Anda di halaman 1dari 5

Skala Nyeri

Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah skala nyeri itu sendiri. Pasien
mendeskripsi nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau berat, tetapi tentu
masingmasing individu akan mempunyai penilaian yang berbeda. Skala deskriptif
merupakan alat pengukuran yang lebih objektif.
Menurut Miller (2009) salah satu skala yang sering dipakai untuk mengukur
skala nyeri yaitu : Visual Analog Scale (VAS). VAS adalah cara yang paling
banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri
diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap
sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain
mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal
atau horizontal. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya yang sangat mudah
dan sederhana.

Gambar 2.2 Visual Analog Scale


(Sumber : Potter & Perry, 2006)

Dalam penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan


nonfarmakologi. Terapi non farmakologi atau disebut terapi komplementer telah
terbukti dapat menurunkan nyeri. Ada dua jenis terapi komplementer yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu: Behavioral treatment seperti latihan
relaksasi, distraksi, hipnoterapi, latihan biofeedback dan terapi fisik seperti
akupuntur, Transcutaneous Electric Nerve Stmulation (TENS) (Machfoed &
Suharjanti, 2010). Distraksi adalah teknis memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan
persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desendens, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Slow
deep breathing merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur pernapasan
secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan efek relaksasi (Tarwoto, 2011).
Stimulasi saraf parasimpatis dan penghambatan stimulasi saraf simpatis pada slow
deep breathing juga berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah otak yang
memungkinkan suplai oksigen otak lebih banyak sehingga perfusi jaringan otak
diharapkan lebih adekuat (Downey, 2009).
Pengaturan pernapasan dalam dan lambat menyebabkan penurunan secara
signifikan konsumsi oksigen. Teknik pernapasan dengan pola yang teratur juga
dapat dilakukan untuk relaksasi, manajemen stres, kontrol psikofisiologis dan
meningkatkan fungsi organ (Geng & Ikiz, 2009).

Rencana Intervensi:
Intervensi Pukul Evaluasi
Hari 1
- Manajemen nyeri: Lakukan
pengkajian nyeri
komprehensif meliputi
lokasi, frekuensi,
karakteristik, dan faktor
pencetus
- Manajemen lingkungan :
kenyamanan (posisi supine
30 º).
- Peningkatan koping
- Pemijatan
- Monitor tanda-tanda vital
- pengurangan nyeri tanpa
analgesik (relaksasi dan
tarik napas dalam)
Hari 2
- Manajemen nyeri: Lakukan
pengkajian nyeri
komprehensif meliputi
lokasi, frekuensi,
karakteristik, dan faktor
pencetus
- Manajemen lingkungan :
kenyamanan (posisi supine
30 º).
- Peningkatan koping
- Pemijatan
- Monitor tanda-tanda vital
pengurangan nyeri tanpa
analgesik (relaksasi dan tarik
napas dalam)

Hari 3
- Manajemen nyeri: Lakukan
pengkajian nyeri
komprehensif meliputi
lokasi, frekuensi,
karakteristik, dan faktor
pencetus
- Manajemen lingkungan :
kenyamanan (posisi supine
30 º).
- Peningkatan koping
- Pemijatan
- Monitor tanda-tanda vital
pengurangan nyeri tanpa
analgesik (relaksasi dan tarik
napas dalam)
Hari 4
- Manajemen nyeri: Lakukan
pengkajian nyeri
komprehensif meliputi
lokasi, frekuensi,
karakteristik, dan faktor
pencetus
- Manajemen lingkungan :
kenyamanan (posisi supine
30 º).
- Peningkatan koping
- Pemijatan
- Monitor tanda-tanda vital
pengurangan nyeri tanpa
analgesik (relaksasi dan tarik
napas dalam)

Anda mungkin juga menyukai