Anda di halaman 1dari 8

Makalah Tentang Penyakit Sifilis ( Raja Singa )

Tugas penjas
Nama kelompok :
1. Ghilfary Firmansyah Sakka
2. Haris dapubea
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Treponema pallidum , yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik
. Selama perjalanan penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Selain itu
penyakit sifilis ini juga bersifat laten dan kronis, juga dapat kambuh lagi sewaktu-
waktu.
Sifilis dimasa lalu, merupakan salah satu penyakit yang dikatakan dalam
masyarakat sebagai penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti oleh
kuman sifilis ini dan sulit untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena. Penyebaran
dari penyakit sifilis terjadi dengan kontak langsung dengan penderita salah satunya
adalah dengan seks. Orang-orang yang termasuk rentan untuk penyakit sifilis adalah
para pekerja seks seperti gigolo dan wanita pekerja seks, namun tidak menutup
kemungkinan juga pada orang yang sering bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000
kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah
kasus sifilis primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007,
11.466 kasus dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and
Prevention.Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria
yang berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada
wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat.
Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun
terakhir.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis
sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang.
Selama penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya
sifilis tidak dapat dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas
maka penulis mencoba memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai
dari definisi, tanda terkena penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya cara
penularannya yaitu dengan kontak langsung.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan sifilis.?
2. Bagaimanakah cara sifilis menular.?
3. Apa saja stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis.?
4. Bagaimana gejala dari penyakit sifilis.?
5. Bagaimana cara mencegah penyakit sifilis.?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan penyakit sifilis
2. Untuk mengetahui cara dan proses penularan dari penyakit sifilis
3. Untuk mengetahui stadium-stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis
4. Untuk mengetahui gejala-gejala awal dari penyakit sifilis
5. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis

BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFILIS

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang


disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema
pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama
penularannya melalui kontak seksual;
infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke
janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis
kongenital. Penyakit lain yang diderita manusia yang disebabkanoleh Treponema
pallidum termasuk yaws (subspesies pertenue), pinta (sub-spesies carateum),
dan bejel (sub-spesies endemicum).
Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS)
yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan
penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat
diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang
menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis
kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika
cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika
tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh
lain di luar alat kelamin.
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini belum dikenal di
Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal dari penduduk indian yang
dibawa oleh anak buah Christopher Colombus sewaktu mereka kembali ke Spanyol
dari benua Amerika pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli,
Italia. Pada abad ke 18 baru diketahui bahwa penyebaran sifilis dan gonore terutama
disebabkan oleh senggama dan keduanya dianggap sebagai infeksi yang sama.
Dengan berjalannya waktu, akhirnya diketahui bahwa kedua penyakit itu disebabkan
oleh jenis kuman yang berbeda dan gejala klinisnyapun berlainan.

B. PENULARAN SIFILIS

Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan dari
ibu ke janinnya, spiroseta mampu menembus membran mokusa utuh atau ganguan
kulit. Oleh karena itu dapat ditularkan melalui mencium area di dekat lesi, serta seks
oral, vaginal, dan anal. Sekitar 30 sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer
atau sekunder akan terkena penyakit tersebut. Contoh penularannya, seseorang yang
disuntik dengan hanya 57 organisme mempunyai peluang 50% terinfeksi. Sebagian
besar (60%) dari kasus baru di United States terjadi pada laki-laki yang berhubungan
seks dengan laki-laki. Penyakit tersebut dapat ditularkan lewat produk darah. Namun,
produk darah telah diuji di banyak negara dan risiko penularan tersebut menjadi
rendah. Risiko dari penularan karena berbagi jarum suntik tidaklah banyak. Sifilis
tidak dapat ditularkan melalui dudukan toilet, aktifitas sehari-hari, bak panas, atau
berbagi alat makan serta pakaian.

C. STADIUM SIFILIS

Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier.
Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan
menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula.

1. Stadium Dini (primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat
masuknya Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek
primer berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk
bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba
ada pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah
menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek
primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum. Sekitar tiga minggu kemudian
terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut
membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan
bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks
primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6
minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi.

2. Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis
stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu.
Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala
stadium II. Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi
seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit
yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat
gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest
Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali
kelainan kulit lain. Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir
dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

3. Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah
infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter
beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk
tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ
dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di
bawah kulit, kemerahan dan nyeri.

4. Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler
dan neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi
primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang
kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh
stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema
pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali
(selama 3 hari berturut-turut).

D. GEJALA-
GEJALA PENYAKIT SIFILI

Tanda dan gejala sifilis bervariasi


bergantung pada fase mana
penyakit tersebut muncul (primer,
sekunder, laten, dan tersier). Fase
primer secara umum ditandai
dengan munculnya chancre tunggal
(ulserasi keras, tidak menimbulkan
rasa sakit, tidak gatal di kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar
yang seringkali muncul di telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak
memiliki atau hanya menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan
gejala gumma, neurologis, atau jantung. Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai
"peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan gejala yang tidak sama.
Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri juga dapat dilihat
melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan antibiotik, khususnya
dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis),
ataupun ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap
penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral atau diminum.
a. Primer
Sifilis primer umumnya diperoleh dari kontak seksual secara langsung dengan orang
yang terinfeksi ke orang lain. Sekitar 3 sampai 90 hari setelah awal kedapatan (rata-
rata 21 hari) luka di kulit dinamakan chancre, tampak pada saat kontak. Lesi ini
biasanya (40 % dari waktu) tunggal, kokoh, tanpa rasa sakit, pemborokan kulit tanpa
rasa gatal dengan dasar yang bersih serta berbatasan tajam antara ukuran 0,3 dan 3,0
cm. Walau bagaimanapun luka bisa dikeluarkan hampir dalam bentuk apapun. Pada
bentuk yang umum, luka baerkembang dari macule ke papule dan akhirnya ke erosion
atau ulcer. Kadang-kadang, lesi ganda mungkin muncul (~40%). Lesi ganda lebih
umum ketika koinfeksi dengan HIV. Lesi mungkin nyeri atau perih (30%), dan bisa
terjadi di luar kelamin (2–7%). Letak paling umum pada wanita adalah
di cervix (44%), penis laki-laki heteroseksual (99%), dan anal serta rektal umumnya
secara relatif (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) (34%).
Pelebaran nodus limfa;(80%) sering kali terjadi di sekitar daerah infeksi, terjadi
selama 10 hari setelah pembentukan tukak. Lesi dapat bertahan selama tiga hingga
enam minggu tanpa pengobatan.

b. Fase Skunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu
6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama
beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa
minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering
ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah
bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan
mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf
mata sehingga penglihatan menjadi kabur.

c. Fase Laten
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten
dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun
atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase
laten kadang luka yang infeksi kembali muncul.

d. Tersier
Sifilis tersier bisa terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun setelah infeksi awal, dan bisa
dibagi kedalam tiga bentuk berbeda; sifilis gummatous (15%),
akhir neurosifilis (6.5%),dan kardiovaskular sifilis (10%). Tanpa pengobatan, ketiga
dari orang yang terinfeksi berkembang ke penyakit tersier. Orang dengan sifilis tersier
adalah bukan penular. Sifilis gummatous atau sifilis akhir benign biasanya terjadi 1
hingga 46 tahun setelah infeksi awal, dengan rata-rata 15 tahun. Fase ini ditandai oleh
pembentukan gumma kronik, yang lembut,mirip peradangan bola tumor yang bisa
bermacam-macam dan sangat signifikan bentuknya gumma umumnya mempengaruhi
kulit, tulang, dan liver, tetapi bisa terjadi dimanapun. Neurosifilis merujuk pada
infeksi yang melibatkan sistem saraf pusat yang bisa terjadi dini, menjadi tak
bergajala atau dalam bentuk dari meningitis sifilistik yang berhubungan dengan
keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah. Akhir
neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun setelah infeksi awal. Siflis
meningovaskular umumnya muncul dengan apati dan sawan, serta telah umum dengan
demensia dan dorsalis. Juga di sana mungkin terdapat pupil Argyll Robertson, tempat
pupil kecil bilateral menyempit ketika orang fokus pada objek dekat, tapi tidak
menyempit ketika terkena cahaya terang. Sifilis kardiovaskular biasanya terjadi 10-30
tahun setelah infeksi awal. Komplikasi yang paling umum adalah syphilitic aortitis,
yang dapat mengakibatkan pembentukan aneurisme

E. PENCEGAHAN PENYAKIT SIFILIS

Tidak ada vaksin yang efektif untuk pencegahan. Berpantang dari kontak fisik
intim dengan orang yang terinfeksi secara efektif mengurangi penularan sifilis, seperti
penggunaan yang tepat dari kondom lateks. Namun, penggunaan kondom, tidak
sepenuhnya menghilangkan risiko.Oleh karena itu, Centers for Disease Control and
Prevention merekomendasikan hubungan jangka panjang dengan satu pasangan yang
tidak terinfeksi dan menghindari zat seperti alkohol dan zat terlarang lainnya yang
dapat meningkatkan risiko perilaku seksual. Sifilis bawaan pada bayi dapat dicegah
dengan penapisan ibu selama awal kehamilan dan mengobati mereka yang
terinfeksi. United States Preventive Services Task Force (USPSTF) sangat
merekomendasikan penapisan universal pada semua wanita hamil,
sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan agar semua wanita dites pada
kunjungan pertama antenatal dan sekali lagi pada trimester ketiga. Jika mereka positif,
mereka menganjurkan agar pasangan mereka juga dirawat. Meskipun demikian, sifilis
bawaan masih banyak terjadi di negara berkembang, karena banyak wanita yang sama
sekali belum menerima perawatan antenatal, dan bahkan perawatan lain sebelum
melahirkan yang diterima tidak termasuk penapisan, dan ini terkadang masih terjadi di
negara maju, karena mereka yang kemungkinan besar tertular sifilis (melalui
penggunaan obat-obatan terlarang, dll.) adalah yang paling sedikit menerima
perawatan selama kehamilan. Beberapa langkah untuk meningkatkan akses ke tes
tampaknya efektif untuk mengurangi tingkat sifilis bawaan di negara berpendapatan
rendah sampai menengah. Sifilis adalah penyakit yang harus dilaporkan di beberapa
negara, termasuk di Kanada Uni Eropa , dan Amerika Serikat. Ini berarti penyedia
layanan kesehatan diwajibkan untuk memberitahukan kepada otoritas Kesehatan
Masyarakat, yang idealnya nanti akan memberikan pemberitahuan pasangan kepada
pasangan pasien. Dokter juga dapat mendorong pasien untuk mengirim pasangan
pasien untuk mencari perawatan kesehatan. CDC merekomendasikan laki-laki yang
aktif secara seksual yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki dites sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.

F. Faktor Risiko Sifilis

Siapa pun yang aktif secara seksual bisa terkena sifilis, tetapi beberapa orang memiliki
peningkatan risiko terinfeksi. Risiko akan jadi lebih tinggi jika:
• Menjadi seorang gay, biseksual, atau melakukan hubungan seks sesama pria.
• Melakukan hubungan seks tanpa kondom, terutama jika memiliki banyak
pasangan.
• Mengidap HIV/AIDS.
• Berhubungan seks dengan seseorang yang mengidap sifilis.
• Mengidap IMS jenis lain, seperti klamidia, gonore atau herpes

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema
Pallidium, merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan
merusak seluruh tubuh jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat
ditularkan melalui banyak cara yaitu dengan jalan kontak langsung seperti
berhubungan seks, menerima donor darah dari orang yang telah infeksi penyakit ini,
dapat juga ditularkan dari ibu kepada bayinya selama didalam kandungan.
Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa ini,
hanya saja dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu dengan setia
terhadap satu pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.

B. SARAN
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada meskipun
penyebarannya sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak bergonta-
ganti pasangan adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai