Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular
seksual (PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik
dengan pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering
berganti-ganti pasangan. Infeksi menular seksual merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang menonjol di sebagian besar wilayah dunia.
Penyakit IMS merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di
negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan
terhadap infeksi HIV. Cara penularan penyakit IMS yaitu melalui
hubungan seksual dan diikuti dengan perilaku yang menempatkan individu
dalam risiko mencapai HIV, seperti mereka berperilaku bergantian
pasangan seksual dan tidak konsisten menggunakan kondom (Badan
Narkotika Nasional, 2004).
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual dapat
tertular IMS. Namun yang harus diwaspadai adalah kelompok berisiko
tinggi terkena IMS yaitu orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual
dan orang yang punya satu pasangan seksual tetapi pasangan seksualnya
suka berganti-ganti pasangan seksual (Dirjen PPM & PLP Depkes RI,
2003). Terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per tahun (CDC,
2012). Usia remaja merupakan kelompok yang paling rentan terkena
infeksi ini, dilaporkan lebih dari 3 juta kasus per tahun. Salah satu
kewenangan wajib dalam penyelenggaraan pemberantasan penyakit
menular yang ditetapkan Departemen Kesehatan dan menjadi salah satu
indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah jumlah kasus IMS
yang ditangani atau diobati. Oleh karena itu pengembangan program
penanggulangan IMS di setiap daerah sangat diharapkan (Depkes RI,
2003).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuat makalah yang
berjudul “Infeksi Menular Seksual Gonore dan Sifilis Dan Patogenesis
Mikroorganisme Limfogranuloma Venereum (LGV) dan Chancroid”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Infeksi Menular Seksual ?
2. Apa macam-macam Infeksi Menular Seksual ?
3. Bagaimana pathogenesis mikroorganisme tersebut ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular
Seksual.
2. Untuk mengetahui macam-macam Infeksi Menular Seksual.
3. Untuk mengetahui pathogenesis mikroorganisme penyebab Infeksi
Menular Seksual.

D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Infeksi
Menular Seksual dan Patogenesis Mikroorganisme yang menyebabkan
Infeksi Menular Seksual tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Menular Seksual

Penyakit Kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal di


Indonesia. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan istilah tersebut
sudah tidak digunakan lagi dan dirubah menjadi Sexuall Transmitted
Disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Sejak tahun 1998,
istilah STD berubah menjadi Sexually Transmitted Infection (STI) agar
dapat menjangkau penderita asimptomatik (Daili et al., 2011). Infeksi
menular seksual adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang
lainnya melalui hubungan seksual (Gross & Tyring, 2011). Meskipun
demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin,
tetapi beberapa ada juga yang ditularkan melalui kontak langsung dengan
alat-alat, handuk termometer dan sebagainya. Selain itu penyakit ini juga
dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuanda, 2011).

Remaja dan dewasa muda usia (15-24 tahun) hanya merupakan


25% dari keseluruhan populasi yang aktif berhubungan seksual namun
mewakili hampir 50% kasus baru IMS. Wanita usia muda paling beresiko
tertular PMS karena para wanita remaja dan dewasa muda lebih mudah
terpengaruh secara tidak proporsional. Mereka lebih sering terlibat dalam
perilaku seksual beresiko, merasa tidak nyaman membicarakan seksual
yang aman dengan pasangan atau meminta pasangan menggunakan
kondom serta kurang percaya diri menolak hubungan seksual yang tidak
aman. Selain itu anatomi organ reproduksi dari kelompok usia ini belum
berkembang secara sempurna sehingga rentan terhadap IMS (Gross &
Tyring, 2011; Urada, Malow, Santos, & Morisky, 2012).
B. Macam-Macam Infeksi Menular Seksual
1. Gonorrhea
Gonore mencakup semua penyakit yag disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae (Daili et al., 2011). Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus
gram negatif, obligat pathogen manusia yang biasanya berdiam dalam
uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita. Infeksi terutama mengenai
epitel kolumner atau transisionel saluran kemih dan kelamin. Gonore
bersama IMS lain memfasilitasi transmisi dari human immunodeficiency
virus (HIV) (Benson, 2008; Gross & Tyring, 2011). Gambaran klinis pada
wanita dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
panggul bawah. Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada
komplikasi (Daili et al., 2011).
Gonorea adalah penyakit bernanah yang sagat menular. Sering kali
disebut pula uretritis spesifik (radang aliran kandung kemis khusus).
Gejala penyakit ini tergantung pada situs infeksi, jenis kelamin dan umur
korban, lamanya menderita infeksi, serta terjadinya penyebab sel-sel
bakteri penyebab. Pada laki-laki gonorea menyebabkan uretritis (infeksi
pada uretra, yaitu saluran tempat lewatnya air seni dari kandung kemih ke
luar tubuh) akut. Tanda pertama dapat berupa rasa panas mendadak pada
waktu kencing dan keluarnya cairan bernanah pada 2-8 hari setelah
tereksposi. Pada wanita biasanya terjadi infeksi pada uretra dan mulut
rahim. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu kencing dan
keluarnya cairan dari vagina, walaupun kebanyakan wanita (cukup banyak
pria) tidak memperlihatkan gejala yang kentara pada infeksi dini. Infeksi
tanpa gejala semacam itu. mungkin merupakan suatu sebab bagi
penyebaran penyakit ini. Penyakit ini terutama menyerang saluran kemih
kelamin. Namun, kontaminasi pada bayi ,waktu dilahirkan dapat
menimbulkan radang selaput mata gonokokal, yang mempengaruhi mata.
Dapat juga timbul berbagai komplikasi gonorea diantaranya adalah
endokarditis (radang pada lapisan dalam jantung) dan meningitis (radang
selaput otak).
1.1 Morfologi dan Klasifikasi Neisseria gonorrhoeae
 Kingdom : Bacteria
 Phylum : Proteobacteria
 Class : Beta Proteobacteria
 Ordo : Neisseriales
 Familia : Neisseriaceae
 Genus : Neisseria
 Spesies : Neisseria gonorrhoeae

Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman


Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), suatu diplokokus gram negatif.
Pada tahun 1879, N. gonorrhoeae ditemukan oleh Neisser dengan pulasan
sediaan hapusan dari eksudat uretra, vagina dan konjungtiva. Transmisi
penyakit gonore terjadi melalui inokulasi langsung dari sekresi mukosa
yang terinfeksi pada satu tempat ke tempat lainnya melalui kontak genital-
genital, genital-anorektal, oro-genital, atau dari ibu yang terinfeksi ke
bayinya pada proses persalinan (Sparling, 2008).

Gonokokus adalah diplokokus gram negatif, tidak bergerak dan


tidak berspora. Bentuk dari gonokokus menyerupai biji kopi dengan lebar
0,8 µ dan panjang 1,6 µ yang secara karakteristik tumbuh berpasangan dan
bagian yang berdekatan adalah datar (rata). (Sparling, 2008). Gonokokus
bersifat anaerob obligat, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati pada
keadaan kering, tidak tahan zat desinfektan, hidup optimal pada suhu
25,5ºC dan pH 7,4. Untuk pertumbuhan optimal diperlukan kadar CO2 2-
10% (Sparling , 2008).
Penentuan tipe gonokokus secara morfologi didasarkan pada dua
hal, yang pertama berdasarkan bentuk koloni yang terjadi bila gonokokus
dibiakkan pada 8 media agar jernih, dan yang kedua berdasarkan opasitas
koloni. Berdasarkan bentuk koloni gonokokus dibagi menjadi empat tipe.
Koloni berbentuk kecil, cembung dan berkilau terdiri dari dua tipe yaitu
tipe 1 dan tipe 2, koloni ini memiliki pili (piliated) dan ditandai dengan P+
. Sedangkan koloni berbentuk besar dan datar juga dibagi menjadi dua tipe
yaitu tipe 3 dan tipe 4, tidak memiliki pili (nonpiliated) dan ditandai
dengan P- . Dalam penelitian in vitro didapatkan koloni P+ bersifat virulen
sedangkan koloni P- mengalami penurunan kemampuan untuk
menimbulkan infeksi. Beberapa koloni memiliki kemampuan mengalami
konversi dari P + menjadi Patau sebaliknya beberapa koloni P dapat
mengalami konversi menjadi P+ (Sparling, 2008; Criss dkk, 2005)

Berdasarkan opasitasnya, koloni dibagi menjadi koloni yang opak


(Op) tampak lebih gelap dan bergranuler bila dibandingkan dengan koloni
yang transparan (Tr). Dasar biokimia perbedaan antara koloni Op dan Tr
adalah adanya variasi ekspresi famili protein membran luar yang disebut
protein II (P II), yang saat ini dikenal dengan istilah Opa. Koloni Op
terdiri dari sel-sel yang menunjukkan Opa sedangkan Tr mengandung sel-
sel yang tidak mengandung Opa (Sparling, 2005; Simms dan Jerse, 2006)

1.2 Patogenesis Mikroorganisme Neisseria gonorrhoeae

Kemampuan N. gonorrhoeae untuk menginvansi host dan


menentukan patogenitasnya diperankan oleh beberapa protein antigenik
yang terkandung pada membran luar bakteri. Patogenesis terjadinya
infeksi oleh N. gonorrhoeae diawali dengan perlekatan (adherence) bakteri
pada sel-sel mukosa kolumnar atau kuboid, sel epitel yang tidak
mengalami kornifikasi melalui perantaraan pili dan Opa. Selanjutnya
terjadi interaksi antara bakteri dan neutrofil, dimana sebagian besar bakteri
(gonokokus tidak mengandung pili) akan mengalami fagositosis oleh
neutrofil sehingga berada di dalam sel (Neisseria intraseluler). Sedangkan
gonokokus yang mengandung pili mampu melekat lebih baik dan
menghindar dari fagositosis. Perlekatan pada neutrofil diperankan oleh
protein Opa dan porin bekerja menghambat maturasi fagosom dan fungsi
neutrofil, menurunkan ekspresi opsonin-dependent receptor CR3, serta
mengubah myeloperoxiadase-mediated oxidative killing. Perlekatan
bakteri secara 13 selektif pada sel-sel yang mensekresikan mukus tanpa
silia akan mengalami invasi ke dalam sel, untuk mengadakan multiplikasi
dan pembelahan intraseluler.

Saat berada di dalam sel epitel, bakteri mampu bertahan dari


antibodi, komplemen atau neutrofil. Invasi diperankan oleh P1A, protein
Opa, dan LOS pendek nonsialylated. Kerusakan jaringan terjadi akibat
enzim (fosfolipase, peptidase) yang dihasilkan oleh LOS dan
peptidoglikan. (Sparling, 2008). Selama infeksi, lipopolisakarida (LOS)
dan peptidoglikan bakteri dilepaskan melalui autolisis sel.
Lipooligosakarida akan memicu produksi Tumor Necrosis Factor (TNF)
yang menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel mukosa yang progresif
dan invasi submukosa akan disertai dengan respon leukositik
polimorfonuklear yang banyak, pembentukan mikroabses, dan eksudasi
material purulen ke dalam lumen organ yang terinfeksi. Pada keadaan
infeksi yang tidak terobati, leukosit polimorfonuklear secara gradual akan
digantikan oleh sel mononuclear (Cornelissen, 2011). Selain kerusakan
jaringan secara lokal, dapat terjadi diseminasi (bakterimia dengan atau
tanpa disertai artritis septik). Diseminasi terjadi akibat kemampuan bakteri
bertahan dari antibodi dan komplemen pada serum manusia (resistensi
serum). Bakteri yang resisten terhadap serum manusia merupakan bakteri
dengan LOS panjang. Resistensi serum terjadi pula akibat blokade akses
antibodi pada LOS yang diperankan oleh Rmp dan Por (C4bp dan faktor H
yang berikatan pada loops dari Por) yang menghambat deposit dan aktivasi
komplemen (Hook dan Handsfield, 2008)

1.3 Diagnosis Laboratorium


A. Pemeriksaan hematologi:
a. Hitung leukosit menunjukkan adanya lekositosis
b. Hitung jenis leukosit menunjukkan adanya peningkatan gel-gel
tembereng.
B. Pemeriksaan bakteriologis :
a. Pemeriksaan sediaan

Sediaan gram dari sekret mukopurulen (uretra, serviks dan lainlain)


menunjukkan adanya diplokokus gram negatif yang berada dalam gel
leukosit gel tembereng. Tehnik antibodi fluoresensi dapat dipergunakan
dan merupakan cara yang khas dan peka. Pada laki-laki mulut uretra
dibersihkan dengan kain kasa yang dicelupkan lebih dahulu dalam air
garam fisiologis dan contoh sekret diambil dengan menggunakan
sengkelit platina yang biasa digunakan untuk pembiakan dan pembuatan
sediaan. Pada wanita, disamping sekret uretra, diperiksa juga usap serviks.
Pada lnfeksi kronis, mungkin tidak ada sekret uretra. Disini eksudatnya
diambil melalui masase prostat.

Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis bakteri


penyebabnya di dalam spesimen dari penglepasan atau discharge dengan
cara menumbuhkan serta mengamati gonokokus di dalam bahan-bahan
yang diperoleh dari bagian dalam uretra pada pria, dari mulut rahim dan
uretra pada wanita, dan dari situs lain manapun yang dicurigai. Pewarnaan
gram eksudat dari uretra dan endoserviks diangkat diagnostik bagi gonorea
bila teramati adanya diplokokus yang khas gram negatif di dalam leukosit.

Gonokokus dibiakkan pada medium agar coklat atau medium


Thayer dan Martin. Biakan harus diinkubasikan pada 36C C selama 48jam
dengan CO2 (5-10%). Koloni gonokokus yang khas diperkuat oleh reaksi
oksidase, perwamaan gram dan uji peragian gula. (Reaksi oksidase
dilakukan dengan dengan menggenangi koloni dengan 1% tetrametil-p- ©
2004 Digitized by USU digital library 9 fenilendiamin; koloni-koloni
Neisseria akan berubah dari putih jemih menjadi ungu.
2. Sifilis

Sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum


subspecies pallidum. Sifilis dapat menyebabkan penyakit yang serius pada
orang yang terinfeksi setelah lahir dan terutama pada orang yang terinfeksi
dalam rahim. Manifestasinya terutama pada kulit, membuatnya menarik
dan penting untuk dermatolog, terutama karena morbiditas dari sifilis
meningkat di negara maju dan di negara berkembang.

2.1 Morfologi dan Klasifikasi Treponema Pallidum


 Kingdom : Eubacteria
 Filum : Spirochaetes
 Kelas : Spirochaetes
 Ordo : Spirochaetales
 Familia : Treponemataceae
 Genus : Treponema
 Spesies : Treponema pallidum

Treponema pallidum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk


spiral yang ramping dengan lebar kira-kira 0,2 μm dan panjang 5-15 μm.
Lengkung spiralnya/gelombang secara teratur terpisah satu dengan lainnya
dengan jarak 1 μm, dan rata-rata setiap kuman terdiri dari 8-14 gelombang.
Organisme ini aktif bergerak, berotasi hingga 900 dengan cepat di sekitar
endoflagelnya bahkan setelah menempel pada sel melalui ujungnya yang
lancip. Aksis panjang spiral biasanya lurus tetapi kadang-kadang
melingkar, yang membuat organisme tersebut dapat membuat lingkaran
penuh dan kemudian akan kembali lurus ke posisi semula. Spiralnya
sangat tipis sehingga tidak dapat dilihat secara langsung kecuali
menggunakan pewarnaan immunofluoresensi atau ilummunasi lapangan
gelap dan mikroskop elektron (Ratna, 2009).
Struktur Treponema pallidum terdiri dari membran sel bagian
dalam, dinding selnya dilapisi oleh peptidoglikan yang tipis, dan membran
sel bagian luar.Flagel periplasmik (biasa disebut dengan endoflagel)
ditemukan didalam ruang periplasmik, antara dua membran (gambar 3).
Organel ini yang menyebabkan gerakan tersendiri bagi Treponema
pallidum seperti alat pembuka tutup botol (Corkscrew). Filamen flagel
memiliki sarung/ selubung dan struktur inti yang terdiri dari sedikitnya
empat polipeptida utama. Genus Treponema juga memiliki filamen
sitoplasmik, disebut juga dengan fibril sitoplasmik. Filamen bentuknya
seperti pita, lebarnya 7-7,5 nm. Partikel protein intramembran membran
bagian luar Treponema pallidum sedikit. Konsentrasi protein yang rendah
ini diduga menyebabkan Treponema pallidum dapat menghindar dari
respons imun pejamu (Muliawan, 2008).
Treponema pallidum merupakaan salah satu bakteri yang patogen
terhadap manusia (parasit obligat intraselular) dan sampai saat ini tidak
dapat dikultur secara invitro. Treponema pallidum merupakan organisme
mikroaerofilik, membutuhkan oksigen hanya dalam konsentrasi rendah
(20%). Kuman ini dapat mati jika terpapar dengan oksigen, antiseptik,
sabun, pemanasan, pengeringan sinar matahari dan penyimpanan di
refrigerator. Bakteri ini berkembang biak dengan pembelahan melintang
dan menjadi sangat invasif, patogen persisten dengan aktivitas toksigenik
yang kecil dan tidak mampu bertahan hidup diluar tubuh host mamalia.
Mekanisme biosintesis lipopolisakarida dan lipid Treponema pallidum
sedikit. Treponema pallidum tidak dapat menular melalui benda mati
seperti bangku, tempat duduk toilet, handuk, gelas, atau benda-benda lain
yang bekas digunakan/dipakai oleh pengindap, karena pengaruh suhu dan
rentang pH. Suhu yang cocok untuk organisme ini adalah 30-370C dan
rentang pH adalah 7,2-7,4 (Muliawan, 2008).
2.2 Patogenesis Mikroorganisme Treponema pallidum
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual
(membran mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka
yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui
plasenta pada stadium akhir kehamilan. Treponema pallidum masuk
dengan cepat melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet,
kemudian kedalam kelenjar getah bening, masuk aliran darah, kemudian
menyebar ke seluruh organ tubuh. Bergerak masuk keruang intersisial
jaringan dengan cara gerakan cork-screw (seperti membuka tutup botol).
Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik meskipun gejala
klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu. Darah dari pasien yang
baru terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa inkubasi bersifat
infeksius.
Waktu berkembangbiak Treponema pallidum selama masa aktif
penyakit secara invivo 30-33 jam. Lesi primer muncul di tempat kuman
pertama kali masuk, biasa-nya bertahan selama 4-6 minggu dan kemudian
sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan
multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri
atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat
sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat
masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum
berada diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini
mengakibatkan hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi
lumen kapiler (endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini
mengakibatkan aliran darah pada daerah papula tersebut berkurang
sehingga terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini disebut chancre (Sudarto,
1998). Informasi mengenai patogenesis sifilis lebih banyak didapatkan
dari percobaan hewan karena keterbatasan informasi yang dapat diambil
dari penelitian pada manusia.
2.3 Pemeriksaan Laboratorium
Menurut (Rabbe,2002) Treponema pallidum sukar diwarnai, untuk
melihat morfologi bakteri ini, dapat digunakan pewarnaan khusus seperti
b. Pewarnaan Fontana Tribondeau yang menggunakan perak nitrat,
sebab bakteri ini dapat mereduksir perak nitrat.
c. Pewarnaan Levaditi (silver impregnation) Digunakan unutk
mewarnai bakteri yang berada di dalam jaringan.
d. Pewarnaan Negatif Menggunakan tinta cina (indian ink)
e. Pewarnaan Giemsa

Dengan larutan giemsa. Dengan mikroskop lapang pandang gelap


(dark field microscope), dapat dilihat morfologi Treponema pallidum
dalam keadaan hidup, disamping dapat dilihat pergerakannya. Bakteri ini
juga dapat dilihat atau diidentifikasi dengan menggunakan teknik
imuunofluoressens. Treponema pallidum tidak membentuk spora, dan
pada spesies yang patogen didapatkan adanya struktur seperti kapsul yang
tidak didapatkan pada spesies yang non patogen.

Biakan Menurut (Hartono, 2008) Treponema pallidum


memperbanyak diri dengan cara membelah diri secara transversal di dalam
tubuh hospes maupun pada hewan coba. Treponema pallidum yang
patogen tidak dapat dibiakkan pada media buatan atau pada perbenihan
jaringan ataupun embryonated egg walaupun diinkubasikan pada suasana
anaerob. Treponema pallidum yang patogen hanya dapat dibiakkan pada
testis kelinci dengan waktu pembelahan (generation time) sekitar 30 jam.

Anda mungkin juga menyukai