M. Afif Akbar
Plasenta belum lahir setelah 30 menit Tali pusat putus Retensio plasenta
Uterus berkontraksi baik Inversi uteri
Perdarahan segera Perdarahan lanjutan
Gejala dan tanda yang selalu ada Gejala dan tanda penyerta Diagnosis
Plasenta atau sebagian selaput lahir tidak Uterus berkontraksi tetapi Sisa plasenta
lengkap tinggi fundus tidak berkurang
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversi uteri
Lumen vagina terisi massa Pucat
Nyeri sedikit atau berat
Perdarahan segera
Tampak tali pusat (jika plasenta belum
lahir)
Sub-involusi uterus Anemia Perdarahan terlambat
Nyeri tekan perut bawah Demam Endometritis/sisa plasenta
Perdarahan > 24 jam setelah persalinan;
perdarahan bervariasi (ringan atau berat,
terus menerus atau tidak teratur)
dan berbau (jika disertai infeksi)
langkah-langkah sistematik untuk
mendiagnosa perdarahan pascapersalinan.
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari :
• Sisa plasenta dan ketuban
• Robekan uteri
• Plasenta succenturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises
yang pecah.
Tatalaksana
B-Lynch suturing
Retensio atau sisa plasenta
• Pengeluaran plasenta dilakukan dengan manual plasenta. Bila
sebagian plasenta telah terlepas dan menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak segera antisipasi dengan manual plasenta
• Sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual, kecuali pada kondisi
plasenta akreta, inkreta, dan perkreta. Untuk memastikan adanya sisa
plasenta dapat dilakukan eksplorasi dengan tangan, kuret, atau
ultrasonografi
Manual plasenta
Robekan jalan lahir
• Robekan perineum, vagina, hingga serviks umumnya mudah diidentifikasi
dengan inspeksi dan inspekulo.
• Semua sumber perdarahan yang terbuka harus diklem, diikat, dan luka
ditutup dengan catgut lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.
• Umumnya penjahitan dilakukan dengan anestesi lokal, kecuali bila
penderita sangat kesakitan dan tidak kooperatif, dapat dilakukan konsultasi
dengan sejawat anestesi untuk ketenangan dan keamanan saat hemostasis.
• Ruptur uteri dan robekan jalan lahir yang luas, melibatkan struktur sekitar
misalnya rektum dan vesika urinaria, membutuhkan intervensi bedah.
Gangguan koagulasi
• Pemberian produk darah pengganti seperti trombosit, fibrinogen
• Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya
seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi
atau pemberian EACA (epsilon amino caproic acid)
Terapi pembedahan
• Laparatomi
• Ligasi arteri
• Ligasi uteri uterine
• Ligasi arteri ovarii
• Ligasi arteri iliaca interna
• Histerektomi
Manajemen perdarahan pascapersalinan
Pencegahan
1. Mengoptimalkan kondisi ibu sebelum hamil dan saat bersalin, misalnya
mengatasi anemia, mengatasi penyakit kronis, memperbaiki keadaan umum
2. Mengidentifikasi faktor resiko perdarahan postpartum baik antepartum
maupun intrapartum, sehingga kehamilan beresiko tinggi segera dapat ditolong
oleh tenaga kesehatan terlatih di tempat rujukan dengan fasilitas memadai.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
5. Kehamian resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun.
6. Membekali diri dengan penguasaan langkah-langkah pertolongan pertama
menghadapi perdarahan postpartum, dan mengadakan rujukan sebagaimana
mestinya.