Anda di halaman 1dari 19

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

GONORE

OLEH :

DINIA FITRIANI
NIM : 1400051

DOSEN PENGAMPU:

Seftika Sari, S.Farm.,M.Ph,Apt.

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2016

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “IKM
DAN PROMKES”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Farmasi Rumah Sakit di program studi D III
Farmasi STIFAR Riau. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Seftika Sari, S.Farm.,M.Ph,Apt.,selaku dosen pembimbing mata kuliah IKM dan
PromKeS dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 23 maret 2016

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru PMS (penyakit
menular seksual) di negara berkembang seperti di Afrika, Asia, Asia Tenggara, dan
Amerika Latin. Di negara industri prevalensinya sudah dapat diturunkan, namun di negara
berkembang prevalensi gonore menempati tempat teratas dari semua jenis PMS. Dalam
kaitannya dengan infeksi HIV/AIDS, United States Bureau of Census pada 1995
mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi prevalensi PMS-nya, ternyata tinggi pula
prevalensi HIV/AIDS dan banyak ditemukan perilaku seksual berisiko tinggi. Kelompok
seksual berperilaku berisiko tinggi antara lain commercial sex workers (CSWs).
Berdasarkan jenis kelaminnya, CSWs digolongkan menjadi female commercial sexual
workers (FCSWs) ‘wanita penjaja seks’ (WPS) dan male commercial sexuall workers
(MCSWs).
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi di antara penyakit
menular seksual lainnya. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut
Penicilinase Producing Neisseria gonorrhoeae.
Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS.
Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS menunjukkan bahwa
prevalensi gonore berkisar antara 74%–50%.
Berdasarkan pada hal tersebut, maka penulis membuat makalah ini dalam rangka
menambah pengetahuan dan wawasan terhadap bakteri gram negatif yang disebut sebagai
Neisseria gonorrhoeae.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan definisi tentang Gonorrhea ?
2. Jelaskan klasifikasi Gonorrhea ?
3. Bagaimana gejala dari Gonorrhea ?
4. Apa penyebab dari Gonorrhea ?
5. Bagaimana penyebaran dari Gonorrhea ?
6. Bagaimana cara mendiagnosa Gonorrhea ?
7. Bagaimana pengobatan dari Gonorrhea ?
8. Bagaimana pencegahan dari Gonorrhea ?

C. TUJUAN MAKALAH
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Mengetahui definisi tentang Gonorrhea.
2. Mengetahui klasifikasi Gonorrhea.
3. Mengetahui gejala dari Gonorrhea.
4. Mengetahui penyebab dari Gonorrhea.
5. Mengetahui penyebaran dari Gonorrhea.
6. Mengetahui cara mendiagnosa Gonorrhea.
7. Mengetahui pengobatan dari Gonorrhea.
8. Mengatahui pencegahan dari Gonorrhea.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
Neisseria gonorrhoeae adalah kuman gram negatif bentuk diplokokus yang
merupakan penyebab infeksi saluran urogenitalis. Kuman ini bersifat fastidious dan
untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap serta baik. Akan tetapi, ia juga rentan
terhadap kepanasan dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup lama di luar
host-nya. Penularan umumnya terjadi secara kontak seksual dan masa inkubasi terjadi
sekitar 2–5 hari.
Neisseria Gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi menular seksual yang biasa
disebut dengan Gonore.
B. PEMBAHASAN
1. Definisi tentang Gonorrhea
Gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada permulaan
keluar nanah dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan
kelamin. Gonore juga merupakan infeksi menular seksual tertua yang pernah
dilaporkan dalam berbagai literatur.
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan mudah di daerah lembab hangat, dari saluran reproduksi,
termasuk serviks (membuka rahim), uterus (rahim), dan tabung fallopi (saluran
telur) pada wanita , dan di uretra (saluran urin) pada wanita dan laki-laki.  Bakteri
juga dapat tumbuh di mulut, tenggorokan, mata, dan anus.

2. Klasifikasi Gonorrhea

Famili Neisseriaceae meliputi spesies Neisseria dan Moxarella catarralis seperti


acinetobacter dan kingella serta spesies moxarella lainnya. Neisseria adalah cocci
gram negatif yang biasanya berpasangan. Neisseria gonorrhoeae ( gonococci ) dan
Neisseria meningitidis ( meningococci ) adalah patogen pada manusia dan biasanya
ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Beberapa neisseriae
berhabitat di saluran pernafasan manusia, jarang menimbulkan penyakit dan terjadi
ekstraselular. Gonococci dan meningococci saling berhubungan erat, dengan 70%

5
DNA homolog, dan dapat dibedakan melalui beberapa tes laboratorium dengan ciri-
ciri spesifik: meningococci memiliki kapsul polisakarida sedangkan gonococci
tidak, dan meningococci jarang memiliki plasmid dimana kebanyakan gonococci
memilikinya. Yang paling penting, kedua spesies tersebut dapat dibedakan dengan
presentasi klinis dari penyakit yang disebabkannya : meningococci biasanya
ditemukan pada saluran pernafasan atas dan menyebabkan meningitis, sementara
gonococci menyebabkan infeksi alat kelamin. Spektrum klinis dari penyakit
disebabkan oleh kelebihan gonococci dan meningococci.

a. Epidemiologi
Gonore terdapat dimana-mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit
kelamin yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun
setelah menderita penyakit. Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan
antara berbagai suku bangsa atau jenis kelamin atau umur. Diperkirakan
setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia.
Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolone
dan antibiotik lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu dan
membawa persoalan dalam pengobatan, telah tersebar di beberapa negara.
b. Etiologi
1) Morfologi
Neiserria gonorrhoeae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran
0,6 sampai 1,5 μm, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi
yang datar berhadap-hadapan. Kuman ini tidak motil dan tidak
membentuk spora. Neisseria gonorrheae dapat dibiakkan dalam media
Thayer Martin dengan suhu optimal 35-37ºC, pH 6,5-7,5, dengan kadar
C02 5%. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda secara
antigen dari Neisseriae lain. Gonococci biasanya menghasilkan koloni
yang lebih kecil dibandingkan Neisseriae lainnya. Gonococci yang
membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil ( auksotipe Arg¯, Hyx+,
Ura+ ) cenderung tumbuh dengan sangat lambat pada kultur primernya.
Gonococci diisolasi dari specimen klinis atau dipertahankan oleh
subkultur nonselektif yang memiliki ciri koloni kecil yang mengandung

6
bakteri yang berpili. Pada subkultur nonselektif, koloni yang lebih besar
yang mengandung gonococci nonpili juga terbentuk Varian yang pekat
dan transparan pada kedua bentuk koloni ( besar dan kecil ) juga
terbentuk, koloni yang pekat berhubungan dengan keberadaan protein
yang berada di permukaan, yang disebut Opa. Kellog membedakan
Neisseria gonorrhoea berdasarkan pertumbuhan koloninya pada media
agar, yaitu
a) T1 bentuk koloninya kecil, cembung dan lebih terang
b) T2 bentuk koloninya kecil, lebih gelap, tapi lebih terang
c) T3 bentuk koloninya besar, datar dan lebih gelap
d) T4 sama dengan T3 tetapi lebih terang
Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+, sedangkan
koloni besar diberi tanda p¯. Makin kecil N.gonorrheae makin tinggi
virulensinya, karena sel bakteri ini memiliki pili yang memudahkan
perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.
Gambar 2.1 Kuman Neiserria Gonorrhoeae
2) Mikrobiologi
Dengan mikroskop elektron, dinding N. gonorrheae terlihat mempunyai
komponen-komponen permukaan yang diduga berperan pada
patogenesis virulensinya. Komponen permukaan tersebut mulai dari
lapisan dalam ke luar dengan susunan sebagai berikut :
1. Membran sitoplasma
Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat
dehidrogenase, laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan
ATP ase.
2. Lapisan peptidoglikan
Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada
kuman gram negatif lainnya. Lapisan ini mengandung “penicilline
binding component” yang merupakan sasaran antibiotik penisilin
dalam proses kematian kuman. Terjadi hambatan sintesis dinding
sel, sehingga kuman akan mati.

7
3. Membran luar ( dinding sel )
Membran ini terdiri atas beberapa komponen, yang terpenting
adalah:
a. Lapisan polosakarida
Lapisan ini memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis
kuman N. Gonorrhea
b. Pili
Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai
rambut, berbentuk batang dan terdiri dari subunit protein sekitar
1.800 dalton. Pili ini dihubungkan dengan patogenisitas kuman
yang sangat berperan dalam perlekatan ( adhesi ) pada sel
mukosa dan penyebaran kuman dalam inang
c. Protein
1. Porin protein ( por )
Dengan teknik elektroforesis dapat ditemukan protein pada
lapisan dinding sel gonokokus dengan berat sekitar 34-36 kilo
Dalton yang dikenal dengan porin protein ( Por ). Fungsi dari
Por ini adalah sebagai penghubung anion spesifik ke dalam
lapisan yang banyak mengandung lemak pada membran luar.
2. Opacity protein ( Opa )
Protein ini banyak ditemukan pada daerah perlekatan sel yang
mempunyai kemampuan menyesuaikan perubahan panas sel,
membantu perlekatan antar sel dalam koloni atau dengan sel
epitel. Protein ini berukuran antara 24-28 K Dalton
3. Reduction Modifiable Protein ( RMP )
Semua neisseria patogen mempunyai protein RMP dengan
berat molekul 30-31 K Dalton. Protein ini memegang peran
penting karena dapat memblokade antibodi yang ada dalam
serum
4. H.8 protein

8
Peranan protein ini sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti

d. Lipo Oligosakarida (LOS)


Semua glukosa mengekspresikan LOS pada permukaan selnya.
Komponen ini berperan dalam menginvasi sel epitel, dengan cara
memproduksi endotoksin yang menyebabkan kematian sel
mukosa.
e. Ig A1 protease
Komponen ini berperan dalam inaktifasi pertahanan imun
mukosa. Hilangnya Ig A1 protease akan menyebabkan hilangnya
kemampuan gonokokus untuk tumbuh dalam sel epitel.
3) Genetik dan Heterogenitas Antigen
Gonococci telah mengembangkan mekanisme perpindahan yang
dimulai dari satu bentuk antigen ( pilin, Opa atau lipopolisakarida ) ke
bentuk antigen yang lain dari molekul yang sama. Perpindahan tersebut
membutuhkan satu tempat untuk setiap 10²- 10³ gonococci, sebuah
perubahan yang sangat cepat bagi bakteri. Karena pilin, Opa dan
lipopolisakarida adalah antigen yang terdapat pada permukaan
gonococci, mereka berperan penting dalam respon kekebalan terhadap
infeksi. Molekulmolekul yang cepat berpindah dari satu bentuk antigen
ke bentuk yang lain membantu gonococci untuk mampu menghindar
dari sistem kekebalan inang.

c. Patogenesis
Gonococci menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi
hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci yang berbentuk koloni
yang pekat ( opaque ) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala uretritis
dan dari kultur uterine cervical pada siklus pertengahan. Gonococci yang
koloninya berbentuk transparan diisolasi dari manusia dari infeksi uretral yang
tidak bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea,

9
termasuk salpingitis dan infeksi diseminasi. Pada wanita, tipe koloni terbentuk
dari sebuah strain gonococcus yang berubah selama siklus menstruasi.
Gonococci yang diisolasi dari pasien membentuk koloni-koloni yang pekat
atau transparan, tetapi mereka umumnya memiliki 1-3 Opa protein pada saat
tumbuh di kultur primer yang sedang diuji. Gonococci dengan koloni
transparan dan tanpa Opa protein hampir tidak pernah ditemukan secara klinis
tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di laboratorium. Gonococci
menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rectum
dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mengarah ke invaginasi
jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria,
biasanya terjadi peradangan uretra ( uretritis ), nanah berwarna kuning dan
kental, disertai rasa sakit ketika kencing.

3. Gejala dari gonorrhea


Gejala dan tanda pada pasien laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan
dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, disuria dan sering berkemih
serta malese. Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu
setelah inokulasi oleh organisme ini. Pada beberapa kasus laki-laki akan segera
berobat karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan
sekret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan
rapuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak
memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko
mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka tanda-tanda infeksi meluas
biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran tersering pada
perempuan adalah pada uretra dengan gejala uretritis, disuria, dan sering berkemih.
Pada kelenjar bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi
yang menyebar ke daerah endometrium dan tuba falopii menyebabkan perdarahan
abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala PID progresif
apabila tidak diobati.

10
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering
ditemukan karena perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering
asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen,
demam, dan limfadenopati leher. Infeksi gonore pada perianus biasanya
menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau menimbulkan ekskoriasi dan
nyeri perianus serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum.
Secara umum gejala yang biasanya timbul adalah sebagai berikut:
a. Keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina
b. Demam
c. Muntah-muntah
d. Rasa gatal dan sakit pada anus serta sakit ketika buang air besar,
umumnya terjadi pada wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks
dengan pasangan yang terinfeksi
e. Rasa sakit pada sendi
f. Munculnya ruam pada telapak tangan
g. Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan
pasangan yang terinfeksi)
Gejala khusus yang sering terlihat pada pria, wanita dan bayi yang terinfeksi
bakteri Neisseria Gonorrhoeae adalah sebagai berikut:
a. Pada pria
Gambar 2.2 Neisseria Gonorrhoeae pada Pria
1) Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat
menjalar ke proksimal selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal,
asendens dan diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal dan panas
di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian
disuria, polakisurua, keluar dari tubuh dari ujung uretra yang terkadang
disertai darah dan perasaan nyeri saat ereksi.
2) Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika

11
ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang
nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan
sumber infeksi laten.
3) Prostatitis
Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum
dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme
otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air
besar dan obstipasi. Bila prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan
intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak pada
perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.
b. Pada wanita
Gambar 2.3 Neisseria Gonorrhoeae pada Wanita
1) Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan terdapat
sekret mukopurulen.
2) Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan
nyeri tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila
penderita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar
tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau
kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.

c. Pada janin dan bayi baru lahir


Gambar 2.4 Neisseria Gonorrhoeae pada Bayi
1. Pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya
keluar nanah.
2. Penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi
yang terinfeksi pada proses persalinan.
3. Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu
suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir yang didapat selama

12
bayi berada dalam saluran lahir yang terinfeksi. Conjungtivitis
inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat
menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum
ini, pemberian tetracycline atau erythromycin ke dalam kantung
conjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan.

4. Penyebab dari Gonorrhea

Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada
tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam
grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu:
a. Neisseria gonorrhoeae
b. Neisseria meningitides
c. Neisseria pharyngis
d. Neisseria catarrhalis
N.gonorrhoeaea dan N.meningitidis bersifat pathogen sedangkan yang dua
lainnya bersifat komensalisme.

Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan. Secara


umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil,
berdiameter mendekati 0,8 μm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika
organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah
patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel
polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki
kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media
yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan,
hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2.
Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain.
Gonococcus biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria
lain.

13
5. Penyebaran dari Gonorrhea
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria,
mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi
jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya
terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit
ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada
wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina,
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan,
kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,
pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang
dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat
menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut
memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi
relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten
terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta
berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk
pertumbuhannya.

6. Diagnosa Gonorrhea
Bila fasilitas pengobatan, tenaga medis dan laboratorium tersedia, maka untuk
diagnosa uretritis tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis, tetapi harus diikuti
pemeriksaan bakteriologis. Di sini pemeriksaan bakteriologis meliputi pemeriksaan
dengan hapusan dan biakan untuk identifikasi dan tes kepekaan antibiotik. Dengan
cara pengecatan gram dari hapusan ini nilainya cukup tinggi karena kemungkinan
kuman gonokok ditemukan cukup tinggi. Pada wanita selain pemeriksaan dengan
gram, harus diikuti dengan biakan oleh karena dengan hanya kemungkinan

14
ditemukan kuman gonokok lebih kecil di samping kemungkinan keliru dengan flora
lain dari vagina. Beberapa macam pemeriksaan laboratorium untuk deteksi
Neisseria gonorrheae ;
a. Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram Tampak kuman kokus
berpasangpasangan terletak di dalam dan di luar sel darah putih
( polimorfonuklear ). Pemeriksaan ini berguna terutama pada kasus gonore
yang bersifat simtomatis.
b. Pembiakan dengan pembenihan Thayer Martin Akan tampak koloni berwarna
putih keabuan, mengkilap dan cembung. Pembiakan dengan media kultur ini
sangat perlu terutama pada kasus-kasus yang bersifat asimtomatis.
c. Enzyme immunoassay Merupakan cara deteksi antigen gonokokus dari sekret
genital, namun sensitivitasnya masih lebih rendah dari metode kultur.
d. Polimerase Chain Reaction (PCR) Identifikasi gonokokus dengan PCR saat
ini telah banyak digunakan di beberapa negara maju, dengan banyak
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, bahkan dapat digunakan dari sampel
urine.
Uji Laboratorium Diagnostik
1) Spesimen
Nanah dan sekresi diambil dari uretra, cervix, rectum, conjunctiva,
tenggorokan, atau cairan sinovial untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur
darah diperlukan pada penyakit sistemik, tetapi sistem kultur spesial sangat
membantu, karena gonococci sensitif terhadap polyaetanol sulfonate pada
media kultur darah standar.
2) Smear
Smear dari uretra atau eksudat dari endocervix yang diberi pewarnaan gram
akan menampakkan banyak diplokokus di dalam sel nanahnya. Kultur dari
eksudat uretral pria tidak diperlukan lagi bila hasil pewarnaannya positif,
namun kultur harus dilakukan bila eksudat uretralnya berasal dari wanita.
3) Kultur

15
Sesaat setelah pengumpulan nanah atau selaput lendir, dipindahkan ke
dalam media selektif yang telah diperkaya dan diinkubasi pada atmosfir
yang mengandung 5% CO2 pada suhu 37ºC.
4) Serologi
Serum dan cairan genital yang mengandung antibody IgG dan IgA bekerja
melawan pili gonococci, membran protein paling luar dan LPS. Beberapa
IgM dari serum manusia bersifat bakterisidal terhadap gonococci pada
percobaan in vitro.
Penyulit
Penyulit uretritis bisa terjadi apabila tidak secepatnya mendapat pengobatan
atau telah mendapatkan yang kurang adekuat. Penyulit yang terjadi dapat
bersifat lokal, ekstra genital dan disseminated.
1)      Penyulit lokal :
a. Pada laki-laki : tysonitis, cystitis, vesiculitis, parauretritis,
cowperitis, deferenitis, littritis, prostatitis, epidydimitis, infertile.
b. Pada wanita : skenitis, bartholinitis, cystitis, salpingitis, proctitis,
PID, infertilitas.
2)      Penyulit ekstra genital : orofaringitis. konjungtivitis
3)     Penyulit disseminated : arthritis, myocarditis, endocarditis, pericarditis,
meningitis.

7.      Pengobatan dari Gonorrhea

Pada semua tipe gonorrhea, pengobatan harus dilakukan dengan tindak lanjut
yang berulang, termasuk pembiakan dari tempat yang terkena. Karena penyakit-
penyakit yang ditularkan secara seksual lainnya dapat diperoleh pada saat yang
sama, langkah-langkah diagnostic yang cocok juga harus dilakukan.

Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci


terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang
bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi
yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci tersebut (MIC ≥ 2μg/mL). N.
Gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase Producing N.

16
gonorrhea) juga meningkat secara meluas. Resistensi terhadap tetracycline (MIC ≥
2μg/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang
resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline (MIC
≥ 32μg/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi
terhadap antimikroba lain Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan
untuk mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125mg
secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan dengan
doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari(per oral) direkomendasikan untuk
infeksi concomitant chlamydia; erythromycin 500mg 4x sehari selama 7 hari (per
oral) sebagai pengganti doxycycline bagi wanita hamil. Modifikasi dari terapi-terapi
ini direkomendasikan untuk jenis infeksi N. gonorrhea yang lain.

Penggunaan sefalosporin generasi ke-3 dalam hal ini seperti seftriakson cukup
efektif dengan dosis 250 mg i.m dan sefoperazon dengan dosis 0,5 sam 1 gram
secara i.m. Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksazin
400 mg, siprofloksazin 250-500 mg dan norfloksasin 800 mg secara oral.

8.      Pencegahan dari Gonorrhea

a.    Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi

b.    Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama
sekali risiko penularan penyakit ini

c.    Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.

d.    Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi
lebih jauh dan mencegah penularan

e.    Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan


keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.

17
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai
berikut.
1.      Penyakit gonore merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
2.      Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS
(penyakit menular seksual).
3.      Penggunaan kondom dapat mencegah penularan. Selain itu perlu terus waspada,
karena sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti selanjutnya ia menjadi kebal atau imun.
Banyak orang terserang gonorrhea ini lebih dari sekali.
B.     Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
 Karena gonorrhea ini sangat menular namun seringkali tidak menampakkan gejala-
gejala khusus. Seseorang yang pernah melakukan hubungan seks dengan lebih dari
satu pasangan sebaiknya memeriksakan dirinya dengan teratur.
 Pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah dibandingkan dengan pengobatan. Perlu
di tinjau kembali perilaku seksual sekarang, dan segera meninggalkan perilaku seks
yang beresiko dan tidak bertanggung jawab. Hindarilah berganti pasangan. Kemudian
bersikap setia terhadap pasangan juga merupakan tindakan yang baik untuk
pencegahan penyakit ini.
 Hindari melakukan aktifitas hubungan seks melalui mulut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Obstetri Williams Edisi 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 12 : 1668-1671. Martodihardjo
Sunarko ( 2008 ) Uretritis Gonore dan Non Gonore Diagnosis dan Pelaksanaan 1: 1-7.
Murtiastutik Dwi ( 2008 ). Buku Ajar Infeksi Menular , Cetakan 1, Airlangga University
Press Surabaya.

19

Anda mungkin juga menyukai