Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Tugas Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Infeksi Maternal (Sifilis) ”. Berkat bimbingan
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak maka Tugas Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Infeksi Maternal (Sifilis) ” ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Ida Ayu Ningrat Pangruating Diyu, S.Kep, MS selaku Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas 2.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kekurangan dari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan selanjutnya.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Penyakit Menular Seksual (PMS)
merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak
menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada
dewasa muda perempuan di negara berkembang (Sarwono, 2011). Menurut World
Health Organization (WHO, 2011) sebanyak 70% pasien wanita dan beberapa pasien
pria yang terinfeksi gonore atau klamidia mempunyai gejala yang asimptomatik.
Antara 10% – 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidia yang tidak tertangani
akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease. Penyakit menular seksual
juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita.
Hasil dari tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis. Secara teori tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang penyakit menular seksual sifilis . Secara praktis tulisan ini
diharapkan dapat memberikan bimbingan dalam menentukan diagnosa keperawatan serta
intervensi yang dapat diberikan pada ibu dan janin dengan penyakit menular seksuan
sifilis.
BAB II PEMBAHASAN
Sifilis adalah penyakit kronis dan bersifat sistemik yang menyerang seluruh
organ tubuh. Etiologi sifilis adalah Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Treponema pallidum yang bersifat akut dan kronis ditandai dengan lesi primer
diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk ke dalam
periode laten diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem
saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.
Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita
lainnya. Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang sedang hamil yang telah
tertular penyakit ini bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis juga dapat diartikan
sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan peyakit
kronis dan dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam
kandungan melalui plasenta.
Efek sipilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut
terjadi, dan pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan
melahirkan bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak segera diobati
akan menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal di dalam
rahim atau menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4
kehamilan.
Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta memberi perlindungan terhadap
janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadi
sebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan pengobatan dengan segera,
sehingga kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.
2.3 Etiologi
Penyebab sifilis ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales.
T. Pallidum ini ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman pada tahun 1905 (Djuanda,
2010). Organism ini memasuki tubuh pasangan seksual melalui luka pada kulit atau
epitel dan menyebar melalui darah (Patrick).
2.4 Klasifikasi
Pembagian penyakit Sifilis menurut WHO terdiri dari sifilis dini dan sifilis
lanjut dengan waktu diantaranya 2-4 tahun.Sifilis Dini dapat menularkan penyakit
karena terdapat Treponema pallidum pada lesi kulitnya, sedangkan Sifilis Lanjut tidak
dapat menular karena Treponema pallidum tidak ada.
Secara klinis ada beberapa stadium sifilis yaitu stadium primer, sekunder,
laten dan tersier. Stadium primer dan sekunder termasuk dalam sifilis early sementara
stadium tersier termasuk dalam sifilis laten atau stadium late latent (CDC, 2010).
2.5 Patofisiologi
Sebagian besar kasus sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual (vaginal,
anogenital, dan orogenital), tetapi juga dapat menyebar secara kongenital (pada
kehamilan melalui transplasenta atau selama persalinan melalui jalan lahir). Penularan
melalui produk darah juga telah dilaporkan terjadi pada beberapa kasus. Bakteri dapat
masuk melalui mikrotrauma dari kulit atau mukosa. Bakteri bereplikasi, kemudian
menuju ke kalenjar limfe, masuk ke pembuluh darah dan menyebar secara sistemik
dalam waktu 24 jam. Infeksi akan menunjukkan manifestasi klinis dalam rentang waktu
10 – 30 hari setelah T. pallidum masuk dan menimbulkan lesi primer
a. Sifilis Dini
1. Sifilis Primer Sifilis stadium I (Sifilis primer), timbul 10-90 hari setelah terjadi
infeksi. Lesi pertama berupa makula atau papula merah yang kemudian menjadi
ulkus (chancre), dengan pinggir keras, dasar ulkus biasanya merah dan tidak sakit
bila dipalpasi. Sering disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
regional. Lokalisasi chancre sering pada genitalia tetapi bisa juga ditempat lain
seperti bibir, ujung lidah, tonsil, jari tangan dan puting susu. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis yang khas berupa chancre serta ditemuiTreponema
pallidum pada pemeriksaan stadium langsung dengan mikroskop lapangan gelap.
Apabila pada hari pertama hasil pemeriksaan sediaan langsung negatif,
pemeriksaan harus diulangi lagi selama tiga hari berturut-turut dan bila tetap
negatif, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan serologis. Selamadalam
pemeriksaan sebaiknya ulkus dibersihkan atau dikompres dengan larutan garam
faal fisiologis.
2. Sifilis Sekunder (S II) Timbul setelah 6-8 minggu sejak S I. Pada beberapa kasus
keadaan S II ini sering masih disertai S I. Pada S II dimulai dengan gejala
konsistensi seperti anoreksia, demam, athralgia, angina. Pada stasium ini kelainan
pada kulit, rambut, selaput lendir mulut dan genitalia, kelenjar getah bening dan
alat dalam. Kelainan pada kulit yang kita jumpai pada S II ini hampir menyerupai
penyakit kulit yang lain, bisa berupa roseola, papel-papel, papulo skuamosa,
papulokrustosa dan pustula. Pada SII yang dini biasanya kelainan kulit yang khas
pada telapak tangan dan kaki. Kelainan selaput lendir berupa plakula atau plak
merah (mucous patch) yang disertai perasaan sakit pada tenggorokan (angina
sifilitica eritematosa). Pada genitalia sering kita jumpai adanya papul atau plak
yang datar dan basah yang disebut kondilomata lata. Kelainan rambut berupa
kerontokan rambut setempat disebut alopesia areata. Kelainan kuku berupa onikia
sifilitaka, kuku rapuh berwarna putih, suram ataupun terjadi peradangan (paronikia
sifilitaka). Kelainanmata berupa uveitis anterior.Kelainan pada hati bisa terjadi
hepatitis dengan pembesaran hati dan ikterus ringan. Kelainan selaput otak berupa
meningitis dengan keluhan sakit kepala, muntah dan pada pemeriksaan cairan
serebro spinalis didapati peninggian jumlah sel dan protein. Untuk menegakkan
diagnosis, disamping kelainan fisik juga diperlukan pemeriksaan serologis.
3. Sifilis Laten Dini Gejala klinis tidak tampak, tetapi hasil pemeriksaan tes serologi
untuk sifilis positif.Tes yang dilanjutkan adalah VDRL dan TPHA.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sikatrik bekas S I pada genitalia atau makula
atrofi bekas papul-papul S II. Pemeriksaan tes serologi sifilis positif.
4. Sifilis Kongenital Lanjut Kelainan umumnya timbul setelah 7–20 tahun. Kelainan
yang timbul :
a. Keratitis interstisial
b. Gumma
c. Neurosifilis
d. Kelainan sendi: yaitu artralgia difusa dan hidatrosis bilateral (clutton’s joint).
5. Stigmata Lesi sifilis kongenital dapat meninggalkan sisa, berupa jaringan parut dan
deformitas yang karakteristik yaitu (Saravanamurthy, 2009) :
1. Muka: saddle nose terjadi akibat gangguan pertumbuhan septum nasi dan
tulang-tulang hidung. Buldog jawakibat maksila tidak berkembang secara
normal sedangkan mandibula tidak terkena.
2. Gigi: pada gigi seri bagian tengah lebih pendek dari pada bagian tepi dan jarak
antara gigi lebih besar (Hutchinson’s teeth).
2.7 Komplikasi
Pada ibu hamil yang menderita sifilis, bakteri Treponema Pallidum tersebut
dapat ditransmisikan dari ibu ke fetus melalui pembuluh darah kapiler plasenta.
Akibatnya, muncul berbagai manifestasi klinis yang berupa Adverse Pregnancy
Outcomes (APOs), terdiri dari stillbirth, kematian dini pada fetus, bayi berat lahir rendah,
prematur, kematian neonatal, infeksi atau penyakit pada bayi baru lahir (bayi dengan
serologi reaktif).
1. Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik
yaitu kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu
test ini dapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif
(BFP).
2.9 Penatalaksanaan
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum
hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus
diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL, bila perlu diobati
dangan terapi penisilin G injeksi. Penting untuk diketahui dalam pemilihan obat-
obatan untuk ibu hamil perlu memperhatikan pengaruh buruk yang akan terjadi pada
janinya. Sedangkan jenis pinisilin dan eritrosin merupakan obat untuk ibu hamil yang
tidak memberikan efek atau pengaruh buruk terhadap janinnya.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2011. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin
diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100
mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten.
Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat
absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari,
Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I
dan S II.
2.10 WOC Sifilis
2.11 Asuhan Keperawatan Teoritis Penyakit Sifilis pada Ibu Hamil
A. Pengkajian
1. Identitas klien
1). Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa, yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk rumah
sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.
2). Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku.
2. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
2). Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat
BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian
bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual),
apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan
terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil)
3). Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien). Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual.
Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan
seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks
dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun
terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi.
4). Riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain
atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata,
tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya
3. Pola kebiasaan
1. Bernafas
Mengkaji frekuensi pernafasan klien sebelum dan sesudah terinfeksi penyakit
sifilis, apakah klien mengalami sesak nafas atau kesulitan bernafas saat hamil
dengan infeksi sifilis
2. Nutrisi (makan dan minum)
Mengkaji asupan nutrisi makanan dan minuman ibu sebelum dan sesudah
terinfeksi penyakit sifilis, biasanya klien mengalami anoreksia dan nausea
3. Eliminasi (BAB&BAK)
Mengkaji BAB klien sebelum dan sesudah , apakah lancar atau tidak, warna
dan konsistensi feses. Mengkaji BAK pasien sebelum dan sesudah terkena
infeksi sifilis, frekuensi BAK, warna dan bau urin. Biasanya klien mengalami
gejala: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar Nanah.
4. Gerak badan
Mengkaji klien apakah sering melakukan gerak badan dan mengikuti kelas ibu
hamil
5. Istirahat dan Tidur
Mengkaji lamanya klien tidur dan apakah ada gangguan saat tidur sebelum dan
sesudah terinfeksi penyakit sifilis dan kaji apakah ada rasa nyeri ataupun tidak
nyaman pada saat ingin tidur
6. Berpakaian
Mengkaji klien apkah menggunakan pakaian yang sopan dan nyaman, apakah
pasien sering mengganti pakaian dalam pasien.
7. Rasa Nyaman
Mengkaji klien apakah pasien mengalami nyeri atau tidak selama terinfeksi
penyakit sifilis.
8. Kebersihan Diri
Mengkaji klien berapa kali pasien mandi dalam satu hari dan berapa kali
melakukan vulva hygine dalam sehari.
9. Rasa Aman
Mengkaji klien apakah selama terinfeksi penyakit sifilis ini mendapat rasa
aman dari keluarga, suami maupun kerabat
10. Pola Komunikasi/ Hubungan dengan Orang Lain
Mengkaji klien apakah selama terinfeksi penyakit sifilis ini mendapat
penolakan dari keluarga atau lingkungan dan kaji apakah klien tetap
berinteraksi dengan baik pada keluarga, suami maupun kerabat dekat.
11. Ibadah
Mengkaji bagaimana pola spiritual klien pada saat terinfeksi penyakit sifilis ini
dalam kepercayaannya. Berapa kali klien melakukan persembahyangan.
12. Produktivitas
Mengkaji klien apakah selama terinfeksi penyakit sifilis klien tetap melakukan
pekerjaannya. Kaji apakah klien cepat merasa lelah atau tidak
13. Rekreasi
Mengkaji klien apakah klien selama terinfeksi tetap sering melakukan rekreasi
atau tidak
14. Kebutuhan belajar
Mengkaji klien apakah klien mengerti dan memahami mengenai penyakit
infeksi yang sedang klien alami.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : pastikan keadaan umum pasien dalam keadaan baik.
b. Tanda vital : periksa apakah suhu tubuh, tekanan darah, nadi, respirasi pasien
dalam keadaan normal.
c. Berat badan : tanyakan apakah ada pada penurunan berat badan.
d. Inspeksi :
- Adanya eritem dan papula, macula, postula, vesikula, dan ulkus.
- Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra genital, bibir, lidah, tonsil, jari,
dan anus.
- Kelainan selaput lender dan limfa denitis
- Kelainan pada mata dan telinga.
- Kelainan pada tulang dan gaya berjalan.
e. Palpasi
- Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan
f. Aukultasi
- Perubahan suara pada paru – paru, jantung, dan system pencernaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peradangan lapisan kulit ditandai
dengan elfloresensi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(kerusakan integritas kulit)
5. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan hambatan hubungan dengan
pasangan ditandai dengan mengeluh sulit melakukan hubungan seksual
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir proses keperawatan dengan
cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana tercapai atau tidak (Alimul, 2006).
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka