KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT GONORE
\
DI BIMBING OLEH:
DI SUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan mampu menjadi pengetahuan bagi pembacanya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
senantiasa memberkati segala usaha kita.
Penul
is
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Gonore
2. Untuk mengetahui Etiologi dari gonore
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Gonore
4. Untuk mengetahui Proses Patofisiologi pada Gonore
5. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada klien Gonore
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian Gonore
2.2 Etiologi
1. Kuman : Neisseria gonorrhoea
2. Perantara : manusia
3. tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
4. cara penularan : kontak seksua langsung
5. tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
6. yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman
2.4 Patofisiologi
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui
jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum,
komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil.
Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke
dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan
pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi
ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens,
vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini,
endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Kontak seksual (anus, orogenital, genital)
Neisseria Gonorhoe
Gonorhoe Kurangnya
pengetahuan
Tanpa pelindung
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2. Keluhan Utama
Biasanya nyeri saat kencing
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah
mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan
dirasakan.
4. Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya,
(sinovitis, atritis)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
6. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea.
Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada
tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia
akan sulit makan.
c. Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi, warna dan bau
urin
d. Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak begitu
terganggu.
e. Pola istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa terganggu dengan
nyeri yang dirasakannya.
f. Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata
pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva pasien.
g. Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang dideritanya.
Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini.
Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi
perubahan pada diri pasien. Biasanya klien merasa cemas dan takut terhadap
penyakitnya.
h. Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apakah stres
yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan dan lain-lain.
Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah
tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah
ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang.
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
i. Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah hubungan klien
dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu bergaul dengan
masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan
klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa kesepian dan takut
tidak diterima dalam lingkungannya
j. Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien. Berapa jumlah
anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya.
k. Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien,
apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam
kehidupan.
1. Diagnosa dan Intervensi
A GNOSA NANDA ITERIA HASIL NOC TERVENSI KEPERAWATAN
(NIC)
1. Nyeri b.d Kontrol Nyeri • Manajemen nyeri
reaksi Infeksi enisi: Seseorang dapat fenisi: Pengurangan rasa nyeri
mengontrol nyeri serta penungkatan kenyamanan
ikator: yang bisa diterima oleh pasien.
- Mengenali factor ivitas:
kausal - Lakukan penilaian nyeri
- Mengenali gejala sakit secara komprehensif dimulai
- Pengendalian Nyeri dari lokasi, karakteristik,
- Menggunakan buku durasi, frekwensi, kualitas,
harian rasa sakit intensitas dan penyebab
• Level Nyeri - Pastikan pasien mendapat
ikator: perawatan dengan analgestik
- Melaporkan Nyeri - Gunakan komunikasi
- Persen tubuh yang terapeutik agar pasien dapat
terkena menyatakan pengalaman nyeri
- Frekwensi nyeri nya serta dukungan dalam
- Kehilangan nafsu merespon nyeri
makan - Tentukan dampak nyeri
- Perubahan Pola terhadap kehidupan sehari-
pernapasan hari (tidur, nafsu makan,
- Perubahan pompa aktifitas, kesadaran, mood,
jantung hubungan social, performance
kerja dan melakukan tanggung
jawab sehari-hari
- Membantu pasien dan
keluarga untuk memberi
dukungan
- Gunakan langkah-langkah
pengendalian nyeri sebelum
nyerio menjadi parah
- Pastikan bahwa pasien
mendapat perawatan
analgestik yang tepat
• PCA yang dikendalikan
enisi: Fasilitas pengawasan
administrasi analgestik dan
regulasi pasien
ivitas:
- Kolaborasi dengan dokter,
pasien, anggota keluarga,
dalam pemilihan jenis
narkotika untuk digunakan
- Hindari penggunaan Demerol
- Pastikan bahwa pasien tidak
alergi terhadap analgestik
yang sudah diatur
- Ajar pasien dan keluarga
untuk memantau intensitas
nyeri, kualitas, dan durasi
- Ajari pasien dan keluarga
untuk memantau rata-rata
respirasi dan tekanan darah
- Ajari pasien dan keluarga efek
samping dari pengurangan
nyeri
- Dokumentasikan nyeri pasien,
jumlah dan frekwensi dari
dosis obat dan respon terhadap
pengobatan nyeri
2. Inkontinensia Pembatasan urin Pengaturan eliminasi urin
urin bd proses finisi: kontrol eliminasi tivitas:
inflamasi urine
ikator: Monitor eliminasi urin,
Mengenali tanda termasuk frequensi,
untuk eliminasi konsistensi, bau, volume,
Meramalkan pola dan warna jika diperlukan
jalan urin Monitor tanda dan symptom
Pengosongan retensi urin
kandung kemih Catat waktu terakhir BAK
dengan komplet Instruksikan pasien/
Mampu untuk keluarga untuk mencatat
mulai dan berhenti pengeluaran urin
buang air kecil Batasi cairan jika diperlukan
Eliminasi urin Bantu pasien untuk ke toilet
ikator: dengan teratur
Pola eliminasi Catat waktu pengosongan
dalam batas yang setelah prosedur
diharapkan Perawatan retensi urin
Jumlah urine Aktivitas:
Urin bebas dari Sediakan privasi untuk
partikel eliminasi
Urin keluar tanpa Gunakan kekuatan sugesti
sakit untuk mengeluarkan air
Urin keluar tanpa Stimulasi reflek kandung
ragu kemih dengan
mendinginkan perut.
Sediakan cukup waktu
untuk pengosongan
kandung kemih
Masukan kateter jika
diperlukan
Instruksikan pasien untuk
mencatat output urin
Monitor intake dan output
Monitor tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
Bantu pasien untuk ke toilet
dengan teratur
Bachmann L.H. et al. 2015. Advances in the Understanding and Treatment of Male
Urethritis. Clinical Infectious Diseases [internet]. [cited 2017 Sept 27]; Volume 61 (8):
https://academic.oup.com/cid/articlelookup/doi/10.1093/cid/civ755
DOI org/10.1093/cid/civ755
Daili, S.F. 2014. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta : Badan penerbit
FKUI, p.65-76
Bignell C. & Unemo M. European guideline on the diagnosis and treatment of
gonorrhoea in adults. Int J STD AIDS [internet]. [cited 2017 Oct 1]; 24 (85): Page.85-
92. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 4400344 DOI
Dwi Harningtyas,Citra.2017. Pemberian Terapi Oral Untuk Pasien Uretritis Gonore
Dengan Komplikasi Lokal Pada Pria: Laporan Kasus. Vol. 3 No. 3 Journal of
Agromedicine and Medical Sciences. Malang:Unerversitas Brawijaya
Nurul Fitriany,Nasifa DKK.2019. Pengetahuan tentang Dampak Infeksi Gonore pada
Pasien Pria dengan Gonor. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) Vol. 1 No. 1.
Bandung: Unerversitas Islam Online http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/jiks