Journal Reading
13-Juni-2020
WAHAM
Disusun Oleh:
NIDA YANTI
N201901062
ABSTRACT
METODE
Penelitian ini merupakan studi kasus
untuk menganalisis intervensi
standar asuhan
keperawatan jiwa dan latihan deeskalasi
terhadap agresifitas pasien skizofrenia
untuk
menurunkan intensitas waham di RS
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Intervensi ini diberikan selama
delapan hari berturut-turut.
Evaluasi terhadap intensitas waham
dilakukan melalui wawancara dan
observasi dengan
menggunakan instrument Psychotic
Symptom Rating Scales (PSYRATS).
Instrument ini terdiri dari 6
pernyataan meliputi kognitif,
afektif, perilaku. Kognitif terkait dengan
frekuensi pasien berfikir tentang
waham,
waktu dalam memikirkan waham, serta
tingkat keyakinan terhadap waham.
Afektif meliputi jumlah respon
berupa perasaan
ketidaknyamanan dari pemikiran
waham dan intensitas dari respon
tersebut dan perilaku
berupa gangguan dalam kehidupan
akibat dari pemikiran waham (E.
Erawati, 2013; Shives,
2012). Instrumen ini dikembangkan oleh
Haddoch (1999). Dalam setiap item
pernyataan, disediakaan 5 pilihan
jawaban,
yang disesuaikan dengan tujuan yang
akan dinilai dari setiap item
pernyataannya. Hasil
oleh keluarga karena saat dirumah pada wahamnya, dan membantu pasien
pasien gelisah dan mengatakan hal-hal dalam memanfaatkan obat dengan baik.
yang tidak rasional. Pasien juga marah- Implementasi latihan deeskalasi
marah saat dinasehati, bicara kasar dan dilakukan dalam menurunkan
tidak sesuai, menyerang orang lain, agresifitas pasien.
merusak alat-alat rumah tangga dan sulit
tidur. Pasien diketahui mempunyai HASIL
masalah kejiwaan sejak tahun Pada analisis kasus ini, dilakukan
2011. Pasien pernah menjalani evaluasi intensitas waham pada hari
pengobatan di ke-1 dan ke-8
Medan, terakhir tahun 2014, putus obat perawata
n
dan tidak pernah kontrol lagi sejak ±
5 tahun. Pasien mengatakan sudah
sembuh dan tidak perlu minum obat lagi.
PEMBAHASAN
matang secara kognitif, emosi dan kudus untuk mensejahterakan bangsa”.
perilaku. Dalam kasus Ny. E, tanda dan gejala yang
Jika terjadi kegagalan dalam tahap ini tampak yaitu pasien mudah tersinggung
maka individu akan sulit menjalankan
dan marah jika hal yang disampaikannya
tuntutan perkembangan usia tersebut dibantah. Isi pembicaraan pasien lama-
sehingga berdampak pada terjadinya
lama inkoheren. Hal tesebut sesuai
gangguan jiwa (Stuart, 2013 ; dengan penjelasan Keliat, Hamid, Putri,
Townsend, 2015).
Daulima, (2019), terkait tanda dan
gejala waham yaitu
Pasien diketahui menjalani perawatan
dan pengobatan terakhir tahun 2014,
kemudian putus obat dan tidak pernah
kontrol sejak ± 5 tahun. Pasien merasa
sudah sembuh dan mengatakan tidak
perlu minum obat lagi. Hal ini
disebabkan karena kemampuan pasien
yang tidak baik dalam mengenali
penyakit yang di deritanya, pasien juga
tidak mampu dalam mengenal gejala
dan dampak yang timbul dari penyakit
yang dialami terhadap kehidupannya.
Keadaaan ini lebih dikenal dengan
istilah insight. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Mohamed et al. (2009),
dikatakan bahwa ketidakpatuhan
dalam pengobatan dianggap bahwa
pasien mempunyai insight yang buruk.
Pada kondisi seperti ini proses
pengobatan akan sulit dilakukan,
pasien akan menolak untuk minum
obat dan kontrol kepelayanan
kesehatan meskipun dilakukan dengan
paksa.
SIMPULAN
Pasien Ny. E berusia 40 tahun
dengan
diagnosis keperawatan gangguan proses
pikir waham: kebesaran dengan
karakteristik pasien mengatakan bahwa
dalam dirinya terdapat tiga jiwa dalam
satu tubuh yang merupakan hasil
reinkarnasi jiwa-jiwa suci yang mampu
mensejahterakan bangsa. Intensitas
waham berat berpotensi untuk
menyebabkan munculnya perilaku
agresifitas, hal ini dapat distimulus oleh
lingkungan sekitar pasien (misalnya dari
pasien lain). Tindakan keperawatan
pada pasien waham, dilakukan sesuai
intensitas waham. Pada waham dengan
intensitas berat maka dilakukan
tindakan deeskalasi, sedangkan untuk
waham dengan intensitas sedang
hingga tingan dapat dilakukan dengan
penerapan standar asuhan keperawatan
jiwa ners. Evaluasi dari penerapan
standar asuhan keperawatan jiwa dan
latihan deeskalasi yang dilakukan
selama delapan hari masa perawatan
adalah terdapat penurunan skor
intensitas waham, dari skor 16 (kategori
intensitas waham berat) menjadi 11
(kategori intensitas waham sedang).
Hal tersebut menunjukkan respon yang
baik terhadap intervensi yang diberikan.
ANALISIS JURNAL
PROBLEM:
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh
kesimpulan yang salah tentang realita eksternal dan dipertahankan
dengan kuat (Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C.,
dkk, 2019). Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki
rasa realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan
yang nyata dan yang tidak nyata (Videbeck, 2011). Pemberian intervensi
keperawatan jiwa pada pasien dengan waham berfokus pada orientasi
realita,
menstabilkan proses pikir, dan keamanan (Townsend, 2015).
INTERVENTION:
Intervensi latihan deeskalasi dijadikan sebagai intervensi untuk
membantu membangun aliansi terapeutik positif dengan pasien,
meningkatkan kolaborasi aktif pasien dalam proses perawatan dan
mengurangi episode agresif pasien (Du et al., 2017).
COMPARE:
Pasien Ny. E berusia 40 tahun dengan diagnosis keperawatan
gangguan proses pikir waham: kebesaran dengan karakteristik pasien
mengatakan bahwa dalam dirinya terdapat tiga jiwa dalam satu tubuh yang
merupakan hasil reinkarnasi jiwa-jiwa suci yang mampu mensejahterakan
bangsa. Intensitas waham berat berpotensi untuk menyebabkan
munculnya perilaku agresifitas, hal ini dapat distimulus oleh lingkungan
sekitar pasien (misalnya dari pasien lain).
OUTCOME:
Dalam mengatasi situasi tersebut intervensi yang dilakukan adalah
latihan deeskalasi. Beberapa teknik deeskalasi dilakukan yaitu teknik
komunikasi verbal seperti bicara dengan tenang, suara lembut dan
menghindari pertentangan. Kemudian melakukan kontrol lingkungan
dengan membawa pasien kekamarnya, ruangan yang stimulasi rendah,
tenang/bebas dari kebisingan dan menyuruh pasien duduk. Selanjutnya
melakukan eksplorasi terhadap perasaan pasien dan menjadi pendengar
yang aktif hingga pasien menjadi individu yang tenang dan agresifitas
menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Du, M., Wang, X., Yin, S., Shu, W., Hao, R., Zhao, S., Xia, J. (2017). De-escalation
techniques for psychosis-induced aggression or agitation. Cochrane
Database ofSystematic Reviews 2017. China: Published by John Wiley
& Sons, Ltd. 2. https://doi.org/10.1002/14651858.CD00
9922.pub2.www.cochranelibrary.com
Elvira, S. D., Hadisukanto, G. (2017). Buku Ajar Psikiatri (Vol. Edisi ketiga).
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Erawati, E., Keliat, B. A., & Daulima, N. H. C. (2014). The validation of the
Indonesian version of psychotic symptoms ratings scale ( PSYRATS ),
the Indonesian version of cognitive bias questionnaire for psychosis (
CBQP ) and metacognitive ability questionnaire ( MAQ ),
3(2), 97–
100.https://doi.org/10.14419/ijans.v3i2.3
132
Patton, D. (2006). Reality orientation : its use and effectiveness within older
person mental health care. Journal of Clinical Nursing, 15, 1440–1449.
https://doi.org/10.1111/j.1365 2702.2005.01450.x
Price, O., Baker, J., Bee, P., & Lovell, K. (2015). Learning and performance
outcomes of mental health staff training in de-escalation techniques for
the management of violence and aggression. The British Journal of
Psychiatry, 447– 455.https://doi.org/10.1192/bjp.bp.114.1 44576
Warman, D. M., Lysaker, P. H., Luedtke, B., & Martin, J. M. (2010). Self-Esteem
and Delusion Proneness. The Journal of Nervous and Mental
Disease,198(6)455457.https://doi.org/10.1097/NMD.0b013e3181e086
c5
1 2 3
I Made Dwi Ariawan, Nyoman Ratep, Wayan
Westa
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar,
Bali
ABSTRACT
Gangguan waham menetap merupakan suatu gangguan psikiatri yang ditandai dengan
adanya waham yang berlangsung lama sebagai satu-satunya gejala yang
mencolok.Gangguan ini paling banyak ditemukan pada kelompok umur 40 tahun
dengan angka prevalensi tercatat 24-
30 kasus per 100.000 penduduk.Sebagaimana gangguan psikotik lainnya, gangguan
waham menetap dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas ataupun didahului dengan
gangguan organik atau riwayat penyalahgunaan zat sebelumnya.Pada laporan kasus ini
dipaparkan mengenai riwayat dari seorang laki-laki 27 tahun penderita gangguan
waham menetap yang telah menjalani perawatan. Pemeriksaan psikiatri pasien ini
hanya menunjukkan mood/afek curiga, labil/inadekuat serta pada proses pikir
didapatkan isi pikir waham curiga. Pasien dengan riwayat penggunaan ganja beberapa
tahun sebelumnya dan diakui sudah tidak menggunakan lagi.Walaupun tidak
mempengaruhi penatalaksanaan bagi pasien, hubungan antara riwayat penyalahgunaan
zat dengan kejadian gangguan psikiatrik masih perlu lebih banyak dikaji untuk
melengkapi berbagai penelitian sebelumnya.
ABSTRAK
terhadap gangguan psikiatri saat ini glutamat serta faktor lainnya yang
semakin berkembang dengan adanya merupakan neurotransmiter yang
PROBLEM:
Beberapa penelitian saat ini sedang mencari suatu hubungan antara
penyalahgunaan narkoba dengan kejadian gangguan psikiatri.Ganja
(Cannabis sp) sebagai salah satu jenis narkoba yang paling sering disalah
gunakan oleh remaja memiliki efek samping akut dan kronis yang terkait
dengan gangguan psikiatri.Penggunaan ganja dapat menyebabkan efek
samping akut seperti kecemasan, panik dan gejala psikotik (pada dosisi
tinggi).
INTERVENTION:
Pemberian obat dari golongan ini juga sesuai dengan temuan yang
didapatkan, dimana penurunan kadar dopamin, yang ditunjukkan oleh
penurunan kadar metabolitnya yaitu homovanilic acid (HVA) berkorelasi
6
dengan perbaikan gejala yang dialami oleh pasien. Pemberian
trihexyphenidyl, suatu agen antikolinergik,bertujuan untuk menekan efek
ekstra piramidal (tremor,rigiditas, dan peningkatan produksi saliva) yang
9
diakibatkan oleh obat anti-psikosis tipikal.
COMPARE:
Penegakan diagnosis ini sesuai dengan pedoman diagnosis DSM-IV-
TR yang mendefinisikan gangguan waham menetap berdasarkan beberapa
kriteria, yakni terdapat suatu waham nonbizarre yang terjadi selama
minimal tiga bulan, kriteria pasien tidak memenuhi diagnosis skizofrenia
(tidak terdapat halusinasi yang simultan, bicara kacau, serta gejala negatif
seperti afek datar atau perilaku kacau lainnya), selain akibat dari waham
pasien fungsi dan perilaku pasien cenderung normal dan wajar, jika terdapat
gangguan mood biasanya berlangsung singkat, dan gangguan yang terjadi
tidak diakibatkan oleh suatu efek fisiologis langsung dari suatu zat
(penyalahgunaan zat atau pengobatan) atau suatu kondisi medis. Gangguan
waham memiliki beberapa subtipe yaitu erotomania, grandiose, curiga,
persecutory, somatis, campuran, dan tidak spesifik
OUTCOME:
Pasien pada kasus ini juga memperlihatkan respon yang positif
terhadap pengobatan, dimana pasien saat ini sudah mengalami
pengurangan gejala curiga dan mulai jarang marah-marah. Bahkan pasien
sudah mulai mempercayai
istrinya untuk bekerja kembali.Sehingga pasien diharapkan untuk terus
melanjutkan pengobatan hingga mengalami kesembuhan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Waham adalah Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan
isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan
yang telah terpaku/terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan
berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika disuruh
membuktikan berdasar akal sehatnya.Atau disebut juga kepercayaan yang
palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi (Baihaqi, 2009). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan asuhan
keperawatan terhadap kemampuan klien mengontrol waham Di Rumah
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian quasi ekperimental design: Non equivalen
control group desaign, Populasi dalam penelitian ini yaitu semua klien
dengan gangguan waham yang dirawat di Ruang Intermediat Rumah Sakit
Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel sebanyak adalah 178 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling
dengan cara porpusive sampling sebanyak 30 responden sesuai dengan
kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.pengumpulan data dilakukan dengan
mengunakan kuisioner dan lembar observasi. Data yang terkumpul
kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program
microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0.Analisis data
mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis
bivariat dengan uji wilcoxon (p<0,05) untuk mengetahui hubungan
antarvariabel. Hasil analisis bivariat didapatkan ada pengaruh
penerapan asuhan keperawatan terhadap kemampuan klien mengontrol
pengaruh yang bermakna penerapan asuhan keperawatan terhadap
Kemampuan mengontrol waham pada kelompok perlakuan (p<0,00).
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang bermakna
penerapan asuhan keperawatan terhadap kemandirian kemampuan
mengontrol waham Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
Kata Kunci: Waham, asuhan, keperawatan
HASIL
PENELITIAN
Distribusi responden
berdasarkan data demografi. Hasil
data dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1. Distribusi frekuensi
karateristik responden berdasarkan
umur dengan masalah keperawatan
waham di ruang perawatan
intermediated RSKD Provinsi Sul-
Sel
Kelompok Kelompok
Karakteristik
Karakteristik
Mampu 0 0 1 6,7
Jumlah 15 100 15 100
1 - 4 Minggu 1 6,7 4 26,7
1 - 2 Bulan 0 0 4 26,7
> 2 Bulan 6 40,0 3 20,0
3 - 4 Bulan 8 53,3 1 6,7
> 4 Bulan 0 0 3 20,0
Total 15 100 15 100
PEMBAHASAN
Waham adalah suatu keyakinan kokoh
yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin “aneh”
(misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan
biji mata manusia”) atau biasa pula “tidak
aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh
masyarakat di surga selalu menyertai saya
kemanapun saya pergi”) dan tetap
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan
bukti-bukti yang jelas untuk Pada mereka yang dinilai tidak mampu
mengoreksinya (Purba dkk, 2010). mengenali realitas, sering melakukan apa
Kemampuan seseorang untuk menilai yang disebut oleh Freud sebagai defends
realitas. Kemampuan ini akan menentukan mechanism. Defends mechanism ini bersifat
persepsi, respons emosi dan perilaku dalam alamiah dan timbul karena individu
berelasi dengan realitas kehidupan. berkeinginan untuk mempertahankan diri dari
Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi ancaman-ancaman yang timbul dari realitas
adalah salah satu contoh penggambaran yang tidak mampu ia tanggulangi. Bentuk-
gangguan berat dalam kemampuan menilai bentuk defends mechanism semakin hari
realitas. Daya nilai adalah kemampuan semakin banyak, karena pada dasarny
untuk menilai situasi secara benar dan manusia ingin bertahan dari jenis-jenis
bertindak yang sesuai dengan situasi ancaman tersebut.
tersebut.(Kaplan dan Shadock, 2009) Menurut Pender dalam Basford & Slevin
Kemampuan menilai realita berkaitan (2006), faktor yang mempengaruhi
dengan kemampuan untuk menerima peningkatan kesehatan seseorang adalah
realitas, banyak sekali masalah-masalah faktor demografis (jenis kelamin, usia,
kehidupan yang muncul. Perbedaan pendapatan, status perkawinan), faktor
(discrepancy) antara impuls-impuls, biologis, interpersonal, lingkungan, serta
harapan-harapan dan ambisi seseorang pengaruh lingkungan. Namun dalam penelitian
biasa dilihat dipihak lain, kesempatan dan yang dilakukan peneliti, karakteristik
kemampuan yang bersifat aktual dipihak responden seperti: usia, jenis kelamin,
lainnya. Maksud dari pernyataan ini adalah pendidikan, ataupun status perkawinan
bahwa pada dasarnya kita dapat menghadapi responden dijadikan sebagai distribusi
dua pihak yang bertentangan antara karakteristik responden saja. Dimana peneliti
keinginan dan kenyataan (Wiramihardja, saat mengobservasi responden melakukan
2010). pengambilan sampel dengan cara porpusive
Pada orang-orang yang tidak normal, sampling.
keinginan dan harapan seringkali terlalu Dari hasil penelitian kelompok perlakuan
jauh dibandingkan dengan kenyataan. Hal ini didapatkan bahwa sebelum dilakukan
disebabkan oleh orientaasi orang tersebut penerapan asuhan keperawatan pada pasien
terlalu bersifat subyektif atau terhadap dengan waham semua responden kurang
dirinya sendiri saja. Orang-orang dewasa mampu mengontrol waham, dikarenakan
atau normal dalam membuat suatu untuk responden kelompok perlakuan belum
keputusan bahkan merumuskan keinginan mendapatkan penerapan asuhan keperawatan.
senantiasa memperhatikan mengenai Dan dari observasi penelitz sebagian
kemungkinan suatu keinginan tercapai. besar responden kelompok kontrol bisa saja
Artinya, mempertimbangkan realitas, telah mendapatkan asuhan keperawatan
orientasi bukan hanya pada diri sendiri, selain peneliti namun tidak tuntas. Sedangkan
tetapi juga pada pihak- pihak lain yang untuk kelompok perlakuan diberikan
tersangkut. Sebaliknya, pada mereka yang intervensi dari peneliti secara tuntas.
kurang sehat mental, antara keinginan dan Dari hasil observasi peneliti sebagian besar
kenyataan tidak banyak berbeda, sehingga pasien rawat inap di ruang intermediated
tidak memperlihatkan adanya motivasi Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
dan usaha (Wiramihardja, Selatan merupakan pasien kambuhan dengan
2011). dirawat bukan hanya pertama kali, tetapi
dengan siklus yang berulang yaitu klien yang
dulunya mengalami gejala waham setelah perbedaan responden sebelum penerapan
mendapatkan pengobatan dan perawatan asuhan keperawatan, sedangkan pada kelompok
kemudian gejala waham hilang akan tetapi kontrol hampir tidak ada perubahan nilai. Dan
beberapa waktu kemudian klien mengalami dari hasil pengamatan peneliti pada kelompok
waham. Hal ini dibuktikan dengan adanya perlakuan, beberapa responden mengalami
kejadian klien yang sudah tenang, tiba-tiba peningkatan kemampuan mengontrol waham
kembali gelisah seperti keadaan saat masuk yang sangat cepat, dikarenakan sebagian
rumah sakit sebelumnya. Hal ini diakibatkan responden dilibatkan dalam terapi modalitas,
adanya sikap yang kurang baik yang yaitu terapi kelompok yang dilakukan oleh
ditunjukan oleh keluarga untuk merawat pendamping peneliti (Dafrosia). Dimana
pasien dengan menyerahkan perawatan di kegiatan tersebut dapat membantu
rumah sakit dan enggan menjenguk ataupun anggotanya berhubungan, berkomunikasi
merawat di rumah walaupun kondisi pasien dengan orang lain serta mengubah perilaku
sudah baik dan bisa pulang. Mengingat yang destruktif dan maladaptif (Keliat &
keluarga merupakan sistem pendukung Akemat, 2004).
utama yang memberikan perawatan Untuk mengetahui besar kemaknaan
langsung pada setiap keadaan sehat sakit penerapan asuhan keperawatan diantara
penderita, dengan tujuan untuk kedua kelompok yang mendapat perlakuan
mengembangkan dan meningkatkan dan kontrol dapat diuji dengan menilai nilai
kemampuan keluarga dalam mengatasi Independen TTest (Levane’s test for Equality of
kesehatan dalam keluarga tersebut (Keliat & Mean) pada Independen Unpaired Samples Test
Akemat, 2004). Kekambuhan pasien juga dengan hasil nilai signifikan 0,00 kurang dari
didukung dengan terlalu tingginya stress 0,05. Ini berarti mempunyai nilai kemaknaan
yang dialami klien dalam ruang perawatan yang signifikan. Dengan nilai yang kurang
seperti terlalu banyak pasien dengan masalah dari 0,05 ini menunjukkan adanya pengaruh
keperawatan yang berbeda-beda, juga yang signifikan antara penerapan asuhan
ditunjang dengan jumlah tenaga perawat keperawatan terhadap kemampuan
yang tidak seimbang dengan jumlah pasien klien mengontrol waham. Dan membuktikan
dalam ruang perawatan sehingga penerapan bahwa hipotesa kerja penelitian bahwa ada
asuhan keperawatan tidak maksimal pengaruh penerapan asuhan keperawatan
dilakukan. Dari uraian di atas merupakan pada klien waham terhadap peningkatan
faktor penghambat penerapan asuhan kemampuan klien mengontrol waham adalah
keperawatan pada pasien. Menurut Yuwono benar atau terbukti.
(1995) dalam Witojo & Widodo (2008)
komunikasi adalah keinginan mengajukan
pengertian dari pengirim pesan kepada KESIMPULAN
penerima pesan dan menimbulkan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh
perubahan tingkah laku. Teknik penerapan penerapan asuhan keperawatan pada klien
asuhan keperawatan salah satunya dengan waham terhadap kemampuan klien
menggunakan teknik komunikasi mengontrol waham di Rumah Sakit Khusus
terapeutik dipakai dalam penerapan asuhan Daerah Dadi Makassar, dapat dibuat
keperawatan pada waham. kesimpulan bahwa:
Dari hasil data yang telah diolah Ada perubahan nilai kemampuan mengontrol
didapatkan perbedaan nilai antara waham pada kelompok perlakuan setelah
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. dilakukan eksperiment, sedangkan pada
Pada kelompok perlakuan terdapat kelompok kontrol tidak terjadi perubahan nilai
terhadap kemampuan klien mengontrol
waham. Dalam hal ini penerapan asuhan
keperawatan memberikan hasil yang
bermakna terhadap kemampuan klien
mengontrol waham.
SARAN
Untuk perawat sebaiknya melakukan
penerapan asuhan keperawatan sesuai
intervensi protap keperawatan jiwa dari
SP.1p- SP.3p pada masalah keperawatan
dengan waham, karena hal ini telah terbukti
pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti di Rumah Sakit Khusus Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan
ANALISIS JURNAL
PROBLEM:
INTERVENTION:
COMPARE:
OUTCOME:
Dari hasil data yang telah diolah didapatkan perbedaan nilai antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan
terdapat perbedaan responden sebelum penerapan asuhan keperawatan,
sedangkan pada kelompok kontrol hampir tidak ada perubahan nilai. Dan
dari hasil pengamatan peneliti pada kelompok perlakuan, beberapa
responden mengalami peningkatan kemampuan mengontrol waham yang
sangat cepat, dikarenakan sebagian responden dilibatkan dalam terapi
modalitas, yaitu terapi kelompok yang dilakukan oleh pendamping peneliti
(Dafrosia). Dimana kegiatan tersebut dapat membantu anggotanya
berhubungan, berkomunikasi dengan orang lain serta mengubah perilaku
yang destruktif dan maladaptif (Keliat & Akemat, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian. Edisi revisi. Jakarta: Renika Cipta
Azwar, Azrul Joedo Prihartono. (2003). Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara
Baihaqi, MIF, dkk. (2007). Psikiatri-Konsep Dasar & Gangguan-Gangguan.
Bandung: PT Refika Aditama
Carolina, (2008). Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RS
Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan. Diambil pada tanggal 23 Oktober 2012,
dari http://www.digilib.ui.ac.id Corey, Gerald. (2008). Theory And
Practice of Counseling and Psychotherapy, Terj. E. Koswara.
Bandung: Refika Aditama.
Davison, Gerald C. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada (Terjemahan) Erlinafsiah. (2010). Modal Perawat Dalam
Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media
Hidayat, A. Aziz A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Prilaku Psikiatri Klinis. Penerjemah: Widjaja
Kusuma Ed. Ke-7. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Keliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC Notoadmojo, S. (2010) Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Renika Cipta
Nursalam & Pariani, S. (2001). Metodologi Riset Keperawatan: Pedoman
Praktis Penyusunan. Jakarta: Salemba Medika