Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan sangat
memprihatinkan. Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang
paling membingungkan dan melumpuhkan. Sampai saat ini, gangguan jiwa atau
skizofrenia masih menjadi kasus yang paling sering dijumpai di beberapa rumah
sakit jiwa. Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk
Amerika Serikat angka tersebut mengambarkan bahwa hampir tiga juta penduduk
yang sedang, telah, atau akan terkena skizofrenia. Insiden dan pravalensi rata-rata
45% pasien yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia dan
sebagian besar pasien skizofrenia memerlukan perawatan (rawat inap dan rawat
jalan) yang lama (Videbeck & L, 2018).
Townsend (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa skizofrenia
adalah gangguan neurobiologis yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami
gangguan kognitif, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi. Gangguan skizofrenia
dikarakteristikan dengan gejala positif (delusi dan ilusi), gejala negatif (apatis,
menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif
proses fikir yang cukup banyak muncul dan sulit di bawa kembali ke orientasi
realitas yaitu gangguan proses fikir waham (Hendransyah 2016).
Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita
yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang
tidak nyata (Videbeck, 2011). Pemberian intervensi keperawatan jiwa pada pasien
dengan waham berfokus pada orientasi realita, menstabilkan proses pikir, dan
keamanan (Townsend, 2015). Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa
orientasi realita dapat meningkatkan fungsi perilaku. Pasien perlu dikembalikan
pada realita bahwa hal-hal yang dikemukakan tidak berdasarkan fakta dan belum
dapat diterima orang lain dengan tidak mendukung ataupun membantah waham
(Keliat, dkk 2019). Tidak jarang dalam proses ini pasien mendapatkan konfrontasi
dari lingkungan terkait pemikiran dan keyakinannya yang tidak realistis. Hal
tersebut akan memicu agresifitas pasien waham. Reaksi agresif ini merupakan

1
efek dari besarnya intensitas waham yang dialami pasien. Waham
dimanifestasikan melalui respon kognitif, afektif dan perilaku. Respon kognitif
terkait dengan frekuensi pasien berfikir tentang waham, waktu dalam memikirkan
waham, dan tingkat keyakinan terhadap waham. Respon afektif meliputi jumlah
respon berupa perasaan ketidaknyamanan dari pemikiran waham dan intensitas
dari respon tersebut. Respon perilaku berupa gangguan dalam kehidupan akibat
dari pemikiran waham tersebut (Erawati, 2013; Shives, 2012).
Menurut data WHO (2017), diperkirakan terdapat 970 juta orang diseluruh
dunia yang mengalami gangguan jiwa jumlah terbesar dengan masalah kecemasan
sekitar 3.76%, depresi sebesar 3,44%, bipolar 0,6%, dan skizofrenia 0,25%
(Ritchie, roser 2019). Menurut data riskesdas 2018 diindonesia menunjukan
prevalensi rumah tangga dengan ART gangguan jiwa skizofrenia/psikosis sebesar
7/1000 dengan cakupan pengobatan 84,9%. Sementara itu prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun sebesar 9,8%
angka ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan angka kejadian sebesar
6% (Kemenkes RI, 2019). Sedangkan menurut WHO (2021) Prevelensi
skizofrenia telah meningkat dari 40% menjadi 26 juta jiwa. Sedangkan di
Indonesia prevelensi skizofrenia meningkat menjadi 20% penduduk. Berdasarkan
peningkatan skizofrenia gangguan proses pikir Waham yang gejalanya paling
banyak muncul pada penderita skizofrenia (Hairani dkk, 2021).
Dari hasil survey awal di RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2018 jumlah pasien yang dirawat sebanyak 13.292 orang mengalami gangguan
kejiwaan. 6.586 orang (49,54%) mengalami gangguan halusinasi, sebanyak 1.904
orang (14,32%) mengalami gangguan menarik diri, sebanyak 1.548 orang
(11,65%) mengalami gangguan deficit self care (penurunan perawatan diri),
sebanyak 1.318 orang (9,92%) mengalami gangguan harga diri rendah, sebanyak
1.145 orang (8,61%) mengalami gangguan perilaku kekerasan, sebanyak 451
orang (3,39%) mengalami gangguan fisik, sebanyak 5 orang (0,04%) mengalami
gangguan percobaan bunuh diri, dan mengalami gangguan waham, sebanyak 336
orang (2,53%)

2
Gangguan proses pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat
mustahil dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan
walaupun semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Mbaloto & Ntidi,
2022). Dampak yang ditimbulkan dari adanya ganguan proses pikir : waham
adalah memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain,
merasa memiliki kekuasaan yang besar, merasa mempunyai kekuatan yang luar
biasa jauh diatas manusia pada umumnya, merasa dirinya mempunyai penyakit
yang sangat parah atau dapat menular ke orang lain, serta menganggap dirinya
sudah meninggal (Sofian, 2017) Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan
gangguan proses pikir : waham dibutuhkan penangan yang tepat. Dengan
banyaknya kejadian waham, semakin jelas bahwa peran perawat untuk membantu
pasien agar dapat mengontrol mengatasi waham (Zahnia & Sumekar, 2016).
Dalam penanganan waham sudah ditangani beberapa terapi keperawatan seperti
orientasi realita menstabilkan proses pikir, dan keamanan (Zukna, & Lisiswanti,
2017) dan Strategi pelaksanaan ini merupakan penerapan standar asuhan
keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasin yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada
Gangguan Proses Pikir Waham mencakup kegiatan mengenal waham dengan
menjelaskan situasi yang dialami pasien saat ini, dan minum obat secara teratur
(Abdillah & Tarwati, 2020).
Berdasarkan uraian diatas, penulis lebih ingin mengetahui dan mempelajari
tentang proses keperawatan pasien dengan melakukan pengelolaan kasus Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan gangguan jiwa waham di RSUD Dadi Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien waham di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Makassar.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum

3
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara umum
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan waham di Rumah Sakit
Khusus Daerah Dadi Makassar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian terhadap pasien dengan Waham
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Waham
3. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan
Waham
4. Untuk melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien
dengan Waham
5. Untuk mengevaluasi pada pasien dengan Waham
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan studi kasus, khususnya
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Waham.
1.4.2 Bagi Tempat Penulisan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya agar dapat menambah referensi perpustakaan sebagai bahan
acuan penelitian yang akan datang.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan keperawatan jiwa dan sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Waham

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MEDIS

A. Definisi

Waham merupakan sebuah keyakinan yang salah dan didasarkan oleh


kesimpulan yang salah terkait realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat.
Waham adalah suatu gangguan dimana penderitanya mempunyai rasa realita yang
berkurang atau terdistorsi dan tidak mampu membedakan antara yang nyata dan
yang tidak nyata (Victoryna, 2020).

Gangguan proses pola pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat
sulit untuk dipercaya dan dipegang teguh meskipun tidak memiliki bukti-bukti
yang jelas, dan meskipun semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Bell,
2019)

B. Etiologi

Menurut Sutejo, 2017 faktor penyebab waham yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor predisposisi terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor sosial budaya.

a. Faktor biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel


di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas otak yang
menyebabkan respons neurologis yang maladaptif yang bar mulai dipahami.
Hal ini termasuk hal-hal berikut:

1). Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak


yang luas dan dalam perkem bangan skizofrenia. Hal yang paling

5
berhubungan dengan perilaku psikotik adalah adanya lesi pada area
frontal, temporal, dan limbik.

2). Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil


penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini: kadar dopamine
neurotransmitter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamin
dan neurotransmitter lain, masalah-masalah yang terjadi pada sistem
respons dopamine.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap kembar identik,


misalnya, ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah memiliki angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
daripada pasangan saudara kandung yang tidak identik.

b. Factor psikologis

Teori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respons neurobiologi


yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori psikologi terdahulu
menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini, sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional). Waham ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan
perlakuan dari keluarga. Misalnya saja, sosok ibu adalah tipe pencemas,
sedangkan sosok ayah adalah tipe yang kurang atau tidak peduli.

c. Faktor sosial budaya

Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku yang dapat
dilihat maupun yang tidak terlihat. Kebudayaan turut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang, misalnya melalui
aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Unsur-
unsur dari faktor social budaya dapat mencakup kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan),
masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan

6
keagamaan, serta nilainilai (Yosep, 2009). Di sisi lain, timbulnya waham
dapat disebabkan oleh perasaan teasing dari lingkungannya dan kesepian
(Direja, 2011).

2. Faktor biologis

Berbagai zat dan kondisi medis non-psikiatrik dapat menyebabkan waham,


sehingga menyatakan bahwa faktor biologis yang jelas dapat menyebabkan
waham. Akan tetapi, tidak semua orang dengan tumor memiliki waham. Klien
yang wahamnya disebabkan oleh penyakit neurologis serta yang tidak
memperlihatkan gangguan intelektual, cenderung mengalami waham kompleks
yang serupa dengan penderita gangguan waham. Sebaliknya, penderita gangguan
neurologis dengan gangguan intelektual sering mengalami waham sederhana.
Jenis waham sederhana ini tidak seperti waham pada klien dengan gangguan
waham.

Timbulnya gangguan waham bisa merupakan respons normal terhadap


pengalaman abnormal pad lingkungan, sistem saraf tepi, atau sistem saraf pusat.
Jadi, jika klien mengalami pengalaman sensorik yang salah, seperti merasa dikuti
(mendengar langkah kaki), klien mungkin percaya bahwa mereka sebenarnya
diikuti. Hipotesis tersebut tergantung pada pengalaman seperti halusinasi yang
perlu dijelaskan. Sementara itu, pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan
waham tidak terbukti.

3. Faktor psikodinamik

Banyak klien dengan gangguan waham memiliki suatu kondisi sosial


terisolasi dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai dengan apa
yang mereka harapkan. Teori psikodinamik spesifik mengenai penyebab dan
evolusi gejala waham melibatkan anggapan seputar orang hipersensitif dan
mekanisme ego spesifik, pembentukan reaksi, proyeksi, dan penyangkalan.

4. Mekanisme defense

7
Klien dengan gangguan waham menggunakan mekanisme defensi berupa
proyeksi, penyangkalan, dan pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi digunakan
oleh klien sebagai pertahanan terhadap agresi, kebutuhan untuk bergantung, dan
perasaan afeksi serta transformasi kebutuhan akan ketergantungan menjadi
ketidaktergantungan yang berkepanjangan. Untuk menghindari kesadaran
terhadap realita yang menurutnya menyakitkan, klien menggunakan mekanisme
penyangkalan (Sadock&Sadock, 2010). Ditimbun oleh perasaan dendam, marah,
dan permusuhan kepada orang lain, klien menggunakan proyeksi untuk
melindungi diri mereka sendiri dari pengenalan impuls yangtidak dapat diterima
dalam diri mereka.

C. Jenis-Jenis Waham

Jenis Waham Menurut Stuart (2005 dalam Prakasa, 2020) jenis waham yaitu :

1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau


kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau,
“Saya punya tambang emas.”
2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya
ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya.”
3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari.”
4. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya

8
pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya
dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya

D. Rentang Respon

Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

D. Tanda dan Gejala

Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala
gangguan proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan,
perawatan diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai,
menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.

1. Waham Kebesaran

9
a. DS : Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.

c. Do : perilaku klien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren ( gagasan


satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti, klien mudah marah, klien mudah
tersinggung

2. Waham curiga

a. Ds : klien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu, klien


mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya.

b. Do : klien tampak waspada, klien tampak menarik diri, perilaku klien


tampak seperti isi wahamnya, inkoheren (gagasan satu dengan yang
lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti)

3. Waham agama

a. Ds : klien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan


berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Do : perilaku klien tampak seperti isi wahamnya, klien tampak


bingung karena harus melakukan isi wahamnya, inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti)

4. Waham Somatik

a. DS : Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik, Klien


mengatakan merasa khawatir sampai panik

b. DO : Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya, Inkoheren ( gagasan


satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara

10
keseluruhan tidak dapat dimengerti ), Klien tampak bingung, Klien
mengalami perubahan pola tidur 5) Klien kehilangan selera makan

5 Waham Nihilistik

a. DS : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia,


diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. DO : Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya, Inkoheren (gagasan


satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti), Klien tampak bingung, Klien
mengalami perubahan pola tidur, Klien kehilangan selera makan

6. Waham Bizzare

a. Sisip Pikir :

1) DS : Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan


dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan, Klien mengatakan tidak dapat
mengambil keputusan

2) DO : Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya, Klien tampak


bingung, Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis,
tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti),
Klien mengalami perubahan pola tidur

b. Siar Pikir

1) DS : Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang


dia pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan, Klien mengatakan merasa khawatir sampai
panic, Klien tidak mampu mengambil keputusan

2) DO : Klien tampak bingung, Perilaku klien tampak seperti isi


wahamnya, Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis,

11
tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti),
Klien tampak waspada, Klien kehilangan selera makan

c. Kontrol Pikir

1) DS : Klien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar, Klien tidak


mampu mengambil keputusan

2) DO : Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya : Klien tampak


bingung, Klien tampak menarik diri, Klien mudah tersinggung,
Klien mudah marah, Klien tampak tidak bisa mengontrol diri
sendiri, Klien mengalami perubahan pola tidur, Inkoheren
(gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti

E. Penatalaksanaan Medis

Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain :

1. Psikofarmalogi

a. Litium Karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk


mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium
masih efektif dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan
gangguan bipolar.
b. Haloperidol Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari
turunan butirofenon. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan
tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan
eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek,
pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih
memiliki kelainan tingkah laku seperti: Impulsif, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
c. Karbamazepin Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan
kejang psikomotor, dan neuralgia trigeminal.

12
1) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien. Hsal ini menggunakan penggunaan
obat anti psikotik untuk pasien waham.
2) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal
Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg. Keuntungan
3) Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25- 100mg.
Efektif untuk menghilangkan gejala positif.
4) Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami
waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang
lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri).
5) ECT tipe katatonik Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah
sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk pelatihan
kejang singkat. Hal ini menyebabkan perubahan dalam kimiawi
otak yang dapat mengurangi penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang
parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan episode
katatonik.
6) Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi
pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi
mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala
terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan
komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah
terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

13
2.1.2 Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

Menurut Damaiyanti (2016) hal-hal yang harus dikaji pada klien waham
adalah:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan


klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.

2. Keluhan utama/alasan masuk

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan


keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

3. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan


jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:

14
a. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.

b. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,


pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan
anak-anak.

c. Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,


kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk.

4. Aspek fisik/biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,


pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ
kalau ada keluhan.

5. Aspek psikososial

a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang


dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan polaasuh.

b. Konsep diri

1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian


yang disukai dan tidak disukai.

2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan


klien terhadap status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki-
laki/perempuan.

3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan


masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.

15
4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya. 5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud
harga diri rendah.

c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,


kelompok yang diikuti dalam masyarakat d. Spiritual, mengenai nilai
dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

6. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,


aktvitas motori klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.

7. Proses pikir

Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari


satu topik ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan (flight ofideas) kadang-kadang klien mengulang
pembicaraan yang sama (persevere)

Masalah keperawatan: Gangguan Proses Pikir.

8. Isi Pikir Contoh isi pikir klien saat diwawancara :

a. Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan


pacarnya orang kaya dan bos batu bara Masalah keperawatan : waham
kebesaran.

16
b. Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver. Masalah
keperawatan : waham somatik.

9. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan


alat makan

b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC


serta membersihkan dan merapikan pakaian

c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah

e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah


minum obat.

10. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien
mengenai masalah yang dimiliki klien.

11. Pengetahuan

Dari Data keluarga didapatkan melalui wawancara dengan klien


kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

12. Aspek medic

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Pohon Masalah

Kerusakan Komunikasi Verbal

17
Perubahan isi pikir :Waham

Gangguan Konsep diri : Harga Diri


Rendah

Gambar 2.1 Pohon Masalah (Keliat, 2019)

C. Diagnosa Keperawatan

Menurut Damaiyanti (2016) Masalah keperawatan yang sering muncul pada


klien waham adalah: Gangguan proses pikir: waham, Kerusakan komunikasi
verbal dan Harga diri rendah kronik.

D. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan yang diberikan pada klien tidak hanya berfokus pada
masalah waham sebagai diagnosa penyerta lain. Hal ini dikarenakan tindakan
yang dilakukan saling berkontribusi terhadap tujuan akhir yang akan dicapai.
Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa gangguan proses pikir
: waham yaitu (Keliat, 2019) :

1. Bina hubungan saling percaya Sebelum memulai mengkaji pasien dengan


waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

18
2. Bantu orientasi realita

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien

b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman

c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa


memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya

e. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan


realitas.

f. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi


sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
g. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
h. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
i. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
j. Berdiskusi tentang obat yang diminum
k. Melatih minum obat yang benar

19
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No. Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
1. Gangguan Tujuan Umum :
proses pikir: Klien dapat
Waham berkomunikasi
dengan
baik dan terarah.
TUK 1 : Kriteria Evaluasi: Bina hubungan saling Hubungan saling
1. Ekspresi wajah bersahabat
Klien dapat percaya dengan percaya menjadi
2. Ada kontak mata.
membina 3. Mau berjabat tangan. menggunakan prinsip dasar interaksi
4. Mau menjawab salam.
hubungan saling komunikasi teraupetik. selanjutnya dalam
5. Klien mau duduk
percaya  Sapa klien dengan membina klien dalam
berdampingan.
ramah baik verbal berinteraksi
6. Klien mau mengutarakan
maupun non verbal dengan baik dan
isi perasaannya.
 Perkenalkan diri benar, sehingga
dengan sopan klien mau
 Tanyakan nama mengutarakan isi
lengkap dan nama perasaannya.
yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan
pertemuan

20
 Jujur dan menepati
janji
 Tunjukkan rasa
empati dan menerima
klien dengan apa
adanya.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Beri pujian pada Reinforcement


Klien dapat 1. Klien dapat penampilan dan positif dapat
mengidentifikasikan mempertahankan aktivitas kemampuan klien yang meningkatkan
kemampuan yang sehari-hari realistis kemampuan yang
dimiliki. 2. Klien dapat mengontrol 2.2 Diskusikan dengan dimiliki oleh klien
wahamnya. klien kemampuan yang dan harga diri klien.
dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini.
2.3 Tanyakan apa yang
bisa dilakukan (kaitkan Klien terdorong
dengan aktivitas untuk memilih
sehari-hari dan aktivitas seperti
perawatan diri) sebelumnya
kemudian anjurkan tentang aktivitas yang
untuk melakukan saat pernah
dimiliki oleh klien.

21
ini. Dengan
2.4 Jika klien selalu bicara mendengarkan klien
tentang wahamnya akan merasa lebih
dengarkan sampai diperhatikan sehingga
kebutuhan waham klien akan
tidak ada. Perawat mengungkapkan
perlu memperhatikan perasaannya
bahwa klien sangat
penting.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1 Observasi kebutuhan Observasi dapat
Klien dapat 1. Kebutuhan klien klien sehari-hari mengetahui
mengidentifikasi terpenuhi kebutuhan klien.
kebutuhan yang 2. Klien dapat melakukan 3.2 Diskusikan kebutuhan Dengan mengetahui
tidak dimiliki. aktivitas secara terarah. klien yang tidak kebutuhan yang tidak
3. Klien tidak terpenuhi selama terpenuhi maka dapat
menggunakan/membicara dirumah maupun di RS. diketahui kebutuhan
kan wahamnya. 3.3 Hubungkan kebutuhan yang akan
yang tidak terpenuhi diperlukan.
dengan timbulnya
waham Dengan melakukan
3.4 Tingkatkan aktivitas aktivitas klien tidak
yang dapat memenuhi akan lagi

22
kebutuhan klien dan menggunakan isi
memerlukan waktu dan wahamnya.
tenaga. Dengan situasi
3.5 Atur situasi agar klien tertentu klien akan
tidak mempunyai waktu dapat mengontrol
untuk menggunakan wahamnya.
wahamnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 3.2 Berbicara dengan klien Reinforcement adalah
Klien dapat 1. Klien dapat berbicara dalam konteks realitas penting untuk
berhubungan dengan dengan realitas. (realitas diri, realitas meningkatkan
realitas. 2. Klien mengikuti Terapi orang lain, waktu dan kesadaran
Aktivitas Kelompok. tempat). klien akan realitas.
3.3 Sertakan klien dalam Pujian dapat
terapi aktivitas memotivasi klien
kelompok: orientasi untuk meningkatkan
realitas. kegiatan
3.4 Berikan pujian tiap positifnya.
kegiatan positif yang
dilakukan oleh klien.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi: 1.1 Diskusikan dengan Obat dapat
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan klien dan keluarga mengontrol waham
menggunakan obat manfaat, efek samping tentang obat, dosis, dan yang dialami oleh

23
dengan benar. dan dosis obat. efek samping obat klien dan dapat
2. Klien dapat dan akibat membantu
mendemonstrasikan penghentian. penyembuhan klien.
penggunaan obat dengan 1.2 Diskusikan perasaan
benar. klien setelah minum
3. Klien dapat memahami obat.
akibat berhentinya 1.3 Berikan obat dengan
mengkonsumsi obat tanpa prinsip lima benar dan
konsultasi. observasi setelah
4. Klien dapat menyebutkan minum obat.
prinsip lima benar dalam
penggunaan obat.

TUK 6 : Kriteria Evaluasi : 6.1 Diskusikan dengan Perhatian keluarga


Klien dapat 1. Keluarga dapat membina keluarga tentang : dan pengertian
dukungan dari hubungan saling percaya  Gejala waham keluarga akan dapat
keluarga. dengan perawat.  Cara merawat membantu klien
2. Keluarga dapat  Lingkungan keluarga dalam mengendalikan
menyebutkan pengertian,  Follow up dan obat. wahamnya.
tanda dan tindakan untuk 6.2 Anjurkan keluarga
merawat klien dengan melaksanakan dengan
waham. bantuan perawat.

24
D. Implementasi keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana hal ini terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan Dalami (2019). Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan
jiwa dilakukan berdasarkan Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan
masing-masing maslaah utama. Pada masalah gangguan proses pikir : waham
terdapat 4 macam SP yaitu :
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, latihan orientasi realita :
orientasi orang, tempat, dan waktu serta lingkungan sekitar.
SP 2 Pasien : Mengajarkan cara minum obat secara teratur
SP 3 Pasien : Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
SP 4 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien yang dimiliki dan
membantu mempraktekkannya.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Dalami, 2019). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua jenis
yaitu : evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan.
Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.
Menurut Yusuf (2015) evaluasi yang diiharapkan pada asuhan keperawatan
jiwa dengan gangguan proses pikir adalah:
1. Pasien mampu melakukan hal berikut:
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut:

25
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Ruangan Rawat: Kenanga Tanggal Dirawat: 12 September 2022
I. Identitas Klien
Inisial : Ny. K Tanggal Pengkajian : 26 september 2022
Umur : 43 RM No : 138505
Informan : Pasien
II. Alasan Masuk Dan Faktor Presipitasi
Ny.K Masuk Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi di ruang Kenanga pada
tanggal 11 September 2022 karena mengamuk pada malam hari, klien
melempar piring-piring, menghancurkan jendela dan bingkai foto, hal
tersebut disebabkan karena klien marah suaminya mensposori kegiatan
prostitusi di Arab.
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny. K pada hari Senin 26
September 2022 klien mengatakan bahwa klien merasa senang karena baru
saja berkomunikasi dengan suaminya yang gaib dan merupakan Raja Arab.
Klien juga mengatakan bahwa klien merasa dirinya diatas atau melebihi nabi
ataupun malaikat, bahkan klien mengatkan bahwa klien mengajarkan
membaca huruf tajwid kepada para malaikat, karena menurut klien bacan
tajwid malaikat belum pasif ataupun benar. Klien mengatakan klien memiiki
kekuatan gaib ini sejak tahun 2004 saat klien solat tahajud. Klien juga
mengatakan pada saat sholat tahajud klien bertemu suaminya dan menikah di
solat tahajud tersebut dengan mahar Qur’an dan keikhlasan. Klien merasa
menerima suatu ilmu hitam yang dikirim oleh mantan pacarnya. Klien
mengalami gangguan jiwa sejak umur 17 tahun, hal tersebut disebabkan
waktu klien mengikuti kegiatan gabungan pemuda pelajar mahasiswa baru.
Klien mengatakan pada saat malam penobatan diketukkan palu sidang
didepan klien hingga membuat klien kaget dan pingsan. Setelah klien sadar
klien langsung mengamuk pada saat itu, jdi klien dibawa ke Rumah Sakit.
Tampak pasien juga menunjukkan perilaku sesuai isi waham, isi pikir klien

27
tidak sesuai kenyataan, klien tampak banyak bicara dan hiperaktif, dan
tampak pembicaarn lari dari topik.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
√ ya tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil √ Kurang Berhasil tdk berhasil
3.

Pelaku Korban Saksi


Aniaya Fisik - - 
Aniaya seksual - - -
Kekerasan dalam keluarga - - -
Tindakan Kriminal - - -
Jelaskan no 1, 2, 3 :

1. Pada saat dikaji pasien mengatakan pernah mengalami


gagguan jiwa dimasa lalu pada tahun 1996
2. Pengobatannya kurang berhasil karena klien tidak rutin
minum obat.
3. - Saat dikaji juga klien mengatakan pernah melihat
kakaknya dianiaya fisik oleh suaminya dikarenakan tidak
membuat makanan. Namun, klien lupa di usia berapa
kejadian tersebut.
- Klien tidak pernah menjadi pelaku ataupun korban dan
saksi terhadap aniaya seksual
- Klien tidak pernah merasa menjadi pelaku ataupun
korban dan saksi terhadap penolakan
- Klien tidak pernah menjadi pelaku ataupun korban dan
saksi terhadap kekerasan dalam keluarga.
- Klien tidak pernah menjadi pelaku ataupun korban dan
saksi terhadap Tindakan kriminal

28
Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
√ Ya Tdk
Hubungan keluarga Gejala Riwayat
pengobatan/perawatan
Saat dikaji klien mengatakan bahwa pada keluarganya memiliki
penyakit gangguan jiwa seperti klien, yaitu ayah dan kakak
pertama. Untuk pengobatan dan perawatannya tidak diketahui
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Saat dilakukan pengkajian Klien mengatakan hal yang tidak
menyenangkan yaitu kehilangan pacarnya karena ditinggal
menikah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmhg N : 86x/m S :36,5 P:
20x/m
2. Ukur : TB : 149 cm BB : 75 kg
3. Keluhan fisik ya √ Tidak
Jelaskan :Klien tidak memiliki keluhan fisik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

29
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien

Jelaskan : Klien mengatakan nenek dan kakeknya sudah meninggal


dan tidak mempunyai riwayat yang sama dengan klien. Orang tua sudah
meninggal dan ayahnya memiliki riwayat yang sama dengan klien. Klien
merupakan anak ke-8 dari 9 bersaudara. Salah satu saudaranya yaitu kakak
pertama memiliki riwayat yang sama dengan klien. Sebelum masuk rumah
sakit klien tinggal bersama kakak perempuannya, klien mengatakan sangat
dekat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

30
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai bagian
matanya karena dapat melihat nabi, allah dan suami ghaibnya
dalam sholat tahajud
b. Identitas : Klien mengakui dirinya melebihi nabi dan
malaikat
c. Peran : Klien mengatakan perannya didalam
keluarga sebagai seorang adik dan dilingkungan pekerjaan
sebagai dirinya guru mengaji.
d. Ideal diri : Klien ingin dirinya sembuh dari
penyakitnya
e. Harga diri : klien mengatakan sebelum masuk rumah
sakit pernah direndahkan didepan banyak orang.

Masalah keperawatan : Waham

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang berarti adalah
suaminya
b. .Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien
mengatakan bahwa klien adalah guru mengaji dan kader
posyandu
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien
mengatakan tidak ada hambatan dengan orang lain

Masalah keperawatan : Tidak Ada masalah keperawatan


Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Menurut data klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan menjalankan sholat 5
waktu beserta sholat sunnah.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

31
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan

Tidak rapi 
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa

Jelaskan : Penampilan klien terlihat rapi, klien juga mengenakan


jilbab memakai bedak dan lisptik.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Pembicaraan

Cepat 
Keras
Gagap
Inkoheren
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai

Jelaskan : Saat diwawancarai tempo berbicaranya cepat sering


berbicara terus menerus tanpa berhenti dan kadang berpindah-
pindah topik pasien

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas motoric

32
Lesu
Tik
Tegang
Grimasem
Gelisah 
Tremor
Kompulsif
Agitasi
Jelaskan : Saat dikaji kontak mata ada, ada sedikit gelisah karena
belum dijenguk keluarga

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah


4. Alam Perasaan

Sedih 
Ketakutan
Putus Asa
Khawatir
Gembira Berlebihan
Jelaskan : Klien merasa sedih karena kakaknya membawa klien ke
rumah sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek

Datar
Tumpul
Labil 
Tidak Sesuai

Jelaskan : Saat dikaji klien menunujukan sikap labil, atau emosi


yang berubah-ubah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

33
6. Interaksi selama wawancara
Jelaskan : klien sangat koperatif saat diwawancarai. Apabila
diberikan pertanyaan klien menjawab sesuai pertanyaan dan
respon pasien baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan halusinasi
MasalahKeperawatan : Tidak ada masalah
8. Proses pikir

Sirkumtansial √

Tangensial
Kehilangan
Flight of ideas
Blocking
Pengulangan pembicaraan

Jelaskan : Klien saat diwawancarai bicaranya berbelit-belit tapi


masih sampai pada tujuan pembicara, terkadang pembicaraan
pindah topik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait √ pikiran magis
Waham :
Waham Kebesaran
Jelaskan : Saat dikaji klien meyakini dirinya mempunyai
kemampuan tentang hal-hal mustahil terhadap agama dan
tidak sesuai kenyataan, klien juga mengatakan melebihi
nabi, malaikat, dan dapat berkomunikasi. Klien juga

34
mengatakan memiliki suami dan 3 anak ghaib, klien
mengatakan sering bertemu suaminya yang ghaib setiap
hari. Klien mengajari malaikat membaca tajwid.
Masalah keperawatan : Waham

10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Jelaskan : Saat dikaji tingkat kesadaran pasien baik pasien


mengenali waktu tempat dan orang-orang disekitarnya dan tidak
tampak bingung

Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka


panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi 
Jelaskan : Daya ingat pasien baik akan tetapi pembicaraan pasien tidak
sesuai dengan kenyataan serta memasukan cerita yang tidak benar untuk
menutupi daya ingatnya.

Masalah keperawatan : Waham

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih
tidak mampu berkonsentrasi 

35
Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : Klien mampu berhitung dengan baik tetapi konsentrasi masih kurang

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


√ Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana contohnya
dalam kegiatan harian pasien untuk memilih mandi terlebih dahulu kemudian
makan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita


Menyalahkan hal-hal diluar
Jelaskan : Klien mengatakan dirinya baik-baik saja, pasien merasa sehat dan
tidak perlu diobati dan dirawat dirumah sakit

Masalah keperawatan : Waham

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal
sering Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : Klien makan dan minum sendiri, frekuensi 3x
sehari, Bab 1x sehari, dan Bak 4-5x sehari klien melakukan
secara mandiri.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi

36
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 13.00 s/d 14.30
Tidur malam lama : 21.00 s/d 02.00
Kegiatan sebelum/sesudah tidur
6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya tidak
Perawatan lanjutan
System pendukung

8. Kegiatan di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan keuangan
9. Kegiatan di luar rumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan : _______________________________________________
Masalah keperawatan : _____________________________________

37
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi /cepat
Teknik relaksasi Bekerja berlebih
Aktivasi konstruktif Menghindar
√ Olahraga Menciderai diri
Lainnya ………….. Lainnya
Masalahkeperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik klien

mengatakan pernah ada masalah bersama kelompoknya dalam
pendataan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Saat dikaji
tidak memilikit masalah yang berhubungan dengan lingkungan

Masalah dengan pendidikan, spesifik : spesifik Saat dikaji


tidak memilikit masalah yang berhubungan dengan pendidikan

Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Saat dikaji klien


mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien memiliki

38
masalah pada pekerjaan dalam hal pembelajaran disekolah
tempat klien mengajar. Klien mengatakan tidak dihargai dan
direndahkan dengan mengeluarkannya dari lingkungan sekolah

Masalah dengan perumahan, spesifik : Saat dikaji tidak


memilikit masalah yang berhubungan dengan perumahan.

Masalah ekonomi, spesifik : Saat dikaji tidak memilikit


masalah yang berhubungan dengan ekonomi

Masalah dengan pelayanan kesehatan, : Spesifik Saat dikaji


tidak memilikit
masalah yang berhubungan dengan ekonomi

Masalah lainnya, spesifik :


Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :


√ Penyakit Jiwa Sistem Pendukung
Faktor Presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya ………………….
Masalah keperawatan :

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosis medik : Skizofrenia Ytt
__________________________________________________________
___________________________________
Terapi medik :
1.Risperidone 2 g 2x1

39
2. Clozapine 25 mg 2x1

Analisa Data

Data Masalah

Subjektif:
-Klien mengatakan dirinya Waham : Kebesaran
melebihi nabi atau malaikat
-Klien mengatakan dapat
berkomunikasi dengan allah
swt. Nabi dan malaikat
-Klien mengatakan memiliki
suami dan 3 anak ghoib
-Klien mengatakan sering
bertemu suami ghaibnya
setiap hari dan sering
berkomunikasi lewat sholat
tahajud
-Klien mengatakan mengajari
nabi dan malaikat dalam
membaca tajwid
Objektif :

40
- Klien tampak berbicara
terus menerus tanpa
berhenti
- Klien banyak berbicara
tidak sesuai kenyataan atau
hal-hal yang mustahil
- Klien menceritakan
masalah yang sama setiap
bertemu dengan orang-
orang
- Klien terlihat percaya diri
terhadap yang diyakininya

XII. POHON MASALAH

Gangguan komunikasi Verbal

Waham

Harga diri Rendah

XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

WAHAM : KEBESARAN

41
A. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Tujuan Umum :
proses pikir: Klien dapat
Waham berkomunikasi
dengan
baik dan terarah.
Kriteria Evaluasi: Bina hubungan saling Hubungan saling
TUK 1 :
7. Ekspresi wajah bersahabat percaya dengan percaya menjadi
Klien dapat
8. Ada kontak mata. menggunakan prinsip dasar interaksi
membina
9. Mau berjabat tangan. komunikasi teraupetik. selanjutnya dalam
hubungan saling
10. Mau menjawab salam.  Sapa klien dengan membina klien dalam
percaya
11. Klien mau ramah baik verbal berinteraksi
duduk maupun non verbal dengan baik dan
berdampingan.  Perkenalkan diri benar, sehingga
12. Klien mau dengan sopan klien mau
mengutarakan isi  Tanyakan nama mengutarakan isi
perasaannya. lengkap dan nama perasaannya.
yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan
Pertemuan

42
 Jujur dan menepati
janji
 Tunjukkan rasa
empati dan menerima
klien dengan apa
adanya.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.4 Beri pujian pada Reinforcement


Klien dapat 3. Klien dapat penampilan dan positif dapat
mengidentifikasikan mempertahankan aktivitas kemampuan klien yang meningkatkan
kemampuan yang sehari-hari realistis kemampuan yang
dimiliki. 4. Klien dapat mengontrol 2.5 Diskusikan dengan dimiliki oleh klien
wahamnya. klien kemampuan yang dan harga diri klien.
dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini.
2.6 Tanyakan apa yang
Klien terdorong
bisa dilakukan (kaitkan
untuk memilih
dengan aktivitas
aktivitas seperti
sehari-hari dan
sebelumnya
perawatan diri)
tentang aktivitas yang
kemudian anjurkan
pernah
untuk melakukan saat
dimiliki oleh klien.

43
ini. Dengan
2.4 Jika klien selalu bicara mendengarkan klien
tentang wahamnya akan merasa lebih
dengarkan sampai diperhatikan sehingga
kebutuhan waham klien akan
tidak ada. Perawat mengungkapkan
perlu memperhatikan perasaannya
bahwa klien sangat
penting.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.5 Observasi kebutuhan Observasi dapat
Klien dapat 4. Kebutuhan klien klien sehari-hari mengetahui
mengidentifikasi terpenuhi kebutuhan klien.
3.6 Diskusikan kebutuhan
kebutuhan yang 5. Klien dapat melakukan Dengan mengetahui
klien yang tidak
tidak dimiliki. aktivitas secara terarah. kebutuhan yang tidak
terpenuhi selama
6. Klien tidak terpenuhi maka dapat
dirumah maupun di RS.
menggunakan/membicara diketahui kebutuhan
3.7 Hubungkan kebutuhan
kan wahamnya. yang akan
yang tidak terpenuhi
diperlukan.
dengan timbulnya
waham Dengan melakukan
3.8 Tingkatkan aktivitas aktivitas klien tidak
yang dapat memenuhi akan lagi

44
kebutuhan klien dan menggunakan isi
memerlukan waktu dan wahamnya.
tenaga. Dengan situasi
3.5 Atur situasi agar klien tertentu klien akan
tidak mempunyai waktu dapat mengontrol
untuk menggunakan wahamnya.
wahamnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 3.5 Berbicara dengan klien Reinforcement adalah
Klien dapat 3. Klien dapat berbicara dalam konteks realitas penting untuk
berhubungan dengan dengan realitas. (realitas diri, realitas meningkatkan
realitas. 4. Klien mengikuti Terapi orang lain, waktu dan kesadaran
Aktivitas Kelompok. tempat). klien akan realitas.
3.6 Sertakan klien dalam Pujian dapat
terapi aktivitas memotivasi klien
kelompok: orientasi untuk meningkatkan
realitas. kegiatan
3.7 Berikan pujian tiap positifnya.
kegiatan positif yang
dilakukan oleh klien.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi: 1.1 Diskusikan dengan Obat dapat
Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan klien dan keluarga mengontrol waham
menggunakan obat manfaat, efek samping tentang obat, dosis, dan yang dialami oleh

45
dengan benar. dan dosis obat. efek samping obat klien dan dapat
5. Klien dapat dan akibat membantu
mendemonstrasikan penghentian. penyembuhan klien.
penggunaan obat dengan 1.4 Diskusikan perasaan
benar. klien setelah minum
6. Klien dapat memahami obat.
akibat berhentinya 1.5 Berikan obat dengan
mengkonsumsi obat tanpa prinsip lima benar dan
konsultasi. observasi setelah
7. Klien dapat menyebutkan minum obat.
prinsip lima benar dalam
penggunaan obat.

TUK 6 : Kriteria Evaluasi : 6.3 Diskusikan dengan Perhatian keluarga


Klien dapat 3. Keluarga dapat membina keluarga tentang : dan pengertian
dukungan dari hubungan saling percaya  Gejala waham keluarga akan dapat
keluarga. dengan perawat.  Cara merawat membantu klien
4. Keluarga dapat  Lingkungan keluarga dalam mengendalikan
menyebutkan pengertian,  Follow up dan obat. wahamnya.
tanda dan tindakan untuk 6.4 Anjurkan keluarga
merawat klien dengan melaksanakan dengan
waham. bantuan perawat.

46
B. CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Senin, 26 September 2022 jam : 11.00 wita
1. Kondisi klien : S : klien mengatakan bahwa dirinya melebihi nabi atau
- Klien dapat berinteraksi dengan baik malaikat, klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan allah,
- Klien dapat kontak mata dengan baik nabi, malaikat dan raja arab. Klien juga mengatakan bahwa
- Klien tampak senang klien mengajarkan para malaikat membaca tajwid
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran
3. Tindakan keperawatan : Melakukan BHSP O : - Klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya
- Menyapa klien dengan ramah baik secara verbal yang memiliki kekuatan gaib
maupun non verbal - Klien berbicara tidak sesuai kenyataan
- Memperkenalkan diri dengan sopan kepada klien - Klien tampak meyakini dirinya mempunyai kemampuan
- Menanyakan identitas klien yaitu nama panggilan lebih
dan nama yang disukai
- Menjelaskan dengan ramah tujuan pertemuan dengan A : Waham kebesaran (Sp1 tercapai)
klien
- Jujur dan menepati janji jika membuat janji dengan P : lanjutkan Sp1
klien - Bantu orientasi realitas
- Menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa - Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang belum
adanya terpenuhi dan cara memenuhinya
- Memberikan perhatian kepada klien dan tetap
memperhatikan kebutuhan dasar klien.

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


47
Tanggal : Selasa, 27 September 2022 jam : 09.00 wita
1. Kondisi klien : S : klien mengatakan bahwa dirinya melebihi nabi atau
- Klien dapat berinteraksi dengan baik malaikat, klien mengatakan dapat berkomunukasi dengan allah,
- Klien dapat kontak mata dengan baik nabi, malaikat dan Raja Arab. Klien juga mengatakan bahwa
- Klien tampak senang klien mengajarkan para malaikat bacaan tajwid
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran O : - Klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya
3. Tindakan keperawatan : yang memiliki kekuatan gaib
- Membina hubungan saling percaya - Klien berbicara tidak sesuai kenyataan
- Membantu orientasi realitas - Klien tampak meyakini dirinya mempunyai kemampuan
- Membantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang lebih
tidak terpenuhi dan cara memenuhinya
- Membantu klien mempratekkan pemenuhan A : Waham Kebesaran
kebutuhan
P : Pertahankan Sp1
- Bantu orientasi relitas
- Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhinya

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Rabu, 28 September 2022 jam : 09.00 wita
1. Kondisi klien : S : klien masih sering mengatakan hal yang sama bahwa dirinya
- Klien dapat berinteraksi dengan baik melebihi nabi atau malaikat, klien mengatakan dapat
- Klien dapat kontak mata dengan baik berkomunukasi dengan allah, nabi, malaikat dan raja arab. Klien
- Klien tampak senang mengatakan bahwa klien mengajarkan para malaikat bacaan
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran tajwid. Klien juga mengatakan semalam berkomunikasi dengan
3. Tindakan keperawatan : Allah menanyai kenapa Indonesia sudah kacau begini. Klien
- Membina hubungan saling percaya mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Membantu orientasi realitas atau yang ingin ia penuhi
- Membantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhinya O : - Klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya
- Membantu klien mempratekkan pemenuhan yang memiliki kekuatan gaib
kebutuhan - Klien berbicara tidak sesuai kenyataan
- Klien merasa kebutuhannya sudah terpenuhi

A : Waham kebesaran

48
P : Pertahankan Sp1
- Bantu orientasi realitas
- Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang belum
terpenuhi dan cara memenuhinya

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Kamis, 29 September 2022 jam : 09.00 wita
1. Kondisi klien : S : klien masih sering mengatakan hal yang sama. Klien
- Klien dapat berinteraksi dengan baik mengatakan bahwa klien sedang mengandung anak kembarnya
- Klien dapat kontak mata dengan baik yang gaib, klien juga mengatakan bahwa janinnya dapat
- Klien tampak senang berbicara dengan klien. Klien mengatakan bahwa tidak ada
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran kebutuhan yang tidak terpenuhi atau yang ingin ia penuhi
3. Tindakan keperawatan :
- Membina hubungan saling percaya O : - Klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya
- Membantu orientasi realitas yang memiliki kekuatan gaib
- Membantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang - Klien berbicara tidak sesuai kenyataan
tidak terpenuhi dan cara memenuhinya - Klien merasa kebutuhannya sudah terpenuhi

A : Waham Kebesaran

P : Pertahankan Sp1
- Bantu orientasi realitas
- Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhinya

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Jumat, 30 September 2022 jam : 10.30 wita

49
1. Kondisi klien : S : klien masih sering mengatakan hal yang sama. Klien juga
- Klien dapat berinteraksi dengan baik mengatakan bahwa dia semalam bertemu dengan suaminya, dan
- Klien dapat kontak mata dengan baik suaminya menemani klien hingga waktu subuh. Klien
- Klien tampak senang mengatakan kebutuhannya sudah terpenuhi
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran
3. Tindakan keperawatan : O : - Klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya
- Membina hubungan saling percaya yang memiliki kekuatan gaib
- Mebantu orientasi realitas - Klien berbicara tidak sesuai kenyataan
- Membantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang - Klien merasa kebutuhannya sudah terpenuhi
tidak terpenuhi dan cara memenuhinya
A : Waham Kebesaran

P : Pertahankan Sp1
- Bantu orientasi realitas
- Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhinya

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Sabtu, 31 September 2022 jam : 09.00 wita
1. Kondisi klien : S : klien masih sering mengatakan hal yang sama menganggap
- Klien dapat berinteraksi dengan baik dirinya melebihi nabi atau malaikat. Klien mengatakan bahwa
- Klien dapat kontak mata dengan baik klien mengajarkan para malaikat membaca tajwid. klien
- Klien tampak senang mengatakan bahwa semalam klien telah di pilih sebagai
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran pemimpin konferensifer di Yerusalem
3. Tindakan keperawatan :
- Membina hubungan saling percaya O : - Klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya
- Membantu orientasi realitas yang memiliki kekuatan gaib
- Membantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang - Klien berbicara tidak sesuai kenyataan
tidak terpenuhi dan cara memenuhinya - Klien merasa kebutuhannya sudah terpenuhi

A : Waham Kebesaran

P : Lanjutkan Sp1
- Bantu orientasi realitas
- Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhinya

50
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
Tanggal : Senin, 03 oktober 2022 jam : 10.30 wita
1. Kondisi klien : S : klien mengatakan yang dia katakan hanya hal gaib, suaminya
- Klien dapat berinteraksi dengan baik tidak nyata,
- Klien dapat kontak mata dengan baik
- Klien tampak senang O : - klien mampu menerima realitas bahwa yang telah
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran dikatakan oleh klien hanyalah mimpi
3. Tindakan keperawatan :
- Membina hubungan saling percaya A : Waham Kebesaran (Sp1 Teratasi)
- Membantu orientasi realitas
- Membantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang P : Lanjutkan Sp2
tidak terpenuhi dan cara memenuhinya - Diskusikan kemampuan yang dimilik klien
- Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian
- Masukkan pada jadwal kegiatan

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Selasa, 04 oktober 2022 jam : 10.30 wita
1. Kondisi klien : S : - klien mengatakan kemampuannya dapat menghafal surah-
- Klien dapat berinteraksi dengan baik surah Al-Quran dan tilawah
- Klien dapat kontak mata dengan baik
- Klien tampak senang O : - klien tampak senang melantunkan surah-surah Al-Quran
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran - Klien hafal dan pasif dengan surah yang dilantunkan
3. Tindakan keperawatan : -
- Mendiskusikan kemampuan yang di miliki A : Waham Kebesaran (Sp2 teratasi)
Melatih kemampuan yang di pilih, berikan pujian
- Memasukkan pada jadwal kegiatan P : Lanjutkan Sp 3
- Evaluasi evaluasi kegiatan yang dilakukan pasien, beri
pujian
- Jelakan tentang obat yang diminum

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


Tanggal : Rabu, 05 oktober 2022 jam : 10.30 wita
1. Kondisi klien : S : klien mengatakan sebelum minum obat kline memastikan

51
- Klien dapat berinteraksi dengan baik kembali nama pada label apakah sudah benar namanya, jenis
- Klien dapat kontak mata dengan baik obat, dosis obat, dan waktu minum obat.
- Klien tampak senang
2. Diagnosis keperawatan : Waham Kebesaran O : - klien tampak sudah dapat memahami tentang minum obat
3. Tindakan keperawatan
- Menjelaskan tentang obat yang diminum A : Waham Kebesaran (Sp3 teratasi)
- Masukkan pada jadwal kegiatan
P : Discharge Planing
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan dirumah
- Orientasi realita
- Kepatuhan minum obat 6 benar
- Kontrol pengobatan selanjutnya

52
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam Dalam pengkajian yang dilakukan ditemukan sebuah kasus Waham
yang terjadi pada Ny. K di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi di ruang Kenanga
pada tanggal 11 September 2022. Pengumpulan data didapat dari klien dan
perawat yang menanganinya. Hasil data yang didapatkan dalam pengkajian pada
faktor predisposisi: Klien mengatakan pernah melihat kakaknya dianiaya fisik
oleh suaminya, dikarenakan tidak membuat makanan, namun klien lupa usia
berapa kejadian tersebut. Dikeluarga klien juga terdapat keluarga yang mengalami
penyakit gangguan jiwa seperti klien yaitu ayah dan kakak pertama klien. Klien
juga memilki kenangan tidak menyenangkan yaitu kehilangan pacarnya karena
ditinggal menikah.
Alasan masuk: Ny.K di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi di ruang
Kenanga pada tanggal 11 September 2022 karena mengamuk pada malam hari,
klien melempar piring-piring, menghancurkan jendela dan bingkai foto, hal
tersebut disebabkan karena klien marah suaminya mensposori kegiatan prostitusi
di Arab.
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny. K pada hari Senin 26
September 2022 klien mengatakan bahwa klien merasa senang karena baru saja
berkomunikasi dengan suaminya yang gaib dan merupakan Raja Arab. Klien juga
mengatakan bahwa klien merasa dirinya diatas atau melebihi nabi ataupun
malaikat, bahkan klien mengatkan bahwa klien mengajarkan membaca huruf
tajwid kepada para malaikat, karena menurut klien bacan tajwid malaikat belum
pasif ataupun benar. Klien mengatakan klien memiiki kekuatan gaib ini sejak
tahun 2004 saat klien solat tahajud. Kline juga mengatakan pada saat solat tahajud
klien bertemu suaminya dan menikah di solat tahajud tersebut dengan mahar
Qur’an dan keikhlasan. Klien merasa menerima suatu ilmu hitam yang dikirim
oleh mantan pacarnya. Klien mengalami gangguan jiwa sejak umur 17 tahun, hal
tersebut disebabkan waktu klien mengikuti kegiatan gabungan pemuda pelajar
mahasiswa baru. Klien mengatakan pada saat malam penobatan diketukkan palu

53
sidang didepan klien hingga membuat klien kaget dan pingsan. Setelah klien sadar
klien langsung mengamuk pada saat itu, jdi klien dibawa ke Rumah Sakit.
Tampak pasien juga menunjukkan perilaku sesuai isi waham, isi pikir klien tidak
sesuai kenyataan, klien tampak banyak bicara dan hiperaktif, dan tampak
pembicaarn lari dari topik.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Prakarsa (2020)
Waham kebesaran merupakan kejadian dimana individu meyakini bahwa ia
memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan seperti keadaan klien Ny. K dimana dia mempercayai
bahwa posisinya lebih tinggi dari Malaikat dan Nabi dan juga mengajarkan para
malaikat Tajwid.
Menurut Yosep (2019) Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang
muncul di kaitkan dengan delusi atau waham. Perkembangan Waham sebagai
suatu perkembangan disfungsi keluarga. Bayaknya masalah dalam keluarga akan
mempengaruhi perkembangan anak dimana anak tidak mampu memenuhi tugas
perkembangan dimasa dewasanya. Ini sesuai dengan kondisi klien dimana klien
pernah menyaksikan anggota keluarganya dianiaya sehingga menyebabkan trauma
bagi klien.
Menurut Prakasa (2020) bahwa tanda dan gejala gangguan proses pikir
waham dimana Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya dan Inkoheren
( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti). Ini sesuai dengan kondisi klien dimana klien
merasa memiliki suami gaib raja Arab dan klien merasa memiliki kekuatan gaib
yang didapatkan setelah dikirimkan ilmu hitam oleh mantan pacarnya.
Menurut Eriawan (2019) Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-
upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat.
Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Ini sesuai dengan kondisi klien dimana klien
pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan dimana klien ditinggalkan oleh
mantan pacarnya menikah duluan dan menjadi trauma bagi klien dan juga klien

54
mengalami kejadian menjadi saksi perilaku kekerasan oleh suami dari kakaknya
yang melakukan kekerasan pada kakak perempuannya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Alsan penegakan diagnosa
Berdasarkan data-data yang ditunjukkan oleh klien maka penulis
memprioritaskan diagnosa keperawatan: Waham , dan masalah tersebut jika
tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan munculnya masalah gangguan
jiwa lainnya
Data subjektif
 Klien mengatakan dirinya melebihi nabi atau malaikat
 Klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan Allah, Nabi, Malaikat dan
Raja Arab
 Klien mengatakan memiliki suami dan 3 anak ghoib
 Klien mengatakan sering bertemu suami ghaibnya setiap hari dan sering
berkomunikasi
 Klien mengatakan mengajari malaikat dalam membaca tajwid
Data objektif
 Klien tampak berbicara terus menerus tanpa berhenti
 Klien banyak berbicara tidak sesuai kenyataan atau hal-hal yang mustahil
 Klien menceritakan masalah yang sama setiap bertemu dengan orang-
orang
 Klien terlihat percaya diri terhadap yang diyakininya
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Rusdi, 2020). Menurut prakasa 2020, Waham kebesaran: individu meyakini
bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. tanda dan gejala gangguan proses pikir
waham Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan

55
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya, peilaku klien tampak
seperti isi wahamnya, dan mendominasi pembicaraan.
Berdasarkan tanda dan gejala dari standar diagnosa keperawatan indonesia
(SDKI) sudah sesuai, mengungkapkan isi waham menunjukan perilaku sesuai
isi waham, isi pikir tidak sesua realistis, bicara berlebihan

C. Intervensi
` Tindakan keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Carpenito dalam Yusuf, dkk. 2015). Sebelum tindakan keperawatan
diiimplementasikan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan yang
ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here and now) (Yusuf
dkk. 2015). Tindakan keperawatan klien dengan diagnosa waham yaitu dengan
cara bantu orientasi realita (panggil nama, orientasi waktu, dan
tempat/lingkungan), dari hasil intervensi yang dilakukan pada Ny.K dengan
pemberian terapi orientasi realita dengan mengajarkan pasien untuk tidak
menganggap dirinya memiliki kekuatan yang melebihi nabi atau malaikat, dapat
berkomunikasi dengan Allah, nabi, malaikat, raja arab. Dan pasien juga dibantu
dalam orientasi realita tentang memiliki suami berwujud goib dan sedang
mengandung anak goib kembar. Dimana intervensi yang diberikan dalam jangka
waktu satu minggu pasien bertahan dalam SPTK 1 dan selama pemberian SPTK 1
tidak berhasil, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmania
(2022), dari hasil penelitian yang dilakukan pada Tn.Y di RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang dengan dilakukan asuhan keperawatan dengan intervensi
terapi orientasi realita belum terjadi perubahan kondisi yang signifikan pada klien.
Dimana jangka waktu penelitian yang dilakukan dalam pemberian terapi orientasi
realita dilakukan hanya 6 hari sehingga komunikasi traupetik yang dijalin oleh
perawat dan klien tidak dapat meningkat yang mengakibatkan intervensi orientasi
realita yang diberikan tidak berhasil.
Ada pun penelitian dari Musa (2019) dimana penelitian ini berfokus pada
terapi aktivitas kelompok dengan orientasi realita dengan cara menggambar pada

56
pasien yang waham, dimana pasien diminta menggambar yang dia dengar atau
yang dia fikirkan, dari hasil penelitian ini didapatkan dari 8 sesi, ada 5 sesi yang
berpengaruh dalam aktivitas kelompok orientasi realita tersebut, dan 3 kelompok
tidak memiliki pengaruh yang singnifikan, karena ada beberapa yang belum
mampu mengalihkan apa yang difikirkan atau yang didengar ke gambarnya,
sehingga 3 sesi tersebut tidak berhasil.
Kemudian pada hari ke 7 dilanjutkan untuk dilakukan SP 2 dimana
intervensi ini didapatkan bahwa klien mengatakan kemampuannya yaitu mampu
menghafal al-qur'an dan tilawah, selain itu klien tanpak senang melantunkan
surat-surat al-qur'an dan juga hafalan al-qur'an yang pasif, yang berarti bahwa
klien mampu menunjukkan kemampuananya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Abdillah (2020) dimana peneliti menggunakan teknik traupetik bertanya yang
dapat mendorong dan memancing perasaannya klien untuk mengungkapkan
perasaan dipikirannya dan mengungkapkan kemampuan yang dimiliki. Tehnik ini
diterapkan pada TAK , perawat senantiasa memberikan pertayaan pertayaan yang
sifatnya menggali perkembangan dan kemampuan klien. Dan pada penelitian ini
klien mampu menguangkapkan kemampuannya dan penelitian ini berhasil pada
klien waham.
Kemudian pada hari ke 8 dilanjutkan pada SP 3 yaitu perawat
menjelaskan tentang obat yang harus diminum dengan cara 6 benar kemudian
dengan hasil dimana klien mengatakan bahwa sebelum klien minum obat klien
memastikan kembali nama obat pada label apakah sudah benar nama, jenis, dosis
dan waktu minum obat. Dan juga klien tanpak sudah memahami tentang cara
minum obat yang benar karena klien sebelumnya sudah pernah dirawat dan
riwayat masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama sebanyak 19 kali. Hal ini
sejalan dengan penelitian Zukna (2017) dimana terapi farmakologis pada pasien
dilakukan pemberian obat berdasarkan keluhan dan gejala. Peneliti juga
menjelaskan terkait cara 6 benar minum obat. Klien di motivasi agar minum obat
secara teratur dan rajin kontrol apabila sudah pulang dari perawatan. Penelitian ini
berhasil pada pasien waham.
Implementasi

57
Implementasi Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implemetasi keperawatan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini
(Hartono, 2021).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang praktisi
profesional (perawat, dokter, bidan) yang direncanakan dan dilakukan bertujuan
untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien (Djala, 2021). Terdapat 4
tahap dalam dalam komunikasi terapeutik, tahap pertama yaitu tahap pra-interaksi
yang menggambarkan perawat dalam mempersiapkan dirinya untuk bertemu
pasien, dimana sebelum bertemu pasien perawat haruslah mencari informasi atau
data mengenai pasien. Tahap kedua orientasi yaitu tahap yang menggambarkan
mengenai pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan
pertemuan yang diharapkan. Kemudian yang ketiga ada tahap kerja berisi
beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk pengkajian lanjut, pengkajian
tambahan, penemuan masalah bersama dan/atau penyelesaian tindakan. Ke empat
tahap terminasi merupakan saat untuk mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan, menilai keberhasilan atau kegagalan dan merencanakan untuk kontrak
waktu pertemuan selanjutnya (Raziansyah, 2022).
Dalam perencanaan tindakan ini dilakukan menurut teori, tetapi dilaksanakan
dengan melihat situasi dan kondisi pasien. Rencana tindakan yang ada pada teori
dimulai dengan komunikasi terapeutik.dan membina hubungan saling percaya
dengan klien. Menururt Mufidaturrohmah (2017) Implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri merupakan aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan
atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain.

58
Implemetasi keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 27 septermber
2022 sampai tanggal 5 oktober 2022 sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.
Masalah utama yaitu Waham Agama sudah dilakukan implementasi SP (strategi
pelaksanaan).
1. Pada tanggal 25 september 2022 Jam 10:00 WITA Perawat dan Klien
Membina Hubungan Saling Percaya yakni mengucapkan salam, menyapa
klien dengan rama baik secara verbal maupun non verbal, jabat tangan dengan
klien, perkenalkan diri dengan sopan, menanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien, menjelaskan tujuan pertemuan, membuat
kontrak topik waktu dan tempat, mengumpulkan data data dari klien,
menunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Hasil :
- Klien menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
- Klien mampu mempertahankan kontak mata
- Klien dapat berinteraksi dengan baik
- Klien tampak senang
- Klien mampu mengingat nama perawat
- klien mengatakan bahwa dirinya melebihi nabi atau malaikat
- klien juga mengatakan bahwa dapat berkomunikasi dengan Allah, Nabi,
dan malaikat
- klien juga mengatakan bahwa klien mengajarkan para malaikat membaca
tajwid
- klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya yang memiliki
kekuatan ghoib
- klien tampak meyakini dirinya mempunyai kemampuan lebih
2. Hari Selasa tanggal 26 september 2022 sampai tanggal senin, 3 Oktober 2022
jam 09:00 WITA pelaksanaan SP 1 waham yakni mengucapkan salam
terapeutik, mengevaluasi dan validasi perasaan klien, kontrak waktu tempat
dan topik, mengidentifikasi tanda dan gejala waham, membantu orientasi
realitas, mendiskusikan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi, membantu

59
pasien memenuhi kebutuhan yang realistis dan memasukkan pada jadwal
pemenuhan kebutuhan.
Hasil :
- Klien mengatakan yang dia katakan hanyalah hal ghaib, suaminya tidak
nyata
- Klien mampu menerima realitas bahwa yang telah dikatakannya hanyalah
mimpi.
- Klien mengatakan kemampuannya dapat menghafal surah-surah al-qur’an
dan tilawah
Klien dengan waham, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality
testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi
pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini,
maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten pada klien
tentang realita lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu dan tempat.
Hal ini telah diimplementasikan pada Ny. K pada hari Selasa, 27 September
hingga Senin tanggal 3 Oktober 2022.
Implementasi strategi pelaksanaan 1 (SP 1) yaitu membantu orientasi
realitas pada kasus ini membutuhkan waktu yang sangat lama, hal ini sesuai
dengan penelitian Skelton (2015) yang menyimpulkan bahwa gangguan proses
pikir waham biasanya dianggap sulit untuk diobati karena waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap di pertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain dalam waktu yang
singkat. Dalam keliat, Hamid, Putri, Daulima (2019) di jelaskan bahwa tidak
boleh memunculkan konfrontasi atau membantah waham. Dalam mengatasi
situasi tersebut intervensi yang dianjurkan adalah deeskalasi. Beberapa teknik
deeskalasi telah dilakukan yaitu teknik komunikasi verbal seperti bicara
dengan tenang, suara lembut dan menghindari pertentangan.
Kemudian melakukan kontrol lingkungan dengan membawa pasien ke
kamarnya, ruangan yang stimulasi rendah, tenang/bebas dari kebisingan dan
menyuruh pasien duduk. Selanjutnya melakukan eksplorasi terhadap perasaan

60
pasien dan menjadi pendengar yang aktif hingga pasien menjadi pendengar
yang aktif hingga pasien menjadi individu yang tenang dan agresifitas
menurun (Hallet & Dickens, 2017).
3. Hari Selasa tanggal 4 Oktober 2022 jam 11:00 lanjut ke SP 2 waham yaitu
tentang mengevaluasi orientasi realita, mengevaluasi kegiatan pemenuhan
kebutuhan lalu memberikan pujian, mendiskusikan kemampuan yang dimiliki,
melatih kemampuan yang dipilih lalu memberikan pujian dan
memasukkannya pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah
dilatih.
Hasil :
- Klien mengatakan kemampuannya dapat menghafal surah-surah al-qur’an
dan tilawah
- Klien tampak senang melantunkan surah-surah al-qur’an
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa orientasi realita dapat
meningkatkan fungsi perilaku seperti pasien perlu dikembalikan pada realita
bahwa hal-hal yang dikemukakan tidak berdasarkan fakta dan belum dapat di
terima orang lain dengan tidak mendukung ataupun membantah waham (Keliat,
2019).
Pemberian SP 2 pada Ny. K dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan
jiwa, tetapi terdapat hambatan dalam penatalaksanaannya, yaitu ketika intensitas
waham pasien dalam kategori berat, pasien memunculkan respon yang dominan
tidak percaya akan realitas. Perlu banyak waktu yang diperlukan untuk menunggu
pasien dalam kondisi yang lebih tenang. Selain itu, pasien juga mempunyai
keinginan pulang yang tinggi.
4. Hari Rabu tanggal 5 Oktober 2022 jam 10:30 lanjut ke SP 3 waham yakni
mengevaluasi jadwal kegiatan harian lalu berikan pujian, menjelaskan tentang
obat yang diminum (6 benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara kontinuitas minum
obat) dan tanyakan manfaat yang dirasakan pasien, kemudian menganjurkan
pasien untuk memasukkan kegiatan yang dilatih dan minum obat pada jadwal
pemenuhan kebutuhan.

61
Hasil :
- Klien mengatakan sebelum minum obat, klien memastikan kembali nama
pada label apakah sudah benar namanya, jenis obat, dosis obat dan waktu
minum obat
- Klien tampak sudah dapat memahami tentang waham
Pada implementasi SP 3 pendekatan yang dilakukan adalah menjelaskan
mengenai manfaat obat dan kerugian tidak minum obat, pasien juga dijelaskan
mengenai pengobatan dengan prinsip 8 benar (pasien, obat, dosis, aktu, cara
pemberian, dokumentasi, tanggal kadaluarsa). Menurut Keliat & Wardani (2015)
menyebutkan ada beberapa cara untuk menghadapi klien yang mengalami
ketidakpatuhan minum obat antara lain : menumbuhkan kepatuhan dengan
mengembangkan tujuan kepatuhan, mengembangkan strategi untuk merubah
perilaku dan mempertahankannya mengembangkan kognitif dan dukungan sosial.
Pada evaluasi akhir sebelum pasien pulang, penurunan tingkat intensitas
waham dalam kategori sudah di capai, tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan
peningkatan kemampuan pasien dalam mengenali penyakit yang di deritanya,
pasien masih mengungkapkan keraguannya terhadap penyakit yang dialaminya.
Hal ini dapat menjadi ancaman karena dapat berpotensi pasien tidak mengikuti
program terapi yang diberikan, ketidakpatuhan terhadap pengobatan terkait pada
ketidak mampuan pasien dalam mengenali penyakit yang di deritanya.
Pada masalah keperawatan jiwa dengan waham, bentuk strategi pelaksanaan
(SP) yang diterapkan pada pasien terbagi menjadi 5 SP diantaranya, SP 1 pasien :
bantu pasien mengenali tanda dan gejala waham, membantu pasien orientasi
realitas (panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan),
mendiskusikan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi, membantu pasien
memenuhi kebutuhannya yang realitstis, menganjurkan pasien untuk memasukkan
kegiatan pemenuhan kebutuhan pada jadwal kegiatan harian.
SP 2 Pasien : perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien jangan lupa
berikan pujian, mendiskusikan kemampuan yang dimiliki oleh pasien,
memberikan kesempatan untuk melatih kemampuan yang dipilih lalu berikan

62
pujian, menganjurkan pasien untuk memasukkan kemampuan yang dipilih ke
dalam jadwal kegiatan harian. SP 3 Pasien: yakni mengevaluasi jadwal kegiatan
harian lalu berikan pujian, menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara kontinuitas minum obat) dan tanyakan manfaat
yang dirasakan pasien, kemudian menganjurkan pasien untuk memasukkan
kegiatan yang dilatih dan minum obat pada jadwal pemenuhan kebutuhan.
SP 4 Pasien yakni: mengevaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien,
kegiatan yang dilatih, serta minum obat, mendiskusikan kebutuhan lain dan cara
memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih
kemampuan yang dipilih, menganjurkan kegiatan yang telah dilatih dan minum
obat pada jadwal pemenuhan kebutuhan. SP 5 pasien yakni menilai kemampuan
yang telah mandiri dan menilai apakah frekuensi munculnya waham berkurang
serta apakah waham terkontrol.
Pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa waham, terdapat 5 SP yang harus diketahui yaitu: SP 1 Keluarga
yakni mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien,
mengedukasi keluarga tentang proses terjadinya waham, menjelaskan cara
merawat yaitu dengan tidak menyangkal dan tidak mengikuti, dan melatih
keluarga cara mengetahui kebutuhan dan kemampuan pasien. SP 2 Keluarga yakni
mengevaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien memenuhi kebutuhan
pasien, melatih cara memenuhi kebutuhan pasien, melatih keluarga cara melatih
kemampuan yang dimiliki pasien dan menganjurkan membantu pasien mengikuti
jadwal harian dan memberikan pujian.
SP 3 keluarga yaitu menjelaskan kepada keluarga obat yang dimunum oleh
pasien dan menganjurkan keluarga membantu pasien mengikuti jadwal kegiatan
harian serta memberikan pujian. SP 4 keluarga yaitu menjelaskan keluarga untuk
melakukan follow up pasien ke rumah sakit jiwa atau puskesmas jika tanda
kambuh mulai terlihat agar bisa melakukan rujukan, menganjurkan keluarga
membantu pasien untuk melakukan kegiatan harian serta berikan pujian kepada
pasien. SP 5 keluarga yaitu menilai kemampuan keluarga merawat pasien dan

63
menilai kemampuan keluarga ketika melakukan control ke rumah sakit jiwa atau
puskesmas terdekat.
Menurut penulis selama melakukan pengkajian ditemukan hambatan namun
dalam batas yang normal pada pasien waham, yaitu pada hari pertama klien masih
dalam fase pendekatan dengan perawat namun apa yang dibicarakan pasien masih
berbelit-belit dan tidak sampai ke tujuan. Pada hari kedua pada saat melakukan SP
1 pasien tidak mampu berorientasi realitas seperti, klien masih menganggap
dirinya adalah seseorang yang mengajar malaikat dan menganggap bahwa
malaikat tunduk pada dirinya dan terdapat kesulitan dalam meyakinkan pasien,
namun dalam hari berikut pasien sudah mampu mengatakan beberapa
kebutuhannya yang belum terpenuhi sehingga dalam melakukan strategi
pelaksanaan keperawatan 1 (SP 1) butuh waktu 5 hari untuk melanjutkan ke SP 2.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan terus menerus
dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan intervensi yang telah dilakukan
serta bagaimana intervensi keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau pun
menghentikan intervensi keperawatan (Manurung, 2011). Evaluasi adalah tahapan
yang menentukan apakah tujuan telah tercapai ataupun tidak. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan, apabila tujuan tidak tercapai, maka harus dicari
penyebabnya.
Setelah dilakukan implementasi maka dilakukan evaluasi pada kasus Nn.K
dengan diagnosa Waham. Pada fase awal didapatkan evaluasi data objektif klien
tampak kooperatif dan menjawab semua pertanyaan. Pada TUK 1 hari pertama
didapatkan data objektif ditemukan bahwa klien mampu berbicara dengan baik,
klien mampu mempertahakan kotak mata dengan perawat, klien serta koperatif
menjawab pertanyaan dari perawat, dari data diatas dapat dianalisa bahwa pasien
selanjutnya akan melakukan BHSP pada SP1 dengan perawat dan selanjutnya
akan dilakukan planning untuk mempertahankan BHSP dan melanjutkan SP2.
Untuk TUK 2 3 dan 4 didapatkan data subjektif klien mengatakan bahwa
dirinya melebihi nabi atau malaikat dan dapat berkomunikasi dengan Allah,
pasien juga mengajarkan para malaikat membaca tajwid,serta pasien berbicara

64
terus menerus mengenai dirinya yang memiliki kekuatan ghoib, klien tampak
meyakini dirinya mempunyai kemampuan lebih.Serta data objektif didapatkan
klien tampak berbicara terus menerus mengenai dirinya yang memiliki kekuatan
gaib, klien berbicara tidak sesuai kenyataan, Dari data diatas, dapat dianalisa
bahwa pasien selanjutnya akan mengidentifikasi perasaan yang muncul secara
berulang dalam fikiran dan adapun planning yang selanjutnya akan dilakukakan
yaitu SP2.

65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis bermakna
yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu gangguan
jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah keyakinan
klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat
dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
dimana sudah kehilangan control.
Waham adalah perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyaki
nanterhadap ide(ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah 
dengan logika atau bukti- bukti yang ada. Waham dapat dibagi atas beberapa
jenis, diantaranya Waham Curiga, Waham Kebesaran, Waham Somatik, dan lain-
lain. Terapi yang dianjurkan pada pasien waham, yaitu farmakologi (antipsoptik,
ansietas, antiparkinson, antidepressant), psikoterapi dan terapi keluarga.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan studi kasus, khususnya
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Waham.
2. Bagi Tempat Penulisan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya agar dapat menambah referensi perpustakaan sebagai bahan
acuan penelitian yang akan datang.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan keperawatan jiwa dan sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Waham

66
DAFTAR PUSTAKA

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
https://doi.org/10.1177/2167702620951553
Darmiyanti, A. (2016). Analisa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi Ii
Pada Tn. A Dengan Gangguan Proses Pikir: Waham Studi Kasus di Ruang 23
Psikiatri RSUD Saiful Anwar Malang (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang). http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/29871
Dalami, E., ROCHIMAH, N., SURYATI, K. R., & LESTARI, W. (2019). Asuhan
Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.
Direja, A. H. (2018). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa.
Keliat, B. A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Prakasa, A., & Milkhatun, M. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan
Proses Pikir Waham dengan Menggunakan Algoritma C4. 5 di Rumah Sakit
Atma Husada Mahakam Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 2(1), 8-
15. https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:98_XaqlexBUJ:sc
holar.google.com/+prevalensi+WAHAM&hl=id&as_sdt=0,5
Prastika, Y., Mundakir, S. K., & Reliani, S. K. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Pasien Waham Kebesaran Dengan Diagnosa Medis Skizofrenia
Hebefrenik Di Ruang Flamboyan Rs Jiwa Menur Surabaya (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien
Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 45-52.
https://doi.org/10.26714/jkj.8.1.2020.45-52
World Health Organization. (2016). Scizofrenia. :
https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/detail/schizophrenia
Yusuf, A., dkk. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : Salemba

67
68

Anda mungkin juga menyukai