Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari


kata venus, yaitu dewi cinta dari romawi kuno. Penularan penyakit ini
biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan dengan
berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual yang
sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. (Ajen Dianawati, 2003)
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Penyakit Kelamin (venereal diseases)
telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia,
yaitu sifilis dan kencing nanah. Dengan semakin majunya peradaban dan ilmu
pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru, dan isti-
lah venereal diseases berubah menjadi sexually transmitted diseases atau
infeksi menular seksual (IMS). (Somelus, 2008)
Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah
penyakit yang menyebar terutama melalui kontak atau hubungan sexual ,
dimana salah satu pasangan menularkan suatu organisme baik itu virus atau
bakteri sebgai penyebab penyakit ke pasangannya misalnya saat berhubungan
seks baik secra oral, vaginal, anal dan lainnya. Akan tetapi tidak semua
penyekit menular seksual ini mempengaruhi organ-organ seks. (Katrina
Smith, 2005)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Definisi PMS ?

2. Etiologi PMS ?

3. Epidemiologi PMS ?

4. Faktor resiko PMS ?

5. Manifestasi klinis PMS ?

1
6. Klasifikasi PMS ?

7. Pemeriksaan diagnostik PMS ?

8. Penatalaksanaan PMS ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui macam-macampenyakitmenular sexual
(PMS)

2. Untuk mengetahui
definisisamapaipenatalaksanaanmedispenyakitmenular sexual
(PMS)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Penyakit menular seksual adalah penyakit infeksi organisme yang


utamanya menular melalui kontak seksual yang meliputi kontak oral-
genital. Penularan PMS juga dapat terjadi dari ibu kepada janin dalam
kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah, transfer jaringan
yang tercemar atau menular melalui alat kesehatan.
Organisme akan menginfeksi saluran genital (reproduksi), namun
organisme penyebab PMS dapat menginfeksi dan menimbulkan gejala
pada mata, mulut, saluran pencernaan, otak, hati dan organ tubuh lainnya.
Berbagai PMS sering timbul secara bersamaan. Sehingga apabila timbul
PMS, adanya PMS lainnya harus dicurigai.
2.2 ETIOLOGI

Disebabkan oleh organisme penyebab penyakit seksual yang


tinggal dalam darah dan cairan tubuh, Menurut Handsfield (2001),
Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, yakni:
1. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema
pallidum, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp,
Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus
sp.
2. dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia,
3. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1
dan 2), Herpes Simplex Virus (tipe1 dan 2), Human papiloma
Virus, Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum
contagiosum virus.

3
4. Dari golongan ektoparasit, yakni P hthirus pubis dan Sarcoptes
scabei
2.3 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia PMS telah mulai menjalar dengan perkembangan


penularan yang cepat. Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan
timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit menular
seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki.
Di Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999
sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang
tinggi antara 20%-35%

Di dunia, wilayah Asia Selatan Tenggara merupakan peringkat ke-2 dalam


Infeksi Menular Seksual, termasuk Indonesia. (Bulletin of the World
Health Organization, 2001, 79)

Pada tahun 1995, WHO memperkrakan > 330juta penderita PMS berobat
setiap tahunnya dan setiap hari terjadi sektar 1juta penderita infeksi PMS

Angka insidensi sifilis dan gonorrhea pada lak-laki sedikit lebih tiggi dari
pada perempuan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survey (YRBS)
secara nasional di Amerika Serikat pada tahun 2007 mendapati bahwa
47,8% pelajar yang duduk di tingkat 9-12 telah melakukan hubungan
seksual, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual dan 38,5% dari
pelajar SMA tersebut tidak menggunakan kondom pada saat hubungan
seksual yang terakhir kali dilakukan. Selain itu, 4,4% siswa SMA ternyata
sudah menggunakan ekstasi.

4
2.4 FAKTOR RESIKO
1. Resistensi (kekebalan) bakteri terhadap antibiotik akibat pemakaian
antibiotik bebas. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya bakteri
resisten terhadap antibiotik

2. Individu dengan gangguan imunitas


3. Prostitusi
4. hubungan seks tidak aman di luar nikah
5. berganti ganti pasangan
6. ketidak tahuan
7. mobilitas penduduk
8. pelancong
9. psk
10. pecandu narkoba
11. homoseksual
12. pekerja kesehatan
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemukan berdasarkan organisme yang
menginfeksi dan infeksi terjadi, namun pada umumnya beberpa
menunjukkan manifestasi knis berikut :
1.Keluar nanah kenyal kuning kehijuan dari vagina, penis atau
dubur
2.Keputihan pada wanita berwarna kuning kecoklatan
3.Gatal pada sekitar alat kelamin
4.Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing
5.Ujung penis tampak merah dan bengkak
6.Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar
mulut (nyeriataupun tidak),
7.Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,
8.Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan
paha,

5
9.Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,
10.Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi
tidak ada hubungannya dengan haid),
11.Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
12.Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
13. Kehilangan berat badan

2.5 KLASIFIKASI

A.Vaginitis trikomonalis (15-20%)

VT trikomonalis merupakan infeksi yang disebabkan oleh trichomonas


vaginalis, protozo uniseluler yang terdapat dalam vagina, protozoa ini
cepat bergerak krena mempunyai flagela, sebagian besar ditularkan
memlaui hubungan seksual. Gejala klinisnya
1. keputihan dengan jumlah yang banyak, warna putih,
kuning, sampai hijau;
2. gatal, terasa panas;
3. berbau kurang sedap
4. pemeriksaan jika keputihan berbuih.

Pada diagnosis dijumpai gejala klinis trichomonas


vaginalisdengan preparat basah
B.sifilis

1. Definisi
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri treponema pallidum yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
selaut lendir atau kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke
kelenjar getah bening terdekat sehingga dapat menyeber ke seluruh tubuh
melalui aliran darah
2.Epidemiologi:

6
Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia
pada tahun 1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara
berkembang. Setelah jumlah kasus menurun secara dramatis sejak
ketersediaan penicilin di seluruh dunia pada 1940an, angka infeksi
kembali meningkat sejak pergantian milenium di banyak negara,
terkadang muncul bersamaan dengan human immunodeficiency virus
(HIV). Angka ini disebabkan sebagian oleh praktik seks yang tidak aman
di antara laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, seks bebas
dan angka prostitusi tinggi, serta penurunan penggunaan proteksi
pelindung.
3.Etiologi
sifilis disebabkan oleh troponema pallidumlama masa inkubasinsi,
dari waktu pajanan sampai timbulnya syanker primer, bergantung pada
jumlah organisme yang menetap saat infeksi dan berapa lama organisme
ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 am untuk bereplikasi,
dibandingkan bakteri yang hanya memerlukan beberapa menit untuk
bereplikasi
4.Faktor resiko
1.Penyalahgunaan zat, terutama cocaine

2.Pelacuran

3.Sosio ekonomi lemah

4.Kurangnya personal hygine daerah perineal

5.Tidak adanya perawatan pranatal

6.Banyak pasangan seksual

5.Klasifikasi

Sifilis primer , berkembang pada lokasi di kelamin yang dekat pada lokasi
masuknya T.palidum ke dalam tubuh: penis, labia, perineum, anus, atau
rektum

7
Sifiis sekunder adalah bentuk desiminata. Spiroketa yang terdapat dalam
darah brkumpul di dermis seluruh tubuh dan menyebabkan bercak papul
kemerahan yang menyebar luas di batang tubuh dan ekstremitas

Sifilis tersier biasanya tampak beberapa tahun setelah stadium desiminata.


Sifilis tersier dapat melibatkan berbagai organ termasuk sistem
kardiovaskuler dan sistem saraf

Sifilis kogenital sifilis selama kehamilan mempunyai angka penularan


mendekati 100%. Kematian janin atau perinatal terjadi pada 40 % bayi
yang terkena

6.Manifestasi klinis
Primer: timbul ulkus( disebut chancre atau syangker) pada penis, tepian
menimbul, keras (mirip kancing), mungkin ada pembesaran kelenjar limfe
regional (tidak nyeri).

Sekunder : timbul kelainan kulit makulo-papuler. Di genitalia timbul plak


lebar agak meninggi. Spirocheata terdapat di smua lesi, terdapat
limfadenopati, empat sampai dua belas minggu setelah mulainya tahap 2
ini, semua gejala lenyap dan pasien memasuki masa laten.

Sifilis tersier, terjadi kira-kira 1/3 kasus sifilis yang tidak di obati. Organ
dapat terserang pada tahap ini, terutama otak dan jantung, juga dapat
terjadi gumma (daeah nekrotis luas) di hati, tulang dan testis

Manifestasinya di bagi menjadi dua ada yaitu stadium awal dan stadium
lambat

1. Stadium awal muncul selama usia 2 tahun awal: gastroenteritis,


peritonitis, pankreatitis, pneumonia, keterlibatan mata (glaukoma
dan korioretinitis)

2. Stadium lambat muncul perlahan-lahan selama 2 dekade


pertama: radang kronik tulang, gigi, dan sistem saraf pusat.
Perubahan skeleton karena periositis menetap atau berulang dan
penebalan tulang yang terkait tulang frontal, penonjolan tulang
dahi.

8
9
7) Patofisologi

Sex beresiko tinggi Pajanan Hygine rendah, virulensi


treponema kuman tinggi
Orangtua yang sifilis paldium
k Kontak langsung
Kuman masuk
Jika tidak diobati, timbul
melalui selaput Jika tidak di obati akan sifilis tersier
lendir timbul sifilis sekunder
Kuman berkembang Timbul kelainanpada Kuman menyebar
biak Timbul kelainan pada kulit kulit yangdisebut Infeksi sistemik
Jaringan bereaksi Mukosa mulut dan gumma
peradangan
membentuk infiltrasi tenggorokan timbul macula Pada neurologi
terdiri atas sel limfosit, eritematosa Kulit eritematosa terjadi inflamasi
sel-sel plasma, melekat pada dan cairan
Nyeri tenggorokan, sakit saat
pembuluh darah kecil gumma sekitar otak
menelan, suara parau Terjadi perforasi
Membentuk ulkus di berprolifersi dikelilingi serta spinal cord
Timbul kelainan kulit anoreksia menengitis
genetalia pada T. pallidum
(afek primer) sebagai Keluar cairan
wanita di labia papula lentikuler seropurulen
mayor dan minor Berubah jadi
Chancre terbentuk
Seminggu setelah afek Gangguan ulkus
primer terjadi pembesaran integritas kulit
Gangguan citra
kelenjar getah bening
diri
Kuman masuk ke area Resiko penyebaran
lebih dalam infeksi

10
8. Pemeriksaan diagnostik
T. Pallidum dapat diidentifikasi dengan mikroskop lapangan pandangan
gelap dari serum syanker primer atau bercak mukosa sekunder

Tes serologi positif 1 bulan setelah infeksi

Tes ELISA igG antitreponema sekarang tersedia dan sensitif serta spesifik,
titer < 0,9negatif, 0,9-1,1 meragukan, dan nilai > 1,1 positif

LCS pada neurosifilis memperlihatkan peningkatan protein (fraksi gama


globulin), limfositosis dan seologi positif

9.Penatalaksanaan medis
Awal (primer, sekunder, laten atau, 1 tahun) : penisilin G benzatin, 2,4
unit IM, dalam satu dosis

Alternatif: tetrasiklin (500 mg PO empat kali sehari selama 2 minggu) atau


doksisiklin (100 mg PO dua kali sehari selama dua minggu) atau
eritromisin (500 mg PO empat kali sehari selama 2 minggu)

Lambat ( lama > 1 tahun ) : penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM setiap
minggu selama tiga dosis

Alternatif : tetraksiklin (500mg PO empat kali sehari selama 4 minggu)


atau doksiklin (100 mg PO dua kali sehari selama 4 minggu)

Neurosifilis : penisilin G kristal aqua (1,2-2,4 juta U/24 jam IV diberikan


sebagai 2,4 U setiap 4 jam selama 10-14 minggu)

Alternatif: penisilin G prokain( 2,4 juta U/hari IM plus probenisid (500 mg


PO empat kali sehari) keduanya selama 10-14 hari

Sifilis kogenital : Penisilin G kristal aqua (100.000-150.000 U/kg/24 jam,


diberikan sebagai 50.000 U/kg IV setiap 12 jam selama 7 hari pertama dan
setiap 8 jam sesudahnya. Selama 10-14 hari

11
10.Penatalaksanaan perawat
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal
sebagai berikut
1.Bahaya PMS dan komplikain

2.Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan

3.Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks


tetapnya

4.Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom


jika tidak dapat dihindarkan lagi.

5.Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin

C.Gonorea

1.Definisi

Penyakit gonore adalah penyakit seksual yang sering terjadi. Penyebabnya


adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae (Diplococcus gram negatif) yang
bersifat purulen dan menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh
manusia.
2.Epidemiologi

Gonore adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Pada


tahun 1964 WHO memperkirakan terjadi 65 juta kasus baru gonore setiap
tahunnya di dunia. Sampai dengan tahun 1972 terjadi peningkatan 17,5%
pada populasi di dunia. Di Amerika Serikat terjadi peningkatan yang
mencapai puncaknya pada tahun 1975 yaitu antara 473 per 100.000
penduduk pertahun, kemudian menurun 342 per 100.000 penduduk pada
tahun 1987. Pada tahun 2010, total 309.341 kasus gonore dilaporkan
terjadi dengan rate 100,8 per 100.000 penduduk, terjadi peningkatan 2,9%
dari tahun 2009 namun secara keseluruhan terjadi penurunan 15,8%
selama periode 2006-2010
Tahun 2009, 29.202 kasus gonore telah dilaporkan dari 28 negara anggota
Uni Eropa dengan rate 9,7 per 100.000 penduduk. Insiden gonore yang
dilaporkan tiga kali lebih banyak pada laki-laki daripada wanita, dengan
rate 15,9 per 100.000 penduduk pada laki-laki dan 6,3 per 100.000
penduduk wanita. 44% dari kasus gonore terdiagnosis pada orang dengan

12
umur antara 15 dan 25 tahun. Dari semua kasus gonore dilaporkan di
tahun 2009, 24% kasus terjadi pada pria melakukan seks dengan pria. Jika
dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi peningkatan kasus di Denmark,
Islandia, Portugal dan sedikit penurunan kasus di 10 negara lainnya.
3.Etiologi

Gonore merupakan infeksi mukosa pada epitel koumnar yang ditularkan


melelui hubungan seksual dan disebabkan oleh neisseria gonorrhoaeae.
Secara morfologik gonococcus ini terdiri atas 4 tipe,yaitu: tipe 1 dan 2
yang mempunyai pili yang bersifat virulen,serta tipe 3 dan 4 tidak
mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan menimbulkan reaksi radang.
4.Factor resiko
1.Berganti-ganti pasangan

2. mempunyai mitra seksual yang sudah terinfeksi penyakit ini.

3.Tidak mengguanakan kondom pada saat berhubungan seksual

5.Patofisiolgi
Faktor : bakteri
neiseria gonorrhea
Faktor berganti-ganti PMS Disebabkan (konokokus)
pasangan

Gonokokus menempel ke
Menular melalui dalam sel epitel melalui vili
hubungan seksual yang ada dipermukaan
(genitor-genital, bakteri
orogenital, anogenital)

serum Gonokokus Wanita : kelenjar skene, Laki-laki : prostat, vas


terpajan ke batholini, endometrium, deferens, vesikula
komplemen system imun tuba falopi, ovarium seminalis, epididimis,
testis
IgA Difagositosis
oleh neutrofil
Mengganggu fungsi Mengganggu fungsi
genetalia : genetalia :
Menyerang dengan mudah jika BAK sakit, anus gatal Cairan penis abnormal,
gonokokus virulen yang mengandung nyeri terjadi sering BAK dan terasa
vili, protein, membrane bagian luar perdarahan, cairan sakit, anus gatal nyeri
lipopolisakarida, protease IgA vagina dan terjadi
abnormal(setelah perdarahan.
koitus/selama haid), 13
kelamin terasa gatal,
perut bag bawah terasa
sakit, hubungan koitus
Berkembang dan
menginduksi
reaksi radang
leukositer

Melekat secara langsung

Menginfeksi uretra,
endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan faring

Infeksi
meluas

6.Manifestasi klinis

1.Pada wanita:

Sering buang air kecil dan sakit

Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan

Cairan vagina abnormal

Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks atau


antara periode haid

Alat kelamin terasa gatal

Perdarahan haid tidak teratur

Perut bagian bawah terasa sakit

Hubungan seksual terasa menyakitkan

2.Pada pria :

Cairan penis abnormal

14
Sering buang air kecil dan sakit

Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan

7.Komplikasi

Kompliasi pada pria :

Tysonitis :Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma.


Infeksi biasanya terjadi paada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan
ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri
tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber
infeksi laten.

Paraureritis : Sering pada orang dengan orifisium eksternum yang terbuka


atau hipospadi. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua
muara parauretra.

LitritiS : Tidak ada gejala khusus hanya pada urin ditemukan benang –
benang atau butir butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terhjadi
abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.

Cowpreritis : Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah


perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi dan
disuria.

Prostatitis : akut ditndai dengan perasaan tidak enak didaerah perineum


dan suprapubis , malese, demam , nyeri kencing sampai hamaturi, spasme
otot uretra sehingga terjadi retensi urin,tenesmus ani, sulit buang air besar
dan obstipasi.

Vesikulitis : Gejala subyektif merupakan gejaka protatis akut. Pada


pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang
membengkak dan keras seperti sosis,memanjang seperti prostat.
Vas deferentitis : Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen
bagian bawah pada sisi yang sama

15
Epididimitis : Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis
biasanya disertai deferntitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya
epididimitis adalah trauma pada uretra posterior yang disebaklan oleh
salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang
mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering
dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau pekat , instrumentasi yang
kasar atau aktivitas seksual yang berlebihan. Epididimitis dan alur
spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis sehingga
menyerupai hidrokel sekunder.

Trigonitis : menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan hematuria

Komplikasi pada wanita

Uretritis :Biasanya gejala ringan atau tanpa gejala, fluor sedikit. Gejala
utama ialah disuria, kadang kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifisium
uretra ekstrnum tampak merah , edematosa dan ada sekret mukopurulen.
ServisitiS : Biasanya gejala ringan , dapat asymptomatis. Pada pemeriksaan
tampak serviks merah dengan erosi dan sekret mukupurulen

Parauretritis : Penyumbatan saluran kencing

Bartholitis : Labium mayora pada sisi yang terkena membengkak , merah


dan nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan nyeri sekali bila
penderita berjalan dan penderita sukar untuk duduk. Bila saluran kelenjar
tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa kulit

8.Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra


memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra
pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu
tinggi.

16
Pemeriksaan ini akan menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan
bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel
leukosit.

Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media


pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk
menekan pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat
dianjurkan dilakukan terutama pada pasien wanita.

Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria
akan mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes
fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan
glukosa saja.

Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan


tampak perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.

Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun
pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama
ke gelas kedua.

Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas
kedua tampak jernih

9.Penatalaksanaan medis

1.Medikamentosa
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin,
amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.

17
Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1
gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan
pengobatan yang memadai.

Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan


penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr
untuk wanita.

Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis


gonokokus.

2.Non-medikamentosa Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan


tentang:

Bahaya penyakit menular seksual

Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan

Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks


tetapnya

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika


tidak dapat dihindari.

Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan dating

2.6 Pemeriksan Diagnostik

Pengambilan spesimen

Pemeriksaan bimanual

Pemeriksaan anoskopi

Tes darah

Tes Urin

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif berdasarkan jenis infeksi yang
terjadi, pengobatan antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan

18
menurunkan tingkat penularan. Selain itu diperlukan monitoring dan
penanganan untuk mencapai derajat kesehatan reproduksi yang baik.

Komponen penatalaksanaan IMS meliputi:


Anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit,
Pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan,
Diagnosis yang tepat,
Pengobatan yang efektif,
Nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual,
Penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya
Penatalaksanaan mitra seksual,
Pencatatan dan pelaporan kasus, dan
Tindak lanjut klinis secara tepat.

19
BAB 3
KASUS 1

Di desa Maju Mundur terdapat 50 KK dengan jumlah warga


sebanyak 300 jiwa dengan pasangan usia subur terdiri dari 40KK yang
berusia rata-rata 25-40 tahun. Sisanya 10 KK bukan termasuk pasangan usia
subur dengan rincian 5 KK berusia 41-50 tahun dan 5 KK berusia 51-60 tahun.
Warga desa bekerja sebagai buruh bangunan dengan rata-rata penghasilan
setiap bulan adalah sekitar 600 ribu. Komunikasi antar warga berjalan
dengan baik karena jarak rumah satu dengan yang lain sangat berdekatan dan
tidak ada pembatas antar rumah satu dengan yang lainnya. Hubungan setiap
pasangan usia subur pun berjalan dengan lancar, sehingga jarang terjadi
kekerasan dalam rumah tangga. Didesa Maju Mundur tidak terdapat
pelayanan polisi, tetapi terdapat 8 pos ronda yang terletak di setiap RT. Di
desa Maju Mundur tidak ada tempat rekreasi terdekat,sehingga warga
memilih melakukan rekreasi kepasar. Warga desa Maju Mundur mayoritas
beragama islam. Dari data yang diperoleh, pasangan usia subur di desa Maju
Mundur mayoritas berpendidikan SMP dan warga dengan usia lanjut tidak
pernah mengikuti pendidikan formal.
Fasilitas kesehatan yang ada didesa Maju Mundur adalah 1 bidan
praktik swasta, 1 praktik dokter umum, dan 1 puskesmas yang letaknya
cukup jauh dari rumah warga. Warga yang menggunakan sepeda untuk
melakukan aktivitas menjadi malas untuk pergi kepuskesmas bila sedang
sakit, sehingga memilih mengkonsumsi jamu atau obat-obatan yang dijual
ditoko.Warga juga lebih memilih pergi ke dukun untuk melakukan
persalinan. Dalam 2 bulan terakhir ini, terdapat 8 orang yang menderita kista
dan 12 orang tertular PMS seperti gonore, sifilis, dan kutil kelamin. Selain itu
kematian di desa Maju Mundur dalam 2 bulan terakhir terdapat 5 orang yang
sudah meninggal dunia akibat perdarahan saat persalinan. Berdasarkan
informasi yang diperoleh, 40 KK pasangan usia subur didesa Maju Mundur
terdapat 15 KK menggunakan alat kontrasepsi dan 25 KK tidak

20
menggunakan alat kontrasepsi. 25 KK yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi tersebut memiliki kepercayaan bahwa KB dilarang oleh
agama, dan mereka takut akan mengalami perubahan fisik dan kesehatan.
Namun beberapa ibu hamil dari pasangan usia subur yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi tersebut menderita anemia dan sebagian
besar tidak memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, serta mereka
memiliki kebiasaan bila ibu hamil untuk berpantang mengkonsumsi
makanan tertentu sehingga gizi pada ibu hamil tidak tercukupi. Di desa
Maju Mundur ini belum ada pemberian jaminan kesehatan kepada warga
yang tidak mampu dan tidak ada program kesehatan yang dilakukan seperti
program kunjungan nifas oleh tenaga kesehatan.

21
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA MAJU MUNDUR

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu kepearwatan di komunitas dan untuk


menerapkan konsep-konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
konteks keperawatan dasar, maka kelompok mendapatkan tugas keperawatan
komunitas di Desa Maju mundur, mulai tanggal 25 oktober 2018

Tahap kegiatan, kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi tahap-
tahap sebagai berikut : pengkajian, Intervensi, Implementasi dan evaluasi serta
rencana tindak lanjut.

4.1 PENGKAJIAN KOMUMITAS


1. Pengkajian tahap 1
 Geografi
1. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
2. Luas daerah: 10 Ha
3. Batas wilayah:
Utara: desa pojok kulon
Barat: desa pojok etan
Selatan: RT 12 RW 13
Timur: desa pujon
 Demografi

1. Jumlah KK: 50 KK
2. Jumlah penduduk: 300 jiwa
3. Mobilitas penduduk: kepala keluarga jarang di rumah ketika pagi
dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.
4. Jumlah keluarga: 50 keluarga
5. Kepadatan penduduk: padat
6. Tingkat pendidikan:

22
- Perguruan tinggi: 5 orang
- TK : 17 – 23 orang
- SMA : 10 orang
- SMP : 25 orang
- SD : 15 orang
 Pekerjaan :
- PNS : 5 % jumlah penduduk
- Buruh : 80% jumlah penduduk
- Pedagang : 10% jumlah penduduk
- IRT : 50% jumlah penduduk
 Pendapatan rata-rata :
- Rp 600.000,- : 50%
- Rp 500.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 30%
- > Rp 2.000.000,- : 10%

1. Tipe masyarakat: Masyarakat buruh bangunan


2. Agama: 100% Islam

2. PENGKAJIAN TAHAP II

 Lingkungan fisik

1. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik


2. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari dan pada
siang hari sudah cukup
3. Sirkulasi udara: lingkungan kering dan tak berdebu, panas karena
bangunan ada dimana-mana sehingga minimnya pepohonan.
4. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
5. Edukasi

23
 Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
- Perguruan tinggi: 5 orang
- TK : 17 – 23 orang
- SMA : 10 orang
- SMP : 25 orang
- SD : 15 orang

1. Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak


2. Keamanan dan Transportasi
1. Pemadam kebakaran: tidak ada
2. Polisi: tidak ada namun terdapat 8 pos ronda yang terletak di setiap
RT
3. Sarana transportasi: sepeda onthel, motor dan mobil pribadi
4. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan sepi akan kendaraan
bermotor
5. Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara foting bersama
6. Struktur Pemerintahan
1. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 13 RW dan 12 RT
2. Pamong desa: 2 orang
3. Kader desa: 6 orang
4. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
5. Kontak tani: tidak ada
6. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
7. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
8. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
1. Pelayanan kesehatan: 1 bidan praktik swasta, 1
praktik dokter umum, dan 1 puskesmas
2. Tenaga kesehatan: 1 bidan, 1 dokter, 2 perawat, dan
2 dukun,
3. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
4. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak

24
5. Panti sosial: tidak terdapat
6. Pasar: terdapat pasar untuk rekreasi terdekat
7. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW
dalam setiap acara yang diadakan oleh lokasi
setempat
8. Posyandu: tidak terdapat posyandu lansia dan
posyandu balita
9. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 13 dalam
kategori baik
10. Sumber air bersih: air sumur galian
11. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan
dan tidak menggenang
12. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah
masing-masing
13. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi
masing masing dan hampir tidak ada yang di sungai
14. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di
TPS dekat makam setempat
15. Sumber polusi: air selokan
16. Sumber vektor: PMS
17. Komunikasi

Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti


internet, ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa
menggunakan alat-alat komunikasi tersebut. Untuk papan informasi untk
nenyampaikan kabar berita dari desa maupun dari yang disediakan tempat
di dekat rumah pak RW.
 Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat RW 13 desa maju mundur dalam


kategori baik dan diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga

25
tidak ada yang menganggur di rumah. Rata-rata pekerjaan warga
setempat adalah buruh bangunan.

 Rekreasi

Di desa Maju Mundur tidak ada tempat rekreasi


terdekat,sehingga warga memilih melakukan rekreasi kepasar.

 DISTRIBUSI PENYAKIT DI MASYARAKAT

Dari rekapitulasi data bulan Maret-April di puskesmas maju


mundur ada 200 orang yang bekunjung/periksa. Dari jumlah
tersebut ada 5 penyakit dengan distribusi terbesar yaitu:

1. Kista : 8 orang atau sekitar 15%


2. gonore : 2 orang atau sekitar 5%
3. sifilis: 4 orang atau sekitar 8%
4. kutil kelamin : 6 orang atau sekitar 10%
5. perdarahan : 5 orang atau sekitar 6%

Dari hasil di atas di dapatkan jumlah terbesar penderita penyakit terbesar


yaitu PMS dengan jumlah 12 orang di bulan maret sampai april.
Kemudian pemeriksaan epidemiologi dari 50 rumah warga RW 13 desa
maju mundur yang di pilih secara acak, di dapatkan 25 rumah warga
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Dari data kesehatan di RW 13 didapatkan data bahwa :

1. Jumlah pasangan usia subur keseluruhan : 80 orang atau 75%


2. Jumlah pasangan subur dengan kista : 8 0rang atau 15%
3. Jumlah pasangan subur dengan gonore : 2 orang atau 5%
4. Jumlah pasangan subur dengan sifilis : 4 orang atau 8%
5. Jumlah pasangan subur dengan kutil kelamin : 6 orang atau 10%
6. Jumlah ibu melahirkan dengan perdarahan : 5 orang atau 6%

26
7. Jumlah balita yang meninggal saat dilahirkan : _
1. Jumlah penderita anemia karena tidak memakai alat
kontrasepsi : + 50% /jumlah penduduk RW 13
2. Jumlah kurangnya asupan gizi pada ibu hamil : + 60%

4.2 ANALISA DATA

No Data focus Problem Etiologi


1. DS: Dari hasil wawancara Resiko tinggi Kurangnya
dengan ketua RW 13 peningkatan pengetahuan dan
mengatakan bahwa kebanyakan angka kejadian tentang penyakit
masyarakat laki-laki bekerja penyakit menular menular seksual.
diluar kota. seksual pada
pasangan usia
DO: Berdasarkan data
subur
pemeriksaan dari puskesmas
maju mundur pada bulan
september sampai bulan oktober
di desa maju mundur RW 13

 Jumlah pasangan usia


subur keseluruhan : 80
orang atau 75%
 Jumlah pasangan usia
subur pengidap kista :
15%
 Jumlah pasangan subur
dengan gonore : 2 orang
atau 5%
 Jumlah pasangan subur
dengan sifilis : 4 orang
atau 8%

27
 Jumlah pasangan subur
dengan kutil kelamin : 6
orang atau 10%

2. DS: Berdasarkan hasil Resiko tinggi Ketidakmampuan


wawancara dengan ketua RW 13 peningkatan masyarakat untuk
mengatakan bahwa sebagian Jumlah balita memenuhi
besar ibu hamil mengalami yang meninggal kebutuhan sehari-
kekurangan asupan gizi pada saat dilahirkan hari
saat hamil

DO : Berdasarkan data dari


puskesmas maju mundur pada 2
tahun terakhir di desa maju
mundur RW 13

 Jumlah kurangnya
asupan gizi pada ibu
hamil : + 60%

4.3 URUTAN MASALAH

Masalah Kreteria penapisan Jumlah score


kesehatan A B C d e f g Tersedia sumber
H i j K l
PMS 5 4 5 5 3 5 4 5 3 4 5 5 58
Kurangnya gizi 3 3 4 2 1 3 2 3 3 4 3 5 32
pada BUMIL
penderita anemia 4 5 5 4 3 5 3 4 4 5 5 3 40
karena tidak

28
memakai alat
kontrasepsi

Berdasarkan urutan masalah dapat disusun masalah keperawatan


komunitas sebagai berikut :

1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit menular seksual pada


pasangan usia subur b.d Kurangnya pengetahuan dan tentang penyakit
menular seksual.
2. Resiko tinggi peningkatan Jumlah balita yang meninggal saat dilahirkan
b.d Ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
4.4 RENCANA TINDAKAN

Dalam membuat perencanaan kegiatan keperawatan komunitas


melibatkan peran serta masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk
membangun kesadaran masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan.

Perumusan tujuan disesuaikan dengan masalah yang akan ditindaklanjuti


dengan rumusan tujuan jangka panjang yang berorientasi pada perubahan
perilaku baik secara kognitif, afektif dan psikomotor serta rumusan
tujuan jangka pendek yang merupakan tujuan antara untuk mencapai
tujuan jangka panjang serta hasil yang diharapkan ada setiap akhir
kegiatan tertentu. Rencana kegiatan yang dirumuskan dalam mengatasi
masalah kesehatan masyarakat desa maju mundur dengan melibatkan
masyarakat yang diwakili oleh Kader antara lain:

1. Tanggal 02 september 2018 Melakukan pencarian data di Puskesmas Maju


mundur dan mencari tempat yang tepat untuk masalah yang masih aktual
saat ini.

29
2. Tanggal 06 september 2018 melakukan Pengkajian di Dukuh Maju
mundur RW 13
3. Tanggal 10 september 2018 Musyawarah dengan KADER untuk
dilaksanakannya kegiatan MMD (musyawarah Masyarakat Desa)
4. Tanggal 13 september 2018 penyebaran surat undangan untuk seluruh
masyarakat dan KADER yang ada di RW 13 Desa Maju mundur
5. Tanggal 16 september 2018 Persiapan Mahasiswa untuk melakukan
kegiatan MMD untuk memnentukan Prioritas Diagnosa dan didapatkan
masalah yang paling aktual yaitu PMS.
6. Tanggal 19 september 2018 Melakukan pengkajian di rumah warga yang
positif terkena PMS dan pemeriksaan pada Ibu hamil.
7. Tanggal 22 september 2018 melakukan penyebaran surat undangan kepada
warga yang ada di RW 13 Desa Maju mundur untuk melakukan
penyuluhan tentang PMS dan pemenuhan nutrisi pada Ibu hamil

4.5 TAHAP IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan


yang telah disusun. Implementasi diberikan secara langsung maupun tidak
langsung kepada masyarakat dan kebutuhan masyarakat. Pada umumnya
tindakan keperawatan komunitas yang dilakukan RW 13 Desa Maju
mundur sesuai dengan teori yaitu berfokus pada upaya meningkatkan,
mempertahankan, memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan
rehabilitasi dengan menggunakan strategi yaitu proses kelompok, health
promotion dan patnership.

Tindakan pelaksanaan atau implementasi yang diperlukan untuk mengatasi


masalah-masalah keperawatan komunitas adalah hasil kerja sama dengan
masyarakat.

Implementasi untuk masalah kesehatan lingkungan yang diangkat adalah


Demam Berdarah di RW 13 Desa maju mundur berhubungan dengan

30
kurangnya pengetahuan. Kegiatan dimulai dengan memberikan
penyuluhan tentang Penyakit menular seksual pada hari Sabtu, 25
september 2018 di RW 13 Desa maju mundur Kemudian kegiatan di
lanjutkan dengan pemeriksaan pada Ibu hamil di RW 13 Desa maju
mundur yang di lakukan pada hari Senin 27 september 2018 oleh
mahasiswa STIKES BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG.

Pelaksanaan kegiatan komunitas berjalan sesuai dengan apa yang telah


direncanakan. Pemberian tindakan pendidikan kesehatan atau penyuluhan
kepada RW 13 Desa maju mundur. Perubahan yang dapat dinilai sebatas
tahap perubahan pengetahuan. Perubahan yang dapat dinilai karena
berdasarkan faktor yang mempermudah perubahan perilaku baru terjadi
perubahan pengetahuan, sikap, dan kepercayaan.

4.6 TAHAP EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan untuk


menilai keberhasilan dari pemecahan masalah keperawatan komunitas
yang ada. Dari evaluasi yang dilaksanakan dapat diketahui masalah
keperawatan komunitas dapat terpecahkan seluruh, sebagian, atau tidak
terpecahkan tetapi menimbulkan masalah baru. Kegiatan evaluasi yang
dilakukan adalah mengukur keberhasilan mengumpulkan data dan
menganalisa. Kegiatan ini dilakukan bersama dengan masyarakat.

Evaluasi hasil kegiatan telah dilakukan untuk menilai efektifitas kegiatan


sesaat setelah kegiatan dilakukan dan evaluasi yang dilakukan pada akhir
program untuk menilai aktifitas jangka panjang yang akan dilakukan
sebagai rencana tindak lanjut di RW 13 Desa Maju Mundur. Evaluasi
secara umum dilakukan setelah mahasiswa selesai melaksanakan kegiatan
yang direncanakan.

31
Pelaksanaaan kegiatan yang telah dilakukan berjalan lancar, sesuai rencana
dan adanya peran serta KADER dan mayarakat setempat. Selama
dilakukan kegiatan tidak ditemukan hambatan yang berarti.

Hasil evaluasi tindakan untuk mengatasi masalah PMS dan pemeriksaan


pada ibu hamil dengan melakukan Penyuluhan Kesehatan yang dihadiri
oleh warga RW 13 Desa Maju Mundur, Terdapat bapak-bapak dan Ibu-
Ibu yang aktif bertanya dan mendengarkan materi yang di sampaikan.

32
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah penyakit
yang menyebar terutama melalui kontak atau hubungan sexual , dimana salah satu
pasangan menularkan suatu organisme baik itu virus atau bakteri sebgai penyebab
penyakit ke pasangannya misalnya saat berhubungan seks baik secra oral, vaginal,
anal dan lainnya. Akan tetapi tidak semua penyekit menular seksual ini
mempengaruhi organ-organ seks. (Katrina Smith, 2005). Penyakit menular sexual
ini banyak jenisnya yang diatas sudah di jelaskan mulai definisi sampai penata
lakssanaan medisnya. Macam penyakitnya di antaranya adalah gonorrhea,
trikomoniasis vaginalis, sifilis, klamidiasis. Di atas merupakan penyakit yang
dapat di tularkan melalui hubungna seksual.

33
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Ssamudera, 2016. “Makalah mengenai penyakit menular seksual”
(online)https://www.scribd.com/doc/309252530/Makalah-Mengenai-Penyakit-
Menular-Seksual-Kel-1 di aksespada tanggal 25 oktober 2018

34

Anda mungkin juga menyukai