Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR
GANGGUAN RASA NYAMAN

Tanggal 21-27 Februari 2022

Oleh:

Siti Rohimah, S.Kep


NIM. 1710913120010

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR

GANGGUAN RASA NYAMAN

Tanggal 21-27 Februari 2022

Oleh:

Siti Rohimah, S.Kep

NIM. 1710913120010

Banjarbaru, 21 Februari 2022

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructur

Agianto, S.Kep., Ns., M.N.S., Ph.D Siti Mariam, S.Kep., Ns


LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN

A. Definisi
Kebutuhan akan rasa nyaman merupakan salah satu dari kebutuhan dasar
manusia. Kenyamanan adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa sejahtera,
nyaman dalam keadaannya baik secara mental, fisik, maupun sosial. Berdasarkan
dari pengertiannya tersebut, maka menurut (Keliat dkk, 2015) nyaman dapat
terbagi menjadi 3, yaitu kenyamanan fisik, kenyamanan mental, dan kenyamanan
lingkungan serta sosialnya.
Pada pasien, kebutuhan akan rasa nyaman tersebut dapat terganggu. Biasanya
disebut dengan gangguan rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman merupakan suatu
perasaan seseorang yang kurang nyaman dan rasa kurang sempurna dalam
kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya serta sosialnya. Ketika
seseorang dalam kondisi yang kurang nyaman mereka dapat merasakan adanya
anxietas dalam dirinya, berkeluh kesah, mengalami gangguan pola tidur, gatal,
gejala distress, gelisah, tidak dapat rileks, menangis, merasa kurang senang,
merintih hingga merasa takut (Keliat dkk, 2015)

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari timbulnya gangguan rasa nyaman berdasarkan buku
standar diagnosis keperawatan Indonesia (PPNI), diantaranya:
1. Timbulnya dari gejala penyakit
2. Kurang pengendalian terhadap lingkungan
3. Sumber daya yang tidak adekuat, seperti dukungan finansial, sosial dan
pengetahuan
4. Kurangnya privasi
5. Efek samping dari terapi
6. Gangguan adaptasi kehamilan
Berdasarkan agen cederanya, nyeri dapat disebabkan oleh (SDKI, 2016):
1. Agen Cedera Biologis, merupakan nyeri yang berasal dari kerusakan fungsi
organ tubuh
2. Agen Cedera Fisik, merupakan nyeri yang disebabkan oleh adanya trauma
fisik
3. Agen Cedera Kimia, merupakan nyeri yang berasal dari bahan kimia
4. Agen Cedera Psikologis, nyeri yang bersifat psikologi seperti eulzofronia
C. Klasifikasi
Gangguan rasa nyaman dapat dibedakan menjadi 3, yaitu (Mardela dkk, 2013):
1. Nyeri Akut, merupakan keadaan seseorang yang memiliki pengalaman
sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual ataupun potensial yang digambarkan sebagai kerusakan
dengan waktu kurang dari 6 bulan.
2. Nyeri Kronis, merupakan kondisi dimana individu mengeluh tidak nyaman
dengan adanya perasaaan sensari nyeri yang ia rasakan dalam kurun waktu
lebih dari 6 bulan.
3. Mual, merupakan suatu kondisi individu mengalami sensasi tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorokan, area episgatrium hingga seluruh bagian
perut yang bisa saja menimbulkan muntah ataupun tidak.

D. Pathway

Rasa Nyaman

Reseptor Nyeri Stimulus Lingkungan Stress Tubuh


yang Mengganggu Meningkat

Timbulnya Persepsi
Nyeri Merasa Tidak Nyaman Pengeluaran
Hormon Stress

Merasakan Sensasi Gangguan Rasa Nyaman


yang Tidak Nyaman Peningkatan Asam
Lambung

Mual/Muntah
Nyeri Nyeri
Akut Kronis
E. Asuhan Keperawatan

Diagnosis NOC NIC


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemberian Analgesik (2210)
Nyeri Akut (00132) 1x24 jam, diharapkan pasien dapat mengontrol - Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
nyeri dengan kriteria: frekuensi obat analgesik yang diresepkan
Kontrol nyeri (1605): - Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama
1. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri pada nyeri yang berat
tanpa analgesik dari skala 2 (jarang - Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval yang
menunjukkan) ke skala 4 (sering teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah
menunjukkan) pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda dan
2. Menggunakan analgesik yang gejala efek samping
direkomedasikan dari skala 2 (jarang - Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya
menunjukkan) ke skala 4 (sering efek samping
menunjukkan) - Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang
3. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan
pada profesinal kesehatan dari skala 2 (jarang nyeri
menunjukkan) ke skala 4 (sering Manajemen Nyeri (1400)
menunjukkan) - Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
Tingkat nyeri (2102): nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
1. Nyeri yang dilaporkan dari skala 2 (cukup dari ketidaknyamanan akibat prosedur
berat) ke skala 4 (ringan) - Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
2. Panjang episode nyeri dari skala 2 (cukup (misalnya farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal)
berat) ke skala 4 (ringan) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan
3. Ekpresi nyeri wajah dari skala 2 (cukup berat) kebutuhan
ke skala 4 (ringan) - Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Pengetahuan: Manajemen Nyeri (1843) - Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi bersamaan
1. Strategi untuk mengontrol nyeri dari skala 2 dengan tindakan penurun rasa nyeri lainnya
ke skala 4 - Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
2. Teknik relaksasi yang efektif dari skala 2 ke peresepan analgesik
skala 4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemberian Analgesik (2210)
Nyeri Kronis (00133) 1x24 jam, diharapkan pasien dapat mengontrol - Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
nyeri dengan kriteria: frekuensi obat analgesik yang diresepkan
Kontrol nyeri (1605): - Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama
1. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri pada nyeri yang berat
tanpa analgesik dari skala 2 (jarang - Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval yang
menunjukkan) ke skala 4 (sering teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah
menunjukkan) pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda dan
2. Menggunakan analgesik yang gejala efek samping
direkomedasikan dari skala 2 (jarang - Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya
menunjukkan) ke skala 4 (sering efek samping
menunjukkan) - Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang
3. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan
pada profesinal kesehatan dari skala 2 (jarang nyeri
menunjukkan) ke skala 4 (sering Manajemen Nyeri (1400)
menunjukkan) - Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
Tingkat nyeri (2102): nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
1. Nyeri yang dilaporkan dari skala 2 (cukup dari ketidaknyamanan akibat prosedur
berat) ke skala 4 (ringan) - Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
2. Panjang episode nyeri dari skala 2 (cukup (misalnya farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal)
berat) ke skala 4 (ringan) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan
3. Ekpresi nyeri wajah dari skala 2 (cukup berat) kebutuhan
ke skala 4 (ringan) - Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Pengetahuan: Manajemen Nyeri (1843) - Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi bersamaan
1. Strategi untuk mengontrol nyeri dari skala 2 dengan tindakan penurun rasa nyeri lainnya
ke skala 4 - Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
2. Teknik relaksasi yang efektif dari skala 2 ke peresepan analgesik
skala 4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Teknik menenangkan (5880):
Gangguan Rasa Nyaman 1x24 jam, diharapkan pasien dapat berkurang dari 1. Pertahankan sikap yang tenang dan hati hati
(00214) gangguan rasa nyaman dengan kriteria hasil: 2. Berada disisi klien
Status kenyamanan (2008) 3. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut
1. Kesejahteraan fisik dari skala 2 (banyak maupun cemas
terganggu) ke skala 5 (tidak tergganggu) 4. Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
2. Lingkunganm fisik dari skala 2 (banyak Terapi Relaksasi (6040)
terganggu) ke skala 5 (tidak tergganggu) 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta
3. Dukungan sosial dan keluarga dari skala 2 jenis relaksasi yang tersedia
(banyak terganggu) ke skala 5 (tidak 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
tergganggu) dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang
nyaman
3. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada
klien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen mual (1450)
Mual (00134) 1x24 jam, diharapkan pasien dapat berkurang rasa 1. Identifikasi faktor faktor yang menyebabkan mual
mualnya dengan kriteria hasil: (obat obatan dan prosedur)
Kontrol mual muntah (1618): 2. Kurangi atau hilangkan faktor faktor yang bersifat
1. Menghindari faktor faktor penyebab bila personal yang dapat memicu atau meningkatkan mual
mungkin skala 2 (jarang menunjukkan) ke 3. Identifikasi strategi yang telah berhasil dilakukan
skala 4 (sering ditunjukkan) dalam upaya mengurangi mual
2. Mengenali onset mual dari skala 2 ke skala 4 4. Pastikan bahwa obat antiemetik efektif diberikan
3. Menggunakan langkah-langkah pencegahan untuk mencegah mual apabila memungkinakan
dari skala 2 ke skala 4 (kecuali kondisi kehamilan)
4. Menggunakan obat antiemetik seperti yang 5. Ajari pasien pengunaan teknik nonfarmakologi
direkomendasikan dari skala 2 (jarang (terapi musik, relaksasi dll)
menunjukkan) ke skala 4 (sering ditunjukkan)
Keparahan mual muntah (2107): Manajemen obat (2380)
1. Frakuensi mual dari skala 2 (cukup berat) ke 1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola
skala 4 (ringan) menurut resep
2. Itensitas mual dari skala 2 (cukup berat) ke 2. Monitor pasien mengenai efek teraupetik obat
skala 4 (ringan) 3. Monitor efek samping obat
3. Distres mual dari skala 2 (cukup berat) ke
skala 4 (ringan)
REFERENSI

Keliat, B. A., Windarwati, H. D., Pawirowiyono, A., & Subu, M. A. (2015).


Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S. Y., & Mulyaningrum, M. (2013). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. (2016). Definisi dan Indikator Diagnostik.
Persatuan Perawat Indonesia. Edition Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai