Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas
rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Infeksi Gonore
pada Kehamilan . Penulisan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam
menempuh kepanitraan klinik di bagian obstetrik dan ginekologi di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama
kepada dr.Suriyaman, SpOG yang telah memberikan arahan serta bimbingan ditengah
kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap
penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Serang, Agustus 2016
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Infeksi Gonore mengacu pada serangkaian kondisi klinis yang melibatkan infeksi
dengan bakteri patogen yang ditularkan secara seksual, Neisseria gonorrhoeae adalah
mikrobiologi diplococci intraseluler Gram-negatif. N. gonorrhoeae dapat diperoleh di
beberapa lokasi mukosa pada saluran genital bawah, termasuk uretra, leher rahim, kelenjar
Bartholin dan kelenjar Skene, serta melalui saluran anorektal, faring, dan konjungtiva. bakteri
ini mungkin menyebar ke saluran kelamin bagian atas, tuba, dan rongga perut, serta lokasi
sistemik lainnya. menurut referensi gonore sudah ada sejak lebih dari 2000 tahun, gonore
adalah penyakit tua, dengan manusia yang berfungsi sebagai host alami.(1)
Gonore adalah infeksi umum, dengan Pusat baru-baru ini untuk Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit memperkirakan angka lebih dari 700.000 kasus baru di AS setiap tahun,
hanya setengah dari yang dilaporkan. Pada tahun 2009, ada 301.174 kasus gonore dilaporkan
di AS 99,1 kasus per 100.000 orang, turun 10,5% dari tahun sebelumnya. Gonore berikut
infeksi klamidia sebagai yang paling sering dilaporkan infeksi menular seksual kedua di AS.
(1)

Gambaran klinik dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dari pria. Hal ini
disebabkan perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan perempuan. Gonore pada
perempuan kebanyakan asimptomatik sehingga sulit untuk menentukan masa inkubasinya.
Infeksi pada uretra dapat bersifat simptomatik ataupun asimptomatik, tetapi pada umumnya
jarang terjadi tanpa infeksi pada serviks, kecuali pada perempuan yang telah di histerektomi.
Keluhan traktus genitourinarius bawah yang paling sering adalah bertambahnya duh tubuh
genital, dysuria yang kadang-kadang disertai polyuria, perdarahan antara masa haid, dan
menoragia. Daerah yang paling sering terinfeksi adalah serviks. Pada pemeriksaan, serviks
tampak hiperemis dengan erosi dan secret mukopurulen. (2)
Infeksi gonore selama kehamilan dapat menyebabkan konjungtivitis gonokokal pada
neonates hal ini adalah manifestasi tersering dari infeksi pernatal, umunya ditransmisikan
selama proses persalinan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang infeksi gonore pada kehamilan.
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan
Ginekologi di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang dan sebagai salah satu persyaratan
dalam mengikuti ujian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Dr.
Dradjat Prawiranegara Serang

BAB II
2.1. Definisi
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian
putih mata (konjungtiva) dan bagian tubuh yang lain. (1)
2.2. Epidemiologi
Gonore adalah infeksi umum, dengan Pusat baru-baru ini untuk Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit memperkirakan angka lebih dari 700.000 kasus baru di AS setiap tahun,
hanya setengah dari yang dilaporkan. Pada tahun 2009, ada 301.174 kasus gonore dilaporkan
di AS 99,1 kasus per 100.000 orang, turun 10,5% dari tahun sebelumnya. Gonore berikut
infeksi klamidia sebagai yang paling sering dilaporkan infeksi menular seksual kedua di AS.
Sebagai IMS dapat diobati, tingkat gonore menanggapi intervensi kesehatan masyarakat yang
ditujukan untuk penemuan kasus dan pengobatan agresif, dan antara tahun 1975 dan 1997,
kasus

turun 74% dalam menanggapi program pengendalian gonore nasional. Setelah

kesimpulan dari program itu, tingkat gonore tetap relatif stabil. (1)
2.3 Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879
dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan
dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta
N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.(3)
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan
panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat
gram negative, terlihat didalam dan diluar leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 390C, dan tidak tahan cat desinfektan.(2)
Secara morfologik, gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai
pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat
nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.(2)
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang, yakni pada vagina sebelum pubertas.(2)

Gambar 2.1 : gambaran Neisseria Gonorrhoeae


2.4. Patogenesis
N.gonorrhoeae terbaik hidup udara yang mengandung 2-10 % CO 2, dengan suhu 350C
dan pH optimum 7,2-7,6. N.gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan keadaan mukosa yang
basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan yang eksudatif dan juga dapat
masuk ke aliran darah.(3)
Gonore adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual, dan biasanya berasal
dari higiene yang buruk. Penularan bisa juga secara vertikal dari ibu terhadap bayi pada saat
persalinan. Daerah yang paling sering baik pada pria ataupun wanita adalah traktus
urogenital. Bakteri ini melekat pada sel epitel kolumnar, melakukan penetrasi dan
multiplikasi di membrane basement, perlekatan ini di perantarai oleh pili dan protein Opa.
Pili berkerja seperti hook yang membantu bakteri untuk melekat dan berjalan naik. Bakteri
masuk ke sel epitel melalui proses parasite-directed endocytosis. Selama endositosis,
membrane sel mukosamenarik dan mengmabil vakuola yang berisi bakteri. Vakuola ini di
transportasikan ke dasar sel dimana bakteri akan dilepaskan melalui eksositosis ke dalam
jaringan subepitelial. Protein porin (Por) yang terdapat pada membrane luar merupakan
protein yang memperantarai penetrasi pada sel hospes. (4)
Selama infeksi gonokokus akan menghasilkan berbagai ekstraseluler seperti
fosfolipase, peptidase yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Sedangkan lipooligosakarida
akan menstimulasi produksi tumor necrosis factor (TNF) yang juga menyebabkan kerusakan
sel. Neutrophil segera datang ketempat tersebut untuk mencerna bakteri. Beberapa bakteri
akan beratahan hidup dari fagositosis hingga neutrophil mati kemudian melepaskan bakteri
yang dicerna. Setelah itu infiltrasi sejumlah leukosit dan respon neutrophil menyebabkan
terbentuknya pus. pada dasarnya manusia mempunyai system imunologi, pada saat terpapar

bakteri untuk pertama kali manusia akan membuat antibody berupa immunologic memory
sehingga saat terpapar bakteri yang sama dimasa yang akan datang, tubuh akan langsung
mengenalinya dan menyerang bakteri. Hal yang unik pada gonokokus adalah bakteri ini dapat
menyerang manusia berkali-kali namun system imun tetap mengenalinya sebagai bakteri
baru. Hal ini terjadi karena di leukosit terdapat OPA receptor, saat leukosit mencoba untuk
mencerna bakteri, protein OPA pada bakteri akan berikatan dengan receptornya. hal ini
menyebabkan immunologic system tidak berkerja pada gonokokus . (4)
2.5. Gambaran Klinik
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada
wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir
tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada
komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana.(2)
Masa tunas sulit untuk ditemukan karena pada umumnya asimtomatik, gejala awal
bisa timbul pada waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Pada wanita, penyakit akut atau kronik
jarang ditemukan gejala subjektif dan objektifnya dan tanda-tanda radang tidak seberapa
menonjol, rasa nyeri yang tidak seberapa tinggi, infeksi pada wanita, pada mulanya hanya
mengenai serviks uteri, kemudian menyebar ke organ lain, gejala klinik infeksi gonore adalah
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah, demam, keluarnya cairan dari
vagina, nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih, secret yang purulen dari urethra,
kelenjar para-urethralis, dan kelenjar bartolini, dan sekresi mukoperulen dari serviks. Pada
pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen, duh tubuh akan
terlihat lebih banyak, bila terjadi servitis akut. Nyeri panggul / perut bagian bawah terjadi
pada 5% kasus.
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen
dan mengandung banyak gonokokus mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus
parauretra, kelenjar Bartholin, rektum dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah
kandung telur.(2)
Dibawah ini beberapa gejala yang dapat ditimbulkan:
Uretritis
Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifium
uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.(2)
Parauretritis

Kelenjar parauretritis dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.(2)


Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan secret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servikitis akut
atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomona vaginalis.(2)
Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan.
Kelenjar bartholin membengkak terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran tersumbat dapat timbul abses dan dapat
pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau
menjadi kista.(2)
Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi yaitu :
- Masa nifas
- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD, tindakan AKDR
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba falopii sampai pada daerah salping dan
ovarium sehingga dapat menimbulkan Penyakit Radang Panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10 % wanita dengan gonore akan
berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina,
disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.(2)
Harus dibuat diagnosis banding dengan penyakit lain yang menimbulkan gejala yang
hampir sama, misalnya : kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septik,
endometriosis, ileitis regional dan diverticulitis. Untuk menegakkan diagnosis dapat
dilakukan dengan pungsi kavum Douglas dan dilanjutkan dengan kultur atau dengan
laparoskopi mikroorganisme.(2)
Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan infeksi nongenital
diantaranya sebagai berikut:

Proktitis
Prokitis pada pria dan wanita pada umunya asimtomatik. Pada wanita dapat
terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan
genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan
daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan

tampak mukosa eritemtosa, edematosa dan tertutup pus mukopurulen.(3)


Orofaringitis

Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore
lebih sering daripada gingivitis, stomatitis atau laryngitis. Keluhan sering bersifat
asimtomatik, bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen yang ringan atau sedang.(3)
Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
serviksitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobi, kanjungtiva
bengkak merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati terjadi ulkus
kornea, panofthalmitis sampai timbul kebutaan.(3)
Gonore diseminata
Kira-kira 1 % kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata.
Penyakit ini banyak didapat pada pederita dengan gonore asimtomatik sebelumnya,
terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa atritis (monoatritis),
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.(2)
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang. Serta biakan atau pemerikasaan gen hasilnya positif. Dari anamnesis biasaya
pasien datang dengan keluhan keluarnya cairan dari vagina, rasa nyeri pada panggul bawah,
demam, nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih. Beberapa laporan mengatakan
adanya rasa terbakar, gatal, atau peradangan, vulva, vagina, leher rahim, uretra atau, sebagian
besar, atau tidak menunjukkan gejala. Duktus Bartholin dan kelenjar mungkin terlibat, dapat
dilihat dengan adanya pembengkakan atau pembentukan abses. Faringitis akut dan tonsilitis
mungkin terjadi, tapi ini jarang terjadi. Infeksi mata yang paling sering terjadi pada neonatus
yang lahir dari ibu yang terinfeksi, ophthalmitis dewasa mungkin hasil dari autoinokulasi.
Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen, duh tubuh
8

akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servitis akut. Nyeri panggul / perut bagian bawah
terjadi pada 5% kasus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan smear dari situs yang terlibat
dengan pembiakan gram negatif diplococci. Namun, konfirmasi setelah pertumbuhan pada
medium selektif juga sangat penting. (1)
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan yaitu:
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokokus
gram negatif intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar bartholin, serviks dan rektum.(2)
b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Ada dua macam media
yang dapat digunakan yaitu: (2)
Media transpor
-

Media Struart; Hanya untuk media transpor saja, sehingga perlu

ditanam kembali pada media pertumbuhan.


Media Transgrow: Media ini selektif dan nutritive untuk N.
gonorrhoeae dan N. meningitides ; dalam perjalanan dapat bertahan
hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transport dan media
pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam lagi pada media
pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin

dengan penambahan trimetroprim untuk mematikan Proteus spp.


Media pertumbuhan
- Mc Leods chocolate agar; Berisi agar coklat, agar serum dan agar
hidrokel. Selain kuman gonokokus kuman-kuman yang lain dapat juga
-

tumbuh.
Media Thayer Martin; Media ini selektif untuk mengisolasi gonokokus.
Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram
positif, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan kuman gram negatif

lainnya dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.


Modified Thayer Martin agar; Isinya ditambahkan dengan trimetropim

untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp.


c. Tes definitif
1. Tes oksidasi

Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin


hidroklorida 1 % ditambahkan pada koloni gonokokus tersangka. Semua
Neisseria member reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula
bening menjadi merah muda sampai merah lembayung.(2)
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi postif dilanjutkan dengan fermentasi memakai glukosa,
maltose dan sukrosa. Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa.(2)
d. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan
warna dari kuning menjadi merah apabila mengandung enzim beta-laktamase.(2)
e. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan waktu itu
ialah pengobatan setempat.(2)
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu :
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi dalam dua gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80 100 ml, jika air seni kiurang dari 80 ml maka gelas II sukar dinilai karena baru
mengurangi uretra anterior saja.(2)
Hasil pembacaan:
Gelas 1

Gelas 2

Arti

jernih

jernih

tidak ada infeksi

keruh

jernih

infeksi Drethritis anterior

keruh

keruh

panuretritis

jernih

keruh

tidak mungkin

Tabel 1. Rekomendasi Pemeriksaan Laboratorium (1)


Jenis
Pemeriksaa
n
Gram :
Uretra
Endoservik
s
Kultur :

Sensitivitas

Spesifitas

90-95
45-65

95-99
90-99

+
+

+
+

+
+

94-98

>99

+/-

10

Uretra
Endoservik
s

85-95

>99

+/-

A : Klinik luar rumah sakit / praktek pribadi


B : Klinik rumah sakit dengan fasilitas laboratorium terbatas
C : Riset laboratorium lengkap

Diagnosis gonore dapat dipastikan dengan menemukan N. gonorrhoeae sebagai


penyebab, baik secara mikroskopik ataupun kultur (biakan). Sensitivitas dan spesifitas
dengan perwarnaan Gram dari sediaan serviks hanya berkisar antara 45%-65%. 90%-99%,
sedangkan sensitivitas dan spesifitas dengan kultur sebesar 85%-95%, >99%, oleh karena
itu, untuk menegakkan diagnosis pada perempuan harus dilakukan kultur (1).
2.7. Penatalaksanaan
Sepuluh sampai 30 % dari orang yang terinfeksi gonococcal juga akan terinfeksi
dengan Chlamydia. Oleh karena itu biasanya akan diberikan dual terapi dengan doxycycline
dan azithromycin yang telah direkomendasikan dan terbukti efektif. Pengobatan dengan dual
terapi juga dapat mengurangi angka resistensi terhadap bakteri.(5)
Oleh karena adanya peningkatan angka resistensi terhadap pemberian antimikroba,
maka pemberian quinolon sudah tidak dianjurkan pada beberapa daerah di California,
Kepulauan Pasifik, Hawaii, dan juga Asia. Pasien dengan DGI (Disseminated Gonococcal
Infection) dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit, hal ini dikarenakan pasien pada keadaan
tersebut rawan untuk terjadi septik artritis, meningitis, ataupun endokarditis.(5)
Pilihan obat untuk pasien dalam keadaan DGI adalah ceftriaxone, 1 gram IM atau IV
setiap 24 jam, secara kontinyu selama 24 sampai 48 jam. Pasangan seksual dari pasien juga
perlu diberikan terapi.(5)

11

Gambar 2.3. Manajemen dari Disseminated Gonococcal Infection.(5)

Gambar 2.4. Antibiotik oral yang dapat digunakan pada infeksi gonococcal.(5)
Pada pasien dengan gonococcal meningitis dapat diberikan ceftriaxone 1 sampai 2
gram IV setiap 12 jam selama 10 sampai 14 hari.
Terapi pada pasien dewasa yang tidak mengalami komplikasi infeksi anogenital adalah :

12

1. Ceftriaxone 500 mg intramuskuler sebagai dosis tunggal dengan azitromisin 1 gr oral


dosis tunggal.
2. Azitromicin digunakan sebagai pengobatan lini kedua untuk terapi gonore. Hal ini
untuk mencegah resistensi sefalosporin yang berlebihan.
Dokter menganjurkan menggunakan regimen alternatif untuk pengobatan gonore
secara teratur untuk meninjau tren lokal dan nasional di resistensi antimikroba gonokokal.
Semua agen di bawah ini harus disertai dengan azitromisin 1 g oral dosis tunggal.
1. Cefixime 400 mg oral dosis tunggal. Hanya dianjurkan bila suntikan intramuskular
merupakan kontraindikasi atau ditolak oleh pasien.
2. Spectinomycin 2 g secara intramuskular sebagai dosis tunggal.
3. Regimen dosis tunggal cephalosporin lain, terutama sefotaksim500 mg intramuskuler
sebagai dosis tunggal atau cefoxitin 2 g secara intramuskular sebagaidosis tunggal
ditambah probenesid 1 g oral. (1)
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang
direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM
sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak
dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada
wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan
probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang
sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai
infeksi C. trachomatis. (1)
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan untuk infeksi gonore tanpa
komplikasi adalah pengobatan dosis tunggal. Pilihan terapi yang direkomendasikan oleh
CDC adalag sefiksim 400 mg per oral, seftriakson 250 mg intramuscular, siprofloksasin 500
mg per oral, ofloksaksin 400 mg per oral, levofloksasin 250 mg per oral, atau spektinomisin 2
gram tunggal intramuscular3.
Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan Pelvic inflammatory
disease (PID. Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi
dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neiserria gonorrheae
diasosiasikan

dengan

rupture

membrane

yang

premature.

Kelahiran

premature,

korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan. Konjungtivitis gonokokal ( opthalmia


neonatorium ), manifestasi tersering dari infeksi perinatal, umumnya ditransmisikan selama
proses persalinan. Jika tidak diterapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan
panoftalmitis. Infeksi neonatal lainnya lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata
dengn artritis, serta infeksi genitalia dan rektal
13

2.8 Komplikasi
Komplikasi sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Infeksi
pada serviks dapat menimbulkan komplikasi salpingitis atau penyakit radang panggul (PRP).
PRP yang simptomatik ataupun asimptomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba
sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. (2)
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang
dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar
anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar,
tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak
lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut
(oral sex) dengan seorang penderita gonore bias menyebabakn gonore pada tenggorokan
(faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi
mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
Komplikasi gonore dapat terjadi pada wanita hamil, diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Infeksi pada serviks (servisitis gonore)


Salpingitis (penyakit radang panggul)
Infertilitas
Infeksi pada uretra dapat terjadi para urethritis
Pada kelenjar Bartholin (bartholinitis)
adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat

infeksi gonokokkus pada wanita hamil


7. adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.

Gambar 2.5. servitis gonore


Komplikasi Pada janin dan bayi baru lahir
Infeksi gonore diasosiasikan dengan premature rupture membrane yang premature, subklinis
dari infeksi organ genital pada wanita disaat proses persalinan dan kurangnya nutrisi selama
kehamilan. Telah diketahui pada kontraksi dan kelahiran lebih awal berefek pada transmisi

14

agen infeksi. konjungtivitis gonokokal adalah penyakit mata yang sering terjadi pada bayi
diseluruh dunia. Mikroorganisme penyebab konjuntivitis gonokokal yang terbanyak adalah
Chlamydia trachomonas dan Neisseria gonorrhea. Konjungtivitis gonokokal umumnya
ditransmisikan selama proses persalinan. Konjungtivitis gonokokal jika tidak diterapi dapat
mengarah pada perforasi korenea dan panoftalmitis dan hal tersebut salah satu penyebab
kebutaan pada bayi. (6)
Sedangkan pada gonococcal ophthalmia neonatorum dapat diberikan ceftriaxone 25
sampai 50 gram mg/kg IV atau IM, tidak boleh melebihi 125 mg pada setiap dosis tunggal.(5)

Gambar 2.6. Terapi infeksi gonococcal pada neonatus.(5)

Gambar 2.7. Ophthalmia neonatorum

BAB III
KESIMPULAN
Gonore adalah infeksi yang disebakan oleh Neisseria gonorrhoeae. Infeksi gonore
merupakan infeksi menular seksual kedua setelah infeksi klamydia yang sering terjadi.
Gambaran klinik dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dari pria. Gonore pada
15

perempuan kebanyakan asimptomatik sehingga sulit untuk menentukan masa inkubasinya.


Infeksi pada uretra dapat bersifat simptomatik ataupun asimptomatik. Keluhan traktus
genitourinarius bawah yang paling sering adalah bertambahnya duh tubuh genital, dysuria
yang kadang-kadang disertai polyuria, perdarahan antara masa haid, dan menoragia. Daerah
yang paling sering terinfeksi adalah serviks. Pada pemeriksaan, serviks tampak hiperemis
dengan erosi dan secret mukopurulen.
Diagnosis gonre dapat dipastikan dengan menemukan N. gonorrhoeae sebagai
penyebab baik secara mikroskopik maupun kultur. Secara epidemiologis pengobatan yang
dianjurkan untuk infeksi gonore tanpa komplikasi adalah pengobatan dosis tunggal. Pilihan
terapi yang direkomendasikan adalah sefiksim 400 mg per oral, seftriakson 250 mg im,
siprogfloksasin 500 mg per oral, ofloksasin 400 mg per oral,, levofoksasin 250 mg per
oralatau spektinomisin 2 gr dosis tunggal im.
Infeksi gonore pada kehamilan dapat menyebabkan konjungtivitis gonokokal pada
neonates. Hal ini umumnya terjadi karena transmisi selama proses persalinan. Jika tidak
diterapi dapat menyebabkan perforasi kornea dan panoftalmitis. Oleh karena itu untuk wanita
hamil dengan resiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining terhadap infeksi gonore saat
dating untuk pertama kali antenatal care dan juga pada trimester ketiga kehamilan.

Daftar Pustaka
1. Walker CK, Sweet RL. Gonorrhea Infection in Women: Prevalence, effect, screening,
and management. 2011:3:p:197-9.
2. Daili SF. Gonore. Dalam: daily SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, Penyunting
Infeksi menular seksual. Edisi ke-3. Cetakan ke-1: Balai penerbit FKUI, 2005: 51-8

16

3. Barakbah J, Lumintang H, Murtiastutik D. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag / SMF/


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-3. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dr
Soetomo. 2005:p:133-4.
4. Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, et al. Fitzpatricks: Dermatology in General
Medicine 7th Edition. United State of America: The McGrow-Hill Company:
2008:p:993-3.
5. Hook EW, Handsfield HH. Gonococcal infection in adult. Dalam Holmes KK,
Sparling PF, Stamm WE, Piot P, editor. Sexually transmitted disease. Edisi ke-4. New
York; McGraw-Hill, 2008:627-3
6. Ranjit R, Menezes L, et al. Maternal and neonatal risk factors associated with
transmission of ophthalmia neonatorum in neonates receiving healt care in Blantyre,
Malawi. 2014:p: 240-3.

17

Anda mungkin juga menyukai