Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM


DI RUANG INTENSIF PRIA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

STASE KEPERAWATAN JIWA

Tanggal 06 – 11 Juni 2022

Oleh:

Muhammad Khairul Fikri, S.Kep


NIM. 2130913310017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM DI
RUANG INTENSIF PRIA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

Tanggal 06 – 11 Juni 2022

Oleh:

Muhammad Khairul Fikri, S.Kep


NIM. 2130913310017

Banjarbaru, 06 Juni 2022


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep. Bakhtiar, S.Kep.,Ns


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19770402 200604 1 012
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat. Waham merupakan
gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau terdistorsi
dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata (Victoryna, 2020).
Gangguan proses pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil
dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun
semua orang tidak percaya dengan keyakinannya (Bell, 2019).

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut World Health Organization (2016):
a. Biologis
Pola keterlibatan keluarga relatiF kuat yang muncul dikaitkan dengan delusi
atau waham. Dimana individu dari anggota keluarga yang dimanifestasikan
dengan gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi untuk mengalaminya
dibandingkan dengan populasi umum.
b. Psikologis
Perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga.Konflik antara suami istri mempengaruhi anak. Banyaknya masalah
dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak dimana anak tidak
mampu memenuhi tugas perkembangan di masa dewasanya. Beberapa ahli
teori meyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin,
perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan,perasaan mementingkan diri
sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu. Klien menjadi orang
dewasa yang rentan karena pengalaman awal ini.
c. Interpersonal Dikemukakan oleh Priasmoro (2018) di mana orang yang
mengalami psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang
penuh dengan ansietas tinggi. Hal ini jika dipertahankan maka konsep diri
anak akan mengalami ambivalen.
d. Psikodinamika
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau perhatian
ibu,dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa aman dan gagal
untuk membangun rasa percayanya sehingga menyebabkan munculnya ego
yang rapuh karena kerusakan harga diri yang parah,perasaan kehilangan
kendali, takut dan anxietas berat. Sikap curiga kepada seseorang
dimanifestasikan dan dapat berlanjut di sepanjang kehidupan. Proyeksi
merupakan mekanisme koping paling umum yang digunakan sebagai
pertahanan melawan perasaan.
2. Faktor presipitasi
World Health Organization (2016):
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologi yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan,
sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).

C. Tanda dan Gejala


Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala gangguan
proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan, perawatan diri,
emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai, menghindar, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
1. Waham Kebesaran
a. DS : Pasien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren (gagasan satu
dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengerti pasien mudah marah dan pasien mudah tersinggung
2. Waham Curiga
a. DS : Pasien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu, Pasien
mengatakan merasa dicintai dan akan membahayakan dirinya.
b. DO : Pasien tampak waspada, Pasien tampak menarik diri, Perilaku pasien
tampak seperti isi wahamnya, Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak
logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
3. Waham Agama
a. DS : Pasien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak bingung
karena harus melakukan isi wahamnya,Inkoheren (gagasan satu dengan yang
lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti)
4. Waham Somatik
a. DS : Pasien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik ,Pasien
mengatakan merasa khawatir sampai panik
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren ( gagasan satu
dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengerti) Pasien tampak bingung, Pasien mengalami perubahan pola
tidur , Pasien kehilangan selera makan
5. Waham Nihilistik
a. DS : Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan satu
dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak
dapat dimengerti) , Pasien tampak bingung, Pasien mengalami perubahan
pola tidur , Pasien kehilangan selera makan
D. Jenis-Jenis Waham
Menurut Stuart (2005, dalam Prakasa, 2020) jenis waham yaitu :
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.” B
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya.”Mencium tidak enak, busuk, dan tengik seperti darah, urin, atau feses;
kadang-kadang bau menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan demensia.
c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
d. Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
f. Waham sisip pikir : keyakinan pasien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan pasien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
h. Waham kontrol pikir : keyakinan pasien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya

E. Fase Waham
Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu;
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga pasien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
self ideal sangat tinggi.
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
c. Fase control internal external
Pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa- apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai pasien dalam lingkungannya
menyebabkan pasien merasa didukung, lama kelamaan pasien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
e. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
G. Rentang Respon Waham
Menurut Keliat (2015), rentang respon waham sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social
budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

2. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan (Efek)

Gangguan Proses Pikir: Waham (Core Problem)

Isolasi Sosial (Causa)


3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir: Waham
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan klien waham

Individu Keluarga

Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1


1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
waham keluarga dalam merawat pasien
2. Bantu orientasi realita : panggil 2. Jelaskan pengertian waham, tanda
nama, orientasi waktu, orang dan dan gejala serta proses terjadinya
tempat / lingkungan. waham (gunakan booklet)
3. Diskusikan kebutuhan yang tidak 3. Jelaskan cara merawat : tidak
terpenuhi disangkal, tidak diikuti / diterima
4. Bantu pasien memenuhi (netral)
kebutuhan realistis 4. Latih cara mengetahui kebutuhan
5. Masukkan pada jadwal kegiatan pasien dan mengetahui kemampuan
pemenuhan kebutuhan pasien.
5. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2


1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan pasien dan berikan membimbing pasien memenuhi
pujian. kebutuhannya, beri pujian.
2. Diskusikan kemampuan yang 2. Latih cara memenuhi kebutuhan
dimiliki pasien
3. Latih kemampuan yang dipilih, 3. Latih cara melatih kemampuan yang
berikan pujian dimiliki pasien
4. Masukkan pada jadwal kegiatan 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
pemenuhan dan kegiatan yang jadwal dan beri pujian.
telah dilatih
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan pasien, kegiatan yang membimbing pasien memenuhi
dilakukan pasien, dan berikan kebutuhan pasien dan membimbing
pujian pasien melaksanakan kegiatan yang
2. Jelaskan tentang obat yang telah dilatih, beri pujian.
diminum (jelaskan 6 benar obat, 2. Jelaskan obat yang diminum oleh
jenis, guna, dosis, frekuensi, pasien dan cara membimbingnya
kontinuitas minum obat) dan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
tanyakan manfaat yang dirasakan jadwal dan memberikan pujian
pasien.
3. Masukan pada jadwal pemenuhan
kebutuhan dan kegiatan yang telah
dilatih serta obat
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan, kegiatan yang telah membimbing pasien memenuhi
dilatih dan minum obat, beri kebutuhan pasien, membimbing
pujian. pasien melaksanakan kegiatan yang
2. Diskusikan kebutuhan lain dan telah dilatih dan minum obat, berikan
cara memenuhinya. pujian
3. Diskusikan kemampuan yang 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM,
dimiliki dan memilih yang akan tanda kambuh dan rujukan
dilatih. Kemudian latih 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukan pada jadwal pemenuhan jadwal dan memberikan pujian.
kebutuhan, kegiatan yang telah
dilatih, dan minum obat.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan, kegiatan yang dilatih, membimbing pasien memenuhi
dan minum obat. Beri pujian. kebutuhan pasien, membimbing
2. Nilai kemampuan yang telah pasien melaksanakan kegiatan yang
mandiri
3. Nilai apakah frekuensi munculnya telah dilatih dan minum obat, berikan
waham bekurang. Apakah waham pujian
terkontrol. 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ / PKM
DAFTAR PUSTAKA

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
Direja, A. H. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa.
Eriawan, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn “O” Yang Mengalami Bipolar
Dengan Masalah Keperawatan Waham Paranoid Di Ruangan Palm Rumah Sakit
Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019.
Keliat, B.A., & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok
Edisi 2. Jakarta: EGC
Prakasa, A., & Milkhatun, M. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan Proses
Pikir Waham dengan Menggunakan Algoritma C4. 5 di Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 2(1)
Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien
Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 45-52.
World Health Organization. (2016). Schizophrenia.

Anda mungkin juga menyukai