Anda di halaman 1dari 31

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan dengan Kasus
Waham” ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa serta meningkatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan dengan
Kasus Waham.
Makalah ini kami sajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun makalah ini, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa dan
juga teman-teman kelompok yang telah bekerjasama dari awal sampai terselesaikannnya
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Denpasar, 25 Oktober 2019

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya
berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb,
2003 dalam Purba, 2008). Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang
salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realitas social.
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas,
merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap
kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada
lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran
personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman
diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau
harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat
berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit yang mendalam
(kartono, 1981).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025 sampai
0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun
sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut penelitian WHO
prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk.
Di Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak
30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan
psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang digambarkan di
atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas negara ( Sartorius & jablonsky,
1974 dalam Davison, 2006).
Dari urain diatas, mengingat betapa banyaknya pendererita yang mengalami
gangguan proses fikir: Waham, kita tidak bisa memandanganya sebelah mata, serta
dengan melihat betapa besar peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam hal ini kami selaku kelompok mengankat materi tentang gangguan proses fikir:
Waham.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari waham ?
2. Apa etiologi dari waham ?
3. Bagaimana proses terjadinya waham ?
4. Bagaimana klasifikasi dari waham ?
5. Apa tanda dan gejala dari waham ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari waham ?
7. Bagaimana pohon masalah dari waham ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien waham ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari waham


2. Mengetahui etiologi dari waham
3. Mengetahui proses terjadinya waham
4. Mengetahui klasifikasi dari waham
5. Mengetahui tanda dan gejala dari waham
6. Mengetahui penatalaksanaan dari waham.
7. Mengetahui pohon masalah dari waham
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien waham.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dam beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,dkk.
2015, p112).
Seorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan
dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal (Varcarolis, 2006, p397).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penelitian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart
dalam Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).

2.2 Etiologi Waham


Etiologi dari waham yang dijelaskan dalam buku Diagnosa Keperawatan
Psikiatri oleh M.C. Townsend etrdapat enpat teori, yakni :
1. Teori Biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik
yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan kejiwaan
(Heston,1997; Gottesman, 1978; di dalam Townsend, 1998). Tampak bahwa
individu-individu yang berada dalam resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah
mereka yang mempunyai anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orangtua, saudara kandung, sanak saudara yang lain)
Secara relatif ada pemelitian baru yang mengatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu kenyataan sejak lahir,
terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan mempelihatkan adanya suatu
“kekacauan” dari sel-sel piramidal di dalam otak dari orang-orang yang
menderita skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang yang tidak
mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; dalam Townsend
1998).
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan
disfungsi keluarga (Bowen, 1978; dalam Townsend, 1998). Konflik diantara
suami istri memengaruhi anak, dan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus
pada ansietas. Di masa anak harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua
dan masuk ke masa dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan masa dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu huhungan
orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi (Sillivan, 1953, dalam
Townsend,1998). Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan
penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya diri
kepada orang lain. Bila tingkat ansitas yang tinggi dipertahankan maka konsep
diri anak akan mengalami ambivalen. Suatu kemunduran spikosis memberika
tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman dalam suatu hubungan yang
intim/akrab.

4. Teori Psikodinamik
Hartman (1964) dalam Townsend menegaskan bahwa psikosis adalah hasil
dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang dihambat oleh suatu hubungan
saling mempengaruhi antara nak dan orangtua. Karena ego menjadi lemah,
penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu ansitas yang ekstrim
menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan segemn “id” dama kepribadian.

2.3 Proses Terjadinya Waham

Proses terjadinya waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa oleh Yusuf,dkk, 2015 terjadi dalam enam fase, yakni:

a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)


Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang
dengan status sosial dan ekonomi yang sangat terbatas. Biasanya pasien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hudupnya
mendorongnya untuk emlakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena
adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial
yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai
kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien megalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah
suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting,
dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalm hidupnya, sebab kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien
mencoba memberikan koreksi bahawa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjadiperasan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien
tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment supprt)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-lama kelamaan
pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
mengangga- bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improvinf)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham yang sering berkaitan dengan
kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri an orang lain.

2.4 Klasifikasi Waham

Klasifikasi waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar Keperawatan Kesehatan


Jiwa (Yusuf,dkk, 2015, p113) dibagi menjadi lima macam, yakni:

a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah
di berbagai Negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada beberapa orang atau kelompok yang berusaha merugikan
/ mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya, suster akan mencuri makanan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.”
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : ”saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini
adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”

2.5 Tanda dan Gejala Waham

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar, mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar
biasa, serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar orang lain atau sekelompok
orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakt yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang
lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis,
suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, dan gelisah (Yusuf, dkk, 2015, p113).

Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokan sebagai berikut:

1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinan
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku danhubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu mkan berkurang dan sulit tidur

2.6 Penatalaksanaan Waham


Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanan klien dengan
waham meliputi farmakoterapi, ECT dan terapi lainnya seperti terapi spikomotor, terapi
rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual
dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan
waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksaan yang terakhir adalah rehabilitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehiduoan masyarakat.
2.7 Pohon Masalah

Risiko kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah: kronis

2.8 Asuhan keperawatan pada klien dengan kasus waham

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA TUAN K


DENGAN KASUS WAHAM AGAMA

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. K (L) Tanggal Pengkajian : 29 oktober 2019
Umur :44 tahun RM No. :-
Alamat : Jl. Maxxxla Wxxxi No: 20
Pekerjaan : Tidak bekerja
Informan : Pasien

II. ALASAN MASUK


Pasien dirumah terlihat suka bengong dan pasien mengatakan suka melihat dewa wisnu
dan dewi shinta
III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan jika ia suka mempelajari ilmu keagamaan, pasien mengatakan jika
dirinya seorang pendeta yang hebat dan ia adalah ia adalah pendeta yang sangat
terkenal.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? √ ya tidak

Bila ya jelaskan: pasien mengatakan bahwa ia adalah pendeta yang sangat kuat.
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil √ Kurang Berhasil Tidak Berhasil
Karena: pasien mengatakan ia terlalu dikekang oleh perawat di RSJ Bangli dan
merasatidak nyaman.
Masalah keperawatan : Regimen terapeutik tidak efektif.
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
ya √ tidak

Bila ya jelaskan: tidak ada keluhan.

 RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
√ 34
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal

Jelaskan : pasien pernah mengalami penolakan saat berusia 39 tahun saat ia


bekerja sempat dipecat dan ditolak 3 kali

6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural,
spiritual):
Pasien mengatakan bahwa ia dulu sempat ditolak 3 kali di sebuah perusahaan
sehingga membuatnya stres

Masalah keperawatan : koping indifidu tidak efektif


7. Kesan Kepribadian klien: √ extrovert introvert

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


ya √ tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/ perawatan


______________ ______________ _________________________
______________ ______________ _________________________
Masalah keperawatan : tidak ada

V. STATUS MENTAL

1.Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti biasanya
Jelaskan : pasien menggunakan pakian yang baik dan benar
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

2.Kesadaran
 Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
√ compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma
Keterangan : E4 V5 M6

 Kwalitatif
√ tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur
hipnosa disosiasi

3.Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan: pasien tidak ada mengalami disorientasi waktu, tempat dan waktu
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

4.Aktivitas Motorik/ Psikomotor


Kelambatan:
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea

Peningkatan:
√ hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase
tremor √ gagap (kadang-kadang)
stereotipi mannarism
katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma
nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit
kompulsif lain-2 sebutkan

5.Afek/ Emosi
√ adequat tumpul dangkal/ datar
labil inadequat anhedonia
marasa kesepian eforia ambivalen
apati marah depresif/ sedih
cemas: ringan sedang
berat panik
Jelaskan :pasien terlihat sesuai dengan topik pembicaraan/ keadaan
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

6.Persepsi
√ halusinasi ilusi depersonalisasi

derealisasi

Macam Halusinasi
pendengaran √ penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan

Jelaskan : pasien mengatakan pernah melihat dewa wisnu.


Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori: pengelihatan

7.Proses Pikir
 Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/
persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat √ bicara cepat
irelevansi √ main kata-kata afasi
assosiasi bunyi lain2 sebutkan..

Jelaskan : pada saat bicara pasien kadang-kadang membolak balikkan cerita.


Masalah keperawatan : resiko tinggi prilaku kekerasan

 Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolaso sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia
√ waham: sebutkan jenisnya
√ agama somatik, hipokondrik kebesaran
curiga nihilistik sisip pikir
siar pikir kontrol pikir kejaran
dosa

Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa ia seorang pendeta yang sangat kuat


Masalah keperawatan : Gangguan konsep pikir: Waham Agama.

 Bentuk Pikir
realistik √ nonrealistik
autistik dereistik

8.Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia
paramnesia hipermnesia
Jelaskan : Tidak ada masalah dengan memori pasien.
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

9.Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung
sederhana

Jelaskan : Tidak ada masalah dengan tingkat konsentrasi dan berhitung,


Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

10. Kemampuan Penilaian


√ gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : Pasien dapat memilih dan memberikan alasan dari pilahannya


tersebut.
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.
11. Daya Tilik Diri/ Insight
mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Tidak ada masalah daya tilik diri
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.
12. Interaksi selama Wawancara
bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga

Jelaskan : Pada saat wawan cara pasien baik dan mampu/ mau diwawancara.
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

VI. FISIK
1. Keadaan umum : Compos Mentis E4 V5 M6
2. Tanda vital : TD:110/80 N: 74 S: 36, 1 P: 20
3. Ukur : TB:170 BB:60 turun naik
4. Keluhan fisik: √ tidak ada masalah
Tidak ada keluhan fisik dari pasien.
5. Pemeriksaan fisik:
Jelaskan : Tidak ada masalah pada pemeriksaan fisik pasien.
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Citra tubuh positif, pasien mengatakan sangat percaya diri dimana
saja.
b. Identitas : Pasien mengatakan bernama Tn. K, yang berumur 49 tahun, pasien
mengku sebagai pendita yang kuat dan tidak terkalahkan.
c. Peran : Pasien mengatakan suami dari istrinya Ny. R dan pendita yang hebat,
tak terkalahkan.
d. Ideal diri : Pasien mengatakan berharap ingin menyaingi kakaknya agar lebih
baik dan melanjutkan menjadi pendita yang paling hebat di bali.
e. Harga diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya sangat percaya diri dan berani
Masalah keperawatan : gangguan konsep pikir : waham agama.
2. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki
: Perempuan

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat :
Pasien mengatakan bahwa ia sering bercerita dengan istrinya dan menyelesaikan
masalah dengan teman
b. Peran serta dalam kelompok/ masyaraka:
Pasien mengatakan sering bermain dengan temannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki masalah dalam berhubungan dengan
orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

4. Spiritual dan kultural


a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa ia mempercayai Tuhan dan ia sangat dijaga dan
disayangi oleh Tuhan.
b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya
Pasien terlalu percaya yang membuatnya merasa dewa Wisnu di depannya dan ia
adalah pendeta yang sangat kuat.
c. Kegiatan ibadah
Sembahyang pagi dan sore. Pasien terkadang diam dan menyanyikan mantra
mantra-mantra agama.
Masalah keperawatan: Waham agama dan halusinasi pengelihatan.

VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan
√ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
2. BAB/BAK
√ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

3. Mandi
√ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
√ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : 13.00 wita s/d 14.00 wita total : 1 jam
Tidur malam lama : 21.00 wita s/d 07.00 wita total: 10 jam

Aktivitas sebelum / sedudah tidur : sebelum tidur pasien biasa mandi dan saat
bangun tidur pasien biasa duduk di teras dan
minum kopi.

6. Pengginaan obat
√ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan √ Ya Tidak
Sistem pendukung √ Ya Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah


Mempersiapkan makanan √ Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah √ Ya Tidak
Mencuci pakaian √ Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya √ Tidak

9. Aktivitas di luar rumah


Belanja √ Ya Tidak
Transportasi √ Ya Tidak
Jelaskan : pasien mampu melakukan aktivitas sendiri.

Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

IX. MEKANISME KOPING


Adatif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
Tidak ada keluhan.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
Tidak ada keluhan.
Masalah dengan pendidikan, uraikan
Tidak ada keluhan.
√ Masalah dengan pekerjaan, uraikan
Pasien mengatakan tidak memiliki pekerjaan, sempat 3 kali ditolak dari
pekerjaannya.
Masalah dengan perumahan, uraikan
Tidak ada keluhan.
Masalah dengan ekonomi, uraikan
Tidak ada keluhan.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
Tidak ada keluhan.
Masalah lainnya, uraikan
Tidak ada keluhan.
Masalah keperawatan : tidak ada keluhan.

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


√ Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presiptasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Masalah keperawatan : Defisiensi pengetahuan.

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia
Terapi medik : SKIZONOATE 1 ampl/bulan sekali, terakhir tanggal 2 januari 2019
Clozapine 100mg ½ x 2 per hari.

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan proses pikir: Waham Agama.
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3. Defisiensi pengetahuan
4. Regimen terapeutik tidak efektif.
5. Resiko perilaku kekerasan.
6. Koping individu tidak efektif

XIV. ANALISA DATA


NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF PROBLEM

1 - Pasien mengatakan suka - Pasien sering terdengar Gangguan proses


mempelajari ilmu agama. menyanyikan mantra-mantra pikir: Waham
Agama.
- Konsep diri pasien mengku agama.
sebagai pendita yang kuat - Bentuk pikir nonrealistik.
dan tidak terkalahkan, dan
pasien mengatakan berharap
ingin menyaingi kakaknya
agar lebih baik dan
melanjutkan menjadi
pendita yang paling hebat di
bali
2 - Pasien mengatakan bahwa ia - Pasien tampak sering Gangguan sensori
biasa melihat Dewi Shinta bengong dan pandangan persepsi : halusinasi

dan Dewa Wisnu. tampak kosong.


- Pasien terlalu percaya yang - Pasien sering menyanyikan
membuatnya merasa dewa lagu mantra-mantra agama
Wisnu di depannya dan ia untuk pemujaan dewa.
adalah pendeta yang sangat
kuat
3 - Pasien mengatakan tidak - Pasien tampak bingung dan Defisiensi
tahu tentang penyakitnya tidak bias menjawab saat pengetahuan.
dan apa iti waham maupun ditanya tentang waham atau
apa penyebabnya. penyakitnya.
4 - Pasien mengatakan sempat - Riwayat gangguan jiwa Regimen terapeutik
masuk ke RSJ Bangli 4 tidak efektif.
tahun yang lalu.
- Pasien mengatakan tidak
nyamansaat berada di RSJ
Bangli karena terlalu di
kekang.
5 - Pasien mengatakan sering - Pasien sering berbicara Resiko perilaku
melihat dewa wisnu. cepat, dan bermain-main kekerasan.
kata
6 - Pasien mengatakan bahwa ia - Pasien tampak bingug dan Koping individu
tidak efektif
pernah dipecat isi fikir nonrealistik.
- Pasien mengatakan ia
pernah ditolak sampai 3 kali
di perusahaan lain.

XV. POHON MASALAH


Resiko perilaku Effect
kekerasan

Regimen terapeutik Waham Agama


tidak efektif. Core problem

Defisit Halusinasi Penglihatan


Pengetahuan

Koping Individu Etiologi


Tidak Efektif

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan proses pikir: Waham Agama.


2) Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3) Defisiensi pengetahuan
4) Regimen terapeutik tidak efektif.
5) Resiko perilaku kekerasan.
6) Koping individu tidak efektif
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan prioritas)
Ruang : Rumah Berdaya
Nama Pasien :Tn. K
No. Register :
No. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA
Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
1 29/10/2019 Gangguan konsep pikir: Waham Belum teratasi
Agama.

Gangguan persepsi sensori:


2 30/10/2019 Belum teratasi
halusinasi

Defisiensi pengetahuan
3 31/10/2019 Belum teratasi

Regimen terapeutik tidak efektif.


4 1/11/2019 Masih diberikan

Resiko tinggi perilaku kekerasan.


5 2/11/2019 Belum teratasi

Koping individu tidak efektif


6 3/11/2019 Belum teratasi
INTERVENSI KEPERAWATAN JIWA
NO TANGGAL TUJUAN INTERVENSI
1 29/10/2019 1. Klien dapat membina SP I Pasien
hubungan saling
1. Bina hubungan saling
percaya
2. klien dapt percaya
mengidentifikasi
2. Membantu orientasin realita
kemampuan yang
dimiliki 3. Mendiskusikan kebutuhan
3. Klien dapat
yang tidak terpenuhi
mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak (ketenangan dengan
terpenuhi
mengajarkan melukis)
4. Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya (menyiapkan
alat-alat lukis)
5. Menganjurkan pasien
memasukka dalam jadwal
kegiatan harian

2 30/10/2019 1. Klien dapat SP II Pasien


menetapkan dan
1. Mengevaluasi jadwal
merencanakan
kegiatan sesuai kegiatan harian pasien
dengan kemampuan
(melukis)
yang dimiliki
2. Klien dapat 2. Berdiskusi tentang
melakukan
kemampuan yang memiliki
kemampuan yang
dimiliki (hobi pasien yaitu melukis
dan melipat origami)
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki (melipat origami)

3 31/10/2019 1. Klien dapat 3. SP III Pasien


melakukan kegiatan
1. Mengevaluasi jadwal
yang telah terjadwal
1x pertemuan kegiatan harian pasien
2. Klien dapat
2. Memberikan pendidikan
menggunakan obat
dengan benar kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

1. Klien dapat dukungan


SP I Keluarga
4 1/11/2019 dari keluarga
1. Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala waham, dan
jenis waham yang dialami
pasien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien waham

5 2/11/2019 1. Klien dapat . SP II Keluarga


memanfaatkan sistem
1. Melatih keluarga
pendukung yang ada
mempraktekan cara merawat
pasien dengan waham
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada pasien waham

6 3/11/2019 1. Klien dapat minum SP III Keluarga


obat dengan benar
1. Membantu keluarga
2. Klien dapat
memanfaatkan sistem membuat jadwal aktivitas di
pendukung yang ada
rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber
rujukan yang bisa dijangkau
keluarga
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

NO TANGGAL & IMPLEMENTASI EVALUASI


JAM KEPERAWATAN
1 Selasa, SP I Pasien
29 oktober 2019 1. Membantu orientasi realita S: Pasien mengatakan
2. Mendiskusikan kebutuhan senang melukis dan
yang tidak terpenuhi senang melukis ongkara,
(ketenangan dengan ying dan yang, swastika.
mengajarkan melukis)
3. Membantu pasien memenuhi O:pasien terlihat tenang saat
kebutuhannya (menyiapkan diajak melukis dan
alat-alat lukis) tampak focus.
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal A:SP I Pasien tercapai
kegiatan harian dengan poin 1,2,3 dan 4
teratasi.
P:Lanjutkan ke SP II Pasien.
2 Rabu, SP II Pasien
30 oktober 2019 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S: Pasien mengatakan lebih
harian pasien (melukis) suka membuat burung
2. Berdiskusi tentang origami dari pada bunga
kemampuan yang dimiliki origami.
(hobi pasien yaitu melukis dan
melipat origami) O:Pasien tampak mampu
3. Melatih kemampuan yang melipat burung origami
dimiliki (melipat origami) dan bias mengingat setiap
tahapan.
A:SP II Pasien tercapai
dengan poin 1, 2 dan 3
teratasi.
P: lanjutkan ke SP I Pasien.
3 Jumat, SP III Pasien
31 oktober 2019 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S:Pasien mengatakan
harian pasien. minum obat 2 kali sehari
2. Memberikan pendidikan dan sering diberikan obat
kesehatan tentang penggunaan oleh ibunya.
obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien O:Pasien tampak mengerti
memasukkan dalam jadwal dan mampu mengulangi
kegiatan harian informasi yang
dijelaskan.
A:SP III Pasien tercapai
dengan poin 1,2 dan 3
teratasi
P:Lanjutkan SP I Keluarga.
4 Senin, SP I Keluarga
1 november 2019 1. Mendiskusikan masalah yang S:Keluarga mengatakan
dirasakan keluarga dalam tidak ada masalah selama
Pk: 14.00 WITA merawat pasien merawat pasien dan
2. Menjelaskan pengertian, tanda pasien tidak kambuh di
dan gejala waham, dan jenis rumah.
waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya O:Keluarga pasien tampak
3. Menjelaskan cara-cara bisa merawat pasien dan
merawat pasien waham sering mengajak pasien
mengobrol.
A:SP I Keluarga tercapai
dengan poin 1,2 dan 3
teratasi.
P:Lanjutkan SP II Keluarga.
5 Selasa, SP II Keluarga
2 november 2019 1. Melatih keluarga S:Keluarga mengatakan
mempraktekkan cara merawat biasa biasa menyuruh
Pk: 14.00 WITA pasien dengan waham pekerjaan rumah yang
2. Melatih keluarga melakukan ringan-ringan seperti
cara merawat langsung kepada mencuci piring.
pasien waham
O:keluarga pasien tampak
sering mengobrol dengan
pasien.
A:SP II Keluarga tercapai
dengan poin 1 dan 2
teratasi.
P:Lanjutkan SP III Keluarga
6 Rabu, SP III Keluarga
3 november 2019 1. Membantu keluarga membuat S:Keluarga pasien
jadual aktivitas di rumah mengatakan pagi hari
Pk: 14.00 WITA termasuk minum obat baru bangun pasien
2. Mendiskusikan sumber langsung mandi, makan,
rujukan yang bisa dijangkau sembahyang lalu
keluarga berangkat ke rumah
berdaya. Sepulang dari
rumah berdaya sekitar
jam 5 sore pasien sering
menyapu halaman,
mandi, makan, mencuci
piring, sembahyang lalu
tidur
O:Datang dari rumah
berdaya pasien tampak
bersih, lalu makan,
beraktivitas ringan
seperti mencuci piring
lalu sembahyang.
A: SP III Keluarga tercapai
dengan poin 1 dan 2
teratasi.
P:KIE keluarga untuk
mempertahankan kondisi
pasien.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan proses pikir waham dapat terjadi disekitar kita. Seseorang yang
mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak
terganggu jiwanya atau dia merasa sangat kuat dan sangat terkenal.
Townsend 1998 mengemukakan faktor preidisposisis yang mempengaruhi
waham yaitu: teori biologis (genetik, biokimia), teori psikososial (sistem keluarga,
interpeersonal, psikodinamik), dan sosial budaya. Sedangkan untuk faktor prespitasi ada
biologis, stres lingkungan, dan pemicu gejala.

Tanda dan gejala dengan gangguan proses pikir waham dapat seperti menolak
makan, tidak ada perhatian dan perawatan diri, ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan,
gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, dll. Gangguan proses pikir waham dapat
mengganggu individu untuk memenuhi kebutuhannya sehingga memerlukan perawatan
yang tepat.

3.2 Saran
Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada Klien, perlu
melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dan untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh klien. Serta Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas
dan senatiasa menciptakan lingkungan yang terapeutik guna mempercepat penyembuhan
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Townsend M.C. 1998. Diagnosis Keperawatan pada Kepearawatan Psikiatri Pedoman untuk
membuat rencana keperawatan. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC
Varcarolis. 2006. Fundamental of Psikitric Nursing 5 Edition. St. Louis: Elsevier.

Yusuf, Hanik, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai