Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Angka penderita sifilis di amerika serikat terus menurun sejak tahun 1990.
Jumlahnya dibawah 40.000 kasus per- tahun. CDC melaporkan bahwa setiap tahunnya
terjadi 12 juta kasus sifilis per 100.000 populasi pada tahun 2000. Kenaikan infeksi pada
pasien wanita telah menuju kepada kenaikan insidensi sifilis kongenital. Sekarang
dimengerti bahwa risiko terhadap anak yang belum lahir ada pada seluruh masa
kehamilan,walaupun fetus tidak mampu menaikan respons imunitas terhadap spiroketa
sampai pertengahan kehamilan. Sifilis dapat disembuhkan pada tahap awal infeksi
namun, jika dibiarkan penyakit ini akan menjadi infeksi yang sistemik dan kronik
Lesi primer,biasanya tanpa rasa nyeri (Chancres) akan muncul 3 minggu setelah
tertular. Dalam masa beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah lesi primer,akan
muncul sifilis sekunder akibat penyebaran yang luas dengan ciri-ciri demam yang tidak
tinggi, malaise, sakit tenggorokan,sakit kepala,adenopati,dan pada kulit atau selaput
lendir timbul merah-merah (Rash) pada telapak kaki atau telapak tangan. Manifestasi
yang paling sering dari sifilis tersier adalah sifilis jinak (gumma) yang umumnya
mengenai kulit,tulang, dan mukosa sifilis tersier dengan manifestasi serius pada sistem
kardiovaskular dan syaraf.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian sifilis?

2. Apa penyebab sifilis?

3. Apa tanda dan gejala klinisnya?

4. Bagaimana proses patofisiologis?

5. Bagaimana cara penularannya?

6. Bagaimana pencegahannya?

7. Bagaimana pengobatan terhadap penyakit sifilis?

8. Bagaimana epidemiologi dari sifilis?

1.3 TUJUAN

Agar melalui makalah ini mahasiswa dapat memahami tentang apa itu penyakit sifilis
dan semua yang berkaitan dengan penyakit sifilis secara lebih mandalam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SIFILIS


Sifilis merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman treponema
pallidum yang dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mokosa, jantung
hingga susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh.
Infeksi terbagi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder sifilis
laten dini serta neurosifilis. Sifilis umumnya ditularkan lewat kontak seksual, namun
juga dapat secara vertical pada masa kehamilan.
Lesi primer sifilis berupa tukak yang biasanya timbul di daerah genetalia
eksterna dalam waktu 3 minggu setelah kontak pada perempuan kelainan ini sering di
temukan di labia mayor, labia minor, dan serviks. Gambaran klinis dapat khas, akan
tetapi dapat juga tidak khas. Lesi awal berupa papula berindurasi yang tidak nyeri,
kemudian permukaannya mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi,
teraba keras,dan berbatas tegas. Jumlah ulserasi biasanya hanya satu, namun dapat juga
multiple.
Lesi sekunder ditandai dengan malaise, deman, nyeri kepala, limfa denopati
generalisata, ruam generalisata dengan lesi di palmar, plantar, mokosa oral atau genetal
kondiloma lata di daerah intertrigenosa dan alopesia. Lesi kulit biasanya simetris, dapat
berupa macula, papula kuamosa, dan pustula yang jarang disertai keluhan gatal.
Treponema Pallidum banyak ditemukan pada lesi di selaput lendir atau lesi yang basah
seperti kodiloma lata.
Sifilis laten merupakan fase sifilis tanpa gejala klinik dan hanya pemeriksaan
serologi yang reaktif. Hal ini mengindikasikan organisme ini tetap masih ada di dalam
tubuh dan dalam perjalanannya fase ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun,
bahkan seumur hidup terjadi antara 2-10 tahun setelah penularannya.
Neuro sifilis, fase ini dapat terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun
setelah fase laten dimulai. Treponema Pallidum menginfeksi dan menimbulkan
kerusakan pada system saraf pusat, system kardiovaskular, mata, polip, serta organ lain.

3
2.2 PENYEBAB

Penyebab dari penyakit sifilis adalah bakteri yang termasuk dalam genus treponema.
Bakteri ini berbentuk spiral dan jauh lebih besar dari pada bakteri pada umumnya. Bakteri
ini tidak tahan dengan udara kering, suhu yang panas, desinfektan dan juga sabun. Jika
kuman berada pada suhu kamar ataupun tubuh manusia maka, kuman mungkin lebih
mudah ditemukan antara 7-10 hari setelah pasien atau penderita meniggal atau bahkan
lebih lama jika pasien tersebut berada dalam kondisi anaerob. Dalam jaringan yang telah
mati kuman tetap dapat menular antara 1-5 hari. Namun virulensi dari kuman ini dapat
dihancurkan dengan penyinaran.

2.3 TANDA DAN GEJALA KLINIS

1. Tanda awal dari sifilis adalah muncul rasa sakit dibagian anus, alat kelamin, atau
mulut pada sekitar 3- 12 minggu satelah berhubungan dengan orang terinfeksi sifilis.
Setelah 1 atau 2 minggu, rasa sakit akan menghilang tetapi bakteri tetap ada dalam
tubuh.
2. Sekitar 6-12 bulan setelah infeksi, tahap kedua terjadi. Gejalanya adalah muncul ruam
pada telapak tangan, kaki, wajah, dan bagian tubuh yang lain. Kadang rambut dialis
dan wajah rontok.
3. Tahap ketiga dimulai setelah 2 tahun setelah infeksi. Pada saat ini bakteri telah
merusak system saraf yang dapat menyebabkan anaesthesia, paraesthesia, dan
paralysis. Bakteri juga menyerang system otak yang bisa menyebabkan penderita
mengalami gejala sakit jiwa dan kelumpuhan.

4
2.4 PATOFISIOLOGI

Masa inkubasi dari penyakit sifilis adalah 2-6 minggu atau 9-90 hari sesudah kuman
masuk kedalam tubuh melalui hubungan seksual, setelah itu beberapa tahun dapat
berlalu tanpa gejala.

Sifilis adalah penyakit sistematis. Perjalanan penyakitnya sangat lama, dimulai dari
lesi stadium akhir yang mungkin baru muncul setelah infeksi pertama. Ketiga stadium:
primer sekunder dan tersier dipisahkan oleh periode asimtomatik yang lamanya
bervariasi. Setelah masa tunas 3-4 minggu, muncul lesi primer yang terokalisasi dan
akan sembuh setelah 2-6 minggu, selanjutnya diikuti oleh fase asimtomatik yang
berakhir setelah 2-3 bulan. Setelah masa inkubasi 2-3 minggu, muncul lesi primer pada
genitalia eksterna berupa nodus kecil, keras dan tidak sakit. Setelah itu akan terbentuk
ulkus yang bersih dan penuh dengan kuman. Kemudian berlanjut ke stadium sekunder
dimana dijumpai lesi di seluruh tubuh (generalisata), yang juga sembuh dalam waktu 2-
6 minggu. Stadium ini disusun dengan periode laten selama beberapa tahun. Selama
periode tersebut tidak dijumpai manifestasi klinik, tetapi dalam tubuh sejumlah kecil
penderita, berlangsung proses yang mengarah ke bentuk sifilis yang lebih berat, yaitu
sifilis tersier. Dalam stadium ini yang terutama terserang ialah system kardiovaskular
dan sistem saraf. Proses relaps tersebut terjadi sebagai akibat kemampuan treponema
pallidum untuk dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam tubuh manusia, dan selalu
siap untuk berkembang biak dan muncul dalam stadium berikutnya, yaitu stadium
sekunder atau tersier.

Penularan sifilis sesudah lewat dari 2 tahun jarang menularkan penyakit tersebut pada
orang lain. Sifilis acquisita yang terjadi karena hubungan kelamin yang dibagi menjadi
empat tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Stadium 1 (sifilis Primer)


Terjadi setelah kurang lebih 3 minggu setelah penularan. Gelaja awalnya,berupa lesi
( chancre ) yang terjadi pada tempat masuknya bakteri. Lesi ini biasanya 1 dan terdapat
pada kulit atau selaput lendir alat kelamin. Mula-mula berupa papula kemudian
mengalami necrotis menjadi ulcus yang bila diraba keras dan tidak sakit yang disebut

5
ulcus durum. Bila ulcus ini ditekan,akan keluar cairan kekuning-kuningan yang banyak
mengandung bakterinya.

2. Stadium 2 (sifilis Sekunder)


Sifilis sekunder biasanya terjadi 6-8 minggu setelah penularan. Pada stadium ini timbul
gejala demam, malaise, kelenjar limpha regional yang membengkak dan keras tetapi
tidak sakit, timbul ruam/bintil-bintil kemerahan pada kulit yang biasanya simetris
bilateral.

3. Stadium 3 (sifilis Tertier)


Sifilis stadium 3 ini sangat destruktif dan terjadi 2-10 tahun setelah penularannya. Pada
stadium ini terjadi gumma (jaringan radang) pada kulit, selaput lendir, tulang, jantung,
ginjal dan paru-paru. Gumma ini terdiri atas sel-sel epitel dan giant cell yang dikelilingi
oleh macrophage, plasma sel, dan limfosit. Antara stadium 2 dan 3,biasanya ada periode
laten, dimana semua gejala penyakitnya hilang dan penderita merasa seolah-olah sudah
sembuh, padahal penyakitnya bertambah parah.

6
4. Stadium 4 ( Neuro sifilis )
Pada stadium ini Treponema pallidum sudah menyerang susunan saraf pusat, yaitu otak
dan sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak disebut dementia paralytica
penderita akan kehilangan segala kepandaian yang dimilikinya disertai gejala sakit jiwa
dan kelumpuhan. Bila menyerang sumsum tulang belakang, disebut tabes dorsalis
dengan gejala gangguan saraf seperti anaesthesia, paraethesia, dan paralysis. Dapat pula
menyerang saraf mata ( nervus opticus) sehingga menyebabkan kebutaan.

Sifilis Congenital
Sifilis dari ibu hamil dapat diturunkan kepada bayi yang sudah dikandungnya.
Gejala sifilis congenital dapat berupa keguguran, bayi mati di dalam rahim ataupun bayi
mati segera setelah lahir. Ada pula bayi yang lahir hidup dengan gejala yang sifilis
berupa “sadle nose” (hidung pesek), keratitis interstitial, gigi Hutchinson( incisivus
seperti gigi gergaji) ataupun tuli.
Bayi yang menderita sifilis congenital, pada usia 2 ( dua ) sampai 30 (tiga puluh)
tahun mungkin saja menderita gejala sifilis seperti pada sifilis acquisita.

7
2.5 PENULARAN
Kuman treponema pallidum dapat menular atau menyebar melalui hubungan seksual
dan juga melalui transplantasi pada fetus dalam rahim ibu hamil. Selama masa kehamilan
dapat terjadi penularan yang dapat menyebabkan terjadi keguguran atau bayi yang lahir
cacat. Pada penularan secara seksual masuk kedalam tubuh melalui luka kecil atau luka
lecet pada kulit penis atau lewat mukosa labia, vagina atau serviks yang masih utuh atau
rectum. Tempat-tempat ini merupakan tempat dimana biasanya ditemukan lesi primer

2.6 PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit sifilis yaitu:

 Berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama


 Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual
 Menghindari Alkohol dan obat-obat terlarang
 Membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami
bersama pasangan
 Biasakan menggunakan kondom bila harus berhubungan seksual dengan orang yang
tidak dikenal
 Tidak menggunakan handuk dan pakaian dalam yang sama dengan penderita sifilis.

2.7 PENGOBATAN
Sifilis dapat diobati dengan:
1. Penyuntikan penisilin prokain
2. Benzatin benzyl penisilin

Bagi mereka yang alergi penisilin dapat menggunakan:

1. Erittromisin
2. Dosisiklin
3. Sefalosporin
4. Tetrasiklin.

8
2.8 EPIDEMIOLOGI
Sejarah sifilis sudah banyak dipelajari namun asal mula sifilis belum diketahui secara
pasti. Ada dua hipotesis utama, dimana hipotesis yang pertama mengatakan bahwa pertama
kali sifilis dibawa dari Amerika oleh awak kapal Cristopher Columbus dan hipotesis kedua
menyebutkan bahwa sifilis sebenarnya sudah ada di Eropa tetapi belum diketahui. Kedua
hipotesis ini dikenal dengan nama hipotesis columbia dan hipotesis pre-columbia.
Sifilis pertama kali dikenal di Eropa pada abad ke-15, penyakit ini muncul pertama
kalinya di daerah Mediteranian dan secara cepat menjadi endemik pada saat itu. Awalnya
sifilis disebut dengan italian disease (penyakit perancis), dan great fox membedakannya
dengan smallpox.sampai abad ke-18 baru diketahui bahwa penyakit ini merupakan penyakit
menular seksual.
Gambar grafik penyebaran sifilis di amerika serikat

Treponema pallidum merupakan bakteri patogen pada manusia. Penelitian mengatakan


bahwa lebih dari 50% penularan sifilis melalui kontak seksual. Biasanya hanya sedikit
yang melalui kontak nongenital, pemakaian jarum suntik intravena atau penularan melalui
transplasenta dari ihu yang mengidap sufilis tiga tahun pertama kepada janinnya.
Proseddur skrining transfusi darah yang modern telah mencegah terjadinya penularan
sifilis.

9
Angka sifilis di Amerika Serikat terus menurun sejak tahun 1990, jumlahnya dibawah
40.000 kasus per-tahun. Sekitar 20% kasus adalah sifilis primer dan sisanya adalah laten
dan tersier. Center for disease control (CDC) melaporkan hanya 11,2 kasus sifilis per
100.000 populasi pada tahun 2000 dan kasus-kasus ini terpusat pada kota-kota besar dn
pada wilayah tertentu. Angka kejadian ini merupakan hasil laporan kasus sifilis yang
dimulai sejak tahun 1941. Terjadi peningkatan kasus setiap tahun dari 2001-2009,
meskipun angka sifilis diamerika serikat menurun 89,7% dari tahun 1990-2000, kemudian
terjadi penurunan kasus pada tahun 2010. Angka kejadian sifilis tidak banyak berubah pada
tahun 2011 (seperti pada gambar). Terjadi peningkatan kasus sifilis pada pria dari 3,0
menjadi 8,2 kasus per 100.000 populasi (2001-2011), sedangkan pada perempuan terjadi
peningkatan kasus dari 0,8 menjadi1,5 kasus per 100.000 populasi (2004-2008), menurun
menjadi 1,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2010 dan 1.0 kasus per 100.000
populasi di tahun 2011. Berdasarkan umur, angka kejadian tertinggi pada usia 20-24 tahun
yaitu 13,8 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2011.
Penyebaran sifilis dunia telah menjadi masalah kesehatan yang besar dan umum, dengan
jumlah kasus 12 juta per-tahun. Hasil penelitian direktorat jenderal pemasyarakatan
kementrian Hukum dan HAM, 24 lapas dan rutan di Indonesia dari 900 narapidana laki-
laki dan 402 narapidana perempuan di tahun 2010 di dapatkan prevalensi sifilis 8,5% pada
responden perempuan dan 5,1% pada responden laki-laki.

10
Berikut ini merupakan data hasil laporan penderita sifilis yang berasal dari 27
provinsi di Indonesia yang diketahui angka penderita sifilis selama 3 kurun waktu

1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1979 1980 1981

Pada tahun 1979 jumlah penderita kasus sifilis sebanyak 1.334, dan mengalami
peningkatan pada 1980 menjadi 1.673 kemudian mengalami penurunan pada tahun 1981
menjadi 706 kasus.
Data diatas adalah data yang terkumpul pada subdirektorat surveilans epidemiologi,
dit.Epidemiologi dan imunisasi, dit.Jen.PPM dan PLP.Dimana pada tahun 1980 terdapat
perubahan dalam pelaporan terpadu puskesmas, dan puskesmas tidak dibenarkan membuat
laporan lain, sehingga laporan penyakit kelamin pada umumnya serta penyakit sifilis pada
khususnya menjadi terhenti. Namun tampak pula pada tahun 1981 jumlah pendertita sifilis
lebih kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya; hal ini disebabkan oleh karena
laporan tersebuthanya berasal dari laporan bbeberapa provinsi yang masih menggunakan
prinsip pelaporan lama.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sifilis adalah penyakit sistematik yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum setelah suatu periode inkubasi beberapa minggu. Sifilis dapat menular melalui
hubungan seksual dan juga melalui transplantasi fetus dari ibu hamil kepada janinnya.
Sifilis dapat dicegah dan diobati, pengobatannya menggunakan penisilin.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi
para pembaca.

12
DFTAR ISTILAH

1. Alopesia: kebotakan pada kepala


2. Anaesthesia: pati rasa. Hilangnya perasaan sementara terutama rasa nyeri karena
mengonsumsi obat-obatan.
3. Chancre: kelainan yang terjadi pada tempat masuknya bibit penyakit
4. Dementia paralytica: degenerasi sel-sel saraf kulit otak, keruntuhan mental, dan
kelumpuhan secara menyeluruh
5. Gumma: jaringan radang
6. Keratitis: radang selaput bening pada mata
7. Lesi: kerusakan atau ketidaknormalan setiap bagian atau jaringan didalam tubuh
8. Macule: kulit yang tidak berwarna
9. Papula: luka padat pada kulit
10. Pustule: gelembung berisi nanah
11. Paraesthesia: kondisi abnormal dimana seorang merasa nyeri/gatal dan seperti ada yang
menjalar dikulit pada tubuhnya
12. Paralysis: kelumpuhan atau hilangnya fungsi otot
13. Rash: tanda atau bintik-bintik yang muncul pada kulit
14. Relaps: kambuh atau kembalinya sebuah penyakit
15. Ulkus: tempat reaksi imunologik antitreponema
16. Ulserasi: proses atau fakta adanya luka terbuka yang mungkin sulit untuk sembuh.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brooks. F. Geo, dkk. 1995. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit buku kedokteran

Daily, sjaiful f. 1988.Perkembangan Terakhir Penanggulangan Sifilis dan Frambusia.

Jakarta: FKUI

Elvinawaty, aelvrida. 2014. Imunopatogenesis Treponema pallidum dan Pemeriksaan

Serologi. Jurnal kesehatan andalas. Hal: 572-587

Fanani A. 2009. Kamus kesehatan. Yogyakarta: CITRA PUSTAKA

Indan Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI

Kusmiran eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: salemba medika

M.D shryock Harold.1982. Penuntun Perawatan dan Pengobatan Modern. Bandung: Indonesia
Publishing House.

Ningsi Fitria Dwi. 2009. Farmakologi.Yogyakarta: Muha Medika

Rayburn,F.William. 2001.Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Sarwono Prawirohardjo. 2013.Ilmu Kandungan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Soedarto.1996. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia.Yogyakarta: Widya Medika

Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung seto

14

Anda mungkin juga menyukai