok teh garam pada 0,2 liter air. Larutan hipertonik tidak boleh
digunakan kepada bayi dan balita
3. Gunakan bulb-syringe karet untuk menyemprot hidung bayi dan
anak-anak. Setengah sendok teh soda kue akan menyesuaikan pH
dari larutan garam. Oleh karenanya, larutan tidak terlalu menyengat
di hidung, terutama jika Anda menggunakan larutan hipertonik
yang konsentrasi garamnya lebih tinggi. Masukkan soda kue selagi
air masih hangat dan aduk sampai larut.

59
4. Anda boleh mencampurkan garam dengan soda kue. Tetapi,
biasanya larutan semakin mudah bercampur jika garam dimasukkan
terlebih dahulu.Larutan siap digunakan jika sudah berada pada suhu
kamar. Isi botol penyemprot dengan larutan garam dan tuangkan
sisanya pada wadah tertutup dan simpan di dalam kulkas. Larutan
garam hanya boleh disimpan selama dua hari. Larutan ini mudah
dibawa-bawa karena botolnya kecil.
5. Semprotan hidung akan melepaskan zat buangan yang menyumbat
hidung. Buanglah ingus setelah hidung disemprot untuk
mengeluarkan kotoran di dalamnya. Condongkan badan ke depan
dan miringkan mulut semprotan ke lubang hidung mengarah ke
telinga.Berikan satu atau dua semprotan pada tiap lubang hidung.
Gunakan tangan kiri untuk menyemprot lubang hidung kanan, dan
begitu pula sebaliknya.
6. Tarik napas secara perlahan untuk mencegah larutan menetes keluar
hidung. Tetapi, jangan hirup sampai masuk tenggorokan karena
akan menyebabkan iritasi pada septum.Remas udara di bulb syringe
sampai setengahnya, dan isap larutan masuk ke dalam. Kepala anak
dimiringkan sedikit dan masukkan tiga atau empat tetes larutan
pada tiap lubang hidung. Usahakan ujung bulb syringe tidak
menyentuh bagian dalam hidung. Jaga kepala anak tetap diam
selama dua atau tiga menit supaya larutannya bekerja. Bersabarlah
jika bayi Anda sedang banyak bergerak dan susah diam.
7. Berikan larutan garam ke hidung lalu tunggu dua sampai tiga menit.
Setelah itu, Anda bisa menggunakan bulb syringe untuk
mengeluarkan zat buangan yang masih ada di dalam hidung secara
perlahan. Pakai tisu untuk membersihkan zat buangan yang ada di
sekitar lubang hidung. Ganti tisu saat berpindah lubang hidung,

60
dan cuci tangan Anda sampai bersih sebelum dan sesudah
perawatan.
8. Miringkan kepala anak sedikit ke belakang.Tekan bulb syringe
untuk membuang udara dari dalamnya, lalu masukkan ujungnya
ke dalam lubang hidung dengan perlahan. Lepaskan tekanan untuk
menyedot zat buangan ke dalam bulb syringe.Jangan masukkan
ujungnya terlalu dalam. Anda hanya perlu membersihkan bagian
depan lubang hidung.Jangan sentuh bagian dalam lubang hidung
karena sensitif dan akan terasa sakit.
9. Seka semua zat buangan di luar bulb syringe dengan tisu, dan buang
tisunya. Cuci bulb syringe dengan air sabun hangat segera setelah
penggunaan. Sedot air sabun dan semprotkan kembali selama
beberapa kali. Setelah itu, ulangi dengan air biasa yang bersih.
Kocok air di dalam bulb syringe untuk membersihkan bagian
dindingnya.
10. Ulangi sebanyak 2-3 kali sehari. Pemakaian larutan garam
sebaiknya jangan berlebihan karena hidung anak sudah terasa sakit
dan teriritasi. Penyedotan zat buangan hidung sebaiknya dilakukan
maksimal empat kali sehariSedot zat buangan hidung anak sebelum
dia makan atau tidur, supaya anak bisa bernapas lega saat makan
atau tidur.Jika anak sulit diam, bersabarlah dan coba lagi nanti.
Ingat, proses ini harus dilakukan dengan hati-hati.

3.2.7 Kauterisasi Pada Hidung17

Epistaksis yang tidak hilang dengan penekanan dan pemberian topical


vasokonstriktor membutuhkan tindakan kauterisasi.Setelah mempersiapkan
hidung untuk di anastesi dan pemberian dekongestan, kauterisasi kimia
(chemical cautery) dengan mengunakan silver nitrate (AgNO3) dapat

61
dikerjakan.Hanya satu sisi septum yang dikauterisasi pada satu waktu agar
menurunkan resiko perforasi septum iatrogenik.Kauterisasi kimia dapat
dilakukan pada epistaksis dengan perdarahan ringan aktif atau setelah
perdarahan aktif yang telah berhenti dan sumber perdarahan telah
teridentifikasi.Apabila harus dilakukan kauterisasi bilateral, penanganannya
harus dilakukan terpisah 4-6 minggu agar terjadi penyembuhan mukosa
terlebih dahulu.Epistaksis berat yang tidak berespon dengan kauterisasi kimia
memerlukan kauterisasi elektrikal. Sebelum dilakukan kauterisasi, rongga
hidung dianestesi lokal dengan menggunakan tampon kapas yang telah
dibasahi dengan kombinasi lidokain 4% topikal dengan epinefrin 1:100.000
atau kombinasi lidokain 4% topikal dan penilefrin 0,5 %. 10 Tampon ini
dimasukkan dalam rongga hidung dan dibiarkan selama 5 10 menit untuk
memberikan efek anestesi lokal dan vasokonstriksi.

Gambar 3.15 Agen kauterisasi kimia

a. Kauterisasi Kimia
Kauterisasi kimia ini adalah dengan mengaplikasikan Silver
Nitrat.Oleskan silver nitrat selama 3-10 detik, jangan oleskan aplikator
pada suatu daerah lebih dari 10 detik. Hal ini dapat menyebabkan nekrose
pada mukosa dan kerusakan pada lapisan septum kartilaginous. Jangan
mengoleskan silver nitrat secara luas atau pada daerah yang sama di kedua

62
sisi dari septum, hal ini dapat menyebabkan perforasi dari septal. Oleskan
salep antibiotic topical pada daerah tersebut.Tempatkan sepotong Gelfoam
atau Surgicel diatas permukaan tersebut untuk membantu menstabilakan
bekuan darah.

Langkah-langkah kauterisasi hidung sedikit berbeda.Ini karena ruang


saluran hidung sangat terbatas.Kauterisasi dimulai dengan memberi bius
secara intranasal.Kemudian memberi senyawa vasoconstricting yang
membantu mengurangi penyumbatan.Senyawa ini diberikan dua
kali.Setelah itu, dokter memberi obat untuk menyejukkan jaringan
hidung.Prosedur harus diulangi agar manfaatnya lebih terasa.Kauterisasi
dapat membersihkan hidung dan dinding sinus.Prosedur ini juga
melindungi dari kuman, serbuk sari, dan pemicu iritasi lainnya.
Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Kauterisasi Kimia pada Jaringan
Granulasi (Melepuh, Nyeri, dan Reaksi alergi terhadap anestesi).
Melepuh dan nyeri akan hilang dengan sendirinya. Resiko ini sangat kecil,
sehingga kauterisasi kimia termasuk prosedur yang aman.
b. Kauterisasi Elekrik
Elektrokauter secara efektif dapat mengontrol pendarahan jika diketahui
sumber pendarahannya.Teknik ini sebagai alternative untuk
otolaryngologis bagi yang berpengalaman.Teknik ini dapat menyebabkan
kerusakan yang signifikan pada kartilago, di tangan orang yang tidak
berpengalaman.
3.2.8 Tampon Hidung16
Produk packing tradisional mengandung materi yang non-degradasi seperti
kasa yang dilapisi jeli petroleum, spons yang terbuat dari hydroxylated
polyvinyl acetate yang akan mengembang apabila basah, dan inflatable pack
dilapisi hydrocolloid yang masih kontak dengan mukosa setelah bagian tengah
pack yang telah mengempis dan dibuang. Tampon-tampon ini dipakai selama

63
1-3 hari sebelum dilepas.Sebelumnya di lakukan pemasangan tampon kapas
yang telah dibasahi dengan adrenalin 1:10.000 dan lidokain atau pantokain 2
%. Kapas ini dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan
perdarahan dan mengurangi rasa sakit pada saat tindakan selanjutnya. Tampon
ini dibiarkan selama 3 5 menit. Dengan cara ini dapat ditentukan apakah
sumber perdarahan letaknya di bagian anterior atau posterior. Pada anak yang
sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara
duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan kearah
septum selama beberapa menit (metode Trotter). Penelitian lain mengatakan
bahwa pemakaian topikal oxymetazoline spray dapat menghentikan
perdarahan pada 65% pasien epistaksis di ruang emergensi.
Pemasangan anteriornasal packing / tampon hidung anterior harus
dilakukan dengan hati-hati dan dengan teknik khusus. Forceps bayonet
dan spekulum nasal digunakan
untuk melipat lembaran kasa
sedalam mungkin pada kavum
nasi. Setiap lipatan harus di tekan
sebelum lembaran baru
tambahkan diatasnya. Setalah
cavun nasi tersisi dengan kasa,
ujung kasa dapat ditempelkan
diatas lubang hidung dan di ganti
Gambar 3.16- Anterior Nasal
Packing / Tampon Hidung
Anterior
berkala. Selain
mengunakan kasa untuk
anteriornasal packing, dapat juga di gunakan spons.. Tampon

64
dimasukan dengan hati-hati pada dasar cavum nasi karena akan
mengembang apabila terkena darahatau cairan lain.
Pemberian jel lubrikan pada ujung tampon mempermudah
pemasangan. Setelah tampon terpasang, tetesi tampon dengan sedikit
cairan vasokonstriktor untuk mempercepat perhentian perdarahan.
Tetesi saline kedalam lubang hidung agar tampon dapat mengembang
sempurna. Tampon dapat dilepas setelah 3-5 hari terpasang dengan
memastikan telah terjadi formasi pembekuan darah yang adekuat.
Komplikasi dari pemasangan nasal packing ini adalah hematoma
septum dan abses dari trauma packing, sinusitis, singkop neurogenic
selama pemasangan, dan nekrosis jaringan karena penekanan dari
tampon itu sendiri. Karena adanya kemungkinan terjadi sindrom syok
toksik pada pemasangan tampon yang lama, pemberian salep
antibiotik topikal pada tampon diperlukan.
Posterior nasal packing atau tampon posterior dilakukan dengan
memasukkan kateter melalui salah satu lubang hidung atau keduanya
ke nasofaring dan keluar melalui mulut. Tampon kasa dikaitkan
diujung kateter lalu ditempatkan di nasofaring posterior, lalu kateter
ditarik dari hidung sehingga tampon kasa dapat berada di belakang
koana dan menutupi aliran rogga hidung posterior serta memberikan
efek penekanan pada sumber perdarahan. Prosedur ini memerlukan
keterampilan khusus dan biasanya dilakukan oleh dokter spesialis.
Semua pasien dengan tampon posterior ini harus dilakukan monitoring
di rumah sakit.

65
Gambar 3.17- Posterior nasal packing/Tampon hidung posterior

Beragam sistem balon efektif dalam menangani perdarah posterior dan


menimbulkan komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan
prosedur packing. Konsepnya tetap sama, dengan memasukkan udara
atau cairan kedalam balon, balon akan mengembang dan memberikan
penekanan pada dinding lateral hidung dan septum. Tipe terbaru dari
balon nasal adalah double balloon, gabungan dari balon dan Merocel
yang mempunyai kemampuan untuk tetap berada di tempatnya setelah
balon mengempis dan dilepas. Beberapa balon nasal dapat
memberikan jalur pernafasan melalui lubang yang ada di tengahnya.
Ada dua jenis tampon balon, yaitu: kateter Foley dan tampon balon
yang dirancang khusus. Setelah bekuan darah dari hidung dibersihkan,
tentukan asal perdarahan. Kemudian lakukan anestesi topikal yang
ditambahkan vasokonstriktor. Kateter Foley no. 12 - 16 F diletakkan
disepanjang dasar hidung sampai balon terlihat di nasofaring.
Kemudian balon diisi dengan 10 -20 cc larutan salin dan kateter Foley

66
ditarik kearah anterior sehingga balon menutup rongga hidung
posterior. Jika dorongan terlalu kuat pada palatum mole atau bila
terasa sakit yang mengganggu, kurangi tekanan pada balon.
Selanjutnya dipasang tampon anterior dan kateter difiksasi dengan
mengunakan kain kasa yang dilekatkan pada cuping hidung. Apabila
tampon balon ini gagal mengontrol perdarahan, maka dilakukan
pemasangan tampon posterior. Sama seperti anterior nasal packing,
nekrosis jaringan dapat terjadi pada pemasangan posterior nasal
packing yang salah maupun pada pemasangan balon yang
dikembangkan berlebihan.

Gambar 3.18 - Double Balloon

67
Gambar 3.19- Perbandingan Double Balloon sebelum dan sesudah di
kembangkan

3.2.9 Tatalaksana Epistaksis28


Epistaksis ringanbiasanya berasal dari anterior septum nasisebagai akibat
dari cidera kecil pada mukosa septum, pada anak-anak seringkali terjadi
akibat mengorek hidung, sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat
mukosa kering sebagai akibat pengaruh kelembapan udara, trauma, ulkus
dan hipertensi.Epistaksis anterior umumnya terjadi akibat rusaknya
dinding a. etmoidalis anterior atau a. etmoidalis posterior.

68
Gambar 3.20 Epistaksis dan penekanan cuping hidung
Berbagai upaya konservatif dapat dilakukan seperti memberikan tekanan
langsung dengan penekanan pada cuping hidung, pemasangan tampon hidung,
pemberian kauterisasi pada pembuluh darah yang terlihat berdarah.Biasanya
dengan beberapa tindakan diatas dapat berhasil mengontrol perdarahan,
sedangkan intervensi bedah sendiri jarang diperlukan.
Penatalaksanaan epistaksis ini dapat dibagi menjadi penatalaksanaan pada
keadaan akut dan penatalaksanaan definitif.Penatalaksanaan akut adalah
upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi sumber pendarahan dan
menghentikannya, sedangkan penatalaksanaan definitif adalah upaya yang
dilakukan untuk mengetahui penyebab dari epistaksis tersebut termasuk
didalamnya upaya mencegah berulangnya epistaksis tersebut.Termasuk
didalam penatalaksanaan definitif adalah, pemasangan tampon anterior dan
posterior, irigasi air panas dari rongga hidung, angiografi dan embolisasi arteri
karotid eksternal, dan pembedahan.
Berikut adalah cara yang lazim dilakukan dalam memeriksa dan melakukan
penanganan terhadap pasien dengan epistaksis.
1. Gunakan pelindung diri (APD) yang memadai
2. Amankan jalan napas dan fungsi vital lain

69
3. Bila memungkinkan pasien dalam posisi duduk tegak menghadap
kearah dokter. Lakukan penekanan sedang pada cuping hidung selama
10-15 menit
4. Bila masih berdarah, bersihkan bekuan darah dan semprotkan
vasokonstriktor lokal (adrenaline 1/200.000 ), dengan catatan tekanan
darah pasien normal Bila perdarahan berhenti, tenangkan pasien dan
observasi ketat.
5. Lanjutan dari (4), lakukan pemeriksaan dengan lampu kepala yang
terang dan fokus,
6. Bila sumber perdarahan ditemukan dan diidentifikasi, lakukan
kauterisasi dengan AgNo3 10-30 %, atau gunakan tampon gel, setelah
itu segera lakukan upaya mengoreksi status hemodinamik pasien. Bila
sumber perdarahan tidak ditemukan lakukan pemasangan tampon
anterior bisa dibalurkan dengan Kemycitine zalf atau Adrenaline
1/200.000.
7. Bila Perdarahan berhenti, upayakan pasien observasi 4-6 jam .Bila
perdarahan menetap rujuk untuk penanganan lebih lanjut.
Beberapa pilihan penanganan epistaksis
1. Kauterisasi mukosa hidung
Pembuluh darah / focus perdarahan terlihat
Gunakan AgNO3 10 30 %
Perhatian terhadap ulkus septum
2. Kauterisasi endoskopi
Bahan yang digunakan sama dengan diatas
Menggunakan endoskop hidung yang rigid
Dapat digunakan untuk perdarahan yang letaknya lebih dalam
Perlu keterampilam
3. Pemasangan tampon hidung

70
Tampon berupa kasa gulung, tampon kapas, Merocell atau Rapid
Rhinos
Perlu spekulum hidung, pinsep bayonet panjang
Tampon kasa gulung yang sudah dibaluri betadine + kemycitine zalf
Perlu keterampilan dan keberanian
8. Septoplasty
9. Ligasi arteri
10. Oklusi / embolisasi arteri

3.2.10 Ekstrasi Corpus Alienum Pada Cavum Nasal16,17


Adapun pemilihan teknik untuk mengeluarkan benda asing sebaiknya
didasarkan pada lokasi yang tepat, bentuk, dan komposisi benda
asing.Pengeluaran benda asing hidung jarang bersifat emergensi dan dapat
menunggu saran dari spesialis terkait.Bahaya utama pengeluaran benda asing
pada hidung adalah aspirasi, terutama pada anak-anak yang tidak kooperatif
dan menangis, pasien gelisah yang kemungkinan dapat menghirup benda
asing ke dalam jalan napas dan melukai jaringan sekitar, sehingga
menimbulkan keadaan emergensi.
Beberapa persiapan pengeluaran benda asing pada hidung antara lain :
1. Posisi ideal saat pengeluaran benda asing pada hidung adalah meminta
pasien untuk duduk, pada pasien pediatrik maka akan di pangku,
kemudian akan menahan tangan dan lengan pasien, dan seseorang
lainnya akan membantu menahan kepala pasien dalam posisi ekstensi
30o.
2. Visualisasi yang adekuat penting untuk membantu pengeluaran benda
asing pada hidung. Lampu kepala dan kaca pembesar dapat membantu
pemeriksa untuk memeroleh sumber pencahayaan yang baik dan tidak
perlu di pegang, sehingga kedua tangan pemeriksa dapat digunakan
untuk melakukan tindakan.

71
3. Anestesi lokal sebelum tindakan dapat memfasilitasi ekstraksi yang
efisien dan biasanya dalam bentuk spray. Lignokain (Lidokain) 4%
merupakan pilihan yang biasa digunakan, walaupun kokain biasa
digunakan dan bersifat vasokonstriktor. Namun, penggunaan kokain
pada anak-anak dapat menimbulkan toksik, sehingga biasanya
digantikan dengan adrenalin (epinefrin) 1:200.000. Akan tetapi,
penggunaan anestesi local tidak terlalu bermanfaat pada pasien
pediatric, sehingga anestesi umum lebih sering digunakan pada kasus
anak-anak.

Alat-alat yang diguanakan dalam proses ekstraksi benda asing pada hidung
adalah forsep bayonet, serumen hook, kateter tuba eustasius, dan suction.
Adapun, beberapa teknik pengeluaran benda asing pada hidung yang dapat
digunakan antara lain :
Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup :
1) Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal
yang sulit karena tidak mudah untuk mencengkram benda asing tersebut.
Serumen hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat yang paling
tepat untuk digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri hingga bagian
atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga terletak di
belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan diturunkan sedikit,
lalu ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa keluar.
Selain itu, dapat pula digunakan suction. Tidaklah bijaksana bila
mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan maksud
supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu, benda asing dapat terus
masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah yang menyebabkan sesak
napas, sehingga menimbulkan keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika
sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung
yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.

72
2) Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila ekstraksi
dengan forsep atau hook tidak berhasil dan juga digunakan pada benda
asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan mudah ditemukan pada bagian
emergensi dan kemudian diatur pada tekanan 100 dan 140 mmHg sebelum
digunakan.
3) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya seperti
spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep
4) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan dapat
diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.
5) Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara :
pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara
menghembuskan napas kuat-kuat melalui hidung sementara lubang hidung
yang satunya di tutup. Jika cara ini tidak berhasil atau benda asing pada
hidung tersebut terdapat pada pasien pediatrik yang tidak kooperatif, maka
dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui mulut. Pada teknik ini,
orang tua penderita melekatkan mulutnya ke mulut anaknya, lalu menutup
lubang hidung yang tidak terdapat benda asing dengan jari, lalu meniupkan
udara secara lembut dan cepat melalui mulut. Walaupun secara reflex
epiglottis anak akan tertutup untuk melindungi paru-paru dari tekanan,
penting diperhatikan bahwa tidak boleh diberikan hembusan bertekanan
tinggi dan volume yang banyak.
Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup
1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus benda
asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan kloroform
25% yang dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh benda asing
hidup tersebut. Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-3 perminggu
selama 6 minggu hingga semua benda asing hidup mati. Setiap tindakan
yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan suction,
irigasi, dan kuretase.

73
2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang
tinggi, dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik
parenteral, serta Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan.
Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus
dilakukan untuk mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya. Orang tua juga
harus diberikan edukasi untuk menjauhkan paparan benda asing hidung
potensial lainnya dari anak-anaknya.

3.3 TERAPI LOKAL TENGGOROKAN


3.3.1 Anastesi Lokal pada Tenggorokan17
Hitung dosis kokain maksimal (3 mg per kg) dan lidokain (3 sampai 7 mg
per kg) yang dapat digunakan pada pasien sebelum memulai. (Catatan:
Sejak 1991, kokain jarang digunakan dalam latihan kami.)
Berkumur dan menelan 10 cc Dyclone 0.5%; ulangi dua kali (total 30 cc) -
sejarah, tidak lagi tersedia di UIHC
Semprotkan oropharynx dan hypopharynx dengan kokain 5% atau, lebih
sering pada praktik saat ini, pontokain atau lidokain 2%.
Blok anestesi lokal: 1% lidokain dengan 1: 100.000 epinefrin
1) Blok saraf glossopharyngeal: lidokain 0,5-1,0 cc 1% dengan 1: 100.000
epinefrin disuntikkan hanya posterior ke pilar tonsil posterior
menggunakan jarum amandel melengkung (aspirasi pertama, hindari
arteri karotid).
2) Dasar dasar blok lidah (sekali lagi, hindari arteri karotid): Injeksi ini
biasanya tidak diperlukan dan harus digunakan dengan menahan diri
karena serapan anestesi sistemik yang cepat melalui lidah vaskular.
3) Blok subversial frenulum bibir atas: endoskopi mengiritasi daerah
sensitif ini; paling penting pada pasien yang edentulous.

74
4) Blok piringan sinus pirang: kapas forepep pyriform yang dibungkus
dengan kapas yang direndam dalam 5% kokain (atau pontokain)
ditempatkan di sepanjang dasar lidah lateral dalam sinus pirdaform dan
tertinggal di tempat selama 3 sampai 5 menit (memblok cabang internal
saraf laring superior).
5) Blok laringeal superior (cabang eksternal): 1,5 cc lidokain 1% dengan 1:
100.000 epinefrin disuntikkan secara perkutan mengelilingi membran
tirrohyoid di tengah-tengah aspek lateral hyoid dan cornu superior
tulang rawan tiroid (tempat masuk ke membran tiroid dari atasan
superior saraf laringeal). Gunakan tangan yang tidak menyuntikkan
untuk meraba dan kemudian tarik kembali arteri karotid
Anestesi topikal pada laring supraglotis dan glotis: Pasien (atau asisten)
memegang ujung lidah ke depan dengan spons kasa (4 x 4). Dokter bedah
tersebut, yang menggunakan cermin laring untuk meneteskan laring secara
tidak langsung, menggunakan jarum berujung tajam untuk menerapkan
satu atau dua tetes 2 sampai 4% lidokain pada epiglotis, pita suara palsu,
dan pita suara yang benar. Beberapa aplikasi mungkin diperlukan sampai
batuk ditekan. Jarum tumpul dapat digunakan untuk menarik kembali
epiglotis di anterior untuk memperbaiki paparan pita suara. (Jangan
overdosis, catat jumlah yang digunakan.)

Gambar. 3.21 Cocaine 4%

75
3.3.2 Cauterisasi Granula18
Kauterisasi kimia pada jaringan granulasi adalah prosedur untuk
mengobati luka dan jaringan rusak. Jaringan granulasi adalah jaringan
ikat dan vaskular baru yang tumbuh di permukaan luka.Contohnya
granuloma piogenik, sinus, dan fistula. Kauterisasi kimia bekerja dengan
cara membakar jaringan granulasi. Pembakaran membantu
mengendalikan perdarahan dan infeksi. Proses ini juga mempercepat
penyembuhan luka.
Kauterisasi kimia adalah salah satu metode kauterisasi.Prosedur ini
menggunakan senyawa kimia sebagai pembakar.Berbeda dari kauterisasi
listrik atau panas, yang memanfaatkan panas sebagai pembakar.

Banyak hal yang memerlukan kauterisasi jaringan granulasi.Terkadang,


jaringan luka menjadi terlalu tebal, sehingga tumbuh berlebihan.Jaringan
granulasi dapat menyebabkan penyumbatan, seperti peradangan, atau
membentuk lorong abnormal yang menjadi penghubung antar organ.

Kauterisasi kimia sangat bermanfaat bagi pasien yang menderita


hipergranulasi atau granulasi berlebih.Ini adalah pertumbuhan granuloma
piogenik berlebih pada permukaan luka atau bisul kulit. Hipergranulasi
disebabkan oleh rangsangan pada fibroplasia selama proses penyembuhan
luka. Karena menghambat epitelisasi, proses penyembuhan pun akan
terganggu. Dengan mencegah hipergranulasi, proses penyembuhan luka
akan kembali normal.

Kauterisasi kimia umumnya dimanfaatkan sebagai metode non-invasif


untuk mengobati gangguan sinus, seperti sinusitis dan rhinitis.Prosedur
ini dilaksanakan apabila gangguan tidak merespon obat-obatan oral atau
intranasal.Pasien yang menderita gangguan sinus kronis dapat menjalani

76
2-3 kali kauterisasi kimia dalam setahun. Kauterisasi dapat meringankan
gejala, meski tidak disertai pengobatan lain. Artinya, kauterisasi kimia
tidak memerlukan antihistamin,obat semprot, dan dekongestan. Sehingga,
kauterisasi kimia lebih efektif mengatasi gangguan yang diderita
pasien.Prosedur ini pun mencegah kondisi berulang.Pasien yang cocok
menjalani prosedur ini adalah yang mengalami gejala berikut:Sulit
merasakan makanan. Kauterisasi kimia juga efektif untuk menghilangkan
fistula.Fistula adalah saluran yang terbentuk antara organ dan permukaan
tubuh.Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penyakit, namun bisa
merupakan kondisi bawaan. Manfaat dari kauterisasi kimia, antara lain:

Derajat nyeri sangat minim.


Pasien tidak beresiko terbakar, seperti pada kauterisasi listrik.
Lebih tidak invasif dibandingkan prosedur bedah.
Tidak mengganggu metode pengobatan lainnya.
Efek samping minim, bahkan tidak ada.
Bekerja efektif pada sebagian besar pasien.

Cara Kerja Kauterisasi Kimia pada Jaringan Granulasi :

Kauterisasi kimia biasanya berlangsung selama 30 menit.Prosedur


semakin lama bila ukuran luka semakin besar. Namun, umumnya pasien
dapat melakukan aktivitas normal di hari yang sama.

Langkah-langkah kauterisasi kimia adalah:

Dokter memeriksa area kauterisasi


Pasien menjalani tes darah untuk memeriksa adanya elemen anti-
penggumpalan dan anemia.
Pasien dibius lokal.

77
Dokter menggunakan stik berlapis senyawa kimia, seperti perak
nitrat, untuk membakar granuloma piogenik, granula faring, atau
fistula.
Jaringan bereaksi terhadap senyawa. Pembuluh darah akan larut dan
melebur. Hal ini menghentikan perdarahan dan menghilangkan
jaringan berlebih. Permukaan kulit akan menutup, dan mengurangi
resiko infeksi.
Terakhir, dokter memberi perak nitrat pada area pengobatan untuk
mencegah kondisi berulang.

Terapi faringitis kronis hiperplastik. Kita dapat mengobatinya dengan


kaustik faring menggunakan larutan nitras argenti, abotil,aptil atau
listrik (electro cauter). Selain itu diperlukan pengobatan simptomatik
menggunakan obat kumur, tablet hisap dan obat batuk (antitusif dan
ekspektoran). Harus diobati penyakit lain yang berasal dari hidung
dan sinus paranasal.Teknik ini memakai metode membakar seluruh
jaringan tonsil disertai kauterisasi untuk mengontrol perdarahan.
Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi elektromagnetik
untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga
4 Mhz. Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah
terjadinya gangguan konduksi saraf atau jantung.

3.3.3 Antiseptik Orofaring19,20


Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas
rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri
perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap,
mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi.

78
Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan
spray.Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang
simpel dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga
mulut.

Komposisi yang terkandung dalam obat kumur

Hampir semua obat kumur mengandung lebih dari satu bahan aktif dan
hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi
pengguna.Masing-masing obat kumur merupakan kombinasi unik dari
senyawa-senyawa yang dirancang untuk mendukung higiena rongga
mulut. Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum
dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain:

1. Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah


mikroorganisme dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol,
chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium chloride,
boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid

2. Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob


dalam rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan
jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida,
perborate

3. Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal


berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada
jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium,
dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat

4. Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan


fenol, minyak eukaliptol, minyak watergreen

79
5. Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang
dihasilkan dari fermentasi sisa makanan, contoh: sodium
perborate, sodium bicarbonate

6. deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau


yang dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh:
klorofil

7. deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian


menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih
larut, dan juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang
menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari
deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga
mulut, contoh: sodium laurel sulfate

Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
1. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
2. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
3. Bahan pewarna
4. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).
Penggunaan alkohol sebagai komposisi dalam obat kumur
Pada uraian di atas telah disinggung bahwa alkohol merupakan bagian
komposisi obat kumur yang berfungsi sebagai astringents (zat penciut)
dengan tujuan untuk memicu kontraksi pembuluh darah yang dapat
mengurangi bengkak pada jaringan.Pada umumnya obat kumur
mengandung 5-25 % alkohol.Alkohol sendiri dimasukkan ke dalam
obat kumur untuk beberapa pertimbangan.Alkohol dimasukkan dalam
obat kumur dengan pertimbangan sifat-sifat alkohol tersebut,
diantaranya adalah alkohol sendiri merupakan antiseptik dan dapat
menstabilkan ramuan-ramuan aktif dalam obat kumur.Alkohol juga

80
dapat memperpanjang masa simpan dari obat kumur dan mencegah
pencemaran dari mikroorganisme, serta melarutkan bahan-bahan
pemberi rasa.

Efek samping alkohol sebagai komposisi dalam obat kumur


Menurut Witt dkk, dengan adanya alkohol sebagai kandungan dari
obat kumur, akan membatasi penggunaan obat kumur tersebut untuk
golongan-golongan tertentu, antara lain anak-anak, ibu
hamil/menyusui, pasien dengan serostomia, dan golongan-golongan
yang menganut keyakinan religius tertentu.Eldridge dkk (1998)
menyatakan bahwa orang-orang dengan mukositis, pasien-pasien yang
mengalami irradiasi kepala dan leher dan gangguan sistem imunitas
tidak disarankan menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol.
Para ahli telah melaporkan dan kemudian dipublikasikan dalam Dental
Journal of Australia bahwa obat kumur yang mengandung alkohol
memberi kontribusi dalam peningkatan risiko perkembangan kanker
rongga mulut.Penelitian internasional telah memperlihatkan pada
kebiasaan 3210 orang dan dijumpai bahwa penggunaan obat kumur
dengan kandungan alkohol sehari-hari merupakan faktor risiko yang
signifikan terhadap perkembangan kanker rongga mulut.Penelitian ini
tanpa memperhatikan pengguna obat kumur tersebut perokok atau
peminum alkohol. Risiko perokok yang mengunakan obat kumur 9
kali lebih besar, demikian juga halnya dengan peminum alkohol yang
menggunakan obat kumur risiko yang terjadi 5 kali lebih besar, dan
pada pengguna obat kumur yang tidak perokok dan peminum alkohol,
peningkatan risiko terjadinya kanker adalah 4-5 kali. Tim peneliti dari
university of Sao Paulo mengatakan bahwa produk-produk obat kumur
berkontak langsung dengan mukosa rongga mulut sebanyak pecandu

81
minuman beralkohol, dan dapat menyebabkan agregasi kimia dari sel-
sel.

3.3.4 Ekstrasi Corpus alienum20


Aspirasi benda asing dapat memberikan gambaran klinis yang bervariasi,
dari gejala yang minimal, sehingga tidak jarang pasien dibawa berobat
bukan pada hari pertama kejadian, seperti dilaporkan Cohen et al yang
dikutip Friedman EM, dari 143 kasus aspirasi benda asing pada anak
hanya 41% yang datang berobat pada hari pertama kejadian,sampai
keadaan gawat nafas bahkan menyebabkan kematian. Gejala klinis yang
timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas tergantung pada ukuran,
lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing di
jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi. Gejala
aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1) Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat
secara tibatiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok,
wheezing dan obstruksi nafas, dapat juga disertai adanya sianosis
terutama perioral, kematian pada fase ini sangat tinggi.
2) Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda
asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa
menit sampai berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama fase ini
tergantung lokasi benda asing, derajat obstruksi yang
ditimbulkannya dan jenis benda asing yang teraspirasi serta
kecenderungan benda asing untuk berubah posisi.
3) Fase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing,
dapat berupa pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.

82
3.3.4.1 Benda asing di orofaring dan hipofaring20
Dapat tersangkut antara lain ditonsil, dasar lidah, valekula, sinus piriformis
yang menimbulkan rasa nyeri padawaktu menelan (odinofagia), baik
makanan maupun ludah, terutama bila bendaasing tajam seperti tulang
ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa dan mencari bendaitu di dasar lidah,
valekula dan sinus piriformis diperlukan kaca tenggorok yangbesar (no 8-
10).Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jackson yaitu
terdapat akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut.
Bilabenda asing menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah
tergenang dikedua sinus piriformis.

3.3.3.2 Benda asing di laring 20


Pasien dengan benda asing di laring harus diberpertolongan dengan segera,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanyabeberapa menit. Pada anak
dengan sumbatan total pada laring, dapat dicobamenolongnya dengan
memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah,kemudian daerah
tengkuk/punggung dipukul, sehingga diharapkan benda asingdapat
dibatukkan ke luar.Cara lain untuk mengeluarkan benda asing
yangmenyumbat di laring secara total ialah dengan cara perasat dari
Heimlich dapatdilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori
Heimlich, benda asingmasuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi.
Dengan demikian paru penuholeh udara, diibaratkan sebagai botol plastik
yang tertutup, dengan menekan botolitu, maka sumbatannya akan terlempar
ke luar.Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru.Caranya
ialah,bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang
pasien,kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prosesus xifoid,
sedangkantangan kirinya diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan
penekanan ke belakangdan ke atas paru beberapa kali, sehingga diharapkan
benda asing akan terlemparke luar dari mulut pasien. Bila pasien sudah

83
terbaring karena pingsan, makapenolong bersetumpu pada lututnya di
kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus xifoid,
kemudian dilakukan penekanan ke bawah danke arah paru beberapa kali,
sehingga diharapkan benda asing akan terlempar keluar mulut pasien.pada
tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher janganditekuk ke
samping, supaya jalan napas merupakan garis lurus.

Gambar 3.21.Perasat Heimlich.

Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambungatau


hati dan fraktur iga. Oleh Karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari
kanan dan kiri.Pada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat
Heimlich tidakdapat digunakkan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa ke
rumah sakitterdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan
laringoskop ataubronkoskop, atau kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan
trakeostomi.Pada waktutindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi
Trendelenburg, kepala lebihrendah dari badannya, supaya benda asing tidak
turun ke trakea.

84
Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan atelektasis,dibuat
foto thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini akantampak
mediastinum bergeser ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru
yangterlibat akan hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.

Gambar 3.22.Perasat Heimlich.

85
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Otolaringologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus meneliti
diagnosis dan pengobatan penyakit telinga, hidung, tenggorok serta
kepala dan leher.
Larutan Burrowi (Burrows Solution), berisi larutan aluminium sulfat
dengan mempunyai pH 3,2. Adapun manfaat dari tampon burowi
yaitu: 1). Anti nyeri 2). Astringent (Mengurangi edema) 3).Bakterisid
4).Indikator pengobatan dengan melihat secret yang terserap.
Pemberian H2O2 3% sebagai tetes telinga telah lama dilakukan.Secara
klinis senyawa ini berguna untuk menghancurkan serumen, mengobati
telinga berair dan membersihkan tuba ventilasi yang tersumbat.
Pseudoefedrin menghasilkan lemah relaksasi bronkus (tidak seperti
epinefrin atau efedrin) dan tidak efektif untuk mengobati asma.
Steroid Nasal spray sangat berkhasiat dalam mengobati rhinitis
alergi. Obat ini mengontrol 4 gejala utama dari rhinitis (yaitu, bersin,
gatal, rhinorrhea, kemacetan).
Pencucian hidung dengan larutan salin isotonis dapat diberikan sebagai
terapi tambahan pada rinosinusitis, rinitis alergi, infeksi saluran napas
atas dan pasca pembedahan sinus
Kauterisasi kimia pada jaringan granulasi adalah prosedur untuk
mengobati luka dan jaringan rusak.

86
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan pendengaran


Akibat Obat ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok
Kepala & Leher.Edisi IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2007,halaman 9-15,53-56.
2. Anatomi fisiologi telinga. Available from :
http://arispurnomo.com/anatomifisiologi- telinga
3. Telinga : Pendengaran dan sistem vestibular. Available from :
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://webschoolsolutions.com/patts/systems/ear.htm
4. Adams,G.L.1997.Obat-obatan ototoksik.Dalam:Boies,Buku Ajar Penyakit
THT,hal.129.EGC,Jakarta.
5. Andrianto,Petrus.1986.Penyakit Telinga,Hidung dan Tenggorokan,75-
76.EGC,Jakarta
6. Anatomi dan fisiologi hidung. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
7. Anatomi dan fisiologi system pernapasan. Available from :
http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-
sistempernapasan/
8. Difteri. Available from http://www.scribd.com/doc/44244704/Refrat-Difteri-
Sari
9. Difteri tonsil. Available from http://www.scribd.com/doc/36494895/difteri-
tonsil
10. Abdulah, Farhan. 2003. Uji banding klini Pemakaian larutan burruwi saring
Dengan salep ichthyol (ichthammol) Pada otitis eksterna akut di ases tanggal
28/11/17 di
https://www.jstage.jst.go.jp/article/jjphcs2001/31/9/31_9_749/_article
11. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Available from : http://www.
bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm. Accessed : 2008, March 28.

87
12. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.
13. Maria. 2001. Perbandingan hasil kortikosteroid dan dan kloramfenikol tetes
telinga vs kloramfenikol tetes telinga pada pengobatan local otitis media
kronika aktif. FK UNDIP. Semarang.
14. Sindrome Ramsay Hunt. 2015. From:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1737523/pdf/v071p00149.pd
f
15. Direktorat bina penggunaan obat rasional .Direktorat jenderal bina
kefarmasian dan alat kesehatan departemen kesehatan republik indonesiatahun
2008. Materi pelatihan peningkatan. Pengetahuan dan keterampilan Memilih
obat Bagi tenaga kesehatan.
16. Dr.dr.Abdul Qadar.P. 2013. Sistem trauma kegawat daruratan. Landasan ilmu
kedokteran ilmiah.
17. Lokal Anastesi from: https://medicine.uiowa.edu/iowaprotocols/local-
anesthesia-rigid-endoscopy
18. Cauterisasi Glandula from;
https://www.scribd.com/doc/312126785/TINDAKAN-KAUSTIK
19. Fharingitis cronik from: https://www.scribd.com/doc/310250678/Makalah-
Faringitis
20. Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta:
EGC.
21. Forumen from : https://www.sanbe-
farma.com/public/product_brosur/FORUMEN.pdf
22. Eman sulaiman, Journal of Medicine and Health Potency of Vinegar
Therapy.Vol. 1 No. 2. August 2015 Potency of Vinegar Therapy in Otomycosis
Patients Department of Ear Nose & Throat and Head & Neck
Surgery.Faculty of Medicine Padjadjaran University/Hasan Sadikin General
Hospital
23. Kotrimazol from http://www.alodokter.com/clotrimazole

88
24. Tetes telinga kombinasi (Etilon) from
https://www.farmasiana.com/kombinasi/otilon-tetes-telinga/
25. Afrin from https://www.afrin.com/
26. Cara mebuat larutan gara untuk mencuci hidung from:
https://id.wikihow.com/Membuat-Semprotan-Larutan-Garam-untuk-
Hidung#Membuat_Larutan_Garam_sub
27. Pseudoefedrin HCL Rhinos neo from: http://www.dexa-medica.com/our-
product/searchs/Rhinos%20Neo
28. Dr. Hari purnama.2014. Penatalaksanaan epistaksis. Di akses pada tanggal 03
desember 2017 dari http://idikabbekasi.org/wp-content/uploads/2014/12/4.-
materi-dr.-Hari.pdf RSUD kabupaten Bekasi.

89

Anda mungkin juga menyukai