Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR TUGAS MANDIRI

“Perkembangan Keperawatan Jiwa”

Oleh :
Davit Wira Adi Pratama 185070207111003
PSIK 2018 Regiuler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa yang telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penugasan ini yang
berjudul “Perkembangan Keperawata Jiwa”. Dan juga tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada Para Dosen yang telah memberikan materi
sehingga kami mampu menulis makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah dibuat dapat memberikan
pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Dikarenakan keterbatasan
pengetahuan,kami yakin penugasan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
menyempurnkan penugasan ini. Dengan harapan kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi penugasan agar menjadi lebih baik lagi.

Malang, 6 September 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu keperawatan telah dibagi menjadi beberapa sub-keilmuan,
salah satunya adalah Keperawatan Jiwa. Dalam keperawatan jiwa, perawat
diharuskan memandang pasien secara holistik dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan
diri sendiri, lingkungan, dan interaksi dengan lingkungan tersebut.
Kesadaran ini akan membuat klien bertambah sadar akan diri sendiri dan
situasinya sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan serta memilih
cara untuk mengatasi permasalahan klien. Perawat memberikan stimulus
yang konstruktif sehingga klien dapat belajar penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah yang
berkaitan dengan kesehatan jiwa.
Keperawatan Jiwa mengalami banyak perkembangan dalam segi
keilmuannya.Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak zaman
peradaban. Pada masa ini suku bangsa Yunani dan Arab percaya bahwa
gangguan jiwa disebabkan karena tidak berfungsinya organ otak.
Pengobatan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan
pengobatan seperti: memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang
baik, melaksanakan kebersihan badan yang baik, mendengarkan musik dan
melakukan aktivitas rekreasi.Perkembangan keperawatan jiwa pada abad 21
lebih menekankan pada upaya preventif melalui pengembangan
pusatkesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit dan
pelayanan day care sertamengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan
pada kelompok berisiko tinggi dan pengembangan sistem management
patient care dengan pendekatan multidisipliner.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan dan sejarah keperawatan jiwa ?

3
2. Bagaimana trend dan isu keperawatan jiwa dalam setting pelayanan rs,
komunitas, dan pelayanan jiwa secara global?
3. Bagaimana evidence based dalam phsyciatric nursing practice?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan dan sejarah keperawatan jiwa.
2. Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan jiwa dalam setting pelayanan
rs, komunitas, dan pelayanan jiwa secara global.
3. Untuk mengetahui evidence based dalam phsyciatric nursing practice.

4
BAB II

ISI

2.1 Perkembangan dan Sejarah Keperawatan Jiwa


 Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini, orang dengan gangguan jiwa dianggap dirasuki
oleh roh jahat yang bersarang di otak. Oleh karena itu pengobatannya
tak lain dengan melubangi tengkorak penderita dengan harapan roh
jahat tersebut dapat keluar. Bukti hal ini diperkuat dengan
ditemukannya fosil tengkorak manusia dengan lubang.
 Zaman Yunani
Pada zaman Hypocrates sudah mulai menganggap gangguan
jiwa sebagai penyakit. Oleh karena itu sudah ada rumah sakit jiwa.
Namun rumah sakit jiwa tersebut kebanyakan dihuni oleh orang
gangguan jiwa yang miskin, sedangkan yang kaya lebih memilih
untuk merawat sendiri di rumah sehingga rumah sakit jiwa dikenal
dengan tempat yang kotor dan jorok.
 Masa Pertengahan
Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien
gangguan jiwa. Bapak Psikiatric Perancis Pinel, menghabiskan
sebahagian hidupnya untuk mendampingi pasien gangguan jiwa.
Pinel menganjarkan pentingnya hubungan pasien-dokter dalam
“pengobatan moral". Tindakan yang diperkenalkan nya adalah
menerapkan komunikasi dengan pasien, melakukan observasi perilaku
pasien dan melakukan pengkajian riwayat perkembangan pasien.
 Abad 18 dan 19
William Ellis seorang praktisi kesehatan mengusulkan perlunya
pendamping yang terlatih dalam merawat pasien dengan gangguan
jiwa. Pada tahun 1836, William Ellismempublikasikan Treatise on
Insanity yaitu pentingnya pendamping terlatih bagi pasien gangguan
jiwa karena pendamping terlatih rterbukti efektif didalam
memberikan ketenangan dan harapan yang lebih baik bagi

5
kesembuhan pasien. Bejamin Rush bapakPsikiatric Amerika tahun
1783, menulis tentang pentingnya kerja sama dengan rs jiwa dalam
memberikan bantuan kemanusiaan terhadap pasien gangguan jiwa.
 Abad 20
Keperawatan jiwa pada abad ini ditandai dengan terintegrasinya
materi keperawatan psikiatrik dengan mata kuliah lain. Pembelajaran
dilaksanakan melalui pembelajaran teori, praktek dilaboratorium,
praktek klinik di RS dan Masyarakat. Tingkat pendidikan yang ada
pada abad ini adalah D.III, Sarjana, Pasca Sarjana dan Doktoral.
 Awal Abad 21
Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 21 adalah
mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan
menekankan upaya preventif melalui pengembangan pusatkesehatan
mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day
care (perawatan harian) yaitu pasien tidak dirawat inap hanya rawat
jalan,kunjungan rumah dan hospice care (ruang rawat khusus untuk
pasien gangguan jiwa yang memungkinkan pasien berlatih untuk
meningkatkan kemampuan diri sebelum kembali ke masyarakat).
Selain itu dilakukan identifikasi dan pemberian asuhan keperawatan
pada kelompok berisiko tinggi berupa penyuluhan mengenai
perubahan gaya hidup yang dapat mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan jiwa. Selain itu dikembangkan pula sistem management
pasien care dimana peran seorang manager adalah
mengkoordinasikanpelayanan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan multidisipliner.

2.2 Trend dan Isu Keperawatan Jiwa Dalam Setting Pelayanan RS,
Komunitas, dan Pelayanan Jiwa Secara Global
Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Kasus-kasus tersebut bisa
dianggap ancaman atau tantangan yang mau berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Secara

6
umum ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya ialah sebagai berikut :
 Kasus gangguan jiwa akibat stress semakin meningkat dari berbagai
kalangan.
Kasus gangguan jiwa memang meningkat di berbagai kalangan.
Kebanyakan dari hal ini disebabkan karena ketidakmampuan para
penderita mengendalikan dan beradaptasi terhadap stress yang ada.
 Meningkatnya Post Traumatic Syndrome
Post Traumatic Syndrome merupakan trauma diluar rentang
pengalaman trauma yang dialami manusia sehari-hari.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan stressor juga bisa sebagai
faktor pencetus. Akibatnya, penderita menjadi manusia yang invalid,
dan menjadi manusia yang tidak produktif
 Meningkatnya kasus psikososial
Kasus psikososial meningkat umumnya pada kalangan remaja.
Diantaranya kasus penggunaan NAPZA, minum-minuman keras,
berkelahi, pelecehan seksual, dan penganiayaan. Pada era globalisasi
yang diadaptasi dari budaya barat menyebabkan meningkatnya
problema psikososial.

2.3 Evidence Based Phsyciatric Nursing Practice


Perawat Jiwa pada awalnya mendefinisikan praktik keperawatannya
sebagai proses interpersonal terapeutik untuk membantu klien dalam
pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan fokus psikiater sebelumnya yang
fokus pada pengobatan untuk penyakit mental.Dalam penelitian, peneliti
bernama Klein meneliti ulang 4 meta-analisis yang membandingkan
psikoterapi dengan farmakologi. Klein belum bisa menyimpulkan bahwa
psikoterapi ternyata lebih efektif daripada farmakologi.
Dari penelitian tersebut menghasilkan dilema dan timbul pertanyaan
bagi perawat. Haruskah perawat mengikuti pengobatan medis atau
memposisikan perawat dalam posisi alternatif/ komplemeter? Perlukah

7
perawat masih memerlukan asuhan keperawatan, bahkan jika
psikofarmakologi menawarkan keuntungan yang lebih baik?
Namun hal itu tidak perlu dirisaukan. Karena setiap profesi memiliki
intervensi masing-masing, dan setiap intervensi tersebut pasti dapat
memberikan manfaat bagi pasien. Untuk mengembangkan evidence based
phsyciatric nursing practice, kita perlu untuk mengevaluasi strategi
keperawatan jiwa. Sehingga hasil penelitian dan evaluasi yang dirancang
dengan baik dapat memberikan cahaya untuk memandu perawat
memberikan pelayanan yang baik kepada klien atau pasien.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan jiwa sudah berkembang pesat. Sejak zaman dahulu
dimana penyakit jiwa dihubungkan dengan hal berbau mistis, penyakit jiwa
dimasukkan kedalam Rumah Sakit Jiwa yang terkesan kotor dan mengerikan,
hingga sekarang dunia Keperawatan Jiwa sangat maju dalam menangani
orang dengan gangguan jiwa. Namun semakin kemari, semakin majunya
zaman, malah banyak manusia yang tidak bisa mengendalikan stressor yang
mereka dapatkan sehingga berujung pada gangguan kejiwaan mereka. Hal ini
disebabkan berbagai faktor seperti faktor ekonomi, sosial, dan mental.
Hal ini menyebabkan banyak penelitian yang mengarah kepada
penelitian Primer dimana penelitian tersebut mengarah kepada hal preventif
daripada hal mengobati. Namun ada juga dilema antara terapi yang harus
dipilih perawat, yaitu antara terapi farmakologi dan terapi psikoterapi. Hal ini
tidak perlu dirisaukan karena setiap profesi memiliki intervensi tersendiri, dan
perawat harus berpegang teguh pada asuhan keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Haynes, R. Brian. (2005). Of studies, summaries, synopses, and systems: the


“4S” evolution of services for finding current based evidence. Evidence
Based Nursing. EBMH notebook 8.1:4-6
 Ma’rifatul Azizah, Lilik., Zainuri, Imam, et al. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
 Yusuf., AH. et al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
 Depkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta:
Depkes RI.
 Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia
 Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Edisi Indonesia: Elsevier.
 Cochrane, E. M., et al. (2010). Mosby’s Pocketbook of Mental Health.
Australia: Elsevier.
 Herman, Ade S.D. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan 1
Yogyakarta: Nuha Medika.
 Jones, J.S., Fitzpatrick, J.J., Rogers. (2012). Psychiatric Mental Health
Nursing an Interpersonal Approach. NY: Springer Publishing Company
 World Health Organization. (2008). Investing in Mental Health.
Geneva:WHO
 Maramis, W.F. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press

10

Anda mungkin juga menyukai