“INFEKSI MATERNAL”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas II
Di Susun Oleh :
Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam
yang telah menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
"Infeksi Maternal" ini disusun dalam rangka memenuhi tugas semester pendek mata
kuliah Keperawatan Maternitas II.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
Meski demikian, penulis meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi dalil, sumber hukum, tata bahasa, dan bahkan
tanda baca sehingga sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai
bahan evaluasi penulis.
Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan
menarik bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup,
seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi-kondisi lain, seperti infeksi yang
didapat secara kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan dianggap sebagaia kondisi immunosupresi. Perubahan respon
imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan infeksi.
Selain itu, perubahan traktus pada genetalia juga dapat mempengaruhi
kerentanan terhadap suatu infeksi.
Infeksi maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang
menginvasi baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit
bisa timbul karena infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam macam
penyakit yang ditimbulkan karena infeksi antar lain :
1. Penyakit Menular Seksual (PMS)
2. Infeksi TORCH
3. Human Papiloma Virus
4. Infeksi Traktus Genetalia
5. Infeksi Pasca Partum
B. Tujuan
Untuk mengetahui jenis jenis infeksi maternal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GONORE
1. Pengertian
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau
gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga
timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
2. Etiologi
a. Kuman : Neisseria gonorrhoea
b. Perantara : manusia
c. Tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
d. Cara penularan : kontak seksua langsung
e. Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
f. Yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman
Intervensi Keperawatan :
a Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi,
bau, volume, dan warna dengan tepat.
b Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
inferksi saluran kemih.
d Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per
hari.
e Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.
d. Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
tentang program pengobatan
Tujuan Keperawatan :
Klien memiliki tingkat pemahaman tentang program
pengobatan penyakit gonorrhoe
Intervensi Keperawatan :
a Kaji pemahaman klien tentang program pengobatan
penyakit gonorrhoe
b Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien tentang
program pengobatan penyakit gonorrhoe.
c Tentukan kemampuan klien untuk menerima informasi
kesehatan yang akan diberikan
d Berikan pengajaran sesuai kebutuhan tentang program
pengobatan penyakit gonorrhoe.
e Lakukan evaluasi terhadap progran pengajaran yang
telah diberikan
B. SIFILIS
1. Pengertian
penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari
(Anonim, 2014).
Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular
dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan
dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini
berasal dari penduduk indian yang dibawa oleh anak buah Christopher
tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia. Pada abad
klinisnyapun
2. Etiologi
panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24 lekukan.
3. Klasifikasi
penularan ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris,
anoreksia, nyeri pada tulang ,leher, timbul macula, papula, pustul dan
d. Sifilis Kongenital :
f. neurosifilis:
reaktif.
perasaan nyeri.
4. Patofisiologi
normal atau suatu lesi kulit dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati,
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
ml/hr, atau eritomisin 4x500 mg/hr, atau doksisiklin 2x100 mg/hr. Lama
Doksisiklin memiliki tingkat absorpsi lebih baik dari tertrasiklin yaitu 90-
diberikan 1x seminggu
2. sifilis laten
(600.000 sehari).
3. sifilis III
(600.000 unit)
diberikan:
5. untuk pasien sifilis laten lanjut (>1 thn) yang elergi terhadap
b. Penatalaksanaan keperawatan
sebagai berikut:
7. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Pasien
semua usia antara anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus
keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus
keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil
keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis
maupun tidak).
menular seksual.
beresiko tinggi.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
inter stisial).
3) Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung
dan palatum.
kencing keluat nanah. Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada saat
kencing.
f. Tanda: vomiting
3. Pola eliminasi
gangguan?
BAB?
kuduk, malaise.
d. Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah
kadang-kadang naik)
a. Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam
sehari?
masyarakat
1) Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi
mengantong
tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau
stres?
penyakitnya?
B. Diagnosis Keperawatan
C. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda- 1. Tanda-tanda
keperawatan selama …x… jam, tanda vital; (TD, vital dapat
diharapkan nyeri N, RR) menunjukkan
berkurang/hilang,dengan 2. Kaji keluhan, tingkat
kriteria hasil : lokasi, intensitas, perkembangan
Pasien tidak mengeluh frekuensi dan pasien
nyeri waktu terjadinya 2. mengindikasikan
Skala nyeri 0-1 (0-4) nyeri (PQRST) kebutuhan untuk
Pasien tidak gelisah intervensi dan
3. Lakukan dan tanda-tanda
awasi latihan perkembangan atau
rentang gerak aktif resolusi komplikasi
dan pasif 3. Mengalihkan
4. Dorong perhatian terhadap
ekspresi, perasaan nyeri
tentang nyeri
5. Ajarkan teknik 4. Pernyataan
relaksasi, distraksi, memungkingkan
massage pengungkapan
6. Jelaskan dan emosi dan dapat
bantu pasien meningkatkan
dengan tindakan mekanisme koping
pereda nyeri 5. Memfokuskan
nonfarmakologi kembali perhatian
dan noninvasive rasa control yang
dapat menurunkan
ketergantungan
farmakologis
6. Pendekatan
dengan
menggunakan
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurai nyeri.
C. HERPES
1. Pengertian
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling
terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat
genitalia).
oleh herpes simplex virus (HSV) yang ditularkan melalui kontak intim
dengan lapisan-lapisan yang ditutupi lendir dari mulut atau vagina atau
akar syaraf dekat sumsum tulang belakang (spinal cord) dan berdiam
2. Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis
HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr
sama.
utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah
lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi
beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks. ( Sutardi, 2012 )
3. Patofisiologi
cara transmisi virus sedikit berbeda antara Herpes simplex virus (HSV)
tipe 1 dan tipe 2. Infeksi virus HSV tipe 1 terutama ditularkan melalui
hubungan seksual.
terhalang.
seperti :
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan
1) Asiklovir
BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14
hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi
3) Famsiklovir
( Saenang, 2004 )
6.Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata :
pasangan seks.
2) Keluhan Utama :
Nyeri atau gatal di area alat kelamin atau bokong, nyeri saat buang
air kecil
3) Riwayat Penyakit
vesikulasi hebat.
seperti ini.
4) Kebutuhan Psikososial
bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami
gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal
diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau identitas diri.
tubuh.
5) Kebiasaan Sehari-hari
berganti-ganti pasangan.
6) Pemeriksaan fisik
di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
c) Genetalis :
vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran /
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
c. Analisa Data
Ds : Nyeri atau gatal di area alat kelamin atau bokong, dan nyeri saat
d. Rencana Keperawatan
kriteria hasil:
d) Melaporkan gejala
Intervensi
kegaduhan.
pada kulit
Kriteria hasil :
perawatan alami
Intervensi
f) oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin
bentuk paling berat dalam rangkaian penyakit yang disebabkan oleh infeksi
tubuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor luar mulai dari kelainan ringan
2. Etiologi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan penyakit
ini membawa materi genetic merea dalam bentuk asam ribonukleat (RNA)
dan bukan asam deoksiribonukleat (DNA). Infeksi HIV terjadi ketika virus
memasuki sel CD4 (T) Pejamu dan menyebabkan sel ini mereplikasi RNA
virus dan protein virus, yang pada akhirnya menyerang sel CD4 lain.
apabila: (1) terdeteksi dini, (2) terkendali (ibu melakukan perilaku hidup
sehat, ibu mendapat ARV profilaksis teratur, ANC teratur, dan petugas
(3) pemilihan rute persalinan yang aman (seksio sesarea), (4) pemberian
PASI (susu formula) yang memenuhi syarat, (5) pemantauan ketat tumbuh-
kembang bayi dan balita dari ibu HIV positif, dan (6) dukungan tulus dan
3. Patofisiologi
Perjalanan klinis pasien dari tahap infeksi HIV sampai tahap AIDS,
HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50%
menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV
kepada sel-sel efektor sistem imun. Tanda dan gejala tersebut biasanya
terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah
beberapa hari. Selain infeksi primer jumlah limfosit CD4⁺ dalam darah
menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4⁺ pada nodus
10 tahun.
4. Pathway
5. Penatalaksanaan
Selama kontak awal pada wanita yang terinfeksi HIV, tanyakan apa
ditangani oleh dokter atau pada fasilitas pelayanan yang ahli dalam
6. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Kesehatan
3) Keluhan Utama
4) Data Psikologi
a. Breating
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka
b. Blood
untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
c. Brain
d. Bowel
e. Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan
warna urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada
f. Bone
apabila ada
6) Analisa Data
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko infeksi
1. Pengertian
dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain
Iskandar, 1998),
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan(Bobak,2004).
2. Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan
sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali ditemukan didalam vagina
(endogenus) atau akibat pemaparan pada agen pathogen dari luar vagina
diidentifikasi ada disaluran genital bawah (vulva, vagina dan sevik) setiap saat
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
3. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada
infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu
terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit
dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi
akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh
trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang
rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi
dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan
sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses
atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah
lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada
endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,
lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang
terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit
demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang
keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada
endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan
pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau
sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang
jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu
pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008).
persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat
suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan
lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan
nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi
cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang
Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-
segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan
biakkan untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang
tepat.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum.
Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang
lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita
infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore.
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang
ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri
unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab
Parametritis yaitu :
- Lymphogen
2. Syok bakteremia
mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat
imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang
serius. Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun
menjadi subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat
dan denyut nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa
mencegah kolaps vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal
dipantau dengan ketat. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat
3. Peritonitis
Pritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-
mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK
coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore dan klamidia, juga memiliki
hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30% pada wanita
hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih
disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh
dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic
yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat
kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran
mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan
lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya
cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita
meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut
nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan
memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah
diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari
a. Pencegahaan
1. Masa persalinan
cuci lama
menjaga sterilitas
6. Dll
2. Masa Kehamilan
yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada
indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya
1. Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada
3. Selama nifas, rawat higiene perlukan jalan lahir. Jangan merawat pasien
c. Pencegahaan umum
nifas.
2. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
dengan segera.
6. Lakukan tindakan dan peraqwatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari
ibu yasng mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan berikan hidrasi
oral/IV secukupnya.
perlu. Hati-hati bila abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga perineum.
7. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
nasokomial.
infeksi nasokomial.
Tujuan 1: Mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir
c. Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data
post partum.
d. Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari
puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat
e. Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien
kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama
sehari.
f. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
tangan pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur
secara teratur
cairan.
i. Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C
efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
k. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara
Intervensi:
gonovine.
d. Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan
elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien
yang muntah
Intervensi :
faktor pencetus
b. Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot,
gelisah.
f. Kolaborasi :
perdarahan
Pemberian Antibiotika
kematian
Intervensi :
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak
diketahui
yang tepat.
F. HUMAN PAPILOMAVIRUS
1. Pengertian
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim.
Jenis yang berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang
tidak normal dalam atau disekitar leher rahim atau dubur yang dapat
menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada umumnya
tumbuh dipermukaaan kulit yang lembab dan didaerah sekitar alat kelamin,
sehingga disebut kutil kulit atau kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat
kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks, sedangkan penularan
kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan seks
(penularan dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang secara
bersama). Penyebab HPV adalah virus human papillomavirus tipe 6, 11,
16, dan 18, yang menyebabkan kutil kelamin dan kanker serviks.
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel
pada puncak vagina. Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita
yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker
serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30
tahun. Sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah
perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan
pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar
junction. Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai
45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
a. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a) Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah
bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
denga tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di
kemudian hari.
b) Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c) Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher
rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d) Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.
e) Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,
itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh.
b. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita
kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks
tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-
bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati.
c. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker
yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel
kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak.
Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.
Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali
sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-
obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel
kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal
yang membelah dengan cepat
d. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipakai. Perawat perlu
mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri
dan citra tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
mempunyai anak.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya
untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah
tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di
hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak
terlalu mempengaruhiharga diri dan cintra tubuhnya, wanita tetap memerlukan
penguatan atas peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita
yang mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu
aktivitas rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai
pemecahan masalah.
6. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
1) Anamnesis
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
2) Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air
dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan
yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina,
nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak
nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan
riwayat penyakit HIV/AIDS.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
b. Head to toe
- Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
- Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
- Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
- Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan
- Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
- Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan
pervaginam.
- Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium lanjut
mengalami udema dan nyeri.
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.
5) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan hematologi
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin
wanita (12-16 gr/dl).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
3) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
5) Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan
1. Nyeri akut NOC Pain Management
berhubungan - Pain Level, - Lakukan pengkajian
dengan agen - Pain control nyeri secara
cedera biologis - Comfort level komprehensif
(penekanan sel Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
syaraf) - Mampu mengontrol karakteristik, durasi
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas
nyeri, mampu dan faktor presipitasi
menggunakan tehnik - Observasi reaksi
nonfarmakologi nonverbal dan
untuk mengurangi ketidaknyamanan
nyeri, mencari - Gunakan teknik
bantuan) komunikasi
- Melaporkan bahwa terapeutik untuk
nyeri berkurang mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri pasien
- Mampu mengenali - Kontrol lingkungan
nyeri (skala, yang dapat
intensitas, frekuensi mempengaruhi nyeri
dan tanda nyeri) seperti suhu
- Menyatakan rasa ruangan,
nyaman setelah nyeri pencahayaan dan
berkurang kebisingan
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
- Berikan anaIgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
2. Ketidakseimba NOC Nutrition Management
ngan nutrisi - Nutritional Status : - Kaji adanya alergi
kurang dari - Nutritional Status : makanan
kebutuhan food and Fluid Intake - Kolaborasi dengan
tubuh - Nutritional Status: ahli gizi untuk
berhubungan nutrient Intake menentukan jumlah
dengan kurang - Weight control kalori dan nutrisi
asupan Kriteria Hasil : yang dibutuhkan
makanan - Adanya peningkatan pasien.
berat badan sesuai - Anjurkan pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan
- Berat badan ideal intake Fe
sesuai dengan tinggi - Anjurkan pasien
badan untuk meningkatkan
- Mampu protein dan vitamin
mengidentifikasi C
kebutuhan nutrisi - Berikan substansi
- Tidak ada tanda- gula
tanda malnutrisi - Yakinkan diet yang
- Menunjukkan dimakan
peningkatan fungsi mengandung tinggi
pengecapan dan serat untuk
menelan mencegah konstipasi
- Tidak terjadi - Berikan makanan
penurunan berat yang terpilih (sudah
badan yang berarti dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3. Ansietas berhubungan NOC Anxiety Reduction
dengan status kesehatan - Anxiety self-control (penurunan kecemasan)
menurun - Anxiety level - Gunakan pendekatan
- Coping yang menenangkan
Kriteria Hasil : - Nyatakan dengan
- Klien mampu jelas harapan
mengidenti fikasi dan terhadap pelaku
mengungkapkan pasien
gejala cemas. - Jelaskan semua
- Mengidentifikasi, prosedur dan apa
mengungkapkan dan yang dirasakan
menunjukkan tehnik selama prosedur
untuk mengontol - Pahami prespektif
cemas. pasien terhadap
- Vital sign dalam situasi stres
batas normal. - Temani pasien untuk
- Postur tubuh, memberikan
ekspresi wajah, keamanan dan
bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivfitas - Lakukan back / neck
menunjukkan rub
berkurangnya - Dengarkan dengan
kecemasan. penuh perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
4. Hambatan mobilitas fisik NOC Exercise therapy :
berhubungan dengan - Joint Movement : ambulation
agens farmaseutikal Active - Monitoring vital
- Mobility level sign
- Self care : ADLs sebelum/sesudah
- Transfer performance latihan dan lihat
Kriteria Hasil: respon pasien saat
- Klien meningkat latihan
dalam aktivitas fisik - Konsultasikan
- Mengerti tujuan dan dengan terapi fisik
peningkatan tentang rencana
mobilitas ambulasi sesuai
- Memverbalisasikan dengan kebutuhan
perasaan dalam - Bantu klien untuk
meningkatkan menggunakan
kekuatan dan tongkat saat berjalan
kemampuan dan cegah terhadap
berpindah cedera
- Memperagakan - Ajarkan pasien atau
penggunaan alat tenaga kesehatan
- Bantu untuk lain tentang teknik
mobilisasi (walker) ambulasi
- Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
- Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan.
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
5. Disfungsi seksual Kriteria Hasil : - Kaji faktor/stresor
berhubungan dengan - Mampu yang mempengaruhi
gangguan struktur tubuh memvisualisasikan disfungsi seksual.
dengan kata-kata - Kaji pengetahuan
tentang anatomi dan pasien tentang
fisiologi dari sistem anatomi dan
reproduksi dan tiap fisiologi dari
perubahan yang bisa anatomi sistem
menganggu fungsi reproduksi
normalnya. - Berikan informasi
- Mengidentifikasi yang faktual tentang
stresor yang keadaan pasien
mempengaruhi - Sediakan lingkungan
disfungsi seksual. yang tidak
mengancam, dan
dorong klien untuk
bertanya tentang
seksualitas pribadi.
- Berikan kesempatan
klien
mengungkapkan
perasaan secara
terbuka dalam
lingkungan yang
tidak mengancam.
- Anjurkan klien
untuk
mendiskusikan
keluhannya dengan
suami atau istri atau
pasangan
G. INFEKSI TORCH
1. Pengertian
keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa,
baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan
kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka
ragam. Beberapa jenis infeksi yang umum dialami oleh wanita yang akan
ataupun sedang hamil dan infeksi ini biasanya ditularkan ke calon bayi sehingga
menyebabkan cacat. Oleh sebab itu, sangat penting dilakukan diagnosis dini agar
dapat dilakukan pencegahan atau pengobatan lebih awal. Proses diagnosis dapat
dilakukan langsung kepada dokter atau bidan, namun sering terjadi hambatan-
2. Etiologi
- Toxoplasma Gondii
Toxoplasma gondii merupakan protozoa intraselular obligat yang
tergolong dalam filum Apicomplexa dan secara taksonomi mempunyai
kekerabatan dengan Plasmodium, penyebab malaria dan Pneumocystis,
penyebab pneumonia. Hospes definitif Toxoplasma gondii adalah kucing
dan hospes sementara adalah burung dan mamalia, termasuk manusia.
(Saiful, 2017)
Rubela disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, family
togaviridae. Secara fisikokimiawi, virus ini sama dengan anggota virus lain
dari famili tersebut. Tetapi secara serologi, virus rubela berbeda. Sindrom
rubela konginetal merupakan penyakit yang sangat menular yang
penularannya melalui oral droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan dan
selanjutnya memasuki aliran darah. Namun, terjadi erupsi di kulit dan belum
diketahui patogenesisnya. Virus rubela hanya menjangkiti manusia saja dan
penularan dapat terjadi biasanya sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah
timbulnya erupsi, daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa erupsi,
kemudian menurun hingga cepat dan berlangsung hingga hilangnya erupsi.
( Amin Huda.2015 )
- Cyto Megalo Virus
CMV merupakan virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vivo dan
in vitro.tanda patologi dari infeksi CMV adalah sebuah pembesaran sel
dengan tubuh yang terinfeksi virus.sel yang menunjukan cytomegaly biasanya
terlihat pada infeksi yang disebabkan oleh betaherpesvirinae lain.meskipun
berdasarkan pertimbangan diagnosa,penemuan histological tersebut
kemungkinannya minimal atau tidak ada pada organ yang trinfeksi. Ketika
inang telah terinfeksi,DNA CMV dapat di deteksi oleh polymerase chain
reaction (PCR) di dalam semua keturunan sel atau dan sistem organ didalam
sistem tubuh.pada permulaannya, CMV menginfeksi sel epitel dari kelenjar
saliva, menghasilkan infeksi yang terus menerus dan pertahanan virus.infeksi
dari sistem genitif memberi kepastian klinik yang tidak konsekuen.meskipun
replikasi virus pada ginjal berlangsung terusmenerus,disfungsi ginjal jarang
terjadi pada penerima transplantasi ginjal (Bayu Fajar, 2018)`
3. Patofisiologi
Hospes definitif Toxoplasma gondii adalah kucing dan hospes sementara adalah
bentuk, (1) Ookista, yang dibentuk dalam mukosa usus kucing (2) Takizoit
pada infeksi akut dalam tubuh hospes perantara. (3) Kista (mengandung
bradizoit, tropozoit yang membelah lebih lambat), yang terdapat dalam jaringan
hospes perantara, terutama di otak, otot rangka dan otot jantung. Kista dapat
gondii memiliki 2 fase, yaitu seksual dan aseksual. Fase seksual terjadi dalam
tubuh hospes definitif. Pada fase ini terjadi pembentukan ookista dalam mukosa
usus halus kucing yang akan dikeluarkan lewat tinja. Ookista sangat stabil pada
lingkungan yang lembab dan hangat, tetapi tidak mampu bertahan terhadap iklim
dingin dan kering. Ookista juga resisten terhadap banyak desinfektan. Ookista
dan sayur-sayuran, sehingga dapat tertelan oleh binatang lain dan manusia. Babi,
sapi, atau kambing yang terinfeksi dapat menyebabkan infeksi sekunder pada
manusia yang memakan daging yang tidak dimasak. Fase aseksual terjadi dalam
tubuh hospes perantara. Pada fase ini terbentuk takizoit yang masuk dalam
akut. Daya tahan tubuh akan menghambat proses infeksi dan takizoit berubah
menjadi bentuk kista yang mengandung bradizoit, yang dapat bertahan seumur
makanan mentah seperti sayuran atau buah yang tidak dicuci atau daging yang
kurang matang, dan dari ibu kepada janin melalui plasenta. Penularan juga bisa
terjadi melalui tranfusi darah dan transplantasi organ Ookista atau kista yang
ditelan akan pecah dalam usus dan mengeluarkan tropozoit yang akan menyerang
5. Penatalaksanaan
- Toxoplasma Gondii
Wanita hamil dan bayi yang terinfeksi, baik yang menunjukkan gejala
atau tidak, mempunyai indikasi untuk mendapat pengobatan spesifik
Toksoplasma gondii secepatnya setelah diagnosis ditegakkan. Beberapa
obat terbukti efektif terhadap bentuk takizoit Toxoplasma gondii, tetapi
belum ada obat yang efektif terhadap bentuk bradizoit.Pengobatan terpilih
toksoplasmosis kongenital adalah kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin.
WHO dan CDC merekomendasikan protokol terapi terhadap wanita hamil
yang terinfeksi Toksoplasma berupa kombinasi pirimetamin (dosis dewasa
25100 mg/hari, selama 3-4 minggu), sulfadiazin (dosis dewasa 1-1,5 gr 4x
sehari selama 3-4 minggu), dan asam folat (leucovorin, 10-25 mg/hari
selama 3-4 minggu) untuk mencegah depresi sumsum tulang.Pirimetamin
tidak dapat diberikan pada trimester pertama dan kedua kehamilan karena
efek teratogeniknya. Obat yang dapat diberikan untuk wanita pada
kehamilan trimester pertama dan kedua adalah sulfadiazin.
Spiramisin juga digunakan untuk mengobati wanita yang mendapat
infeksi selama kehamilan. Obat ini dapat mengurangi resiko terjadinya
toksoplasmosis kongenital bila diberikan pada fase awal penyakit.
Spiramisin memiliki konsentrasi yang tinggi dalam jaringan, terutama
plasenta. Dosis yang diberikan pada infeksi maternal akut adalah 3-4
gr/hari per oral yang dibagi dalam 4 dosis selama 3-4 minggu. Belum ada
laporan efek teratogenik obat ini pada hewan dan manusia.
Derouin dkk. menyampaikan bahwa kotrimoksazol merupakan obat
yang lebih baik dibandingkan spiramisin untuk mengobati toksoplasmosis
selama kehamilan, tetapi kurang efektif dibandingkan kombinasi
pirimetaminsulfadiazin. Obat ini tidak boleh diberikan pada trimester I
kehamilan. Pengobatan pada bayi penderita toksoplasmosis kongenital
dapat berlangsung selama 1 tahun. Pada 6 bulan pertama dapat diberikan
sulfadiazin (80-100 mg/kgbb/hari) dan pirimetamin (1-2 mg/kgbb/hari)
ditambah kalsium leukovorin (5 mg/3 hari), untuk mengatasi efek samping
depresi sumsum tulang. Jika terdapat gejala korioretinitis aktif, dapat
diberikan terapi streoid (1 mg/kgbb/hari). Setelah 6 bulan terapi,
kombinasi terapi diatas dapat diberikan bergantian setiap bulan dengan
spiramisin (100 mg/kgbb/hari). (Saiful Basri 2017 ).
- Rubella
Untuk tahap penyembuhan sebenarnya tidak ada obat yang spesifik.
Berikut beberapa penanganan yang dilakukan jika terinfeksi :
a. Farmakologi : Acetaminopen atau ibuprofen dapat mengurangi
demam dan nyeri
b. Pengobatan rawat jalan
Dikarenakan penyakit rubela merupakan penyakit yang ringan
(jika menyerang anak-anak dan orang dewasa). Seseorang yang
menderita rubela bisa dijaga di rumah, tetapi tetap menjaga suhu
tubuh pasien
c. Pengobatan untuk wanita yang hamil
Pada wanita hamil jika terserang virus ini maka sebaiknya segera
diperiksa ke dokter dan kemungkinannya dokter memberikan
suntikan immunoglobulin. Ig tidak dapat menghilangkan virus
rubela tetapi dapat membantu dalam meringankan gejala yang
diberikan oleh virus ini dan dapat mengurangi risiko pada janin
Walaupun tidak ada obat yang spesifik, namun dapat diberikan
pencegaha, yaitu dengan vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi
yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan
gondongan dikenal dengan vaksin MMR
( Amin Huda.2015 )
6. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Keluhan utama :
Merasakan nyeri di ekstermitas, demam
b. Riwayat kesehatan:
• Suhu tubuh meningkat
• Malaise
• Sakit tenggorokan
• Mual dan muntah
• Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
1. Pasien sering berkontak langsung dengan binatang
2. Pasien sering mengkonsumsi daging setengah matang 3.
Pasien pernah mendapatkan tranfusi darah
d. Pemeriksaan fisik
• Mata : Nyeri
• Perut : Diare, mula dan muntah
• Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat,
timbulnya rash pada kulit
• Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi :
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor kerentangan terhadap infeksi
Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_HAMIL_DENGAN_HIV_jurna
l?auto=download (20/05/20)
Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 – 1994. In the New England
Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus
196.
Whitley, Richard and Baines, Joel. Clinical management of herpes simplex virus
clinical#b4
https://www.perawatkitasatu.com/2017/09/hambatan-mobilitas-fisik-
nanda-nic-noc.html
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh NANDA NIC NOC, 2018.
https://www.perawatkitasatu.com/2017/10/ketidakseimbangan-nutrisi-kurang-
dari.html