Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

“SKABIES”

Pembimbimg :
Dr. Chadijah Rifai, Sp.KK

Disusun oleh :
Muhamad Ilham Rinaldy (2015730088)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Laporan Kasus “Skabies” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
mengucapkan terimah kasih kepada dr. Chadijah Rifai, SP.KK yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian tugas ini.

Laporan Kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian kegiatan
kepaniteraan klinik stase Kulit dan kelamin tahun 2019. Selain itu untuk memperdalam
pemahaman tinjauan pustaka tentang “Skabies”. Kami menyadari ketidaksempurnaan Laporan
kasus ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan
Laporan Kasus ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya.

Jakarta, November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I STATUS PASIEN.................................................................................................1
1.1. Identitas Pasien.......................................................................................................1
1.2. Anamnesis..............................................................................................................1
1.3. Pemeriksaan Fisik...................................................................................................3
1.5. Resume...................................................................................................................6
1.6. Diagnosis Banding..................................................................................................7
1.7. Diagnosis Kerja......................................................................................................7
1.8. Saran Pemeriksaan..................................................................................................7
1.9. Tatalaksana.............................................................................................................7
1.10. Prognosis................................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9
1.1. Definisi...................................................................................................................9
1.2. Epidemiologi..........................................................................................................9
1.3. Etiologi dan Patogenesis.........................................................................................9
1.4. Manifestasi Klinis.................................................................................................11
1.5. Diagnosis..............................................................................................................12
1.6. Diagnosis Banding................................................................................................12
1.7. Penunjang Diagnosis............................................................................................12
1.8. Pengobatan dan Pencegahan.................................................................................13
1.9. Prognosis..............................................................................................................14

i
BAB I
STATUS PASIEN

1.1. Identitas Pasien


Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Usia : 12 tahun
Alamat : Jl. Kelapa Gading Jakarta Pusat
Suku Bangsa : Betawi
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar Pondok Pesantren
Status Marital : Belum Menikah

1.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan di Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSIJ Cempaka Putih pada
Selasa, 21 November 2019 pukul 13.00 WIB.

Keluhan Utama
Timbul bercak kemerahan dan berisi nanah yang dirasakan gatal dan nyeri di sela-sela
kedua jari tangan sejak 3 minggu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan timbul
bercak kemerahan dan berisi nanah yang dirasakan gatal dan nyeri di sela-sela kedua jari tangan
sejak 3 minggu.
Keluhan gatal hilang timbul dan pasien mengatakan paling gatal dirasakan pada malam
hari. Pada saat istirahat maupun beraktivitas gatal dirasakan tidak jauh berbeda. Pasien juga
merasakan nyeri di kedua sela-sela jarinya. Nyeri yang dirasakan sampai membuat pasien tidak

1
dapat menggerakan jarinya karena nyeri tersebut. Pasien juga mengatakan ada bercak kehitaman
di daerah dekat kemaluan pasien. Bercak kehitaman tersebut kadang dirasakan gatal, tetpi lebih
gatal dirasakan yang di sela-sela jari tangan.
Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dimalam hari karena sering terbangun karna rasa
gatal dan rasa ingin menggaruknya. Tidak ada riwayat gatal setelah mengonsumsi makanan
tertentu. Tidak ada riwayat digigit serangga.

Riwayat Penyakit Dahulu


· Pasien belum pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya
· Tidak ada riwayat asma, rinitis alergi, atau dermatitis atopik.

Riwayat Penyakit Keluarga


· Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa seperti pasien.
· Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi.

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah menggunakan obat salep dan minum, tetapi keluhan masih belum
menghilang dan pasien lupa nama obat yang digunakannya.

Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan, maupun cuaca.

Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di pondok pesantren bersama teman-temannya. Satu kamar asrama
berisikan 35 santri. Disana pasien kadang tidur di tepmat tidur temannya. Pasien mengatakan
kondisi kamar asrama bersih tidak ada baju bekas berserakan. Tetapi Kasur tempat tidur dan
bantal jarang diganti. Pasien tidak pernah menggunakan pakaian, handuk, dan alat-alat mandi
temannya. Handuk pasien selalu dijemur sehabis mandi. Pasien mandi 2 kali sehari, mengganti
pakaiannya 2 kali sehari, dan air mandi asrama bersih. Di pondok pesantren, ada beberepa teman
pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien dan tinggal dalam satu asrama. Pasien
sempat tidur di Kasur temannya yang menderita keluhan yang sama seperti pasien. Pasien tidak

2
merokok dan tidak konsumsi alcohol. bersama istri dan cucunya. Pasien merokok, tidak minum
minuman beralkohol. Lingkungan dalam rumah pasien bersih dan lingkungan luar rumah pasien
bersih.

1.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Baik
Keasadaran : Compos mentis (E4 M6 V5)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6 oC
Laju Nadi : 82 kali/menit
Laju Napas : 19 kali/menit
Status Generalisata
Kepala : Normocephal, deformitas (-). Kulit : tidak ada kelainan.
Rambut : Alopecia (-), distribusi merata. Kulit : tidak ada kelainan.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor kiri
Kanan.
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-).
Telinga : Deformitas (-/-), secret (-/-),
Mulut : Mukosa oral basah, palatum intak, faring.
Leher : Trakea di tengah, pembesran KGB (-).
Thorax : Normochest.
Inspeksi : Gerak napas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Gerakan napas teraba simetris, fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: Bronkovesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 3 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : linea parasternal dextra ICS IV
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

3
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar. Kulit : tidak ada kelainan.
Palpasi : Tegang, hepar tidak teraba, undulasi (-), shifting dullnes
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus (+)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Punggung : Alignment vertebra baik. Kulit : tidak ada kelainan.
Ekstremitas : Lengkap, akral hangat, CRT ≤ 2 detik, edema pitting. Kulit : lihat
status dermatologikus

4
1.4 Status Dermatologikus
2. Status dermatologikus
Efloresensi : Pada Regio digiti dextra dan sinistra tampak lesi berupa pustul
multipel, berukuran ada yang miliar dan ada yang lenticular, bentuk tidak teratur,
batas sirkumkrip, sebagian konfluens dan sebagian diskert, distribusi bilateral.

Efloresensi : Pada region inguinalis tampak lesi papul hiperpigmentasi


multipel, ukuran miliar, batas sirkumkrip, diskert, distribusi regional.

1.5. Resume
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSIJ Cempaka Putih
dengan keluhan timbul pustul yang dirasakan gatal dan nyeri di digiti I, II,
III, IV, V sejak 3 minggu. Keluhan dirasakan hilang timbul dan memberat

6
pada saat malam hari. Di region inguinal juga terdapat papul
hiperpigmentasi, tetapi lebih gatal pada daerah digiti. Pasien tidak pernah
menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak ada keluarga yang
menderita keluhan seperti ini. Pasien pernah mengobati keluhannya
dengan obat salpe dan obat minum dan pasien lupa nama obatnya, tetapi
keluhan masih tetap ada. Pasien tidak memiliki alergi apapun. Pasien
merupakan santri pondok pesantren semester pertama. Teman pasien di
asrama ada yang mempunyai keluhan yang sama seperti pasien. Pasien
kadang suka tidur di tempat tidur temannya yang memiliki keluhan yang
sama. Pasien tidak merokok dan tidak minum alcohol.

Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status generalisata dalam


batas normal. Status dermatologikus : Pada Regio digiti dextra dan sinistra
tampak lesi berupa pustul multipel, berukuran ada yang miliar dan ada
yang lenticular, bentuk tidak teratur, batas sirkumkrip, sebagian konfluens
dan sebagian diskert, distribusi bilateral dan Pada region inguinalis tampak
lesi papul hiperpigmentasi multipel, ukuran miliar, batas sirkumkrip,
diskert, distribusi regional.

1.6. Diagnosis Banding


- Prurigo
- Dermatitis

1.7. Diagnosis Kerja


Skabies

1.8. Saran Pemeriksaan


- Biopsy irisan dan diperiksa dengan mikroskop cahaya
- Biopsy eksisional dan diperiksan dengan pewarnaan hematoksilin eosin
(HE)

7
1.9. Tatalaksana
Umum
- Pencegahan pajanan ulangan dengan allergen penyebab
- Kortikosteroid
- Mengonsumsi obat secara teratur dan control teratur
Khusus
Topikal :
- Permetrin 5%
Sistemik :
Antihistamin : Cetirizine tab 1x5mg malam hari (bila gatal)

1.10. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiel var, hominis, dan produknya (Der Ber
1971) Ditandai gatal malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat
terlihat polimorfi tersebar di seluruh badan.1

1.2. Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual bersifat
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermo- grafik serta
ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam I.M.S. (Infeksi Menular
Seksual).1
Cara Penularan (transmisi)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit). misalnya berjabat tangan, lidur
bersama dan hubungan seksual.1
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal,
dan lain-lain.1
Penularannya biasanya oleh Sareoptes scabie betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk larva Dikenal juga Sarcoptes scabie var animalis yang kadang-
kadang dapat menulan manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara
binatang peliharaan, misalnya anjing.1

1.3. Etiologi dan Patogenesis


Sarcoptes scabies termasuk filum Arthropoda kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes, penemunya adalah seorang ahli biologi
Diacinto Cestoni (1637-1718). Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var.hominis. Selain itu, terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing
dan babi. Secara morfologik menupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggung
cembung, bagian perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini translusen,
berwama putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar antara
330-450 mikron x 250- 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.1

Sarcoptes scabies2
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina
yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum komeum dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telumya 2 hingga 50. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas
biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

10
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.1
Aktivitas S.scabiel di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan
respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan ge baik di
serum maupun di kulit Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Skabies
sangat menular, transmisi melalui kontak langsung dan kulit ke kulit, dan tidak
langsung melalui berbagal benda yang torkontaminasi (seprei, sarung bantal
handuk dab). Tungau skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36
jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan
kondom, karena kontak melalul kulit di luar kondom.1
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tefapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi di- sebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi krusta dan infeksi sekunder.1

1.4. Manifestasi Klinis


Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga,
sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama, atau pondokan. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh
anggota keluarga mengalami investasi tungau, namun tidak memberikan gejala.
Hal ini dikenal sebagai hiposensitisasi. Penderta bersifat sebagai pembawa
(carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat- tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1

11
cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain) Namun,
kunikulus biasanya sukar terlhat, karena sangat gatal pasien selalu menggaruk
kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat predileksinya biasanya merupakan
tempat dengan stratum kormeum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mame (perempuan). umbilikus. bokong, genitalia ekstema (laki- laki), dan
perut bagian belakang. Pada bayi, dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki,
wajah dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau, Selain tungau dapat ditemukan
telur dan kotoran (skibala).1

Scabies2
Varian skabies:
1. Skabies Norwegia (skabies berkrusta)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki,
kuku yang distrofik, serta skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat menular,
tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang
sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental,
kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis.1
2. Skabies nodular

12
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi, sering terjadi
pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais.1

1.5. Diagnosis Banding


Ada pendapal yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the
greatest imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan
gatal. Sebagai díagnosis banding lalah pnurigo, pedikulosis korporis, dan
dermatitis.1

1.6. Penunjang Diagnosis


Cara menemukan tungau:
1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kernudian
dibual irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewamaan hematoksilin eosin
(H.E).1

1.7. Pengobatan dan Pencegahan


Syarat obat yang ideal ialah:
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksis
3. Tidak berbau atau kotor serfa tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga hanus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi)1

Jenis obat topikal:

13
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20 % dalam bentuk salap
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut Kekurangan yang lain ialah
berbau dan mengotori pakaian serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat
dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.1
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25 % ) , efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal dan panas setelah dipakai.1
3. Gama benzena heksa klorida (gemeksan gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di
bawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat
Pemberian cukup sekalli, kecuali jika masih ada gejala, diulangi seminggu
kemudian.1
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskables dan antigatal; harus di jauhkan dari
mata, mulut dan uretra.1
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim efektivitas sama, aplikasi hanya sekali,
dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah
seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.
Di luar negeri dianjurkan pemakaian ivernectin (200 ug/kg) per oral, terutama pasien
yang persisten atau resisten terhadap permetrin.1

Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang


penyakit skabies, perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau skabies,
menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang
tetap berlangsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobatan dilakukan pada
orang serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan erat.1

1.8. Prognosis
Dengan memerhatikan pemilihan dan cara permakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta

14
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini
dapat diberantas dan prognosis baik.1

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis. In: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W,
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 9th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. p. 161-165.
2. Wheat CM, et al. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff k. editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGrawHill; 2012. Volume 1. p. 3274-3278.

Anda mungkin juga menyukai