Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Treponema pallidum, yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik.
Selama perjalanan penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Selain
itu penyakit sifilis ini juga bersifat laten dan kronis, juga dapat kambuh lagi
sewaktu-waktu.
Sifilis dimasa lalu, merupakan salah satu penyakit yang dikatakan dalam
masyarakat sebagai penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti
oleh kuman sifilis ini dan sulit untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena.
Penyebaran dari penyakit sifilis terjadi dengan kontak langsung dengan
penderita salah satunya adalah dengan seks. Orang-orang yang termasuk
rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja seks seperti gigolo dan wanita
pekerja seks, namun tidak menutup kemungkinan juga pada orang yang sering
bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan
53.000 kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus.
Namun, jumlah kasus sifilis primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-
2007. Pada tahun 2007, 11.466 kasus dilaporkan kepada US Centers for
Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi
pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain.
Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80%
kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus
sifilis kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari
sifilis sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun
tidak hilang. Selama penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan
pasangan-pasangannya sifilis tidak dapat dikatakan sudah tertangani
sepenuhnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik yaitu :
1. Bagaimana definisi dari penyakit Sifilis?

1
2. Bagaimana Penyebab Penyakit Sifilis ?
3. Bagaimana Persebaran Penyakit Sifilis ?
4. Bagaimana epidemiologi penyakit sifilis?
5. Bagaimana Riwayat Alamiah Penyakit Sifilis ?
6. Bagaimana Pencegahan Penularan Penyakit Sifilis Di Rumah Sakit Usada
Insani Tangerang Banten?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Sifilis
2. Untuk mengetahui Penyebab Penyakit Sifilis
3. Untuk mengetahui Persebaran Penyakit Sifilis
4. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit sifilis
5. Untuk mengetahui Riwayat Alamiah Penyakit Sifilis
6. Untuk Mengetahui Pencegahan Penularan Penyakit Sifilis Di Rumah Sakit
Usada Insani Tangerang Banten

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Sifilis


Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya
melalui kontak seksual, infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin
selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis

2
kongenital. Penyakit lain yang diderita manusia yang disebabkan oleh
Treponema pallidum termasuk yaws (subspesies pertenue), pinta (sub-spesies
carateum), dan bejel (sub-spesies endemicum).
Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular seksual
(PMS) yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum.
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu
wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin
sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan
bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat
disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat
berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat
kelamin (Hartono Olivia R, 2008: 2).
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini belum
dikenal di Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal dari
penduduk indian yang dibawa oleh anak buah Christopher Colombus sewaktu
mereka kembali ke Spanyol dari benua Amerika pada tahun 1492. Pada tahun
1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia. Pada abad ke 18 baru diketahui bahwa
penyebaran sifilis dan gonore terutama disebabkan oleh senggama dan
keduanya dianggap sebagai infeksi yang sama. Dengan berjalannya waktu,
akhirnya diketahui bahwa kedua penyakit itu disebabkan oleh jenis kuman
yang berbeda dan gejala klinisnyapun berlainan (Hartono Olivia R, 2008: 2-3).

B. Penyebab Penyakit Sifilis


Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral.
Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum
pallidum, Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan
Treponema pallidum endemicum.
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile
yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke
dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat

3
menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental
selama masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema
pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di
dalam medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini
dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang
melalui jaringan dan membran mucosa.
Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
bernama Treponema pallidum. Sifilis adalah salah satu infeksi menular seksual
(IMS). Penyebaran infeksi ini paling umum adalah melalui hubungan seksual
dengan orang yang terinfeksi. Selain melalui hubungan intim, bakteri
penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui pajanan cairan tubuh penderitanya
misalnya melalui darah.
Pada umumnya kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual.
Hubungan seksual ini bisa berbentuk seks vagina, anal, maupun oral. Selain
itu, berbagi jarum juga bisa menularkan infeksi penyakit ini, baik pada
pengguna narkoba suntik maupun pada penyuka seni merajah tubuh misalnya
tato dan menindik telinga.
Penularan sifilis bisa juga terjadi dari wanita yang hamil kepada bayi yang
dikandungnya. Kondisi ini dikenal sebagai kongenital sifilis. Kematian bayi di
dalam kandungan bisa terjadi karena infeksi ini.
Bakteri ini tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. Infeksi
penyakit ini tidak dapat ditularkan dengan cara-cara di bawah ini:
1. Memakai toilet yang sama.
2. Berbagi peralatan makan yang sama.
3. Memegang gagang pintu yang sama.
4. Berbagi kolam renang atau pun kamar mandi yang sama.

C. Persebaran Penyakit Sifilis


Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang pada 1999, dengan lebih
dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Penyakit ini memengaruhi
700.000 hingga 1,6 juta kehamilan setiap tahunnya, mengakibatkan aborsi
mendadak, kematian janin dalam kandungan, dan sifilis kongenital. Pada
Afrika sub-Sahara, sifilis berkontribusi pada kira-kira 20% dari kematian

4
perinatal. Angkanya rata-rata lebih tinggi pada pengguna narkoba suntik,
mereka yang terinfeksi HIV, dan laki-laki yang berhubungan seksual dengan
laki-laki. Di Amerika Serikat, angka sifilis sejak 2007 enam kali lebih tinggi
pada laki-laki daripada perempuan, dan hampir sama pada 1997. Hampir
setengah dari kasus pada 2010 terdiri dari Warga Amerika keturunan Afrika.
Sifilis banyak terjadi di Eropa selama abad ke-18 hingga abad ke-19. Di
negara maju selama abad ke-20, infeksinya menurun secara cepat dengan
semakin menyebarnya penggunaan antibiotik, hingga 1980an dan 1990an.
Sejak tahun 2000, angka sifilis meningkat di AS, Kanada, Inggris, Australia
dan Eropa, terutama di antara laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-
laki. Namun, angka sifilis di antara perempuan Amerika, tetap stabil selama
periode ini, dan angka di antara perempuan Inggris meningkat, namun masih
di bawah angka kasus pada laki-laki. Angka yang meningkat di antara
heteroseksual terjadi di Cina dan Rusia sejak 1990an. Ini dikaitkan dengan
praktik seks yang tidak aman, seperti bergonta-ganti pasangan seks, prostitusi,
dan menurunnya penggunaan proteksi.
Jika tidak diobati, angka mortalitas mencapai 8% hingga 58%, dengan
angka kematian lebih tinggi ada laki-laki. Keparahan gejala sifilis berkurang
selama abag ke-19 dan 20, sebagian karena semakin banyaknya ketersediaan
pengobatan efektif dan karena penurunan virulens dari spirochaete. Dengan
pengobatan dini, komplikasi lebih sedikit. Sifilis meningkatkan risiko
penularan HIV dua hingga lima kali, dan infeksi lainnya juga banyak terjadi
(3060% jumlahnya di pusat kota).

D. Epidemiologi Penyakit Sifilis


a. Distribusi Penyakit Sifilis
Awal mula penyakit sifilis tidak jelas diketahui, sebelum tahun 1492
ada yang mengangap bahwa penyakit ini berasal dari penduduk Indian
yang dibawa oleh anak buah Columbus waktu mereka kembali ke spanyol
pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. pada abad
ke-15 terjadi wabah di Eropa, sesudah tahun 1860 morbilitas sifilis di
eropa menurun dengan cepat, mungkin hal ini dikarenakan perbaikan
sosial ekonomi. Selama perang dunia kedua insidensnya meningkat dan

5
mencapai puncaknya pada tahun 1946, dan kemudian akhirnya semakin
menurun.
Di Amerika Serikat, pejabat kesehatan melaporkan lebih dari 36.000
kasus sifilis pada 2006, termasuk 9.756 kasus primer dan sekunder. Pada
tahun 2006, setengah dari semua P & S kasus sifilis yang dilaporkan dari
20 kabupaten dan 2 kota, dan yang paling P&S kasus sifilis terjadi pada
orang 20-39 tahun.

b. Frekuensi Penyakit Sifilis


Insidens sifilis pada tahun 1996 berkisar antara 0,04 0,52%. Insidens
terendah terdapat di negara Cina sedangkan insidens tertinggi terdapat di
negara Amerika Selatan. Di Indonesia sendiri insidens sifilis sebesar
0,61%.
Rasio pria dan wanita 6:1 hal ini semakin meningkat dikarenakan
semakin banyaknya hubungan seksual antara sesama jenis terutama dalam
3 tahun terakhir.
c. Determinan Penyakit Sifilis
1. Agent
Sifilis adalah infeksi dapat disembuhkan yang disebabkan oleh
bakteri yang disebut Treponema pallidum. Infeksi ini menular seksual,
dan juga dapat ditularkan dari ibu ke janinnya selama kehamilan.
Sebagai penyebab penyakit ulkus kelamin, sifilis telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penularan HIV dan akuisisi. Kebanyakan
orang dengan sifilis cenderung tidak menyadari infeksi mereka dan
mereka dapat menularkan infeksi ke kontak seksual mereka atau,
dalam kasus seorang wanita hamil, untuk anaknya yang belum lahir.
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan konsekuensi serius seperti
kematian lahir mati, prematur dan neonatal.
Hasil samping dari kehamilan dapat dicegah jika infeksi terdeteksi
dan diobat isebelum pertengahan trimester detik. Deteksi dini dan
pengobatan juga penting dalam mencegah komplikasi berat jangka
panjang dalam transmisi pasien dan selanjutnya ke pasangan seksual.
Sifilis kongenital membunuh lebih dari satu juta bayi setahun di
seluruh dunia tetapi dapat dicegah jika ibu terinfeksi diidentifikasi dan

6
diobati dengan tepat sedini mungkin. Tes cepat untuk sifilis sekarang
tersedia secara komersial. Ini adalah titik sederhana tes perawatan dan
dapat dilakukan di luar pengaturan laboratorium dengan pelatihan yang
minimal dan tidak ada peralatan menggunakan sejumlah kecil dari
seluruh darah dikumpulkan oleh tusukan jari. Oleh karena itu mereka
dapat mengatasi masalah yang terkait dengan kurangnya akses ke
laboratorium dan tingkat pasien rendah kembali. Manual ini berguna
memberikan gambaran umum tentang penggunaan tes sifilis yang
cepat, pembelian mereka, transportasi dan penyimpanan.
2. Host
Sifilis ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dengan luka sifilis. Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal,
vagina, anus, atau di dubur. Luka juga dapat terjadi pada bibir dan
mulut. Transmisi organisme terjadi selama hubungan seks vaginal,
anal, atau oral. Wanita hamil dengan penyakit ini dapat menularkan ke
bayi mereka membawa. Sifilis tidak dapat menyebar melalui kontak
dengan kursi toilet, pegangan pintu, kolam renang, kolam air panas,
bak mandi, pakaian bersama, atau peralatan makan. Banyak orang
terinfeksi sifilis tidak memiliki gejala selama bertahun-tahun, namun
tetap berisiko untuk komplikasi terlambat jika mereka tidak
diperlakukan. Meskipun penularan terjadi dari orang-orang dengan
luka yang dalam tahap primer atau sekunder, banyak dari luka yang
belum diakui. Dengan demikian, penularan dapat terjadi dari orang
yang tidak menyadari infeksi mereka.
3. Environmental
Perubahan dalam sistem lingkungan dan pertanian global adalah
salah satu faktor diabaikan utama dalam munculnya, ketekunan dan
munculnya kembali penyakit menular. Ini juga berinteraksi dengan
tren pembangunan ekonomi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi,
migrasi dan polusi. Perubahan iklim dan variabilitas menambahkan
faktor-faktor baru ini konglomerat mengemudi pasukan, seperti halnya
tren terkait dari over dan di bawah gizi. Ini adalah di antara masalah

7
yang akan dibahas oleh Kelompok Referensi baru Tematik (TRG) dari
para ahli internasional mengenai Penyakit Lingkungan, Pertanian dan
Infeksi (TRG-4), yang mengadakan pertemuan pertama 22-23 Oktober
2008 di Beijing, Cina.
Kelompok ahli adalah salah satu dari 10 upaya referensi seperti
tematik dan penyakit-spesifik kelompok yang diluncurkan oleh TDR
pada tahun 2009 dan 2010 sebagai bagian dari fungsi Stewardship
untuk penyakit menular kemiskinan. Para TRG / DRGs bertujuan
untuk mengevaluasi dan mensintesis informasi ilmiah mengenai isu
spesifik kesehatan global, memberikan bimbingan pada kesenjangan
penelitian prioritas dan kebutuhan yang harus ditangani.Muncul pada
pertemuan Beijing, Ayoade MJ Oduola, pemimpin Stewardship TDR,
menekankan bahwa upaya Cina baru berbasis mencerminkan
komitmen TDR yang meningkat untuk mengatasi bagaimana
perubahan lingkungan global, termasuk perubahan iklim, dampak
epidemiologi dan pengendalian penyakit menular kemiskinan.

E. Riwayat Alamiah Penyakit Sifilis


1. Masa Inkubasi dan klinis
Sifilis biasanya ditandai dengan munculnya sakit tunggal (disebut
chancre), tetapi mungkin ada beberapa luka. Waktu antara infeksi dengan
sifilis dan awal gejala pertama dapat berkisar dari 10 sampai 90 hari (rata-
rata 21 hari). Luka biasanya tegas, bulat, kecil, dan tanpa rasa sakit.
Tampaknya di tempat di mana sifilis masuk ke dalam tubuh. Luka
berlangsung 3 sampai 6 minggu, dan itu menyembuhkan tanpa
pengobatan.
Tahap sekunder Ruam kulit dan lesi selaput lendir ciri tahap sekunder.
Tahap ini biasanya dimulai dengan pengembangan ruam pada satu atau
lebih area tubuh. Ruam biasanya tidak menyebabkan gatal. Ruam terkait
dengan sifilis sekunder dapat muncul sebagai chancre adalah
penyembuhan atau beberapa minggu setelah chancre telah sembuh. Ruam
karakteristik dari sifilis sekunder mungkin muncul sebagai bintik-bintik
coklat kasar, merah, atau kemerahan baik di telapak tangan dan bagian

8
bawah kaki. Namun, ruam dengan penampilan yang berbeda dapat terjadi
pada bagian lain dari tubuh, kadang menyerupai ruam disebabkan oleh
penyakit lain. Kadang-kadang ruam yang terkait dengan sifilis sekunder
yang begitu samar sehingga mereka tidak melihat. Selain ruam, gejala
sifilis sekunder mungkin termasuk demam, pembengkakan kelenjar getah
bening, sakit tenggorokan, rambut rontok tambal sulam, sakit kepala,
penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Tanda-tanda dan gejala
sifilis sekunder akan menyelesaikan dengan atau tanpa pengobatan, tetapi
tanpa pengobatan, infeksi akan maju ketahap laten dan mungkin akhir dari
penyakit.
2. Masa laten dan Periode infeksi
Yang laten (tersembunyi) tahap sifilis dimulai ketika gejala primer dan
sekunder menghilang. Tanpa pengobatan, orang yang terinfeksi akan terus
memiliki sifilis meskipun tidak ada tanda-tanda atau gejala, infeksi tetap
dalam tubuh. Tahap laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Tahap
akhir sifilis dapat berkembang pada sekitar 15% dari orang yang belum
dirawat karena sifilis, dan dapat muncul 10-20 tahun setelah infeksi
pertama kali diperoleh. Pada tahap akhir sifilis, penyakit ini dapat merusak
organ-organ internal, termasuk otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah,
hati, tulang, dan sendi. Tanda dan gejala tahap akhir sifilis termasuk
kesulitan koordinasi gerakan otot, kelumpuhan, mati rasa, kebutaan
bertahap, dan demensia. Kerusakan ini dapat cukup serius untuk
menyebabkan kematian.
3. Patofisiologi Penyakit Sifilis
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir
semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan
saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan
penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat
menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi
dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak
diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian
tubuh lain di luar alat kelamin.
4. Penularan Sifilis

9
Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu kepada anak
dalam kandungannya. Sipilis kongenital, melalui infeksi transplasental
terjadi pada saat janin berada di dalam kandungan ibu yang menderita
sifilis. Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan
sifilis kongenital jarang sekali terjadi.
Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui transmisi darah. Hal
ini bisa terjadi jika pendonor darah menderita sifilis pada stadium awal.
Ada lagi kemungkinan penularan cara lain, yaitu penularan melalui
barang-barang yang tercemar bakteri penyebab sifilis, Treponema
pallidum, walaupun itu baru secara teoritis saja, karena kenyataannya
boleh dikatakan tidak pernah terjadi. Jadi dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa resiko penularan penyakit syphilis dapat terjadi jika:
1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap
penyakit sifilis, jika tidak (pernah) melakukan hubungan seksual aktif
dengan penderita sifilis maka dia tidak akan punya resiko terkena
penyakit ini.
2. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada janinnya lewat
transplasental
3. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis.
5. Klasifikasi Penyakit Sifilis
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan
tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang
berbeda-beda dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula.
1. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya
Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek
primer berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2
cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak
meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri.
Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding
tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan
ini dikenal sebagai ulkus durum. Sekitar tiga minggu kemudian terjadi
penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat paha. Kelenjar
tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, tunggal

10
dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut
sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat
pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari
dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6
minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi
2. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium
I sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8
minggu. Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada
saat timbul gejala stadium II. Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang
ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam,
anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang-
kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang
timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak
terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut
sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk
klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada
kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar
getah bening di seluruh tubuh.
3. Sifilis Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah
infeksi. Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai
berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua
jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar
mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung,
hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah
kulit, kemerahan dan nyeri.
4. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis
kardiovaskuler dan neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul
10-20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah 10% penderita sifilis
akan mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih
banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh

11
stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan
Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop
lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut). Tes
serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi
primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik
sifilis) dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai
antigen pada TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya
VDRL, RPR, dan ikatan komplemen Wasserman/Kolmer. TSS
nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan
berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema
atau ekstraknya, misalnya Treponema pallidum hemagglutination
assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada stadium
dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup
sehingga lebih bermakna dalam membantu diagnosis.
F. Pencegahan Penularan Penyakit Sifilis Di Rumah Sakit Usada Insani
Tangerang Banten
1. Upaya Pencegahan penyakit sifilis Di Rumah Sakit Usada Insani
Tangerang Banten yaitu :
a. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Promosi kesehatan terhadap masyarakat dilakukan sedini dan
semaksimal mungkin untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang Sifilis, termasuk penyebab, cara
penularannya serta efek jangka panjang yang ditimbulkan, yang
diharapkan bisa merubah perilaku masyarakat untuk menghindari pola
hidup tidak sehat yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit Sifilis
misalnya tidak melakukan seks bebas yang berganti-ganti pasangan.
b. Health Prevention & Specific Protection
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah
penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-
lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada
penyakit sifilis. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat
tetapi memiliki risiko terkena penyakit sisfilis sehingga diberikan

12
kondom bagi yang ingin melakukan hubungan seks dengan
pasangannya,
c. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat misalnya
bila ada bercak merah d bagian penis maka sebaiknya dilakukan
pengotan dan terapi agar tidak membahayakan penderita dan Setiap ibu
hamil harus di tes sifilis, agar bila terinfeksi dapat diterapi sesegera
mungkin, dan tidak menginfeksi bayinya.
d. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang kuat pada pasien
dengan penyakit sifiiis yang telah lanjut untuk mencegah penyakit
sifilis menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi
kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul seperti penderita
sifilis disarankan menghindari kontak dengan jaringan yang terpapar
langsung atau dengan cairan tubuh
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan
pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara
wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain dan melakukan
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari penyakit sifilis.
2. Upaya Penanggulangan Penyakit Sifilis Di Rumah Sakit Usada Insani
Tangerang Banten
a. Penanggulangan Penyakit sifilis pada wanita hamil
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin,
sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah
penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan menggunakan
tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati dangan terapi
penisilin G injeksi. Penting untuk diketahui dalam pemilihan obat-
obatan untuk ibu hamil perlu memperhatikan pengaruh buruk yang
akan terjadi pada janinya. Sedangkan jenis pinisilin dan eritrosin
merupakan obat untuk ibu hamil yang tidak memberikan efek atau

13
pengaruh buruk terhadap janinnya. Berikut ini adalah table terapi atau
pengobatan Sifilis pada ibu yang sedang hamil.
1) Terapi Infeksi Sifilis Pada Kehamilan
2) Tingkat Penyakit Alternatif
3) Terapi Dasar
4) Terapi Infeksi Primer
5) Infeksi Sekunder
6) Fase Laten kurang dari 1 tahun
Obat-obat yang digunakan yaitu:
1) Penisilin G Benzathine 2,4 juta unit IM Eritromisin PO 500 mg/ 4
kali/ selama 15 hari
2) Cefriaxone IM 250 mg/ 4 kali selama 15 hari Sifilis laten lebih dari
1 tahun
3) Penisilin G Benzathin 2,4 juta IM/ 3 kali dalm seminggu
Eritromisin 500 mg/ 4 kali/ hari selama 30 hari Kardiovasculer atau
neuro sifilis
4) Pinisilin cristal G 2,4 juta unit setiap 4 hari selama 10 sampai 14
hari diikuti pinisilin G Benzathin secara IM 2,4 juta unit
5) Penisilin procain G secara IM setiap hari 2,4 juta unit ditambah
probenecid 500 mg sebanyak 4 kali/ hari selama 10-14 hari
kemudian diikuti penisilin G Benzatin sebanyak 2,4 juta unit secara
IM Sebenarnya penisilin merupakan obat pilihan
Anjuran pengobatan sifilis yang harus dilakukan pada ibu hamil
stadium primer, sekunder, atau laten durasi kurang dari 1 tahun dapat
diberikan pengobatan utama yaitu penisilin G Benzathin 2,4 juta unit
secara IM. Tetapi jika ibu mengalami alergi dapat diganti dengan
Eritomisin 500 ng PO selama 15 hari serta setriakson 250 mg secara
IM selama 10 hari. Sedangkan pada Sifilis laten durasi lebih dari 1
tahun atau sifilis kardiovasculer diberikan obat utama penisilin G
Benzathin 2,4 juta unit secara IM setiap minggu 3x, tetapi jika ibu
mengalami alergi penisilin dapat diganti dengan Eritromicin 500 ng
PO selama 30 hari.
Sedangkan pada Neurosifilis diberikan pengobatan utama pinisilin
G akueous kristalin 2,4 juta unit 4x selama 10-14 hari diikuti dengan
penisilin G Benzethin 2,4 juta unit secara IM. Atau dapat diberi

14
pinisilin G akueous prokain 2,4 juta unit IM setiap hari dengan
probenesid 500 mg PO selama 10-14 hari, kemudian diikuti dengan
penisilin G Benzethin 2,4 juta secara IM.

Gambar Penyakit Sifilis

Bakteri Treponema Pallidum PENDERITA SIFILIS

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sifilis adalah penyakit menular yang disebab kan oleh bakteri yang disebut
Treponema pallidum. Infeksi ini menular seksual, dan juga dapat ditularkan
dari ibu ke janinnya selama kehamilan. Sebagai penyebab penyakit ulkus
kelamin, sifilis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penularan HIV dan

15
akuisisi. Penyakit ini terjadi pada seluruh negara yang tidak baik linggukan
kesehatan. Cara pencegahan adalah menjaga pola hidup sehat dan
menggunkan pelindung jika ingin melakukan hubungan seksual secara aman ,
misalnya menggunakan kondom.
Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa
ini, hanya saja dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu
dengan setia terhadap satu pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi saya
sendiri sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya
makalah ini masyarakat sadar akan betapa penting nya hidup sehat sehingga
penderita penyakit Sifilis dapat berkurang.

16

Anda mungkin juga menyukai