Anda di halaman 1dari 11

Materi Pelatihan Manajemen Nyeri

By. Dr. Boynardo Sp.An

Pengertian

 Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan


adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau
pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah
terjadi kerusakan jaringan. (International Association for the Study of
Pain)

 Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas,
memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau
penyakit.

 Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang
lama. Nyeri kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi
proses penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya
yang pasti.
RESPON TERHADAP NYERI
Respon terhadap nyeri meliputi respon fisiologis dan
respon perilaku.
Untuk nyeri akut
1. respon fisiologisnya adalah adanya peningkatan
tekanan darah (awal), peningkatan denyut nadi,
peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, dan keringat
dingin,
2. respon perilakunya adalah gelisah, ketidakmampuan
berkonsentrasi, ketakutan dan disstress.

Sedangkan pada nyeri kronis


1. respon fisiologisnya adalah tekanan darah normal,
denyut nadi normal, respirasi normal, pupil normal,
kulit kering, dan
2. respon perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak
aktifan fisik, menarik diri, dan putus asa, karena
tidak ditemukan gejala dan tanda yang mencolok
dari nyeri kronis ini maka tugas tim kesehatan,
perawat khususnya menjadi tidak mudah untuk
dapat mengidentifikasinya..
Skala nyeri
Numeric Rating Scale Wong Baker FACES Pain Scale
 Indikasi : digunakan pada
pasien dewasa dan anak berusia  Indikasi: Digunakan pada pasien
>7 tahun yang dapat 3-7 tahun , pasien dewasa yang
menggunakan angka untuk tidak kooperatif , pasien manula,
melambangkan intensitas nyeri pasien lemah , pasien dengan
yang dirasakannya. gangguan konsentrasi, pasien
nyeri hebat, pasien kritis .
 Instruksi : pasien akan ditanya
mengenai intensitas nyeri yang  Instruksi: Perawat menilai
dirasakan dan dilambangkan intensitas nyeri pasien dengan
dengan angka antara 0 – 10. cara melihat mimik wajah dan
diberi score antara 0-10.

Lanjutan…..
COMFORT scale
 Indikasi: pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar operasi / ruang rawat inap yang tidak
dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale Wong-Baker FACES Pain Scale.
 Instruksi: terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan skor total antara 9 – 45.

VAS (Visual Analog Scale)


 Indikasi: Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 7 tahun yang dapat menilai intensitas nyerinya sendiri
dengan melihat mistar nyeri yang diberikan petugas.
 Instruksi: Perawat meminta pasien menentukan intensitas nyeri yang dirasakannya dengan mistar nyeri gambar wajah
yang bisa dilambangkan dengan angka antara 0 -10.

FLACC (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)


 Indikasi: Digunakan pada pasien anak berusia 6 bulan – 3 tahun.
 Instruksi: Perawat menilai intensitas nyeri dengan cara melihat mimik wajah, gerakan kaki, aktivitas, menangis dan
berbicara atau bersuara.

Skala Nyeri Menangis (Cries Pain Scale)


 Indikasi : digunakan untuk menilai skala nyeri pada usia 0-6 bulan
 Instruksi : Perawat menilai intensitas nyeri dengan mengobservasi neonatus terhadap reaksi menangis, kebutuhan O2,
peningkatan tanda vital, ekspresi wajah dan tidur.
ASSESMEN NYERI
Mengumpulkan Informasi Dan Data
Setelah data komprehensif yang sudah dikumpulkan,
baik berupa data subjektif maupun data objektif, maka
dilakukan analisa informasi dan data. Bagian ini
terdiri dari : penulisan ringkasan, penyusunan daftar
masalah, membuat pengkajian dari masing-masing
masalah (diagnosa dan diagnosa banding).

Assesmen Ulang
 Asesmen ulang dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam
dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
 Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan
kunjungan/visite ke pasien.
 Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri,
setiap empat jam (pada pasien yang sadar/bangun), pasien yang menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang
dari rumah sakit.
 Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena.
 Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah
pemberian obat nyeri.
 Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai
menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis
medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi pasca-pembedahan, nyeri
neuropatik)
MANAJEMEN NYERI
Tujuan keseluruhan dalam pengobatan nyeri adalah mengurangi nyeri
sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping yang paling
kecil. Terdapat dua metode umum untuk terapi nyeri yaitu pendekatan
farmakologis dan non farmakologis.
Pendekatan Farmakologis
Garis besar strategi terapi farmakologi mengikuti WHO Three-step
Analgesic Ladder. Strategi ini merupakan bagian dari metode
manajemen nyeri yang berpusat pada 4 prinsip, yaitu: 12
1. “By Mouth” berarti menggunakan rute oral bilamana
memungkinkan, bahkan untuk opiat.
2. “By the Clock” berarti untuk nyeri yang persisten, obat diberikan
berdasarkan interval obat tersebut daripada diberikan hanya ketika
dibutuhkan atau “on demand”.
3. “By the Ladder” yaitu tiga langkah tangga analgesik menurut WHO
untuk pengobatan nyeri
4.

Pendekatan Non Farmakologis


Walaupun obat-obat analgesik sangat mudah diberikan, namun banyak pasien dan
dokter kurang puas dengan pemberian jangka panjang untuk nyeri yang tidak terkait
keganasan. Situasi ini mendorong dikembangkannya sejumlah metode nonfarmakologik
untuk mengatasi nyeri. Untuk itu, berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka
ragam dapat digolongkan sebagai berikut:19
• Modalitas fisik
Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk jarum, perbaikan posisi,
imobilisasi, dan mengubah pola hidup.

• Modalitas kognitif-behavioral
Relaksasi, distraksi kognitif, mendidik pasien, dan pendekatan spiritual.

• Modalitas invasi
Pendekatan radioterapi, pembedahan, dan tindakan blok saraf.

• Modalitas Psikoterapi
Dilakukan secara terstruktur dan ternecana, khususnya bagi mereka yang mengalami
depresi dan berpikir ke arah bunuh diri.
HAMBATAN DALAM MEMBERIKAN MANAJEMEN
NYERI YANG TEPAT

Menurut Blumenfield (2003), secara garis besar ada 2


hambatan dalam manajemen nyeri yaitu :
• Ketakutan akan timbulnya adiksi
Seringkali pasien, keluarga, bahkan tenaga kesehatanpun
mempunyai asumsi akan terjadinya adiksi terhadap
penggunaan analgetik bagi pasien yang mengalami nyeri,
adiksi sering persepsikan sama dengan pengertian
toleransi dan ketergantungan fisik.
• Ketergantungan fisik adalah munculnya sindrom putus
zat akibat penurunan dosis zat psikoaktif atau
penghentian zat psikoaktif secara mendadak.

• Toleransi adalah kebutuhan untuk terus meningkatkan dosis


zat psikoaktif guna mendapatkan efek yang sama, sedangkan
• adiksi adalah suatu perilaku yang merujuk kepada
penggunaan yang berulang dari suatu zat psikoaktif, meskipun
telah diketahui adanya efek yang merugikan.
• Ketakutan tersebut akan lebih nyata pada pasien atau keluarga
dengan riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat psikoaktif
lainnya, mereka biasanya takut untuk mendapatkan
pengobatan nyeri dengan menggunakan analgetik apalagi bila
obat itu merupakan golongan narkotika.
• Hal ini salah satunya disebabkan oleh minimnya informasi
yang mereka dapatkan mengenai hal itu, sebagai bagian dari
tim yang terlibat dalam pelayanan kesehatan perawat
semestinya mempunyai kapasitas yang cukup hal tersebut
diatas.
Kesimpulan

Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan


yang holistik/ menyeluruh, hal ini karena nyeri
mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan
manusia, oleh karena itu kita tidak boleh hanya
terpaku hanya pada satu pendekatan saja tetapi juga
menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang
mengacu kepada aspek kehidupan manusia
NOTULEN PELATIHAN MANAJEMEN NYERI

Hari / Tanggal : Jumat, Sabtu, Senin / 22 ,23 & 25 September 2017


Tempat : Ruang Rapat Lantai IV
Pembicara : Dr. Boynardo Simamora, Sp.An

Tertib Acara
1. Kata Sambutan Moderator
2. Penyampaian Materi
3. Sesi Tanya jawab
4. Penutup

Materi Penyuluhan: Terlampir

HARI/
NO PERTANYAAN JAWABAN KESIMPULAN
TANGGAL
1 HARI 1 Apa yang perawat Setelah kita kaji dan kita nilai Strategi Terapi
Jumat/ lakukan bila pasien tingkat nyeri pada pasien yang nyeri ringan dapat
22-09-2017 mengalami nyeri mengalami nyeri perawat dapat dilakukan dengan
ringan? dilakukan relaksasi distraksi terapi nyeri non
pemberian kompres hangat dan farmakologi dan
pemberian obat analgetik. farmakologi
2 HARI 1I Bagaimana alur Pasien yang datang dengan keluhan Alur
Sabtu / penatalaksanaan nyeri, kita kaji setelah kita nilai penatalaksanaan
23-09-2017 nyeri? dengan menggunakan skala nyeri, nyeri pasien
bila nyeri ringan dapat diatasi berdasarkan
dengan perawat itu sendiri, pasien intensitas nyeri
nyeri sedang kita laporkan dengan
dokter Jaga, dan bila pasien
mengalami nyeri berat kita
laporkan ke dokter
penanggungjawab.
HARI 1II Bagaimana cara Pada pengkajian nyeri pada anak Pengukuran nyeri
3 Senin / perawat melakukan atau pun orang dewasa yang tidak dapat dilakukan
25-09-2017 pengkajian nyeri bisa menggambarkan intensitas dengan indikasi
pada anak berumur nyerinya dapat dilakukan dengan dan instruksi
di bawah 3 Tahun gambar nyeri yang telah dibuat,
yang belum bisa sehingga pasien dapat menunjuk /
menggambarkan memilih gambar mana yang paling
intensitas sesuai dengan yang dirasakan.
nyerinya?
DOKUMENTASI PELATIHAN MANAJEMEN NYERI

(Gambar 1)

(Gambar 2)
(Gambar 3)

(Gambar 4)
(Gambar 5)

(Gambar 6)

Anda mungkin juga menyukai