Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Muhammad Afif Akbar

2015730089

Pembimbing

dr. Fitriah Shebubakar, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK

RUMAH SAKIT ISLM JAKARTA PONDOK KOPI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan kasus mengenai “Otitis Media Supuratif Kronik” ini
tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. Fitria
Shebubakar Sp.THT yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas
ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan


penulisan referat ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.

Jakarta, Juni 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 6

BABI III DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................


17

2
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. R
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cakung, Jakarta Timur
Agama : Islam
Tgl Pemeriksaan : 26 Juni 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Telinga sakit, gatal, dan berair sejak januari 2019
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik THT RSIJ Pondok Kopi denga keluhan telinga sakit,
gatal, dan berair. Pasien mengaku sering keluar cairan dari telinga, tetapi biasanya pasien
diamkan saja cairannya akan hilang sendiri, kemudian pasien juga suka mengorek telinganya
dengan cotton buds, apabila mengorek telinga, pasien sering mengorek hingga terasa sakit
telinganya. Pada januari 2019, pasien mengeluh telinga sakit, gatal, dan berair. Pasien
mendatangi poli THT RSIJ Cempaka Putih, setelah diperiksa oleh dokter, ada kapas cotton
buds yang tertinggal di rongga telinga kiri pasien. Setelah kapasnya di keluarnya, tampak
gendang telinga kiri pasien robek. Dan gendang telinga kananpun robek. Oleh dokter THT
RSIJ Cempaka Putih, pasien di beri obat tarivid dan ketokonazol salep. Pasien di anjurkan
untuk melakukan operasi perbaikan gendang telinga. Pasien ke puskesmas dekat rumahnya,
kemudian pasien di rujuk ke RSIJ Pondok Kopi. Di RSIJ Pondok Kopi, pasien di berikan
surat rujukan ke RSUP Persahabatan untuk dilakukan operasi perbaikan gendang telinga.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada usia 5 tahun, pasien ingat pernah sakit batuk pilek yang lama. Kemudian pasien
merasakan telinga kanan dan kirinya sakit. Pada saat itu, pasien suka berenang, setiap habis
berenang telinga kanan kiri pasien sakit, oleh orangtua pasien, pasien hanya di lihat saja
telinganya dan dibersihkan memakai cotton buds, tidak dibawa ke dokter.
Pada saat SMA, pasien mengeluh suka keluar cairan, pasien hanya membersihkan
cairannya saja, biasanya suka hilang sendiri. Pasien merasa telinganya sehat dan baik-baik
saja, sehingga pasien tidak pernah berobat ke dokter. Pasien mengeluh sering batuk pilek,
biasanya pasien akan membeli obat warung saja.

1
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien sering mengeluhkan telinganya sakit dan gatal juga. Kedua orangtua pasien
tidak ada riwayat diabetes melitus dan hipertensi.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Kebiasaan
Pasien suka mengorek telinga sendiri dengan cotton buds apabila keluar cairan dari
telinganya, ketika mengorek pasien terbiasa mengorek hingga merasa sakit telinga.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Komposmentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 83x/menit, isi cukup kuat angkat
Pernapasan : 19x/menit
Suhu : 36,8oC

Status Generalisata
• Kepala
– Mata : Anemis (-), ikterik (-)
– Telinga : Lihat status lokalis
– Hidung : Lihat status lokalis
– Tenggorokan : Lihat status lokalis
– Leher : Lihat status lokalis
• Thoraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Extremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

2
Status Lokalis THT
Pemeriksaan Telinga
Aurikula Dextra Aurikula Sinistra

- helix sign (-) - helix sign (-)


Aurikula
- tragus sign (-) - tragus sign (-)
Lapang MAE Sempit Serumen (-)

Serumen (-) Mukosa hiperemis

Mukosa hiperemis Massa (-)

Massa (-)
Perforasi (+) sentral Membran tympani Perforasi (+) sentral

Refleks cahaya (-)


Refleks cahaya (-)

Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Nyeri tekan (-) Retroaurikuler Nyeri tekan (-)

Fistel (-) Fistel (-)

Pemeriksaan Hidung Pemeriksaan hidung luar


Inspeksi :
- Tidak terdapat pembengkakan hidung
- Bentuk hidung simetris kanan dan kiri
Palpasi :

- Krepitasi tulang hidung (-)

- Nyeri tekan hidung (-)

- Sinus paranasal : nyeri tekan pada: pangkal hidung (-), pipi (-/-), dahi (-)

Kavum Nasi  Rinoskopi Anterior


 Mukosa : Edema -/-, sekret -/- , hiperemis -/-, pucat -/-
 Konkha : hipertrofi -/-

3
 Septum Nasi : Lurus
 Massa : -/-

Rinoskopi posterior  Tidak Dilakukan

Pemeriksaan Tenggorok Nasofaring / Orofaring


Gigi : Terdapat beberapa gigi karies
Mukosa faring : Hiperemis(-), sekret (-), granulasi (-)
Arkus faring : Simetris kanan dan kiri
Uvula : Ditengah
Tonsil : T1/T1

Indirect Laringoskopi  Tidak dilakukan

Pemeriksaan Leher

Trakhea : Tepat lurus ditengah


Tiroid : Pada perabaan tidak ada benjolan yang ikut
gerakan menelan KGB : Tidak teraba adanya benjolan

RESUME

Perempuan, 19 tahun dengan keluhan keluar cairan, telinga gatal, dan sakit dari
telinga kanan dan kiri sejak + 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering keluar cairan dari
telinga, tetapi biasanya pasien diamkan saja cairannya akan hilang sendiri, kemudian
pasien juga suka mengorek telinganya dengan cotton buds, apabila mengorek telinga,
pasien sering mengorek hingga terasa sakit telinganya.
Setelah dilakukan pemeriksaan, gendang telinga kanan kiri pasien robek. Pasien di
anjurkan untuk melakukan operasi perbaikan gendang telinga oleh dokter.

Kesadaran kompos mentis dan tampak sakit sedang. Pemeriksaan generalis dalam
batas normal.

Pemeriksaan THT didapatkan :

 Telinga : AD/AS  Mukosa hiperemis, serumen (+), perforasi sentral,


refleks cahaya (-), hiperemis (+)

 Hidung :

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan hasil :

4
o Mukosa : Edema -/-, sekret -/- , pucat -/-

 Tenggorok : Terdapat beberapa gigi dengan sisa akar pada graham kanan dan
kiri bawah, Mukosa faring hiperemis (-) dan T1/T1

 Leher : Dalam batas normal

DIAGNOSIS KERJA

Otitis Media Supuratif Kronik AD-AS

RENCANA TATA LAKSANA

Non-Medikamentosa

• Dilarang membersihkan telinga dengan menggunakan Cutton Buds

• Bila menderita batuk dan flu, segera berobat ke dokter


• Hindari air masuk kedalam telinga
• Hindari aktivitas berenang dan menyelam
• Jaga hygiene mulut (tambal gigi bila ada yang bolong/ mencabut bila ada sisa akar)

Medikamentosa

• Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari diberikan pada telinga kanan dan kiri
• Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid : Otopain 3 x 2
tetes (penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1 atau
2 minggu karena bersifat ototoksik)
• Antibiotic sistemik : Amoxicillin 40 mg/kgBB/hari
• Antianalgetik : Paracetamol 10 mg/kgBB

RENCANA TINDAKAN OPERATIF

- Timpanoplasti.

PROGNOSIS

 Ad vitam : dubia ad bonam


 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Otitis Media Akut


Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Etiologi
Kuman penyebab pada OMA ialah bakteri piogenik seperti Streptococcus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus.Selain itu kadang-kadang ditemukan juga
Hemofilus influenza, Eshericia colli, Streptokokus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan
Pseudomonas aurugenosa.
Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.Hal
tersebut dikarenakan Tuba eustachius pada anak lebih pendek, lebih horizontal dan relatif
lebih lebar daripada dewasa.
Faktor Risiko
Faktor risiko terhadap tuan rumah (host) diantaranya usia, prematuritas, ras,
alergi, abnormalitas craniofasial, refluks gastroesophageal, adanya adenoid, dan
predisposisi genetik.
 Faktor risiko karena lingkungan terdiri dari infeksi saluran napas atas, level sosial
ekonomi, perawatan kesehatan harian, dan lain-lain.
 Riwayat Infeksi Saluran Napas Atas.
 Insiden meningkat pada saat musim gugur dan musim dingin
 Riwayat keluarga adanya penyakit pada telinga tengah dapat meningkatkan insiden.
 Adanya saudara kandung yang terkena OMA berulang, dapat menjadi salah satu
faktor risiko penyebab OMA.
 Riwayat OMA pada usia ≤ 1 tahun, meningkatkan risiko adanya OMA berulang.

Patofisiologi
Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa saluran nafas
termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba eustakius.
Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan fungsi tuba
eustakiusyaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah.

6
Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring hingga ke telinga
tengah, diantaranya melalui kerja silia.Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif
untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi
sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga
tengah.
Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium,
stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi,
stadium resolusi.
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif
di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.Kadang-kadang membran
timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.Stadium ini sukar dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis serta edem.Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Akibat terjadinya edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di
kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah
liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di dalam kavum timpani tidak berkurang,
menyebabkan terjadi iskemia, akibatnya tekanan pada kapiler-kapiler, serta
timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa.Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup

7
kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang (perforasi tidak mudah
menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Terjadi ruptur membran timpani terjadi karena beberapa sebab, antara lain
karena terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi.
Setelah terjadi ruptur, nanah akan keluar dan mengalir dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah akan menjadi tenang, suhu badan
turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan menjadi kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang terus
menerus atau hilang timbul.OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele)
berupa Otitis Media Serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa
terjadinya perforasi.
Gejala Klinik OMA
Gejala klinik tergantung dari stadium serta usia pasien. Pada anak yang sudah
dapat berbicara, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di samping
suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada anak
yang lebih besar atau pada orang dewasa, di samping rasa nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak
kecil gejala khas OMA ialah suhu tinggi hingga mencapai 39,50 C (pada stadium
supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-
kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur
membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak
tertidur tenang.
Terapi
Pengobatan pada OMA tergantung pada stadium penyakitnya.Sehingga terapi yang
diberikan pun tepat.
a. Stadium Oklusi

8
Pada stadium ini, tujuan pengobatan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga hilang. Dapat diberikan obat tetes hidungberupa HCl
efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam
larutan fisiologik untuk yang berumur > 12 tahun dan pada orang dewasa.
Disamping itu, sumber infeksi harus diobati.Antibiotika diberikan apabila penyebab
penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.
b. Stadium Presupurasi
Dapat diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.Bila membran timpani
sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.Antibiotik yang
dianjurkan adalah golongan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.Pemberian antibiotik dianjurkan
minimal selam 7 hari.Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/ kg BB per hari, dibagi
dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin
40 mg/ kg BB/ hari.
c. Stadium Supurasi
Diberikan antibiotika dan lebih baik disertai miringotomi, bila membran timpani
masih utuh.Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat
dihindari.
d. Stadium Perforasi
Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara
berdenyut (pulsasi).Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3 % selama
3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat
menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
e. Stadium Resulosi
Pada stadium ini akan terlihat Membran timpani berangsur kembali normal, sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran
timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga
tengah.Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.Bila 3

9
minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi
mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Subakut.Bila perforasi menetap
dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini
disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).
Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub
periosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses otak). Sekarang setelah ada
antibiotika, semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari
OMSK.

2. Otitis Media Supuratif Kronik


Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata (OMP)
atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.
Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsillitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kelainan
humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom
kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab OMSK antara lain lingkungan, genetik, otitis media sebelumnya, infeksi
saluran nafas atas, autoimun, alergi, dan gangguan fungsi tuba eustachius.Beberapa faktor-
faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :
 Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
 Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.

10
 Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
 Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.
Perjalanan Penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi ottis media supuratif
kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
maka disebut Otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor penyebab OMA menjadi
OMSK ialah terapi yang terlambat diberika, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada
perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih
ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang
terletak di pars flaksida.Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi:
a. Perforasi Sentral kecil b. Perforasi Sentral (Sub Total)

c. Perforasi Atik d. Perforasi Postero Superior/ Marginal

Jenis OMSK
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna. Berdasarkan
aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK tenang.
a. OMSK aktif, merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif.
b. OMSK tenang, ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninyaterlihat basah atau
kering.

11
a. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya OMSK tipe benigna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya.Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat
kolesteatoma.
b. OMSK tipe Maligna
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah
suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). OMSK tipe maligna
dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada
OMSK tipe maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.
Diagnosis OMSK
Untuk mendiagnosis OMSK dapat ditegakan dengan cara:
1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering
dijumpai adalah telinga berair, adanya secret di liang telinga yang pada tipe tubotimpanal
sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak berbau busuk dan
intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk,
kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar
dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang
pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus
dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
4. Pemeriksaan radiologi

12
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
Gejala Klinik OMSK Tipe Maligna
Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya,
maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di
kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK
tipe maligna, yaitu perforasi pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan
tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat;
abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi di liang
telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatom pada telinga tengah
(sering terlihat di epitimpanium), sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma
kolesteatom) atau terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

Terapi OMSK
Terapi OMSK terkadang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang,
karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu:
a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
d. Gizi dan higiene yang kurang.
Tipe Benigna
Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar
terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memeberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Karena semua obat tetes yang mengandung
antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga dianjurkan penggunaan obat tetes telinga jangan
diberikan terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.
Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi
terhadap penisilin).Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resistensi terhadap
ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulat.

13
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Tipe Maligna
Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler,
maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan
mastoidektomi.
Jenis Pembedahan Pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
a. Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga

14
direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.
d. Miringoplasti
Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya
adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan
perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
e. Timpanoplasti
Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK benigna
yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuannya adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka
dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang
pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan 12
bulan.
f. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan Benigna dengan
jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK
maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan kolesteatom.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatom, sarana yag tersedia dan pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi
atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis
operasi tersebut atau modifikasinya.

15
Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya
yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian. Tendensi otitis media
mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore.
Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan
menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna,
tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada
OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
1. Komplikasi ditelinga tengah
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf ( sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hindrosefalus otitis

16
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher edisi 6. Jakarta: FKUI. 2007

2. Guyton, AC, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. EGC: Jakarta.1997.

3. Adams, George L. M.D et all. BOIES Fundamentals of otolaryngology. Edisi VI.


EGC: Jakarta. 1997.

4. Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta,2004

5. Spanner, Spalteholz, Atlas Anatomi Manusia, Bagian ke II, edisi 16, Hipokrates,
Jakarta,1994.

6. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.13th Ed. Jilid 1.
Alih bahasa staf ahli bagian THT RSCM-FK UI. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994.h.
391-6.

17

Anda mungkin juga menyukai