PILEK MENAHUN
A. SKENARIO
4). Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya.Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh
darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding
(septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian
luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang
yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian atas) dan
skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat
ini dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala
timpani berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina
spiralis membranasea kearah perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan
membrane reissner. Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang
dibatasi oleh:
o membrane reissner bagian atas
o lamina spiralis membranasea bagian bawah
o dinding luar koklea
saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang
berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis.disini,
terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.
Gambar 4 : Koklea
Di dalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada
membarana basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya
membrane basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan lamina spiralis
ossea berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh pada basis koklea.
Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea.
Ga
mbar 6 : Fisiologi Pendengaran
HISTOLOGI
1) Telinga dalam koklea potongan vertikal
Gambar 7 : Telinga dalam : koklea (potongan vertikal) . Pulasan : hematoksilin dan eosin.
Pembesaran
Gamb
ar 8 : Telinga dalam : Duktus koklearis (skala media). Pulasan : hematoksilin dan
eosin.Pembesaran sedang
2) Telinga dalam duktus koklearis dan organum spirale
Ga
mbar 9 : Telinga dalam : duktus koklearis dan organum spirale. Pulasan : hematoksilin dan
eosin. Perbesaran 30x
b. Hidung
ANATOMI
Gam
bar 10 : Anatomi hidung
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung
dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas,
struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang
yang tak dapat digerakkan, di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat
digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan.
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari
apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung
dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks,
yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago
septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung.
Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah
yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau
nostril(Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi
dan sebelah inferior oleh dasar hidung.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit,jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang
membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang
memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi
berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian
tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi
bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior
(koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares
anterior, disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak
kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise.
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral,
inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini
dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior,
konkha media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah
konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi
konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema
biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada
os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema
merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar
hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior
disebut meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior.
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah
yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari
sinus maksilla,sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian
anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah
yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau
fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan
infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial
infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai
prosesus unsinatus.
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas
sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus
paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya
menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os
maksilla.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da os palatinus sedangkan atap
cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale.
Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang
berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat
saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus
cranialis I olfaktorius.
Perdarahan hidung
Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:6
1. Arteri Etmoidalis anterior
2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika
3. Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari
arteri karotis eksterna.
Gambar 11 : Sistem Vaskularisasi Hidung
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri
maksilaris interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri
sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina
dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan
hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri
sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor,
yang disebut pleksus kieesselbach (little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya
superfisialis dan mudah cedera oleh truma, sehingga sering menjadi sumber
epistaksis.
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena
oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus.
Persyarafan hidung
HISTOLOGI
Bentuk mukosa faring bervariasi tergantung pada letaknya. Pada nasofaring
karena fungsinya untuk saluran respirasi maka mukosanya bersilia sedang epitelnya
torak berlapis menggandung sel goblet. Dibagian bawahnnya yaitu orofaring dan
laringofaring, karena fungsiny unnttuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan
tidak bersilia.
Disepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limmfoid yang
terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial.
Oleh karena itu faring disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
2. Patomekanisme Terjadinya Pilek Yang Disertai Lendir Pada Tenggorokan
Allergen yang masuk ke tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan
dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presentingcells
(APC).
Setelah allergen diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut, allergen di
presentasikan ke sel Th. Sel APC melalui pelepasan interleukin 1 (IL-1) mengaktifkan
sel Th. Melalui pelepasan interleukin 2 (IL-2( oleh sel Th yang diaktifkan, kepada sel B
diberikan signal untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basophil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut
pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinophil, makrofag dan
trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan allergen yang
sama, allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan
mastofit dan basophil. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan
terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses
degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah
terkandung dalam granul-granul di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologic,
yaitu histamine, Eosinofil Chematactic Factor-A (ECF-A), Neutrofil Chemotactic Factor
(NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi
oleh histamine.
Histamine menyebabkan vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler dan permeabilitas,
sekresi mucus.
Sekresi mucus yang berlebih itulah yang menghasilkan pilek.
Berhubungan dengan sekresi mucus yang berlebih karena gangguan fisik, kimiawi,
atau infeksi yang terjadi pada membrane mukosa, menyebabkan proses pembersihan
yang dilakukan oleh silia tidak berjalan secara normal sehingga mucus ini banyak
tertimbun. Bila hal ini terjadi membrane mukosa akan terangsang dan mucus akan
dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi, dibatukkan
udara keluar dengan akselerasi yang cepat beserta membawa secret mucus yang
tertimbun tadi. Mucus tersebut akan keluar sebagai sputum yaitu lender yang ada pada
tenggorokkan.
3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pilek Pada Kasus Terseut Bermacam-Macam,
Di Antaranya Adalah:
a. Infeksi virus, virus menyerang hidung, sinus, atau tenggorokan.
b. Infeksi bakteri.
b. Alergi, terpapar zat yang memicu alergi seperti debu atau bulu binatang.
c. Efek samping obat-obatan.
d. Paparan udara dingin atau kering, kondisi ini bisa mengubah keseimbangan cairan di
dalam saluran hidung.
Berdasarkan skenario tersebut, pilek disebabkan adanya kelainan respons sistem
imun terhadap zat pemicu alergi atau alergen. Pada kondisi normal, zat tersebut tidak
berbahaya bagi sistem imun. Namun pada orang yang memiliki alergi, sistem imun akan
menganggap benda-benda tersebut berbahaya hingga timbul reaksi alergi. Reaksi alergi
dipicu oleh masuknya alergen ke dalam rongga hidung. Reaksi alergi inilah yang akan
menimbulkan gejala-gejala rhinitis seperti pilek, bersin dan hidung gatal.
Terdapat beragam alergen yang bisa memicu reaksi sistem kekebalan tubuh jika
terhirup melalui hidung, di antaranya:
a. Serbuk sari
b. Tungau
c. Spora jamur atau kapang
d. Debu
e. Kulit dan bulu hewan
f. Serbuk gergaji
g. Lateks
4. Apakah Keluhan Pilek Yang Dirasakan Selama Setahun Sifatnya Intermitten Atau
Terus Menerus Selama Setahun Tanpa Berhenti?
Apabila keluhannya terasa terus menerus selama setahun, mungkin dapat disebabkan
karena:
Alergi
Penyebab pilek menahun paling umum adalah alergi terhadap suatu alergen (hal yang
memicu munculnya alergi), seperti tungau debu rumah atau bulu hewan peliharaan.
Selain itu, alergi juga bisa dipicu oleh serpihan kayu, serbuk sari, dan tepung. Saat
alergi terjadi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap alergen. Hal ini
dikarenakan sel-sel di hidung melepaskan histamin dan bahan kimia lain ketika
bersentuhan dengan alergen. Akibatnya, hidung menjadi meradang dan menimbulkan
gejala khas, seperti pilek dan hidung mengeluarkan lendir. Gejala pilek yang terjadi
akibat alergi biasanya berupa batuk, bersin-bersin, hidung meler, badan terasa sakit,
serta demam. Tanda-tanda tersebut biasanya muncul dengan cepat ketika bersentuhan
langsung ataupun hanya berada dekat dengan penyebab alergi.
Sinusitis
Pilek menahun juga bisa disebabkan oleh sinusitis. Sinusitis sendiri adalah
peradangan atau pembengkakan jaringan dinding yang melapisi rongga sinus, yaitu
ruang berisi udara yang terletak di hidung, pipi, rongga hidung, serta di atas mata.
Kondisi ini terjadi ketika sinus yang berisi udara, mengalami penyumbatan dan berisi
cairan. Akibatnya, kuman dapat tumbuh dan menyebabkan infeksi dan peradangan,
yang disebut sebagai sinusitis.Pilek dan sinusitis dapat menimbulkan rasa sakit di
sekitar mata dan hidung, serta menghasilkan lendir berwarna kekuningan. Gejala
penyakit sinusitis, seperti pilek, dapat menetap hingga 4 minggu. Apabila gejala pilek
menahun hingga lebih dari 4 minggu karena sinus, maka kondisi ini dikategorikan
sebagai sinusitis kronik.
5. Mengapa Pilek Kadang Disertai Lendir Pada Tenggorokan Yang Dirasakan Dari
Belakang Hidung?
Pilek adalah infeksi virus yang menyerang saluran nafas atas (hidung sampai
tenggookan) dan menimbulkan gejala ingus meler atau hidung mampet, batuk sering
disertai demam dan sakit kepala. Batuk dan pilek merupakan suatu respon tubuh yang
diciptakan untuk membuang benda asing, termasuk virus, bakteri, debu, lendir, dan
partikel kecil lain yang berusaha mengotori saluran nafas dimulai dari tenggorokan
hingga paru-paru. Batuk menjaga saluran nafas tetap bersih agar seseorang tidak
mengalami sesak nafas. Ingus atau lendir yang diproduksi saat seseorang mengalami
batuk pilek adalah upaya tubuh mengeluarkan benda asing, termasuk partikel virus dan
bakteri dari saluran napas atas manusia. Maka dari pilek yang kadang disertai dengan
lendir dari belakang tenggorokan belakang hidung . Berikut adalah beberapa respon imun
tubuh terhadap patogen yang masuk ke dalam tubuh yaitu:
a. Respons primer
Pada respon imun primer terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen.
Reaksi ini bersifat nonspesifik dan dapat berakhir sampai disini. Bila antigen tidak
berhasil seluruhnya dihilangkan maka reaksi berlanjut menjadi respons sekunder.
b. Respons sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah
sistem imunitas selular atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila antigen
berhasil dieliminasi pada tahap ini maka reaksi selesai. Bila antigen masih ada atau
memang sudah ada defek dari sistem imunonogik maka respons berlanjut menjadi
respons tersier.
c. Respons tersier
Reaksi imunologik yang terjadi ini tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat
bersifat sementara atau menetap tergantung dari daya eliminasi antigen oleh tubuh.
6. Hubungan Sesak Napas Dengan Rhinitis?
Manifestasi alergi pada manusia dapat terjadi di organ pernapasan berupa asma
dan rinitis. Hal inilah yang menghubungkan antrara sesak napas dan rhinitis. Asma
merupakan penyakit inflamasi kronik jalur napas bagian bawah yang ditandai dengan
gejala episodik yaitu sesak napas atau dada terasa sesak, batuk, dan mengik(Price et
al.2017). Penyakit alergi pernapasan selain asma adalah rinitis. Penderita rinitis
mengalami inflamasi di daerah hidung atau saluran napas bagian atas yang ditandai
dengan bersin berulang, hidung terasa gatal dan tersumbat, serta mengeluarkan cairan
jernih (rhinorrhea) (Lampalo et al. 2017). Asma dan rinitis dapat terjadi bersamaan karena
terjadi pada satu jalur saluran pernapasan. Penderita asma dan rhinitis ditandai dengan
gejala khas seperti dada sesak atau sesak napas, mengik, rhinorrhea, hidung gatal serta
tersumbat, dan bersin berulang.
Sesak napas sewaktu kecil bisa berpengaruh terhadap pilek menahun. Asma bisa
menyebabkan hipersensitivitas mukosa pada saluran napas yang berakibat pada
perubahan struktur sel yang ada pada mukosa saluran napas termasuk mukosa hidung.
Selain itu reseptor histamin pada mukosa hidung sama dengan yang ada di saluran napas.
Meskipun sesak napas yang didiagnosis sebagai asma telah sembuh reseptor histamin
kemungkinan masih ada di hidung. Saat terpapar oleh alergen terjadilah rinitis alergi.
Selain itu pilek menahun pun dapat berpengaruh pada sesak napas. Akibat peradangan
saluran napas yang kronik maka saluran napas dapat menyempit akibat bronkokonstriksi
yag dipicu histamin prostaglandin dan leukotrien. Selain itu saluran napas juga dapat
terisi cairan lendir (sputum) yang berasal dari peningkatan sekresi kelenjar mukosa
sehingga menghambat inspirasi dan ekspirasi.
7. Apakah Kasus Tersebut Termasuk Infeksi Atau Alergi, Tipe Berapa Dan
Bagaimana Patomekanismenya?
kasus tersebut termasuk alergi, tipe hipersensitivitas 1. Adapun
patomekanismenya adalah
Tipe I (Reaksi anafilaksis, reaksi cepat)
Mekanisme ini paling banyak ditemukan. Yang berperan ialah Ig E yang
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap mastosit dan basofil. Pajanan pertama dari obat
tidak menimbulkan reaksi. Tetapi bila dilakukan pemberian kembali obat yang sama,
maka obat tersebut akan dianggap sebagai antigen yang akan merangsang pelepasan
bermacam-macam mediator seperti histamin, serotonin, bradikinin, heparin dan SRSA.
Mediator yang dilepaskan ini akan menimbulkan bermacam-macam efek, misalnya
urtikaria dan yang lebih berat ialah angiooedema. Reaksi yang paling ditakutkan adalah
timbulnya syok anafilaktik.
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe I adalah :
• Konjungtivitis
• Asma
• Rinitis
• Anafilaktic shock
12. Apa Saja DD Pada Kasus Tersebut?
selama 1 tahun
Lendir pada + + + + + +
tenggorokkan
dari belakang +
hidung
a. Rhinitis Alergi
1). Gejala
Tiap penderita alergi bisa mengalami gejala yang berbeda. Gejala biasanya
langsung timbul setelah penderita terpapar pemicu alergi (alergen). Beberapa
gejala yang dapat muncul adalah:
Pilek atau hidung tersumbat.
Bersin-bersin.
Mata terasa gatal atau berair.
Mata membengkak dan kelopak mata bawah berwarna gelap.
Gatal-gatal pada mulut dan tenggorokan.
Muncul ruam pada kulit.
Lemas.
Batuk-batuk.
Sakit kepala.
Terkadang menimbulkan gangguan tidur, terutama pada rhinitis alergi yang
parah.
Anak-anak yang menderita rhinits alergi dapat mengalami gejala atau
gangguan pada telinga, seperti telinga sakit, telinga berdenging, infeksi yang
disertai keluarnya cairan dari telinga tengah (otitis media).
Rhinitis alergi memiliki gejala yang mirip dengan flu. Namun, rhinitis alergi
tidak menimbulkan demam seperti sakit flu.
2). Etiologi
Rhinitis alergi disebabkan adanya kelainan respons sistem imun terhadap zat
pemicu alergi atau alergen. Pada kondisi normal, zat tersebut tidak berbahaya bagi
sistem imun. Namun pada orang yang memiliki alergi, sistem imun akan
menganggap benda-benda tersebut berbahaya hingga timbul reaksi alergi.
Reaksi alergi pada rhinitis alergi dipicu oleh masuknya alergen ke dalam
rongga hidung. Reaksi alergi inilah yang akan menimbulkan gejala-gejala rhinitis
alergi seperti bersin, pilek, dan hidung gatal.
Terdapat beragam alergen yang bisa memicu reaksi sistem kekebalan tubuh
jika terhirup melalui hidung, di antaranya:
Serbuk sari
Tungau
Spora jamur atau kapang
Debu
Kulit dan bulu hewan
Serbuk gergaji
Lateks
Rhinitis alergi dapat dialami oleh siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga bisa meningkatkan risiko terjadinya rhinitis alergi. Faktor-faktor risiko
tersebut meliputi:
Faktor keturunan, terutama jika orang tua atau saudara kandungnya juga
memiliki kondisi yang sama.
Memiliki alergi jenis lain, misalnya asma atau dermatitis atopik.
Sering terpapar asap rokok.
Selain faktor risiko, terdapat beberapa hal yang dapat memperparah rhinitis
alergi yang dialami, antara lain:
Suhu dingin
Lingkungan yang lembab
Parfum atau deodorant
Asap dan polusi udara
b. Rhinitis Vasomotor
1). Gejala
Sedangkan rhinitis vasomotor adalah salah satu penyakit yang termasuk ke
dalam rhinitis non-alergi. Rhinitis vasomotor terjadi saat pembuluh darah di dalam
hidung melebar atau mengembang. Pelebaran pembuluh darah di hidung
menghasilkan pembengkakan dan bisa menyebabkan hidung tersumbat. Hal ini
dapat membuat lendir mengering di hidung.
Penyebab rhinitis vasomotor masih belum diketahui secara pasti. Namun,
gejalanya dapat dipicu oleh sesuatu yang mengiritasi hidung, misalnya:
Polusi udara
Perubahan cuaca & udara kering
Asap rokok
Alkohol & parfum
Obat tertentu seperti obat antihipertensi, beta blockers, antidepresan, aspirin,
dan pil KB
Penggunaan obat dekongestan semprot hidung yang terlalu sering
Makanan pedas
Stres berat
Perubahan hormon saat kehamilan atau menstruasi
Beberapa gejala dari penyakit ini yaitu hidung meler, tersumbat, bersin, berair,
serta iritasi ringan atau adanya ketidaknyamanan di dalam atau sekitar hidung yang
bisa mengurangi fungsi indera penciuman Anda.
Jika Anda mengalami rhinitis vasomotor, Anda tidak akan merasakan gejala
hidung gatal, mata berair atau gatal, dan tenggorokan gatal. Karena gejala ini hanya
terjadi jika Anda mengalami rhinitis alergi.
c. Sinusitis
1). Gejala
Gejala yang muncul tergantung kepada usia penderita dan jenis sinusitis
yang diderita. Gejala sinusitis akut pada orang dewasa, di antaranya adalah:
Sakit kepala.
Demam.
Hidung tersumbat.
Ingus berwarna kuning kehijauan.
Nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit ketika ditekan.
Menurunnya fungsi indera penciuman.
Bau mulut (halitosis).
Sakit tenggorokan.
Sakit gigi.
Pembengkakan di sekitar mata dan semakin parah pada pagi hari.
Untuk sinusitis yang dialami anak-anak, gejala yang muncul meliputi:
Pilek yang berlangsung selama 7-10 hari. Ingus berwarna berwarna hijau
atau kuning kental, tetapi terkadang bening.
Hidung tersumbat, sehingga napas sering dilakukan melalui mulut.
Pembengkakan di area sekitar mata.
Batuk.
Nafsu makan hilang.
Rewel.
Gejala sinusitis kronis serupa dengan sinusitis akut. Namun, segera hubungi
dokter jika gejala semakin memburuk yang ditandai dengan sakit kepala hebat,
demam tinggi, penglihatan ganda, leher kaku, dan penurunan kesadaran.
2). Etiologi
Sinusitis disebabkan oleh pembengkakan dinding dalam hidung akibat virus
atau reaksi alergi yang masuk dari saluran pernapasan atas. Virus tersebut
memicu sinus untuk menghasilkan lendir lebih banyak, sehingga terjadi
penumpukan dan penyumbatan pada saluran hidung. Kondisi ini mendorong
bakteri atau kuman semakin berkembang di rongga sinus dan menyebabkan
infeksi.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko sinusitis pada
orang dewasa. Di antaranya adalah:
Infeksi jamur.
Infeksi gigi.
Cedera hidung.
Pembesaran kelenjar adenoid.
Kebiasaan merokok (perokok aktif) atau terlalu banyak menghirup asap
rokok (perokok pasif).
Aktivitas menyelam dan berenang.
Adanya benda asing yang terjebak di dalam hidung.
Selain itu, ada beberapa kondisi medis yang dapat memicu terjadinya sinusitis.
Di antaranya adalah:
Polip hidung, yaitu jaringan yang tumbuh dan membentuk massa di dalam
hidung.
Tulang hidung bengkok.
Alergi, misalnya rinitis alergi atau asma. Kondisi ini dapat menyebabkan
terhambatnya saluran sinus.
Cystic fibrosis, yaitu kelainan genetik yang menyebabkan lendir mengental,
kemudian menumpuk dan menyumbat berbagai saluran di dalam tubuh,
terutama pernapasan dan pencernaan.
Kondisi lain, seperti melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Pada anak-anak, sinusitis paling sering disebabkan oleh alergi, tertular dari
teman atau anak lain di sekitarnya, kebiasaan menggunakan dot atau minum dari
botol dengan posisi berbaring, dan tinggal di lingkungan yang penuh asap.
d. Polip Hiudng
1). Gejala
Polip hidung yang berukuran kecil umumnya tidak menimbulkan gejala,
tetapi jika polip hidung berukuran besar, gejalanya mirip ketika seseorang
sedang pilek, yaitu:
Ingus meler
Hidung tersumbat
Bersin-bersin
Penurunan kemampuan mencium bau
Gatal di sekitar mata
Namun, gejala pilek biasa akan menghilang setelah beberapa hari,
sedangkan gejala polip hidung tidak akan menghilang jika polipnya tidak
ditangani.
Gejala lain yang dapat ditimbulkan akibat munculnya polip hidung
antara lain:
Nyeri atau rasa tertekan pada wajah
Sakit pada gigi di rahang atas
Sakit kepala
Mendengkur
Penderita polip hidung juga lebih rentan mengalami infeksi pada hidung
dan sinus (sinusitis).
2). Etiologi
Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab polip
hidung. Namun, ada beberapa hal yang diduga dapat menyebabkan peradangan
di dinding saluran hidung dan memicu terjadinya polip hidung. Salah satunya
adalah alergi, misalnya:
Alergi terhadap hewan peliharaan
Alergi terhadap tungau debu
Alergi terhadap serbuk (spora) jamur
Alergi terhadap obat antiinflamasi nonsteroid
Selain alergi, berikut ini adalah sejumlah faktor yang juga dapat
memicu munculnya polip hidung:
Menderita infeksi jamur
Mengalami peradangan pada pembuluh darah (vaskulitits)
Di samping faktor yang dapat memicu timbulnya polip, ada beberapa
hal yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami polip hidung, yaitu:
Faktor keturunan, yang artinya seseorang dengan anggota keluarga yang
juga menderita polip hidung akan lebih berisiko menderita polip hidung.
Menderita asma.
Menderita cystic fibrosis, yaitu penyakit genetik yang menyebabkan tubuh
menghasilkan lendir berlebihan, termasuk di hidung.
e. Rhinitis Medikamentosa
1). Etiologi
Karena penggunaan obat tetes hidung yang berlangsung lama
2). Gejala:
Hidung tersumbat terus menerus
Tidak berubah berdasarkan musim
Mendengkur/ Sleep apnea
Bernapas lewat mulut
f. Rhinitis Akut
Rinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang disebabkan oleh infeksi
virus atau bakteri.
Gejala:
Rinorea
obstruksi nasi
bersin-bersin dan
disertai gejala umum rasa tidak enak badan dan suhu tubuh meningkat.
g. Rhinitis Hipertrofi
Rinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus,
atausebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor
Gejala:
sumbatan hidung
Sekret biasanya banyak
mukopurulen dan seringada keluhan nyeri kepala.
8. Apa langkah-langkah untuk penegakan diagnosa?
a. Anamnesis
-tanyakan riwayat pekerjaan
-anyakan riwayat penyakitterdahulu
-tanyakan riwayat kesehatan keluarga
-tanyakan efek terhadap kualitas hidup
-tanyakan riwayat pengobatan
b. Pemeriksaan fisik
-pemeriksaan tanda-tanda viital
-pemeriksaan hidung rinoskopi dan endoskopi
c. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan in-vitro,seperti:
-pemeriksaandarah perifer lengkap (eosinophil) dapat normal atau meningkat.
-pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immunosorbent test) selalu menunjukkan
nilai normal, keuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam
penyakit.
pemeriksaan in-vivo
-pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau
berseri (skin end-point tiration/set).
9. Penatalaksanaan Kasus
a. Rhinitis alergi
Rinitis alergi intermiten
1). Ringan
Antihistamin H1 generasi I, misalnya CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis.
Bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah dekongestan seperti
pseudoefedrin 1 mg/kg/dosis, diberikan 3 kali sehari.
2). Sedang/Berat
Antihistamin H1 generasi II misalnya setirizin 0,25mg/kg/kali diberikan sekali
sehari atau 2 kali sehari pada anak usia kurang dari 2 tahun, atau generasi ketiga
seperti desloratadine dan levocetirizin pada anak > 2 tahun. Bila tidak ada
perbaikan atau bertambah berat dapat diberikan kortikosteroid misalnya prednison
1 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, paling lama 7 hari.
Antihistamin
Antihistamin tidak rutin diberikan. Antihistamin dapat bermanfaat pada
sinusitis akut dengan gejala ringan (mengurangi keluhan bersin dan pengeluaran
sekret hidung) atau yang diduga berhubungan dengan rhinitis alergi.
Analgetik
Analgetik non-narkotik seperti paracetamol atau ibuprofen dapat digunakan
pada pasien dengan sinusitis untuk meringankan keluhan demam dan nyeri.
Antibiotik
Pada kasus sinusitis akut yang dicurigai adanya infeksi bakterial, pasien
diberikan terapi antibiotik.
1). Sinusitis Akut
Pada kasus sinusitis akut yang tidak komplikasi, penggunaan antibiotik tidak
disarankan. Berdasarkan tinjauan sistematik Cochrane, setengah pasien dengan
sinusitis akut tanpa komplikasi dapat sembuh sendiri walaupun tidak diberikan
antibiotik. Dua pertiga pasien dilaporkan dapat sembuh setelah 14 hari. Studi ini
menyimpulkan bahwa antibiotik tidak diperlukan pada sinusitis akut yang tidak
komplikasi. Antibiotik mungkin dapat diberikan pada pasien dengan sinusitis yang
berat, immunocompromised, atau pada anak-anak.
Beberapa pilihan antibiotik pada kasus sinusitis bakterial akut dewasa adalah :
Amoxicillin 3 x 500 mg per oral atau amoksisilin klavulanat 3 x 625 mg per oral
selama 10-14 hari pemberian
Klaritromisin : 2 x 500 mg
Azithromycin : 500 mg pada pemberian hari pertama, kemudian 1 x 250 mg
selama 4 hari
Untuk sinusitis bakterial akut pada anak, pilihan antibiotik adalah :
Amoxicillin : 45 mg/kgBB dibagi menjadi 2 dosis perhari
Ceftriaxone: digunakan pada anak yang tidak mampu mentoleransi obat oral.
Diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB dosis tunggal secara intramuskular atau
intravena.
2). Sinusitis Kronis
Antibiotik pada sinusitis kronis diberikan dalam durasi 3-4 minggu dan
dapat diberikan secara empiris pada awal tatalaksana. Jika terapi empiris gagal,
maka penggunaan antibiotik harus berdasarkan hasil kultur. Obat yang menjadi
pilihan adalah amoxicillin clavulanate 2 gram per oral dua kali sehari, atau 90
mg/kgBB/hari dua kali sehari. Pada pasien yang alergi penisilin dapat digunakan
levofloxacin, moxifloxacin, atau cephalosporin generasi ketiga
g. Polip hidung
pengobatan lini pertama pada kasus polip nasi adalah steroid oral dan topikal.
Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga
polipektomi medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya
kortikosteroid intranasal dan/atau oral selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik,
pengobatan ini diteruskan sampai polip atau gejalanya hilang. Pada polip nasi
rekuren perlu dicari faktor alergi (kausatif). Jika polip sudah sangat mengganggu
pernafasan disarankan untuk terapi bedah yaitu polipektomi.
10. Apa Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Kasus Tersebut?
a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands,
akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan
limfosit T CD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.
b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal.
Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang
menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan
udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama
bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain
akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil
(MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah.