Disusun Oleh :
Kelompok 7
Asep Ansori :(C1AB23062)
Endi Ramdani :(C1AB23080)
Irvan Febriyanto :(C1AB23096)
Risda Iskandar :(C1AB23140)
Anatia Agustina :(C1AB23058)
Riski Setiawan :(C1AB23141)
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Dan Harga Diri
Rendah” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi. Dengan adanya tugas ini kami harap dapat menambah pengetahuan
dan wawasan yang sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagi
ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
ISI PIKIR : WAHAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu
dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan
beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap
dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-
1,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-
30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri
menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita
yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,
ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan
tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman
diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan
yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang
jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono,
1981).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep gangguan isi pikir: Waham, dan Asuhan Keperawatan Waham.
C. Tujuan
Supaya mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Pengertian waham
2. Etiologi waham
3. Rentang respon waham
4. Tanda dan gejala waham
5. Penanganan klien waham
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Rentang Respon
Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
7. Mekanisme koping
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mugkin terlihat eksentrik
dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain. Pasien
biasa cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain
itu perasaan hatinya konsisten dengan isi waham (Eko Prabowo, 2014.
2. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari
hasil pengkajian adalah:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham.
b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan tindakan :
1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.
Tindakan Keperawatan:
1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan
waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita.
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien,
menjelaskan hal yang sesuai realita).
f. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut
masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga,
ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat
ini.
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar,
bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.
8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti
cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan
uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.
9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
10. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien,
cara merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan
pengobatan serta lingkungan yang tepat untuk klien.
4. Evaluasi
a. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham
b. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tidak terpenuhi dg keyakinannya (waham)
saat ini
c. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
d. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
e. Klien menggunakan obat sesuai program
b. Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi
masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak”
”Perkenalkan saya perawat A, saya yang merawat, anak bapak, B, di ruang Elang
ini”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
“bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah B dan cara
merawat B di rumah?
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”
Kerja:
”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan
di rumah?”
“dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu yang mengaku-ngaku
sebagai nabi,yang nyatanya bukan seorang nabi merupakan salah satu gangguan
proses pikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap
kali anak bapak ibu berkata ia adalah seorang nabi, bapak/ibu dengan
mengatakan,” bapak ibu mengerti B seorang nabi, tetapi sulit bagi bapak?ibu
untuk mempercainya karena setahu bapak/ibu semua nabi telah meninggal”,
kedua bapak/ibu harus lebih sering memuji B jika dia melakukan hal baik, dan
ketiga hal-hal ini sebaiknya di lakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan B.
Bapak/ibu dapat bercakap cakap dengab B tentang kebutuhan yang di inginkan
B., misalnya misalnya dengan mengatakan ,”bapak?ibu percaya mempunyai ke
inginan dan kemampuan. Coba ceritakan pada bapak/ibu ! B kan punya
kemampuan ... (kemampuan yang pernah di miliki anak).
“keempat,katakan, “ bagaimana kalau di coba lagi sekarang ?” jika B mau
mencoba, berikan pujian.”
“pak, bu B perlu minum obat agar pikiranya jadi tenang tidurnya juga
tenang.obatnya ada tiga macam , yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih itu namanya THP gunanya supaya rileks, yang merah
jambu itu namanya itu namanya HLP yang gunanya agar pikiran tenang,
semuanya harus di minum secra teratur 3 kali sehari jam 7 Pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam.jangan di hentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita
bercakap-cakap tadi?”
“ setelah ini Coba Bapak/ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan setiap
berkunjung ke rumah sakit”
Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?
Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama”
Assalamu’alaikum “
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas)
pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering
terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang
lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara
intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila
mendapati klien dengan penyakit gangguan kejiwaan.
Daftar Pustaka
Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.
Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM
MENETAP PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN
GANJA: SEBUAH LAPORAN KASUS. 2014. [Diakses: 16 Sept 2014]
Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.
Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo Persada.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA
DIRI RENDAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Harga diri adalah penilaian terhadap diri dengan menganalisa seberapa
sesuai perilaku memenuhi ideal diri (Stuart, 2013). Harga diri terbentuk melalui
pengalaman-pegalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan.
Pengalaman-pengalaman itu selanjutnya menimbulkan perasaan positif maupun
perasaan negatif terhadap diri individu (Coopersmith, 1967). Jadi, harga diri
rendah merupakan hasil dari pengalaman kurang menyenangkan yaitu kegagalan
individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan
cara merespon sesuatu yang menyebabkan individu memiliki anggapan negatif
terhadap diri dan kemampuan diri individu itu sendiri. Harga diri rendah adalah
salah satu gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat yang disebabkan oleh
beberapa faktor,maka dari itu perlu kita ketahui lebih dalam tentang apa itu
gangguan jiwa pada harga diri rendah dan bagaimana penanganannya.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari harga diri rendah?
2. Apa tanda gejala harga diri rendah?
3. Apa faktor predisposisi harga diri rendah?
4. Apa faktor presipitasi harga diri rendah?
5. Bagaimana proses keperawatan harga diri rendah?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu harga diri rendah
2. Mahasiswa dapat memahami tanda gejala harga diri rendah
3. Mahasiswa dapat memahami faktor predisposisi harga diri rendah
4. Mahasiswa dapat memahami faktor presipitasi harga diri rendah
5. Mahasiswa dapat memahami proses keperawatan harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Harga diri rendah situasional disebabkan karena adanya
ketidakefektifan koping individu akibat kurangnya umpan balik yang
positif. Penyebab harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal
disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Menurut NANDA (2017) faktor yang
mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor Predisposisi dan faktor
Presipitasi yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktifitas yang menurun. Secara umum, ganguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara stuasional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat
dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak
nyaman (Yosep, 2016).
3. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku
yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam
diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan keracuan identitasseperti
sifat kepribadian yang bertentangan serta depersonalisasi (Stuart, 2018)
4. Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih
efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu an sosial yang maladaptif.
Rentang respon konsep - diri ( Stuart G.W, 2018)
Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri rendah Kerancuan identitas Depersonalisasi
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada
pada dirinya meliputi citra dirinya. Ideal dirinya harga dirinya, penampilan peran
serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu
akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah Situasional merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak, berguna, pesimis
tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, ganguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai
tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik
diri dari realitas.
Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa
yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan keracuan identitas
yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan
interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri
sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadaapa
orang lain.
Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu mengalami
kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
merasa tidak nyata dan asing baginya.
5. Karakteristik
a. Mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan
terus menerus
b. Mengekspresikan sikap malu/ minder/ rasa bersalah
c. Kontak mata kurang/ tidak ada
d. Selalu mengatakan ketidak mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu
e. Bergantung pada orang lain
f. Tidak asertif
g. Pasif dan hipoaktif
h. Bimbang dan ragu-ragu
i. Menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negatif
mengenai dirinya Faktor yang berhubungan
a. Sikap keluarga yang tidak mendukung
b. Penolakan
c. Kegagalan
7. Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah Tanda dan gejala harga diri rendah
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau akibat
tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu dan
tidak berguna dan memandang dirinya lemah.
c. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat.
Individu merasa tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka
meyendiri dan enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat.
d. Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa bodoh,
merasa tidak mampu dalam melakukan segala hal, dan individu merasa
tidak tahu apa-apa, mengabaikan bahkan menolak kemampuan yang
dimiliki sehingga produktivitas individu menurun.
e. Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil
keputusan, individu tidak memiliki rasa percaya pada dirinya dan
individu selalu memandnag dirinya negatif.
f. Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah individu
memandang hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga terdorong untuk
merusak atau mengakhiri hidupnya. Bahkan klien dengan harga diri
rendah timbul perasaan benci dan dapat menimbulkan perilaku
kekerasan terhadap lingkungan sekitar
3. Perencanaan
Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan yang
menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Rencana
asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis dan
mencapai hasil pasien yang diharapkan.
4. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada pasien:
1) Tujuan:
a) Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c) Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.
b. Tindakan Keperawatan
1) Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang masih di
miliki pasien. Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan
kemempiuan dan aspek positif yang masih dimilikinya, perawat dapat:
a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dalam keluarga
dan lingkungan adanuya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negative
2) Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan. Untuk
tindakan tersebut saudara dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemempuan yang masih dapatb
digunakan saat ini.
b. Bantu pasien menyebutkanya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
b. Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal
dari keluraga atau lingkungan terdekat pasien berikan contoh
pelaksanakan kegiatan yang dilakukan pasien. Susun bersama pasien
dan buat daftar kegitan sehari-hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dimiliki pasien. Tindakan keperawatan tersebut
saudara dapat melakukan:
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berika dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut saudara dapat
melakukan hal-hal berikut:
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b. Beri pujian atas kegiatan - kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
c. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
d. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaanya kegiatan.
c. Konseling
Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk
membantu pasien meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan
koping, memelihara kesehatan mental, dan mencegah penyakit atau ketidak
mampuan menta (Yusuf et. al, 2015).
d. Terapi Lingkungan
Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, serta
mempertahankan suatu lingkungan yang terapeutik dalam kolaborasinya
dengan pasiendan pemberian pelayanan kesehatan lain.
e. Aktivitas Asuhan Mandiri
Perawat kesehatan jiwa membentuk intervensi sekitar aktivitas
kehidupan sehari-hari pasien untuk memelihara asuhan mandiri dan
kesejhteraan jiwa dan fisik
f. Intervensi psikobiologis
Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan intervensi
psikobiologis dan menerapkan keterampilan klinis untuk memulihkan
kesehatan pasien dan mencegah ketidakmapuan lebih lanjut
g. Penyuluhan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa, melalui penyuluhan kesehatan, serta
membantu pasien dalam mencapai pola kehidupanyang memuaskan
produktif dan sehat.
h. Manajemen kasus
Perawat kesehatan jiwa menyajikan manejemen kasus untuk
mengkordinasi kesehatan yang komprehensif serta memastikan
kesenambungan asuhan.
i. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa menerapkan strategi dan intervensi untuk
meningkatkan, memelihara kesehatan jiwa, serta mencegah penyakit jiwa.
j. Psikoterapi
Spesialis yang bersetifikasi dalam keperawatan kesehatan jiwa
menggunakan psikoterapi individu, psikoterapi kelompok, psikoterapi
keluarga, psikoterapi anak, serta pengobatan terapeutik lain untuk
membantu pasien untuk memelihara kesehatan jiwa, mencegah penyakit
jiwa dan ketidakmampuan, serta memperbaiki atau mencapai kembali status
kesehatan dan kemampuan fungsional pasien.
k. Preskripsi Agen Farmakologis
Spesialis yang bersertifikasi memberikan konsultasi kepada pemberi
pelayanan kesehatan dan lainnya untuk memengaruhi rencana asuhan
kepada pasien, dan memperkuat kemampuan yang lain untuk memberikan
pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri serta membawa perubahan dalam
setiap pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri
C. Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan. Asuhan keperawatan adalah proses dinamik
yang melibatkan perusahaan dalam status kesehatan pasien sepanjang waktu,
pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosis, dan modifikisi
rencana asuhan. Oleh karena itu, evaluasi merupakan suatu proses penilaian
berkesinambungan tentang pengaruh intervensi keperawatan dan regimen
pengobatan terhadap status kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang
diharapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan teori tentang harga diri rendah maka perlu
mengambil kesimpulan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
telah ada :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pasien dengan kasus Harga Diri
Rendah dilakukan meliputi aspek psikososial, spiritual danmelibatkan
keluarga didalamnya.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antar perawat dan pasien harus
membina hubungan saling percaya.
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khususnya tentang keperawatan jiwa
B. Saran
Diharapkan bagi perawat selalu berkoordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal terkusus
pada klien dengan Harga Diri Rendah pada pasien Skinzofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
Elvidiana, H., & Fitriani, D. R. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Ibu R
dengan Harga Diri Rendah dengan Intervensi Inovasi Logoterapi Terhadap
Gangguan Harga Diri Rendah di Ruang Punai RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda.
Pardede, J. A., Hafizuddin, H., & Sirait, A. (2021). Coping Strategies Related to Self-
Esteem on PLWHA in Medan Plus Foundation. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
4(2), 255-262.
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran Keluarga
Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66. http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif dan
Psikoedukasi Keluarga. JOURNAL EDUCATIONAL OF NURSING (JEN), 2(1), 39-51.
https://doi.org/10.37430/jen.v2i1.10
Samosir, E. F. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An . A Dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Lingk . XVI Lorong Jaya. 1–41.
Wandono, W. A., & Arum Pratiwi, S. (2017). Upaya peningkatan harga diri rendah pada
pasien depresi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52383
Yusuf, A Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Salemba Medika.