Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS
Tanggal 07 – 12 Maret 2022

Oleh:
Muhammad Khairul Fikri, S.Kep.
NIM. 2130913310017

PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS

Oleh:
Muhammad Khairul Fikri, S.Kep.
NIM. 2130913310017

Banjarbaru, Maret 2022

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructor

Noor Diani, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB Nurhikmah, S.Kep., Ns.


NIP.19780317 200812 2 001 NIP.19780613 200312 2 012
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Definisi Manifestasi Klinis (5)

Sirosis Hepatis adalah penyakit kronik mengakibatkan


kerusakan sel hati dan digantikan jaringan parut  penurunan Tanda Penyebab
jumlah jaringan hati normal, gagal fungsi hepar, dan obstruksi Spider angioma/spider nevi Estradiol meningkat
sirkulasi portal hepatis (6) Palmar erytema Gg metabolisme hormone seks
Perubahan kuku:
 Muehrche’s line  Hypoalbuminemia
 Terry’s nails  Hypoalbuminemia
Penyebab (5,7) Patogenesis (5)  Clubbing  Hipertensi portopulmonal
Ginekomastia Estradiol meningkat
1. Penyakit hati alkoholik Adanya nekrosis hepatosit, kolapsnya Hipogonadisme Perlukan gonad primer / supresi
2. Hepatitis C fungsi hipofise / hipotalamus
jaringan penunjang retikulin, dan Ukuran hati : besar, kecil, Hipertensi postal
3. Hepatitis B dengan/atau tanpa Hepatitis D deposit jaringan ikat,  pembentukan
4. Steato hepatitis non alkoholik  DM, normal
nodul degenerative Splenomegaly Hipertensi portal
malnutrisis protein, obesitas, penyakit arteri
Asites Hipertensi portal
coroner, pemakai obat kortikosteroid
Pelepasan hepatosit dan sel kupffer  Caput medusae Hipertensi portal
5. Sirosis bilier primer
Aktivitas dari sel stellate hati  Bising daerah epigastrium Hipertensi portal
6. Kolangitis sclerosing primer
fibrosis hati. Icterus Bilirubin meningkat
7. Hepatitis autoimun (sekurangnya 2-3 mg/dl
8. Penyakit Wilson
9. Sirosis kardiak
10. Hepatotoksik akibat obat / toksin
Pemeriksaan Penunjang (1,5) Penatalaksanaan (1,5,8,9)
11. Infeksi parasite tertentu (Schistomiosis)

1. Pemeriksaan lab 2. Pmx penunjang Penatalaksanaan didasarkan dari gejala yg timbul:


Jenis (7,10) a. Darah a. USG abdomen 1. Tirah baring
b. Albumin b. Esofagoskopi 2. Diet rendah garam
1. Sirosis hepatis kompensata  hepar masih c. Pemeriksaan CHE c. Endoskopi 3. Obat diuretic
dapat melakukan fungsinya (kolineserase) d. MRI dan CT 4. Laktulosa
2. Sirosis hepatis dekompensata  kerusakan d. Kadar elektrolit Scan 5. Nemisin
parah dan disfungsi hepar e. Masa protombin e. Biopsy hati 6. Propanol
f. Kadar gula darah
Perkembangan kompensata menjadi 7. Distraksi
g. Marker serologi
dekompensata disebabkan insufisiensi sel hati 8. Antibiotic
dan hipertensi portal 9. Operasi pengangkatan hepar
PATHWAY (1)
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA (2-4)

Pengkajian Diagnosis Keperawatan


1. Identitas 1. Nyeri akut
2. Keluhan utama 2. Ansietas
3. Riwayat penyakit 3. Resiko kerusakan integritas kulit
4. Pemeriksaan laboratorium 4. Risiko perdarahan
5. Pemeriksaan fisik 5. Intoleransi aktivitas
6. Pemeriksaan radiologi 6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh

Nyeri Akut (00132) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Intoleran aktivitas (00092)
kebutuhan tubuh (00002)
NOC NOC NOC
Kontrol Nyeri Status Nutrisi Konservasi Energi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Setelah dilakukan askep 3 x 8 jam, pasien Setelah dilakukan askep 2 x 12 jam, pasien
x 8 jam, klien mampu mengontrol nyeri dengan membaik dengan kriteria hasil: membaik dengan kriteria hasil:
kriteria hasil: 1. Intake nutisi baik 1. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa
1. Menggunakan teknik pencegahan nyeri 2. Intake makanan baik disertai peningkatan TD, N, RR
2. Monitor dampak analgetic 3. Asupan cairan cukup 2. Mampu melakukan aktivitas sehari secara
3. Melaporkan nyeri yang terkontrol 4. Peristaltic usus normal mandiri
5. Berat badan meningkat 3. Tanda-tanda vital normal
4. Energi psikomotor baik
NIC
5. Level kelemahan rendah
Manajemen Nyeri
NIC 6. Mampu berpindah: dengan atau tanpa
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Manajemen Nutrisi bantuan alat
(PQRST) 1. Monitor catatan intake nutrisi dan kalori 7. Status kardiopulmonari adekuat
2. Observasi adanyapetunjuk non verbal 2. Anjurkan intake kalori sesia dengan 8. Sirkulasi status baik
mengenai ketidaknyamanannya terutama pada kebutuhan 9. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi
mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara 3. Anjurkan penyiapan dan penyajian makanan adekuat
efektif. dengan Teknik aman
3. Ajarkan teknik non farmakologi nafas dalam 4. Kaji adanya alergi makanan
5. Monitor adanya penurunan BB
untuk mengontrol nyeri
6. Monitor mual muntah
Pemberian analgesic 7. Kolaborasi dengan ahli gizi NIC
1. Dokumentasikan semua monitor temuan Manajemen energi
nyeri 1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik
2. Cek adanya alergi obat 2. Bantu identifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Tentukan analgesik sebelumnya, rute
3. Bantu identifikasi dan dapatkan sumber yang
pemberian dan dosis untuk mencapai hasil diperlukan untuk beraktivitas
pengurangan nyeri yan optimal 4. Benatu klien membuat jadwal Latihan di
4. Dokumentasikan respon terhadap analgesik waktu luang
dan adanya efek samping 5. Sediakan penguatan positif yang aktif
6. Bantu klien mengembangkan motivasi
7. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual

Ansietas (00146) Risiko kerusakan integritas kulit (00047) Risiko perdarahan (00206)
NOC NOC NOC
Kontrol kecemasan diri Integritas jaringan: kulit & membrane Kontrol risiko
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 mukosa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 8 jam, klien mampu mengontrol kecemasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 12 jam, klien tidak menunjukkan risiko dengan
dengan kriteria hasil: x 12 jam, klien tidak menunjukkan risiko dengan kriteria hasil:
1. Menggunakan Teknik relaksasi untuk kriteria hasil: 1. Mempertahankan homeostatis dengan tanpa
mengurangi kecemasan 1. Integritas kulit baik perdarahan
2. Memonitor durasi tiap episode cemas 2. Pigmentasi normal 2. Menunjukkan perilaku penuruna risiko
3. Mempertahankan tidur adekuat 3. Wajah tidak pucat perdarahan
4. Mempertahankan hubungan sosial
5. Mengendalikan respon cemas NIC NIC
Pengecekan kulit Pencegahan perdarahan
NIC 1. Monitor warna dan suhu kulit 1. Monitor dengan ketat risiko terjadinya
Pengurangan kecemasan 2. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang perdarahan pada pasien
1. Dengarkan klien berlebihan dan kelembapan 2. Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan setelah
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan 3. Monitor adanya infeksi pasien kehilangan darah
meyakinkan 4. Gunakan alat pengkajian untuk 3. Monitor tanda dan gejala pendarahan
3. Jelaskan semua prosedur yang akan dialami mengidentifikasi pasien berisiko mengalami 4. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
pasien kerusakan kulit (misalnya Skala Braden) menyebabkan perdarahan
4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien 5. monitor sumber tekanan dan gesekan 5. Intruksikan pasien dan keluarga untuk
5. Ajarkan relaksasi 6. ajarkan anggota keluarga/caregiver memonitor tanda-tanda perdarahan dan
mengenai tanda-tanda kerusakan kulit mengambil tindakan yang tepat jika terjadi
perdarahan (lapor perawat)
DAFTAR PUSTAKA

1. Deaty TP. Asuhan Keperawatan pada Klien Sirosis Hepatis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Dahlia II RSUD Ciamis. STIKES Bhakti Kencana
Bandung; 2018.
2. Herdman TH, Kamitsuru S. NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. 11th ed. Keliat BA, Mediani HS, Tahlil T, editors. Jakarta:
EGC; 2017.
3. Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. Nursing Outcomes Classification
(NOC). 5th ed. Nurjannah I, Tumanggor RD, editors. Singapura: CV. Mocomedia;
2013.
4. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. Nursing Interventions
Classification (NIC). 6th ed. Nurjannah I, Tumanggor RD, editors. Singapura: CV.
Mocomedia; 2013.
5. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid I. Jakarta:
InternaPublishing; 2014. 1–4293 p.
6. Poluan PM, Kawengian V, Sugeng C. Hubungan Derajat Keparahan Sirosis Hati Dan
Nilai Laju Glomerulus Pada Sirosis Hati. e-Clinic. 2015;3(1).
7. Lovena A, Miro S, Efrida E. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. J Kesehat Andalas. 2017;6(1):5.
8. Thaha R, Yunita E, Sabir M. Sirosis Hepatis. J Med Prof. 2020;2(3):166–75.
9. Sawitri F, Sani FN. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatitis Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman : Nyeri. [Surakarta]: Universitas Kusuma
Hudasa; 2020.
10. Muin RY, Roma J, Mutmainnah M, Samad IA. Sirosis Hepatis Dekompensata Pada
Anak. Indones J Clin Pathol Med Lab. 2016;18(1):63.

Anda mungkin juga menyukai