Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT GONORE

\
DI BIMBING OLEH:

Retty Nirmala S, S.Kep., Ns., M.Kep

DI SUSUN OLEH:

1. Matilda Ladus Amal (2018.01.019)


2. Meri Kartika Sari (2018.01.020)
3. Siti Nur Aini (2018.01.025)
4. Sri Indrayani (2018.01.026)
5. Adamsyah (01.032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM


BOOTH SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Gonore..


Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Asuhan
Keperawatan Pada Penyakit Gonore. Dalam membuat makalah ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Retty Nirmala, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan mampu menjadi pengetahuan bagi pembacanya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
senantiasa memberkati segala usaha kita.

Surabaya, 7 Februari 2020

Penul
is
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2015), gonore adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang
dapat menginfeksi baik pria dan wanita yang mengakibatkan infeksi pada alat
kelamin, rectum.
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria
gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram negatif dan
manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus, infeksi
gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual. bakteri Gram negatif
berbentuk coccus, aerob. Faktor risiko kejadian gonore, yaitu pasangan lebih dari
satu, usia muda, status belum menikah, penjaja seks komersial (PSK),
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA), tingkat
sosioekonomi serta pendidikan rendah, tidak konsisten penggunaan kondom, dan
infeksi IMS sebelumnya. Menurut World Health Organization (WHO) terdapat
kasus baru gonore pada kelompok usia 15– 49 tahun, yaitu sebanyak 78 juta kasus,9
sedangkan di Asia Tenggara angka prevalensi gonore sebanyak 9,3 juta orang.
Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun,
beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah
menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-
orang melalui transportasi udara.
1.2 rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian dari Gonore ?
2. Bagaimana Etiologi dari gonore ?
3. Bagaimana manifestasi klinis pada Gonore ?
4. Bagaimana Proses Patofisiologi pada Gonore ?
5. Bagaiamana pemberian asuhan keperawatan pada klien Gonore ?

1.3 tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Gonore
2. Untuk mengetahui Etiologi dari gonore
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Gonore
4. Untuk mengetahui Proses Patofisiologi pada Gonore
5. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada klien Gonore
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian Gonore

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)


adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian
putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi.

2.2 Etiologi
1. Kuman : Neisseria gonorrhoea
2. Perantara : manusia
3. tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
4. cara penularan : kontak seksua langsung
5. tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
6. yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman

Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada


tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu : N. gonorrhoeae dan N.
meningitidis yang bersifat patogen ,serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca
yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes
fermentasi .
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki
spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri
gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi
transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya
memerlukan 2-10%
CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk
tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin.
Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh
optimal pada suhu 35-37o dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type
3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen
dan terdapat pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan
bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi radang.Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada
wanita sebelum pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur
gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang
dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan
penisilin dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis.
Faktor dalam penelitiannya menjelaskan beberapa faktor resiko penularan infeksi
gonore antara lain:
1) Usia muda (18-39 tahun)
2) Berganti-ganti pasangan seksual
3) Homoseksual
4) Status sosial ekonomi yang rendah
5) Mobilitas penduduk yang tinggi
6) Tidak menggunakan kondom
7) Seks anal
8) Memiliki riwayat penyakit menular seksual

2.3 Manifestasi Klinis


infeksi pertama yang paling sering dijumpai pada pria adalah uretritis anterior
akuta dan dapat meluas ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal,
asendend dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal dan panas di bagian
distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum kemudian disusul disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen pada orifisium uretra eksternum yang
kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi (Daili &
Nilasari, 2016). Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum hiperemis,
edema dan ektropion. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah
bening inguinal media unilateral atau bilateral (Daili & Nilasari, 2016). Pada
kebanyakan kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu
sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut, namun tidak cukup untuk
mencegah terjadinya penularan (WHO, 2014).
Gejala yang terjadi pada wanita dengan gonore sering mengenai serviks
sehingga terjadi servisitis dengan gejala keputihan. Pada pemeriksaan, serviks yang
terinfeksi tampak rapuh dan mengalami edema dengan keluarnya cairan
mukopurulen pada ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala
menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko mengalami komplikasi

2.4 Patofisiologi
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui
jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum,
komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil.
Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke
dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan
pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi
ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens,
vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini,
endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Kontak seksual (anus, orogenital, genital)

Neisseria Gonorhoe

Mukosa Rektum Faring Urethra,


endoserviks
(saluran anus) Konjungtiva
(neonates)
Inflamasi
infeksi meivas
Laki-laki(Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
Perempuan (Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopii,
ovarium)

Gonorhoe Kurangnya
pengetahuan

Disuria Ansietas berhubungan


seksual

Tanpa pelindung

Gangguan Eliminasi Resiko


Penularan
BAB III
ASKEP
3.1 Pengkajian
1. Identitas

Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2. Keluhan Utama
Biasanya nyeri saat kencing
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah
mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan
dirasakan.
4. Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya,
(sinovitis, atritis)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
6. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea.
Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada
tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia
akan sulit makan.
c. Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi, warna dan bau
urin
d. Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak begitu
terganggu.
e. Pola istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa terganggu dengan
nyeri yang dirasakannya.
f. Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata
pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva pasien.
g. Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang dideritanya.
Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini.
Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi
perubahan pada diri pasien. Biasanya klien merasa cemas dan takut terhadap
penyakitnya.
h. Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apakah stres
yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan dan lain-lain.
Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah
tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah
ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang.
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
i. Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah hubungan klien
dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu bergaul dengan
masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan
klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa kesepian dan takut
tidak diterima dalam lingkungannya
j. Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien. Berapa jumlah
anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya.
k. Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien,
apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam
kehidupan.
1. Diagnosa dan Intervensi
A GNOSA NANDA ITERIA HASIL NOC TERVENSI KEPERAWATAN
(NIC)
1. Nyeri b.d  Kontrol Nyeri • Manajemen nyeri
reaksi Infeksi enisi: Seseorang dapat fenisi: Pengurangan rasa nyeri
mengontrol nyeri serta penungkatan kenyamanan
ikator: yang bisa diterima oleh pasien.
- Mengenali factor ivitas:
kausal - Lakukan penilaian nyeri
- Mengenali gejala sakit secara komprehensif dimulai
- Pengendalian Nyeri dari lokasi, karakteristik,
- Menggunakan buku durasi, frekwensi, kualitas,
harian rasa sakit intensitas dan penyebab
• Level Nyeri - Pastikan pasien mendapat
ikator: perawatan dengan analgestik
- Melaporkan Nyeri - Gunakan komunikasi
- Persen tubuh yang terapeutik agar pasien dapat
terkena menyatakan pengalaman nyeri
- Frekwensi nyeri nya serta dukungan dalam
- Kehilangan nafsu merespon nyeri
makan - Tentukan dampak nyeri
- Perubahan Pola terhadap kehidupan sehari-
pernapasan hari (tidur, nafsu makan,
- Perubahan pompa aktifitas, kesadaran, mood,
jantung hubungan social, performance
kerja dan melakukan tanggung
jawab sehari-hari
- Membantu pasien dan
keluarga untuk memberi
dukungan
- Gunakan langkah-langkah
pengendalian nyeri sebelum
nyerio menjadi parah
- Pastikan bahwa pasien
mendapat perawatan
analgestik yang tepat
• PCA yang dikendalikan
enisi: Fasilitas pengawasan
administrasi analgestik dan
regulasi pasien
ivitas:
- Kolaborasi dengan dokter,
pasien, anggota keluarga,
dalam pemilihan jenis
narkotika untuk digunakan
- Hindari penggunaan Demerol
- Pastikan bahwa pasien tidak
alergi terhadap analgestik
yang sudah diatur
- Ajar pasien dan keluarga
untuk memantau intensitas
nyeri, kualitas, dan durasi
- Ajari pasien dan keluarga
untuk memantau rata-rata
respirasi dan tekanan darah
- Ajari pasien dan keluarga efek
samping dari pengurangan
nyeri
- Dokumentasikan nyeri pasien,
jumlah dan frekwensi dari
dosis obat dan respon terhadap
pengobatan nyeri
2. Inkontinensia  Pembatasan urin  Pengaturan eliminasi urin
urin bd proses finisi: kontrol eliminasi tivitas:
inflamasi urine
ikator:  Monitor eliminasi urin,
 Mengenali tanda termasuk frequensi,
untuk eliminasi konsistensi, bau, volume,
 Meramalkan pola dan warna jika diperlukan
jalan urin  Monitor tanda dan symptom
 Pengosongan retensi urin
kandung kemih  Catat waktu terakhir BAK
dengan komplet  Instruksikan pasien/
 Mampu untuk keluarga untuk mencatat
mulai dan berhenti pengeluaran urin
buang air kecil  Batasi cairan jika diperlukan
 Eliminasi urin  Bantu pasien untuk ke toilet
ikator: dengan teratur
 Pola eliminasi  Catat waktu pengosongan
dalam batas yang setelah prosedur
diharapkan  Perawatan retensi urin
 Jumlah urine Aktivitas:
 Urin bebas dari  Sediakan privasi untuk
partikel eliminasi
 Urin keluar tanpa  Gunakan kekuatan sugesti
sakit untuk mengeluarkan air
 Urin keluar tanpa  Stimulasi reflek kandung
ragu kemih dengan
mendinginkan perut.
 Sediakan cukup waktu
untuk pengosongan
kandung kemih
 Masukan kateter jika
diperlukan
 Instruksikan pasien untuk
mencatat output urin
 Monitor intake dan output
 Monitor tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
 Bantu pasien untuk ke toilet
dengan teratur

3. Cemas  Control cemas urunan kecemasan


inisi: perasaan icator : tivitas :
ketidaknyamanan - monitor intensitas  tenangkan klien
atau ketakutan kecemasann  jelaskan prosedur tindakan
disertai oleh respon - menyingkiran tanda kepada klien dan perasaan yg
otonom (sumber kecemasan mungkin muncul pada saat
seringkali spesifik - menggunakan melakukan tindakan
atau tidak diketahui teknik relaksasi  berusaha memahami keadaan
individu), sebuah untuk mehilangkan klien
perasaan ketakutan kecemasan  kaji tingkat kecemasan dan
yang disebabkan - melaporkan tidak reaksi fisik
oleh antisipasi adanya gangguan  sediakan aktivitas untuk
bahaya. Ini adalah persepsi sensori menurunkan ketegangan
sinyal peringatan  Koping  bantu pasien untuk
yang ikator : mengidentifikasi situasi yg
memperingatkan - melibatkan anggota menciptakan cemas.
bahaya yang akan keluarga dalam  Instruksikan pasien untuk
datang dari yang pembuatan menggunakan teknik
memungkinkan keputusan relaksasi
individu untuk - menunjukkan  Peningkatan koping:
mengambil strategi penurunan tivitas :
tindakan untuk stress  Hargai pemahaman pasien
mengatasi - menggunakan tentang proses penyakit
ancaman dukungan sosial  Gunakan pendekatan yang
asan karakteristik: tenang dan memberikan
ilaku : jaminan
 Gelisah  Sediakan informasi actual
 Resah tentang diagnose,
 Produktivitas penanganan, dan prognosis
berkurang  Sediakan pilihan yang
 Scanning dan realistis tentang aspek
kewaspadaan perawatan saat ini
 Berhubungan  Tentukan kemampuan klien
dengan untuk mengambil keputusan
keturunan/hered  Instruksikan pasien untuk
itas menggunakan teknik
relaksasi
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
gaya hidup/perubahan peran

2. Diagnosa dan Intervensi


a. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan reaksi
infalamasi Tujuan Perawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1) Mengenali faktor penyebab
2) Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
3) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
4) Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (misalnya : relaksasi,
guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas – dingin, massage,
TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
g. Berikan analgesik sesuai anjuran
h. Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

b. Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan Kepertawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1) Suhu dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
IntervensiKeperawatan :
a. Monitor vital sign
b. Monitor suhu minimal 2 jam
c. Monitor warna kulit
d. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e. Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
f. Kompres klien pada lipat paha dan aksila
g. Berikan antipiretik bila perlu

c. Diagnosa Keperawatan : inkontinensia urin berhubungan dengan proses


inflamasi
Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1) Urin akan menjadi kontinens
2) Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam
rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi Keperawatan :
a. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan
warna dengan tepat.
b. Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
d. Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
e. Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

d. Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan


informasi yang tidak adekuat tentang program pengobatan
Tujuan Keperawatan :
Klien memiliki tingkat pemahaman tentang program pengobatan penyakit
gonorrhoe
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji pemahaman klien tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
b. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien tentang program pengobatan
penyakit gonorrhoe.
c. Tentukan kemampuan klien untuk menerima informasi kesehatan yang akan
diberikan
d. Berikan pengajaran sesuai kebutuhan tentang program pengobatan penyakit
gonorrhoe.
e. Lakukan evaluasi terhadap progran pengajaran yang telah diberikan

e. Diagnosa Keperawatan : Risiko penularan berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan keperawatan :
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi Keperawatan :
1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
a) Bahaya penyakit menular
b) Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
c) Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
d) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat menghindarinya.

f. Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit


Tujuan keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan
1) Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai
kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:
2) Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
3) Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
4) Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.
Intervensi Keperawatan :
a. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b. Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari
kehidupan
c. Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan,
penampilan, pekerjaan)
d. Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e. Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)


adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian
putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian
tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi.

Gejala klinik Irianto (2014) menjelaskan bahwa gejala infeksi gonore


mungkinmuncul 1 sampai 14 hari setelah terpapar, meskipun ada kemungkinan
untuk terinfeksi gonore tetapi tidak memiliki gejala. Pada wanita, muncul cairan
vagina yang banyak dengan warna kuning atau kehijauan dengan bau yang
menyengat. Pada pria, muncul cairan putih atau kuning (nanah) keluar dari penis.
Pada umumnya penderita juga akan mengalami sensasi terbakar atau nyeri saat
buang air kecil dan cairan yang keluar dari penis.
DAFTAR PUSTAKA

Bachmann L.H. et al. 2015. Advances in the Understanding and Treatment of Male
Urethritis. Clinical Infectious Diseases [internet]. [cited 2017 Sept 27]; Volume 61 (8):
https://academic.oup.com/cid/articlelookup/doi/10.1093/cid/civ755
DOI org/10.1093/cid/civ755
Daili, S.F. 2014. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta : Badan penerbit
FKUI, p.65-76
Bignell C. & Unemo M. European guideline on the diagnosis and treatment of
gonorrhoea in adults. Int J STD AIDS [internet]. [cited 2017 Oct 1]; 24 (85): Page.85-
92. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 4400344 DOI
Dwi Harningtyas,Citra.2017. Pemberian Terapi Oral Untuk Pasien Uretritis Gonore
Dengan Komplikasi Lokal Pada Pria: Laporan Kasus. Vol. 3 No. 3 Journal of
Agromedicine and Medical Sciences. Malang:Unerversitas Brawijaya
Nurul Fitriany,Nasifa DKK.2019. Pengetahuan tentang Dampak Infeksi Gonore pada
Pasien Pria dengan Gonor. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) Vol. 1 No. 1.
Bandung: Unerversitas Islam Online http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/jiks

Anda mungkin juga menyukai