Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

DENGAN MASALAH GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

DI YAYASAN REHABILITASI MENTAL GRIYA BHAKTI MEDIKA

Disusun oleh:

1. Alifya Asmiasti
2. Celine Nahdaliin
3. Hanapi
4. Mellynia Eka Pratiwy
5. Ristina Amelia Putri
6. Riska Andini
7. Sannur Kallina Mastaria
8. Sita Nuralisa
9. Tetty Girsang

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas membuat
makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Proses Pikir: Waham.

Dalam penyusunan di tugas ini, penulis mendapatkan bimbingan dan saran yang
bermanfaat dari berbagai pihak, sehingga penyusun karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih pada:

1. Pembimbing Stase Jiwa Ibu Ns. Sri Supami, S.Kep, S.Pd, M.Kep yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian askep ini
2. Perawat Penanggung jawab bapak Ns. Saepul S,Kep Dan Ibu Ns. Mentari S,Kep
selaku pembimbing lahan yang telah memberikan pengarahan untuk pembuatan
askep
3. Panti Rehabilitas Griya Bakti Medika yang telah mengizinkan kami untuk belajar
4. Pasien dari Panti Rehabilitas Griya Bakti Medika yang telah bersedia menjadi
pasien kelolaan
5. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang telah berjuang bersama selama ini
untuk menggapai masa depan

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini kedepan.

Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, dan pembaca.

Tangerang selatan, Januari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Gangguan jiwa yakni kondisi terhambat peranan emosi, mental, kemauan,
perilaku psikomotorik dan verbal, yang sebagai gejala klinis yang diiringi oleh
penderita dan menimbulkan ganggunya peranan humanistic orang. Gangguanhjiwa di
karakteristikkan sebagian respon maladaptif diri terhapat wilayah yang ditunjukkan
dengan beberapa benak, perasaan, tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
setempat dan kultural sehingga mengusik peranan sosial, kerja& badan orang yang
biasa disebutkan dengan skizofrenia.
Problem hambatan jiwa jadi sesuatu kasus yang sangat sungguh-sungguh
diseluruh dunia, penderita hambatan jiwa ada dekat 450 juta orang (11%) dari seluruh
dunia. Serta jumlah problem kesehatan jiwa yang terdapat di Indonesia dengan
Gangguan Mental Emosional( Tekanan mental serta Ansietas) sebesar 19, 8% ataupun
kurang lebih 20 juta jiwa serta gangguan jiwa berat (psikosis) sebesar 11% kurang
lebih 10 juta jiwa.(Saswati & Sutinah, 2018).
Menurut Hasil Riskesdas tahun 2018, menampilkan prevalensi rumah tangga
dengan anggota yang mengidap skizofrenia/ psikosis sebesar 7/ 1000 dengan cakupan
penyembuhan 84, 9%. Sedangkan itu prevalensi gangguan mental emosional pada
anak muda berusia 15 tahun sebesar 9, 8%. Angka jni bertambah dibanding tahun
2013 adalah sebesar 6%.
Menurut informasi Riskedas (2018) di Indonesia semenjak umur 20 tahun
presentase tekanan mental menggapai 8 persen ataupun kurang lebih 16 juta orang.
(Rahayu etal., 2020). Menurut (Sinaga, 2019) di Medan pada disaat penelitian
pendahuluan didapat jumlah penderita isolasi sosial pada tahun 2018 sebanyak 224
orang (5,6%), serta menggambarkan diagnosa ketiga terbanyak sesudah halusinasi
(79,8%) serta defisit perawatan diri (6,5%). (Sejati, 2019).
Menurut World Health Organization dalam riset Anandita 2012, melaporkan jika
kurang lebih 450 jiwa penduduk di segala dunia hadapi kendala kesehatan jiwa, yang
mempunyai makna kalau jumlah penduduk dunia 10% nya hadapi kendala kesehatan
jiwa, realitas ini dibuktikan dengan laporan dari hasil studi bank dunia serta hasil
survei Tubuh Pusat Statistik yang memberi tahu kalau penyakit yang menggambarkan
akibat permasalahan kesehatan jiwa menggapai 8,1% yang ialah angka paling tinggi
dibandingkan presentasi penyakit lain (Anindita, 2012).
Bersumber pada latar belakang diatas sehingga penulis tertarik melaksanakan
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. B dengan Gangguan Proses Pikir: Waham di
Yayasan Rehabilitasi Mental Griya Bakhti Medika

B. Rumusan masalah
Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien Gangguan Proses
Pikir: Waham.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Proses Pikir: Waham.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian terhadap pasien dengan GPP: Waham
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan terhadap pasien dengan GPP:
Waham
c. Dapat menyusun rencana keperawatan terghadap pasien dengan GPP: Waham
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan terhapat pasien GPP: Waham
e. Dapat mengevaluasi pasien dengan isolasi GPP: Waham.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Klien dan Masyarakat
Dapat mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan dalam mengatasi GPP: Waham
2. Institusi Pendidikan
Penulisan Askep ini diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian ilmu bagi
mahasiswa dan juga dapat memperluas wawasan atau informasi terkait dalam
asuhan-keperawatan terhadap klien dengan GPP: Waham
3. Penulis
Bermanfaat untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis, dan untuk
memenuhi tugas keperawatan jiwa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Waham adalah suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi atas
dasar fakta dan kenyataan. Tetapi harus dipertahankan, bersifat patologis dantidak terkait
dengan kebudayaan setempat. Adanya waham menunjukkan suatu gangguan jiwa yang
berat, isi waham dapat menerangkan pemahaman terhadap faktor-faktor dinamis
penyebab gangguan jiwa. Terbetuknyakepercayaan yang bersifat waham adalah sebagai
perlindungan diri terhadaprasa takut dan untuk pemuasan kebutuhan (Sutini dan Yosep,
2019).
Waham adalah keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang salah
tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural,
yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan (Zukna, 2017). Waham adalah keyakinan
klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat
dirubah secara logis oleh oranglain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Rusdi, 2020).

B. Etiologi
Menurut WHO (2016) secara medis ada banyak kemungkinan penyebab waham,
termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan sistemsaraf pusat, penyakit pembuluh
darah, penyakit menular, penyakit metabolisme, gangguan endokrin, defisiensi vitamin,
pengaruh obat-obatan, racun, dan zat psikoaktif.
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang muncul di kaitkan dengandelusi atau
waham. Dimana individu dari anggota keluarga yangdi manifestasikan dengan
gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi untuk mengalaminya di bandingkan
dengan populasi umum. Studi padamanusia kembar juga menunjukan bahwa ada
keterlibatan factor (Yosep, 2019).
b. Teori Psikososial
1) System Keluarga Perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan
disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak.
Bayaknya masalah dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak
dimana anak tidak mampu memenuhi tugas perkembangan dimasa
dewasanya. Beberapa ahli teori menyakini bahwa individu paranoid memiliki
orang tua yang dingin, perfeksionis, sering menimbulkankemarahan, perasaan
mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu.
Klien menjadi orang dewasa yang rentankarena pengalaman awal ini (Yosep,
2019).
c. Teori Interpersonal Dikemukakan oleh Priasmoro (2018) di mana orang yang
mengalami psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang tua-
anakyangpenuh dengan ansietas tinggi. Hal ini jika di pertahankan maka
konsepdiri anak akan mengalami ambivalen.
d. Psikodinamika Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya
rangsanganatauperhatian ibu,dengan ini seorang bayi mengalami
penyimpanganrasaaman dan gagal untuk membangun rasa percayanya sehingga
menyebabkan munculnya ego yang rapuh karena kerusakan harga diri yang
parah,perasaan kehilangan kendali,takut dan ansietas berat.Sikapcuriga kepada
seseorang di manifestasikan dan dapat berlanjut di sepanjang kehidupan. Proyeksi
merupakan mekanisme koping palingumum yang di gunakan sebagai pertahanan
melawan perasaan(Yosep, 2019)

2. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Menurut Direja (2018) Stress biologi yang berhubungan denganrespon neurologik
yang maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalamotak yangmengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yangberinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukanterjadinya gangguan perilaku
(Direja, 2018).
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang seringmenunjukkan episode
baru suatu penyakit. Pemicu yang biasaterdapat pada respon neurobiologik yang
maladaptif berhubungandengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku
individu (Direja, 2018)

3. Rentang Respon
Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

4. Fase Waham
Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu:
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selfideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai
seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis
di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
kembang (life span history) (Eriawan, 2019).
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat
rendah (Eriawan, 2019)
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secaraoptimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
oranglain(Eriawan, 2019)
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong
(Eriawan, 2019)
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial (Isolasi sosial) (Eriawan, 2019)
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktukeyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema wahamyangmuncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan- kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Wahambersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancamandiri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa apa yang dilakukan menimbulkan
dosa besar serta ada konsekuensi sosial (Eriawan, 2019).

5. Jenis Waham
Menurut Prakasa (2020) bahwa jenis waham yaitu :
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaranataukekuasaan
khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,
“Saya ini pejabat di separtemen kesehatanlho!”atau, “Saya punya tambang emas.”
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompokyang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulangkali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidupsayakarena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatuagama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harusmenggunakan pakaian putih
setiap hari.”
d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnyaterganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.”(Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tandatanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan
bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak adadi
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lainyangdisisipkan
ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apayang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannyakepada orang tersebut
h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol olehkekuatan
di luar dirinya.

6. Tanda dan Gejala


Menurut Prakasa (2020) bahwa tanda dan gejala gangguan proses pikir waham
terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan, perawatan diri, emosi, gerakan tidak
terkontrol, pembicaraan tidak sesuai, menghindar, mendominasi pembicaraan,
berbicara kasar.
a. Waham kebesaran
1) DS : Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artisdan lainnya
yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidakberhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti
c) Klien mudah marah
d) Klien mudah tersinggung
b. Waham curiga
1) DS :
a) Klien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu
b) Klien mengatakan merasa diintai dan akan membahayakandirinya.
2) DO:
a) Klien tampak waspada
b) Klien tampak menarik diri
c) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
d) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidakberhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c. Waham Agama
1) DS : Klien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkanberulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung karena harus melakukan isi wahamnya
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidakberhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d. Waham Somatik
1) DS :
a) Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panic
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
e. Waham Nihilistik
1) DS : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidakberhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
f. Waham Bizzare
1) Sisip Pikir :
DS :
a) Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkandalam
pikirannya yang disampaikan secara berulangdantidak sesuai dengan
kenyataan.
b) Klien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidakberhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
2) Siar Pikir
DS :
a) Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yangdiapikirkan yang
dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panic
c) Klien tidak mampu mengambil keputusan
DO :
a) Klien tampak bingung
b) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidakberhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d) Klien tampak waspada
e) Klien kehilangan selera makan
3) Kontrol Pikir
DS :
a) Klien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar
b) Klien tidak mampu mengambil keputusan
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung
c) Klien tampak menarik diri
d) Klien mudah tersinggung
e) Klien mudah marah
f) Klien tampak tidak bisa mengontrol diri sendiri
g) Klien mengalami perubahan pola tidur
h) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian
Tn. B usia 57 tahun belum menikah. Klien mengatakan masuk Yayasan Rehabilitasi
Mental Griya Bhakti Medika diantar oleh keluarganya karena sering marah dan mudah
tersinggung, klien sebelumnya pernah dirawat di RS Darmawangsa Magelang 20 tahun yang
lalu
Klien merupakan anak ke 2 dari 8 bersaudara, klien sebelumnya pernah menempuh
Pendidikan strata 1 selama 8 tahun namun tidak lulus kuliah dan klien merasa kecewa dan
malu karena gagal dalam pendidikannya dan merasa masa depannya tidak jelas.
Klien mengatakan jarang mengobrol dengan teman-temannnya. Klien mengatakan klien
selalu merasa paling benar dan superior dibandingkan orang lain, klien mengatakan klien
adalah yang paling tinggi.

B. Masalah Keperawatan
1. Gangguan proses pikir: waham kebesaran
Data subjektif:
a. Klien mengatakan bahwa dia adalah yang paling benar dan superior
b. Klien mengatakan klien adalah yang paling tinggi
c. Klien mengatakan bahwa ia yang mengangkat presiden

Data objektif:

a. Klien tampak yakin akan dirinya


2. harga diri rendah
Data subjektif:
a. klien merasa malu karena tidak lulus kuliah
b. klien merasa gagal karena tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya

Data objektif:

a. klien tampak sering menyendiri


3. Resiko perilaku kekerasan
Data subjektif: Klien mengatakan sering emosi dan pernah mengamuk
Data objektif:
a. Klien tampak tegang
b. Tampak pandangan mata klien tajam

C. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesaran
2. Harga Diri Rendah

D. Analisa Data

No Data Masalah keperawatan


1 Ds:
1. Klien mengatakan bahwa dia adalah yang paling
benar dan superior
Gangguan Proses Pikir:
2. Klien mengatakan klien adalah yang paling tinggi
Waham Kebesaran
3. Klien mengatakan bahwa ia yang mengangkat
presiden
Do:
1. Klien tampak yakin akan dirinya
2 Ds:
1. klien merasa malu karena tidak lulus kuliah
2. klien merasa gagal karena tidak bisa memenuhi Harga Diri Rendah
harapan orang tuanya
Do:
1. klien tampak sering menyendiri
E. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesararan Core Problem

Harga Diri Rendah


F. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
MASALAH GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM KEBESARAN
PERTEMUAN PERTAMA

Nama: Tn. B Jam: 08.00 – 08.35

Hari/Tanggal: Jumat, 13 Januari 2023 Pertemuan: 1 (satu)

Jumat, 13 Januari 2023


Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
DS: S:
- Klien mengatakan bahwa dia adalah - Klien mengatakan senang diajak bicara
yang paling benar dan superior O:
- Klien mengatakan klien adalah yang - Klien tampak yakin akan dirinya
paling tinggi
- Klien mengatakan bahwa ia yang A: gangguang proses pikir: waham kebesaran
mengangkat presiden positif (+)
DO: - klien mampu menyebutkan orientasi
- Klien Klien tampak yakin akan realita: panggil nama, orientasi waktu,
dirinya orang tempat dan lingkungan
- klien mampu melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar seperti mandi, makan
Diagnosa Keperawatan:
dan melakukan kebersihan diri secara
Gangguan proses pikir: waham
mandiri
kebesaran
P:
Anjurkan pasien memasukkan ke dalam
Tindakan Keperawatan:
jadwal kegiatan harian
- Membina hubungan saling percaya
- Membantu orientasi realita
- Mendiskusikan kebutuhan yang
tidak terpenuhi
- Membantu pasien memenuhi
kebutuhannya
- Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut (RTL):
1. Evalusasi SP 1
2. Lanjutkan SP 2:
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
- Berdiskusi tentang kemampuan
yang dimiliki
- Melatih kemampuan yang
dimiliki
- Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
MASALAH HARGA DIRI RENDAH
PERTEMUAN PERTAMA

Nama: Tn. B Jam: 08.40 – 08.35

Hari/Tanggal: Jumat, 13 Januari 2023 Pertemuan: 1 (satu)

Senin, 13 Januari 2023


Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
DS: S:
- klien merasa malu karena tidak lulus - Klien mengatakan senang diajak bicara
kuliah O:
DO: - Klien tampak berbicara lambat saat
- Tampak klien berbicara dengan interaksi
lambat
- Klien tampak menyendiri A: Harga diri rendah (+)
- Klien mampu bersih-bersih (menyapu)
Diagnosa Keperawatan: - Klien mampu menyanyi
Harga Diri Rendah P:
menganjurkan dan memotivasi klien untuk
Tindakan Keperawatan: berlatih setiap hari
- Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimilikI
- Membantu pasien menilai
kemampuan pasien yang masih
dilakukan
- Membantu pasien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai kemampuan
pasien
- Melatih pasien sesuai kemampuan
yang dipilih
- Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien
- Menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (RTL):


Evalusasi SP 1
Lanjutkan SP 2:
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
- Melatih kemampuan keedua
- Menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
MASALAH GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM KEBESARAN
PERTEMUAN KEDUA

Nama: Tn. B Jam: 09.50 – 10.20

Hari/Tanggal: Senin, 16 Januari 2023 Pertemuan: 2 (dua)

Senin, 16 Januari 2023


Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
DS: S:
- Klien mengatakan bahwa dia adalah - Klien mengatakan mampu menyanyi,
yang paling benar dan superior menggambar dan bersih-bersih
- Klien mengatakan klien adalah yang O:
paling tinggi - Klien tampak yakin akan dirinya
- Klien tampak mahir dalam bersih-
DO:
bersih
- Klien tampak yakin akan dirinya
A: gangguang proses pikir: waham
kebesaran positif (+)
Diagnosa Keperawatan: - Klien mengatakan klien mampu
Gangguan proses pikir: waham kebesaran bernyanyi
- Klien mengatakan mampu
Tindakan Keperawatan: menggambar
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan sudah terbiasa
pasien bersih-bersih
- Berdiskusi tentang kemampuan yang P:
dimiliki menganjurkan dan memotivasi klien untuk
- Melatih kemampuan yang dimiliki berlatih setiap hari
- Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
Rencanan Tindak Lanjut (RTL):
3. Evalusasi SP 2
4. Lanjutkan SP 3:
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
- Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
MASALAH HARGA DIRI RENDAH
PERTEMUAN KEDUA

Nama: Tn. B Jam: 11.00 – 11.45

Hari/Tanggal: Senin, 16 Januari 2023 Pertemuan: 2 (dua)

Senin, 16 Januari 2023


Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
DS: S:
- klien merasa gagal karena tidak bisa - Klien mengatakan ingin bekerja kembali
memenuhi harapan orang tuanya O:
DO: - Klien tampak berbicara lambat saat
- Tampak klien berbicara dengan interaksi
lambat
A: Harga diri rendah (+)
Diagnosa Keperawatan: - Klien mampu menggambar
Harga Diri Rendah P:
menganjurkan dan memotivasi klien untuk
Tindakan Keperawatan: berlatih setiap hari
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
- Melatih kemampuan keedua
- Menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (RTL):


Evalusasi SP 2
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
MASALAH GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM KEBESARAN
PERTEMUAN KETIGA

Nama: Tn. B Jam: 10.00 – 10.30

Hari/Tanggal: Selasa, 17 Januari 2023 Pertemuan: 3 (tiga)

Selasa, 17 Januari 2023


Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
DS: S:
- Klien mengatakan bahwa dia selalu - Klien mengatakan bisa menyebutkan 5
benar benar penggunaan obat
DO: O:
- Tampak mata klien berbinar - Tampak mata klien berbinar

A: gangguan proses pikir: waham


Diagnosa Keperawatan:
kebesaran positif (+)
Gangguan proses pikir: waham kebesaran
- Klien mampu menyebutkan 5 benar
obat dengan baik
Tindakan Keperawatan:
- Klien mampu meminum obat secara
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
rutin
pasien
- Memberikan pendidikan kesehatan
P:
tentang penggunaan obat secara
menganjurkan dan memotivasi klien untuk
teratur
berlatih setiap hari
- Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Rencanan Tindak Lanjut (RTL):
- Evaluasi SP 2
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada tn. B dengan gangguan proses pikir: waham kebesaran
melakukan perawatan di Yayasan rehabilitasi mental griya bhakti medika. Waham
kebesaran adalah Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Rusdi,
2020).
Dilakukan pengkajiannya, diagnosa keperawatan, Hambatan yang kelompok
alami pada saat melakukan tindakan adalah pada saat berkomunikasi dengan klien harus
dilakukan secara berulang-ulang dikarenakan tingkat konsentrasi klien yang kurang
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki mutu asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan gangguan proses pikir: waham adalah:
1. Diharapkan mahasissiswa dapat memodikfikasi Tindakan dengan kondisi klien dan
tetap mempertahankan prinsip tindakan keperawatan seperti kontak mata sering dan
singkat, menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien, bersikap empati,
memenuhi kebutuhan dasar klien agar dapat memenuhi kebutuhan klien dalam
memberikan asuhan keperawatan yang profesional.
2. Mahasiswa/i hendaknya menggunakan komunikasi terapeutik untuk menggali
pengalaman traumatik bagi klien dan memulai secara bertahap jika klien sudah siap.
DAFTAR PUSTAKA

Alif, A. S. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien WahamDenganDiagnosa Medis


Skizofrenia Di Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

Amastuti, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien DenganPerubahan Proses Pikir:
Waham Nihilistik Di Desa Joton KecamatanJogonalan Kabupaten Klaten (Doctoral
Dissertation, Stikes MuhammadiyahKlaten).

Arifianti, N. P. R. C. (2021). Gambaran Isi Waham Pada Pasien GangguanJiwa Di Uptd


Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Perpustakaan Poltekkes
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan 2021).

Asis, S.J. De. (2018). Psychiatric Disorders Late in Life. Psychiatric DisordersLate in Life, 11–
20. https://doi.org/10.1007/978-3-319-73078-3

Azhimatu, R. (2017). Potensi Interaksi Obat Antipsikotik Pada PasienSkizofrenia Paranoid


Rawat Jalan Di Rsj Prof. Dr. Hb Saanin Padang Tahun2015 (Doctoral Dissertation,
Universitas Andalas).

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
https://doi.org/10.1177/2167702620951553

Bintang, N. L. N. P. A. (2021). Gambaran Proses Berpikir Pada PasienSkizofrenia Paranoid Di


Uptd Puskesmas Gianyar Ii Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Perpustakaan Poltekkes
Kemenkes Denpasar JurusanKeperawatan 2021).

Dalami, E., Rochimah, N., Suryati, K. R., & Lestari, W. (2009). AsuhanKeperawatan klien
dengan gangguan jiwa.

Direja, A. H. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa

Dwi Prastya, F., & Arum Pratiwi, S. K. (2017). Mekanisme Koping PadaPasien Perilaku
Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang LainDanLingkungan (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52420
ECA(2021)https://www.cdc.gov/eis/field-epi-manual/chapters/Describing- Epi-Data.html
Diunduh 27 Febuari 2022

Hastuti, R. Y., & Setianingsih, S. (2016). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy Pada
Klien Dengan Masalah Keperawatan Perilaku KekerasanDanHa

Anda mungkin juga menyukai