Anda di halaman 1dari 3

DEFINISI

Sifilis, atau lues, adalah penyakit menular seksual disebabkan spiroketa T. pallidum
subspesies pallidum. Sifilis ialah infeksi sistemik disebabkan T. pallidum, spiroketa
mikroaerofilik yang hanya menginfeksi manusia dan beberapa primata lain. Sifilis ialah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh T. pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik.

EPIDEMIOLOGI
Sifilis merupakan masalah kesehatan besar di dunia. Kejadian sifilis meningkat pada
perang dunia ke-2, namun turun secara drastis setelah penemuan penisilin di tahun 1950-an.
Sifilis kemudian meningkat secara perlahan selama 2 dekade sampai tahun 1980. Akhir tahun
1980, kejadian sifilis kembali meningkat tinggi, berhubungan dengan penggunaan obat,
terutama kokain. Tahun 1990-an, di Amerika Serikat, insiden sifilis menurun hingga hanya
terdapat 2,6 kasus per 100.000 jiwa tahun 1999, angka terendah sepanjang sejarah. Tahun
1998, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan program eliminasi
sifilis di Amerika Serikat, namun kejadian sifilis masih terus muncul.
Sifilis masih terus menjadi masalah kesehatan utama masyarakat dunia. Antara tahun
2000 dan 2004, sifilis meningkat lagi, dengan total 8000 kasus di tahun 2004, terutama
diakibatkan oleh peningkatan angka lelaki yang berhubungan dengan sesama jenis. Angka
kejadian paling tinggi terdapat di bagian selatan, khususnya ras Afroamerika (5x lebih
banyak dibanding kulit putih).
Sifilis umum terjadi di daerah sub sahara Afrika, dan Asia Tenggara. WHO
memperkirakan terdapat sekitar 4 juta kasus baru tiap tahun pada Asia Tenggara dan
subsahara Afrika. Prevalensi sifilis di Afrika kisaran 5-10%.
Sifilis lebih banyak terjadi di daerah perkotaan. Populasi paling berisiko adalah
dewasa muda berusia 15-25 tahun.

ETIOLOGI
Penyebab sifilis ialah T. pallidum, ditemukan tahun 1905 oleh Schauinn dan Hoffman.
T. pallidum berasal dari genus Treponema dari ordo spiroketa. Bakteri ini merupakan bakteri
motil, berbentuk seperti alat pembuka sumbat botol, prokariotik, dengan dinding sel yang
bergulung seperti sekrup. T. pallidum berukuran panjang 6-15 µm dan lebar 0,10-0,15 µm.
Spiroketa terdiri dari 3 komponen utama:1
1. Protoplas, merupakan bagian tengah treponema dan berisi gen serta organela yang
berperan terhadap metabolisme.
2. Filamen aksial (flagel), terdiri dari 6-8 fibril elastik yang terbelit di sekitar protoplas. Ini
memberikan bentuk bergulung yang berperan terhadap mobilitas.
3. Bagian luar, berupa peptidoglikan yang berfungsi mempertahankan bentuk organisme dan
menyaring molekul ukuran besar.
Penularan sifilis biasanya melalui kontak seksual, kecuali sifilis kongenital yang
didapatkan akibat transmisi infeksi secara transplasenta. Pada satu kontak seksual dengan
pasangan yang terinfeksi sifilis, diperkirakan terdapat kemungkinan transmisi sebesar 30%.

KLASIFIKASI
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis kongenital
dibagi menjadi: dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita
dibagi menurut 2 cara. Berdasarkan klinis, sifilis dibagi menjadi 3 stadium: stadium I (SI),
stadium II (SII), stadium III (SIII). Secara epidemologik, dibagi menjadi: stadium dini
menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri dari SI (stadium primer), SII (stadium
sekunder), stadium rekuren dan stadium laten dini, stadium lanjut tak menular (setelah 1
tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium lanjut dan SIII (stadium tersier). Bentuk lain ialah
sifilis kardiovaskular dan neurovaskular

Kontak (1/3 terinfeksi)


10-90 hari
Primer (chancre)
3-12 pekan
Sekunder (lesi mukokutan, keterlibatan organ)
4-12 pekan
Laten dini (1 tahun setelah kontak) 25% relaps

Laten lanjut (>1 tahun setelah kontak)

Tersier (1/3)
Remisi (2/3)
Late benign (16%)
Kardiovaskuler (10%)
Neurosifilis (5-10%)
Gambar 1. Stadium sifilis2

PATOGENESIS
Sebanyak 90% kasus sifilis menular melalui kontak seksual.8 T. pallidum masuk
melalui permukaan mukosa dan kulit yang luka. Faktor-faktor kemotaktik akan menarik
netrofil ke lokasi tersebut. Penghancuran kulit menghasilkan chancre. Selanjutnya, netrofil
akan digantikan oleh limfosit yang menarik dan mengaktivasi makrofag melalui sekresi
limfokin, Makrofag akan mencerna dan menghancurkan organisme yang ada. Sesuai dengan
respon selular, lesi berisi interleukin 1 (IL-1), interferon gamma, IL-10, dan IL-12. Antibodi
terhadap T. pallidum dapat terdeteksi saat atau segera setelah muncul lesi chancre. Produksi
imunoglobulin M (IgM) melampaui imunoglobulin G (IgG). Kombinasi respon imun selular
dan humoral ini mengeliminasi spiroketa secara lokal, mengakhiri stadium primer.
Setelah beberapa pekan, proliferasi spiroketa sangat meningkat, dan penyakit menjadi
generalisata. Selama stadium sekunder, level antibodi meningkat tinggi sebagai respon atas
banyaknya jumlah mikroorganisme. Respon antibodi mengubah penampakan lesi sifilis
sekunder sehingga berbeda dengan chancre primer. Resistensi terhadap infeksi baru mulai
berkembang. Penekanan imunitas seluler ini mengakibatkan proliferasi organisme meski
level antibodi tinggi.
Stadium sekunder diikuti oleh stadium asimtomatik yang dikenal sebagai stadium
laten. Pada periode ini, hipersensitivitas tipe lambat muncul kembali. Pada stadium tersier,
respon imun menyebabkan pembentukan granuloma.
Selain melalui kontak seksual, transmisi T. pallidum juga dapat melalui transfusi
darah, kontak non seksual, dan transplasenta (kongenital).

Anda mungkin juga menyukai