PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi
dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala bisa terjadi pada semua orang tanpa
kecuali, misalnya terjatuh dari tempat tidur, terpeleset, terjatuh dari pohon maupun
tepukul oleh temannya ketika bertengkar. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang
dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala
terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan lain
sebagainy.
Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda
motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda
untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun masih banyak yang
menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas
yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak
terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera
kepala yang berat.
Pada umumnya kematian pada trauma kepala terjadi setelah segera setelah injury
dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok.
Kematian yang terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien
yang memburuk secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang
status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan
kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury
disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh.
Faktor-faktor yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah
adanya intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik,
menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang
terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP.
Diperkirakan terdapat 3 juta orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap
tahun. Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 19.3/100.000 orang. Pada
umumnya trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau terjatuh.
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan
otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit
neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya
(Smeltzer & Bare 2001).
B. ANATOMI KEPALA
1) Kulit kepala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila robek, pembuluh-
pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi yang dapat menyebabkan kehilangan
darah yang banyak. Terdapat vena emiseria dan diploika yang dapat membawa infeksi
dari kulit kepala sampai dalam tengkorak(intracranial) trauma dapat menyebabkan
abrasi, kontusio, laserasi, atau avulasi.
2) Tulang kepala
Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium (dasar tengkorak).
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis tulang tengkorak disebabkan oleh
trauma. Fraktur calvarea dapat berbentuk garis (liners) yang bisa non impresi (tidak
masuk / menekan kedalam) atau impresi. Fraktur tengkorak dapat terbuka (dua rusak)
Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia luar (fraktur
cranium terbuka, fraktur basis cranium dengan cairan otak keluar dari hidung /
telinga), merupakan keadaan yang berbahaya karena dapat menimbulkan peradangan
otak.
Otak dapat mengalami pembengkakan (edema cerebri) dank arena tengkorak
merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka edema ini akan menimbulkan
peninggian tekanan dalam rongga tengkorak (peninggian tekanan tekanan intra
cranial).
5) Tekanan Intra Kranial (TIK).
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume
darah intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada 1 satuan waktu.
Keadaan normal dari TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg.
Ruang cranial yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml), cairan
cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3 komponen ini selalu berhubungan
dengan keadaan keseimbangan Hipotesa Monro – Kellie menyatakan : Karena
keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah 1
E. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah :
Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Ringan (CKR) 6
1. Kecelakaan lalu lintas.
2. Terjatuh
3. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
4. Olah raga
5. Benturan langsung pada kepala.
6. Kecelakaan industri.
F. GLASGOW COMA SEALE (GCS)
Memberikan 3 bidang fungsi neurologik, memberikan gambaran pada tingkat
responsif pasien dan dapat digunakan dalam pencarian yang luas pada saat mengevaluasi
status neurologik pasien yang mengalami cedera kepala. Evaluasi ini hanya terbatas pada
mengevaluasi motorik pasien, verbal dan respon membuka mata.
Skala GCS : Membuka mata : Spontan 4
Dengan perintah 3
Dengan Nyeri 2
Tidak berespon 1
Motorik : Dengan Perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik area yang nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak berespon 1
Verbal : Berorientasi 5
Bicara membingungkan 4
Kata-kata tidak tepat 3
Suara tidak dapat dimengerti 2
Tidak ada respons 1
G. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-
gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
I. MANIFESTASI KLINIS
1) Nyeri yang menetap atau setempat.
2) Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada pasien cedera kepala menurut Eka J.
Wahjoepramono (2005 : 90) antara lain :
1. Cedera Otak Sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
Hipoksia dapat terjadi akibat adanya trauma di daerah dada yang terjadinya
bersamaan dengan cedera kepala. Adanya obstruksi saluran nafas, atelektasis, aspirasi,
pneumotoraks, atau gangguan gerak pernafasan dapat berdampak pasien mengalami
kesulitan bernafas dan pada akhirnya mengalami hipoksia.
2. Edema Serebral
Edema adalah tertimbunnya cairan yang berlebihan di dalam jaringan. Edema
serebral akan menyebabkan bertambah besarnya massa jaringan otak di dalam rongga
tulang tengkorak yang merupakan ruang tertutup. Kondisi ini akan menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang selanjutnya juga berakibat penurunan
perfusi jaringan otak.
3. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Tekanan intrakranial dapat meningkat karena beberapa sebab, yaitu pada
perdarahan selaput otak (misalnya hematoma epidural dan subdural). Pada perdarahan
dalam jaringan otak (misalnya laserasi dan hematoma serebri), dan dapat pula akibat
terjadinya kelainan parenkim otak yaitu berupa edema serebri.
4. Herniasi Jaringan Otak
Adanya penambahan volume dalam ruang tengkorak (misalnya karena adanya
hematoma) akan menyebabkan semakin meningkatnya tekanan intrakranial. Sampai
batas tertentu kenaikan ini akan dapat ditoleransi. Namun bila tekanan semakin tinggi
akhirnya tidak dapat diltoleransi lagi dan terjadilah komplikasi berupa pergeseran dari
struktur otak tertentu kearah celah-celah yang ada.
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada trauma kepala menurut
Grace, Piere A. 2006 :
a) Rontgen tengkorak : AP, lateral dan posisi Towne
b) CT Scan / MRI : menunjukkan kontusio, hematoma, hidrosefalus, edema serebral.
c) Pengkajian neurologis (Batticaca. FB. 2008)
d) GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang
akan dapat meningkatkan TIK.
e) Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
f) EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
g) Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan
garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).
L. PENATALAKSANAAN
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuat luka
mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing
dan miminimalkan masuknya infeksi sebelum laserasi ditutup.
Pedoman Resusitasi Dan Penilaian Awal
1) Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan; lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgn memasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jika cedera orofasial mengganggu
jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
A. PENGKAJIAN.
1) Identitas :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan , alamat, pekerjaan, agama, tanggal
dan jam masuk, no MR, diagnosis medis dll.
2) Riwayat Kesehatan :
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
tergantung dari seberpa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran.
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Biasanya klien yang mengalami trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dariketinggian, dan trauma langsung ke kepala, akan
mengalami penuruna tingkat kesadaran ( GCS <15 ), konvulsi, muntah, takipnea,
sakit kepala, lemah, tejadi luka di kepala, paralissis, akumulasi sekret pada saluran
pernapasan, adanya liquor dari hidung, dan telinga serta kejang.Adanya penuruna
kesadran dihubungkan karna terjadinya perubahan di dalam intrakranial.Sesuai
denga perkembangan penyakit, dapat terjadi letagi, tidak responsif dan bahkan
koma.
b) Riwayat kesehatan dahulu
5. Nervus VII
Persepsi pengecapan mengalami perubahan.
6. Nervus VIII
Perubahan fungsi pendengaran pada klien dengan cedera ringan biasnya tidak
di dapatkan apabila trauma yang terjadi tidak melibatkan saraf
vestibulokoklearis
7. Nervus IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
8. Nervus XI
Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien cukup baik dan tidak
ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
9. Nervus XII
Indra pengecapan mengalami perubahan.
c. Sistem motorik
1. Inspeksi umu, didapatkan hemiplegia ( paralisi pada salah satu sisi ) karena sisi
pada sisi otak yang berlawanan.hemiparesis ( kelemahan salah satu sisi tubuh )
adalah tanda yang lain.
2. Tonus otot, didapatkan menurun sampai hilang.
3. Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan grade kekuatan otot
didapatkan grade 0.
4. Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena
hemiparese dan hemiplegia.
d. Pemeriksaaan refleks.
1. Pemeriksaan reflek dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau
periosteum derajat refleks pada respons normal.
2. Pemeriksaan reflek patologis, pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh
akan meghilangsetelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali di
dahului dengan reflek patologis.
e. Sistem sensorik
Biasnya terjadi kehilangan propriosepsi ( kemampuan untuk merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh ) serta kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli visual,
taktil dan auditorius.
5. B4 ( Bladder )
Biasanya keadaan urine akan mengalami perubahan seperti, warna, jumlah dan
karakteristiknya.Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi ginjal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial yang berhubungan dengan desak ruang
sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya paerdarahan baik bersifat
intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural hematoma.
2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan depresi pada pusat
pernapasan di otak, kelemahan otot-otot pernapasan, ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara / cairan dan perubahan perbandingan O2 dan
CO2 kegagalan ventilaor
3. Tidak efektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penunumpukan sputum
peningkatan sekresi sekret penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan kelatihan
4. Perubahan kenyamanan : nyeri akut berhubungan dengan trauma jarinagn dan reflek
spasme otot sekunder
5. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan edema pada otak
6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yanh berhubungan dengan perubahan
kemammpuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.
7. Gangguan komuknikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya endotrakeal dan
paralisis atau kelemahan neuromuskuler.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Resiko tinggi TIK b/d Tujuan : 1. Kaji faktor penyebab
Dalam waktu 2x24 jam tidak
desak ruang sekunder peningkatan TIK
terjadi peningkatan TIK pada 2. Monito TTV tiap empat
dari kompresi korteks
klien. jam
serebri dar adanya
Kriteria hasil : 3. Berikan periode istirahat
perdarahan baik Klien tidak gelisah, tidak
antara tindakan perawatan
bersifat intraserebral mengeluh keala nyeri, mual
dan batasi lamanya
hematoma, subdural dan muntah, GCS 4,5,6, tidak
prosedur
Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Ringan (CKR) 17
hematoma, dan terdapat papiledema, TTV 4. Cegah atau hindari
epidural hematoma. normal. terjadinya falsafah
manufer
2. Ketidakefektifan pola Tujuan : 1. Berikan posisi
Dalam waktu 3x24jam setelah
pernapasan yang nyaman,biasanya dengan
intervensi adanya
berhubungan dengan posisi semi fowler.
peningkatan, pola nafas 2. Observasi fungsi
depresi pada pusat
kembali efektif. pernafasan, catat
pernapasan di otak,
Kriteria hasil :
frekuensi,dispnea,perubah
kelemahan otot-otot Memperlihatkan frekuensi
an TTV
pernapasan, ekspansi pernafasan yang efektif,
3. Bantulah klien untuk
paru yang tidak mengalami perbaikan
mengontrol pernafasan
maksimal karena pertukaran gas2 pada paru,
jika ventilator tiba2
akumulasi udara / daptif mengatasi faktor
berhenti.
cairan dan perubahan penyebab. 4. Kolaborasi dengan tim
perbandingan O2 dan kesehatan lain pemberian
CO2 kegagalan antibiotik,analgesik,fisoter
ventilaor api dada dan konsul foto
toraks
3. Tidak efektif bersihan Tujuan : 1. Kaji keadaan jalan nafas
Dalam waktu 3x24jam 2. Evaluasi pergerakan dada
jalan nafas yang
terdapat perilaku peningkatan dan auskultasi suara nafas
berhubungan dengan
keefektifan jalan nafas. pada kedua paru.
penunumpukan
Kriteria hasil : 3. Catat adanya batuk,
sputum peningkatan Bunyi nafas terdengar bersih,
bertambahnya sesak napas
sekresi sekret tidak ada suara nafas
dan pengeluaran sekret
penurunan batuk tambahan
melalui endotrakeal dan
sekunder akibat nyeri
bertambahnya bunyi ronki.
dan kelatihan 4. Anjurkan klien dengan
teknik batuk selama
penghisapan seperti waktu
bernapas panjang, batuk
kuat, bersin jika ada
indikasi.
5. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain pemberian
ekspektoran, entibiotik,
fisioterapi dada dan konsul
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2019
Tanggal Masuk : 1 Maret 2019
Ruang : Melati
Nomor Register : 10775609
Diagnosa Medis : Cedera Kepala Ringan (CKR)
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 25 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Bahasa : Bahasa indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pobundayan
Sumber informasi : Klien dan keluarga
II. RESUME
Tn. A umur 25 tahun dibawa ke ruang IGD pada tanggal 1Maret 2019 jam 09.50 dengan
keadaan umum lemah, kesadaran composmentis. Pingsan (-), muntah (-) luka robek
didagu (+), Perut tebentur stang motor(+), Hasil observasi TTV klien menunjukan TD :
110/80 mmHg, N : 102 x/menit, suhu :360C dan hasil pemeriksaan lab tgl 1 Juli 2012
darah menunjukan Hb :14,3 g/dl, Ht : 43,9%, leukosit : 16800/ul, trombosit : 280.000 L/ul
dengan. masalah keperawatan yang ditemukan adalah : Resiko infeksi berhubungan
dengan adanya trauma jaringan. Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan adalah :
beri kompres hangat, observasi vital sign. Tindakan kolaborasi yang dilakukan adalah
pemasangan IVFD RL 30tpm, oksigen 3liter, ranitidin 1amp, ketorolac, pasang NGT dan
DC. Evaluasi : tidak terjadi infeksi yang berkelanjutan.
III.RIWAYAT KEPERAWATAN
a) Riwayat kesehatan sekarang.
- Keluhan utama : pusing
3 Puasa
1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan Baik Tidak baik
b. Nafsu makan
Mual+muntah
Alasan
1 Puasa
c. Porsi makan yang dihabiskan
Tidak ada Tidak ada
d. Makanan yang tidak disukai
e. Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
f. Makanan pantangan
Tidak ada
g. Makanan diet
h. Pengunaan obat sebelum makan puasa
i. Penggunaan alat bantu
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Ya
2) Sirkulasi jantung
a. Kecepatan denyut apical : 102 x/menit
b. Irama : teratur
c. Kelaianan bunyi jantung : tidak ada
d. Sakit dada : tidak
g. System hematologi
1) Pucat : tidak
2) Perdarahan : tidak
h. Sisitem saraf pusat
1) Keluhan sakit kepala : tidak
2) Tingkat kesadaran : somnolent
3) GCS :E:3 M:6 V:5
4) Tanda-tanda PTIK : tidak ada
5) Pemeriksaan reflex : positif
i. System pencernaan
l. System integlumen
Turgor kulit : tidak elastis
Temperature kulit : hangat
Warna kulit : kemerahan
Keadaan kulit : baik
Kelainan kulit : tidak ada
Kondisi kulit daerah pemasangan infuse : baik tidak ada phlebitis
Keadaan rambut : tekstur baik, terdapat ketombe
m. System musculoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada
Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
Fraktur : tidak ada
Kelainan bentuk tulang sendi : tidak
Kelainan bentuk tulang belakang : tidak
Keadaan tonus otot : baik
V. DATA PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Hari / Tanggal Hasil
Laboratorium
1 Maret 2019 Hb 14,3 g/dl,
Ht 43,9%
Leukosit 4870 L/ul
Trombosit 280000 L/ul
Masa perdarahan 2
Masa pembekuan 10
GDS 139
Ureum 21mg/dl
Kreatinin 0,99mg/dl
SGOT 10
SGPT 19
2 Maret 2019 Hb 15,2 g/dl
Leukosit 18100/ul
Trombosit 285000
Ht 45,2%
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi O2 3 Liter
Terpasang DC dan NGT
Infus RL 30tpm dan Glukosa 5% 30tpm
Ranitidin
Ketorolac 3x1
Kaltrofen
Proris supos
B. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Pola napas tidak Depresi pada pusat
- Klien mengatakan sesak efektif napas otak
- Klien mengatakan selang NGT
membuat sesak
- Klien mengatakan merasa sesak
setelah terpasang selang NGT
DO :
- Klien terlihat menggunakan otot bantu
napas
- Irama napas teratur
- Cepat dan dangkal
- TD : 100/70mmhg
- S : 38,5°C
- RR : 42x/mnt
- N : 84x/mnt
Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Ringan (CKR) 27
- Klien terlihat tepasang oksigen 3 liter
2 DS : - Resiko Infeksi Trauma jaringan
DO :
- TD :110/70 mmhg
- N :84 x/menit
- S :38,50C
- RR: 42x/menit
- Cairan NGT berwarna hijau
- Muntah klien berwarna hijau
Data Leb : tgl 01-03-2019
Leukosit = 16800
Data Leb : tgl 02-03-2019
Leukosit = 18100
Urin : tgl 02-03-2019
Kejernihan agak keruh
PH = 6,0
Bakteri = positif
3 DS : Gangguan perfusi Perubahan metabolik
- Klien mengatakan lemas jaringan
- Klien mengatakan sesak
- Klien mengatakan pusing
DO :
- GCS : 13
- TD : 110/70mmhg
- S : 38,5°C
- N : 84x/mnt
- RR : 42x/mnt
- Terpasang O2 3liter
- Klien membuka mata bila diberi
rangsangan
- Motorik klien dapat melawan tahanan
- Verbal berbicara membingungkan
- Kesadaran : somnolen
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pada pusat napas otak
No Hari / Tanggal Diagnose keperawatan Tujuan dan criteria hasil Rencana tindakan
02 Maret 2019 Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi TTV
08.00 dengan depresi pada pusat napas keperawatan 1x24jam 2.Pantau frekuensi, irama, kedalaman
otak ditandai dengan : diharapkan pola napas klien pernapasan. Catat ketidakteraturan
DS : kembali efektif / normal, pernapasan
-Klien mengatakan sesak dengan kriteria hasil : 3.Catat kompetensi refleksi
-Klien mengatakan selang NGT -Mempertahankan pola napas gangguan/menelan dan kemampuan
membuat sesak normal/efektif pasien untuk melindungi jalan napas
-Klien mengatakan merasa sesak -Tidak ada sianosis 4.Angkat kepala tempat tidur sesuai
setelah terpasang selang NGT -Tidak ada sesak napas aturan
DO : 5.Atur posisi klien senyaman mungkin
- Klien terlihat menggunakan otot 6.Anjurkan pasien untuk melakukan
bantu napas napas dalam yang efektif jika pasien
- Irama napas teratur sadar
- Cepat dan dangkal 7.Auskultasi suara napas. Perhatikan
- TD : 100/70mmhg daerah hipoventilasi dan adanya
- S : 38,5°c suara-suara tidak normal
- RR : 42x/mnt 8.Berikan oksigen
- N : 84x/mnt
- Klien terlihat tepasang oksigen
3liter
2 02 Maret 2019 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor dan catat status neurologis
3 02 Maret 2019 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan aseptik dan antisept
08.20 adanya trauma jaringan ditandai keperawatan selama 1x24jam 2. Pertahankan teknik cuci tangan
07.40
A. KESIMPULAN
Trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan ( accelerasi –
decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Cedera kepala
hebat juga bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada otak.
Penyebabnya adalah karena adannya benturan yang terjadi di otak yang disebebkan
oleh erbagai hal, diantarannya adalah kecelakaan, yang merupakan penyebeb terbesar
adannya trauma kepala.
Jika terjadi trauma kepala dengan kekuatan/gaya akeselereasi, deselerasi dan
rotatorik akan menimbulkan lesi atau perdarahan di berbagai tempat sehingga timbul gejala
deficit neurologist berupa babinski yang positif dan GCS kurang dari 15 (Sindrom Otak
Organik). Dari trauma kepala tersebut juga bisa terjadi pergerakan, penekanan dan
pengembangan gaya kompresi yang destruktif sehingga otak akan membentang batang otak
dengan sangat kuat dan terjadi blokade reversible terhadap lintasan assendens retikularis
difus serta berakibat otak tidak mendapatkan input afferent yang akhirnya kesadaran hilang
selama blockade tersebut berlangsung. Dari trauma kepala tersebut juga bisa berdampak pada
sistem tubuh yang lainnya.
Trauma kepala mempunyai beberapa macm klasifikasi berdasarkan letak, penyebab
danlainnya, komplikasi pada trauma kepala pu mempinyai pengaruh yangbesar terhadap
kerja otak.
Otak adalah bagian terpenting dari tubuh kita, olej karena itu kita harus
melindunginnya dari segala macam hal yang data menyebabkan salah satu fungsinnya
terganggu, sebagai contohny adalah massalah trauma kepala yang seharusnya dapat kita
kendalikan yaitu dengan lebih berhati-hati terhadap keadaan tubuh kita.
B. SARAN
Semoga deengan pembuatan makalah ini, teman-teman semuannya dapat lebih
memahami tentang masalah Trauma kepala dan khususnya adalah agar sebabgai mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Internet :